• Tidak ada hasil yang ditemukan

program tersebut dan strategi pembiayaan yang dipilih

Dalam dokumen PETA JALAN PENYELENGGARAAN (Halaman 153-158)

untuk program jaminan sosial

Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan

112

Hal lain yang perlu dipertimbangkan terutama pada dana jaminan hari tua dan dana jaminan pensiun adalah portofolio investasi dengan menggunakan pendekatan usia peserta, dimana saat peserta berusia muda maka jenis investasi cenderung pada instrumen yang progresif dan saat peserta mendekati usia pensiun maka jenis investasi cenderung pada instrumen yang konservatif.

Kebijakan akuntansi untuk investasi dana jaminan (DJS) dalam bentuk surat berharga (marketable

securities) juga perlu dievaluasi apakah kebijakan tersebut bersifat taat azas (konsisten) dan telah

sesuai dengan substansi ekonomi dan karakteristik dari program dana jaminan tersebut. Intensi dan kemampuan manajemen BPJS perlu dicermati untuk menghindari kebijakan yang yang semata-mata untuk kepentingan manajemen BPJS (opportunistic) dan bukan pada substansi ekonominya (effi ciency) terutama untuk klasifi kasi apakah surat berharga tersebut digunakan untuk diperdagangkan (trading), tersedia untuk dijual (available for sale) atau dipegang hingga jatuh tempo (hold to maturity).

7.2 PENGELOLAAN ASET DAN INVESTASI PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN

KERJA

7.2.1 Kondisi yang Akan Dicapai

UU SJSN dan UU BPJS mengatur kerangka legal bagi manajemen aset dan investasi program bagi keseluruhan program jaminan sosial yang diselenggarakan dalam sisistem jaminan sosial nasional. Peraturan rinci, jelas dan tegas yang diperuntukkan khusus bagi pengelolaan program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan sosial lainnya masih menunggu Peraturan Pemerintah.

BPJS Ketenagakerjaan mengimplementasikan seluruh ketentuan peraturan perundangan tersebut ke dalam instrumen manajerial, yang mencakup instrumen perencanaan dan pengawasan untuk digunakan dalam pengelolaan dan pengendalian kinerja program.

Dasar hukum manajemen aset dan investasi program jaminan kecelakaan kerja dan program jaminan sosial diulas di bawah ini.

UU SJSN memuat ketentuan manajemen aset dan investasi sebagai berikut:

1. BPJS wajib:

a. Mengelola dan mengembangkan dana jaminan sosial dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai.

b. Mengelola pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

c. Membentuk cadangan teknis sesuai standar praktek aktuaria yang lazim dan berlaku umum d. Memberikan informasi akumulasi iuran dan hasil pengembangannya serta manfaat dari program

jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Kewajiban ini tidak mencakup program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kesehatan.

2. Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan khusus guna menjamin terpeliharanya tingkat kesehatan keuangan BPJS.

113

Aspek Pengelolaan Aset dan Investasi

UU BPJS memuat ketentuan manajemen aset dan investasi sebagai berikut:

1. BPJS mengelola aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. 2. BPJS wajib:

a. Memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial, dengan ketentuan bahwa aset DJS bukan merupakan aset BPJS.

b. Menyimpan dan mengadministrasikan Dana Jaminan Sosial pada bank kustodian milik Pemerintah/BUMN.

c. Menyampaikan laporan tahunan pelaksanaan program dan laporan keuangan kepada Presiden. 3. BPJS tidak dapat dipailitkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan mengenai kepailitan. 4. Sumber aset BPJS Ketenagakerjaan adalah adalah:

a. Modal awal dari Pemerintah, yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham, paling banyak Rp. 2,000,000,000,000,00 (dua triliun rupiah) yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

b. Hasil pengalihan aset PT. Jamsostek (Persero). Tidak ada ketentuan dalam UU BPJS yang mengatur bahwa pengalihan program ASABRI dan program TASPEN kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai dengan pengalihan aset PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero), sehingga ketentuan mengenai pengalihan aset PT. ASABRI (Persero) dan PT. TASPEN (Persero) kepada BPJS Ketenagakerjaan menunggu Peraturan Pemerintah tentang Pengalihan Program ASABRI dan Program TASPEN.

c. Hasil pengembangan aset BPJS.

d. Dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial. e. Sumber lain yang sah.

5. Sumber aset Dana Jaminan Sosial, khusus yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah: a. Iuran dana jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pensiun, jaminan hari tua. b. Hasil pengembangan aset DJS.

c. Hasil pengalihan aset PT. Jamsostek (Persero) yang menjadi hak Peserta BPJS Ketenagakerjaan. d. Sumber lain yang sah.

6. Penggunaan aset BPJS Ketenagakerjaan:

a. Biaya operasional penyelenggaraan proram jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pensiun, jaminan hari tua.

b. Biaya pengadaan barang dan jasa untuk mendukung operasional penyelenggaraan program. c. Biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan.

d. Investasi.

7. Penggunaan aset Dana Jaminan Sosial, khusus yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah: a. Pembayaran manfaat jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua, jaminan

kematian, dan pembiayaan layanan jaminan kecelakaan kerja b. Dana operasional penyelenggaraan program

Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan

114

8. Biaya operasional:

a. terdiri dari biaya operasional mencakup biaya personel dan biaya non-personel.

b. Besar biaya operasional dibatasi hingga persentase tertentu dari iuran yang diterima dan dari dana hasil pengembangan aset BPJS dan dana hasil pengembangan aset DJS.

c. Ketentuan gaji/upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi diatur dengan Peraturan Presiden.

d. Direksi secara otonom mengatur Ketentuan gaji/upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi karyawan, dan menetapkan ketentuan dan tatacara pengadaan barang dan jasa. 9. Rencana kerja anggaran tahunan BPJS Ketenagakerjaan ditetapkan oleh Dewan Pengawas BPJS

Ketenagakerjaan dengan Ketetapan Dewan Pengawas. 10. Pengawasan kinerja BPJS (audit dan pengendalian):

a. Pengawasan internal dilakukan oleh Dewan Pengawas. Dewan Pengawas melakukan pengawasan internal karena Dewan Pengawas adalah organ BPJS. Pengawasan internal melakukan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya dalam rangka membantu pimpinan mengelola organisasi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. b. Pengawasan eksternal dilakukan oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional, Badan Pemeriksa

Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan.

c. DJSN berwenang dan bertugas melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial.

d. OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Tatacara pengawasan BPJS oleh OJK sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK.

e. BPK dapat melakukan pemeriksaan sepanjang menyangkut pengelolaan keuangan Negara yang dilakukan oleh BPJS.

11. Pertanggungjawaban:

a. Direksi menyampaikan pertanggungjawaban laporan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya. Periode laporan dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

b. Direksi bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian fi nansial yang ditimbulkan oleh kesalahan pengelolaan Dana Jaminan Sosial.

c. Laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

d. Ringkasan eksekutif laporan keuangan dipublikasikan melalui media masa elektronik dan media masa cetak paling lambat 31 Juli tahun berikutnya.

12. Pemindahan aset tetap BPJS Ketenagakerjaan adalah kewenangan Direksi BPJS Ketenagakerjaan dengan batasan sebagai berikut:

a. Pemindahtanganan hingga Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan Pengawas

b. Pemindahtanganan lebih dari Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah) hingga Rp. 500.000.000. 000,00 (lima ratus miliar) dengan persetujuan Presiden

c. Pemindahtanganan lebih dari Rp. 500.000.000.000,- (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan DPR.

115

Aspek Pengelolaan Aset dan Investasi

13. Pidana penjara paling lama 8 (delapan tahun) atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dikenakan kepada Dewan Pengawas atau Direksi bila melakukan:

a. Membuat laporan palsu atau menghilangkan laporan BPJS atau merusak laporan BPJS b. Menyalahgunakan dan/atau menggelapkan aset BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial c. Melakukan subsidi silang antar program

d. Melanggar ketentuan investasi

Terdapat lima pasal dalam UU SJSN dan UU BPJS yang mendelegasikan pengaturan lanjut tentang manajemen aset dan investasi ke Peraturan Pemerintah. Untuk mengoptimalkan dan mengefi sienkan peraturan, kelima perintah tersebut ditetapkan dalam satu Peraturan Pemerintah. Lima aspek yang akan diatur dalam Peraturan Pemerintah adalah:

1. Tatacara pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial. 2. Pembentukan cadangan teknis oleh BPJS.

3. Sumber dan penggunaan aset BPJS.

4. Sumber dan penggunaan aset Dana Jaminan Sosial. 5. Persentase iuran bagi dana operasional.

Peraturan Pemerintah tersebut diharapkan mampu memperbaiki, sekaligus menyempurnakan tatakelola aset dan investasi oleh badan penyelenggara jaminan sosial yang diatur dalam PP No. 22 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan dan Investasi Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. PP No. 22 Tahun 2004 dinyatakan tidak berlaku lagi sejak PT. Jamsostek (Persero) bubar dan berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Juli 2014.

7.2.2 Konsensus yang telah Disepakati

Untuk mencapai sasaran yang diinginkan diperlukan sejumlah konsensus. Beberapa konsensus penting yang sudah dilakukan dan dicapai kesepakatan antara lain:

t"TFUBLBOEJLFMPMBTFDBSBUFSQJTBIVOUVLNBTJOHNBTJOHQSPHSBNEBOTJTUFN QFMBQPSBOVOUVLNBTJOHNBTJOHQSPHSBNBLBOEJCFSMBLVLBO

t,FCJKBLBOJOWFTUBTJ1SPHSBN+BNJOBO,FDFMBLBBO,FSKB4+4/EBO1SPHSBN +BNJOBO,FNBUJBO4+4/BLBONFOFSBQLBOTUSBUFHJLFCJKBLBOKBOHLBQFOEFL

Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan

116

7.2.3 Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan

1. Membuat kebijakan investasi Jaminan Kecelakaan Kerja SJSN berdasarkan UU SJSN dan mempertimbangkan karakteristik kewajiban program.

2. Program Jaminan Kecelakaan Kerja SJSN hampir serupa dengan Jaminan Kesehatan Nasional. Oleh karenanya, investasi jangka panjang tidak sesuai untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja SJSN. Dana Jaminan Kecelakaan Kerja SJSN perlu diinvestasikan dalam investasi yang mempunyai likuiditas tinggi yang jatuh tempo dalam waktu singkat.

7.3 PENGELOLAAN ASET DAN INVESTASI PROGRAM JAMINAN PENSIUN DAN

Dalam dokumen PETA JALAN PENYELENGGARAAN (Halaman 153-158)