• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Tuberculosis

Dalam dokumen Makalah Program TB (Halaman 35-45)

1. Data Kependudukan

3.3 Program Tuberculosis

Data program tuberkulosis dapat diperoleh dari pencatatan di semua unit pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dengan satu sistem yang baku. Formulir-formulir yang dipergunakan dalam pencatatan TB di :

a. Pencatatan di Unit Pelayanan Kesehatan

UPK (puskesmas, Rumah sakit, BP4, klinik dan dokter praktek swasta dll) dalam melaksanakan pencatatan menggunakan formulir

 Daftar tersangka pasien (suspek) yang diperiks dahak SPS (TB.06)

 Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB.05)

 Kartu pengobatan pasien TB (TB.01)

 Kartu identitas pasien TB (TB.02)

 Register TB UPK (TB.03 UPK)

 Register laboratorium TB (TB.04)

Khusus untuk dokter praktek swasta, penggunaan formulir pencatatan TB dapat disesuaikan selama informasi survailans yang dibutuhkan tersedia. b. Pencatatan dan Pelaporan di Kabupaten/Kota

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut :

 Register TB kabupaten (TB.03)

 Laporan triwulan penemuan dan pengobatan pasien TB (TB.07)

 Laporan Triwulan hasil pengobatan (TB.08)

 Laporan Triwulan hasil konversi dahak akhir tahap intensif (TB.11)

 Formulir pemeriksaan sediaan untuk uji silang dan analisis hasil uji silang kabupaten ( TB.12)

 Laporan OAT (TB.13)

 Data situasi ketenagaan program TB

 Data situasi public-private mix (PPM) dalam pelayan TB c. Pencatatan dan Pelaporan di Propinsi

Propinsi menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut :

 Rekapitulasi penemuan dan pengobatan pasien TB per kabupaten/kota

 Rekapitulasi hasil pengobatan per kabupaten/kota

 Rekapitulasi hasil konversi dahak per kabupaten/kota

 Rekapitulasi analisis hasil uji silang propinsi per kabupaten/kota

 Rekapitulasi laporan OAT per kabupateb/kota

 Rekapitulasi data situasi ketenagaan program TB

 Rekapitulasi data situasi Public-Private Mix (PPM) dalam pelayanan TB Indikator Program TB

Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB digunakan beberapa indikator. Indikator penanggulangan TB secara nasional ada 2 yaitu :

a. Angka Penemuan Pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate = CDR) Adalah persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Perkiraan jumlah

pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens kasus TB paru BTA positif dikali dengan jumlah penduduk.Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal 80%.

b. Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate = SR). No Indikator Sumber

data

Periode Pemanfaatan indikator PK Kab/kota Propinsi Pusat

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Proporsi suspek diperiksa TB-06 Bulanan 2 Proporsi penderita TBC paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya TB-06 Bulanan 3 Proporsi penderita TBC paru BTA positif diantara seluruh penderita TBC paru TB-01 TB-03 TB-07 Triwulan 4 Angka konversi TB-01 TB-03 TB-11 Triwulan 5 Angka kesembuha TB-01 TB-03 Triwulan

6 Error rate TB-12 Triwulan 7 Case Notification rate TB-07 Data kependudu kan Tahunan 8 Case Detection Rate TB-07 Data perkiraan jumlah penderita baru Tahunan

Tabel 11. Indikator yang dapat digunakan di berbagai tingkatan Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator Nasional tersebut di atas, yaitu:

1. Angka penjaringan suspek

Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan).

Rumus : perkiraanjumla h suspekyangadajumla h suspekyangdiperiksa x 100

Jumlah suspek yang diperiksa bisa didapatkan dari buku daftar suspek (TB.06). UPK yang tidak mempunyai wilayah kerja, misalnya rumah sakit, BP4 atau dokter praktek swasta, indikator ini sulit dianalisa, indikator ini tidak dapat dihitung

2. Proporsi penderita BTA positif diantara suspek

Proporsi penderita BTA positif diantara suspek adalah Persentase penderita yang ditemukan BTA positif diantara seluruh suspek yang diperiksa sputumnya. Angka ini menggambarkan proses penemuan sampai diagnosis penderita, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek

Rumus : jumlah seluru h suspekyangdiperiksajumlah penderitaBTApositif x 100

Biasanya ditemukan angka sekitar 10%.Bila angka ini terlalu kecil, misalnya 3%, mungkin disebabkan karena penjaringan suspek terlalu longgar.Banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek, atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium.

Bila angka ini terlalu besar, misalnya 30%, mungkin disebabkan penjaringan/kriteria suspek terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (false positive terlalu tinggi).Keadaan ini bisa menyebabkan banyaknya penderita yang tidak terdeteksi atau lolos.

3. Proporsi penderita TBC paru BTA positif diantara semua penderita TBC paru tercatat

Proporsi penderita TBC paru BTA positif diantara semua penderita TBC paru adalah Persentase penderita TBC paru BTA positif diantara semua penderita TBC paru tercatat

Indikator ini menggambarkan kegiatan penemuan penderita TBC yang menular diantara seluruh penderita TBC paru yang diobati

Rumus:

jumla h p enderitaTBBTApositif (baru+kambu h)

jumlah penderitaTBBTApositif (baru+kambuh)+ jumlah penderitaTBBTAnegatif x 100 Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih

rendah, itu berarti kualitas diagnosis rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan penderita yang menular (penderita BTA positif)

4. Angka Konversi ( Conversion Rate)

Angka konversi adalah persentase penderita TBC paru BTA positif yang mengalami konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif.

Angka konversi dihitung tesendiri untuk tiap klasifikasi dan tipe penderita, BTA positif baru dengan pengobatan kategori-1, atau BTA positif

pengobatan ulang dengan kategori-2.Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat kecendrungan keberhasilan pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar.

Contoh perhitungan untuk penderita baru BTA positif :

Rumus : jumlah penderitabaruBTApositifyangdikonversijumla h penderitabaruBTApositifyangdiobati x 100 Di UPK, indikator ini dapat dihitung dari kartu penderita TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu penderita baru BTA positif yang mulai berobat dalm 3-6 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang hasil pemeriksaan dahak negatif, setelah pengobatan intensif (2 bulan).

Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dengan mudah dapat dihitung dari laporan TB.11.

Angka minimal yang harus dicapai adalah 80%. Angka konversi yang tinggi akan diikuti dengan angka kesembuhan yang tinggi pula. Selain dihitung angka konversi penderita baru TBC paru BTA positif, perlu dihitung juga angka konversi untuk penderita TBC paru BTA positif yang mendapat pengobatan dengan kategori 2.

5. Angka Kesembuhan (Cure Rate)

Angka kesembuhan adalah: angka yang menunjukkan persentase penderita TBC BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara penderita TBC BTA positif yang tercatat.

Angka kesembuhan dihitung tersendiri untuk penderita baru BTA positif yang mendapat pengobatan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2.Angka ini dihitung untuk mengetahui keberhasilan program dan masalah potensial.

Contoh perhitungan untuk penderita baru BTA positif dengan pengobatan kategori 1

Rumus : jumla h penderitabaruBTApositifyangsembu hjumlah penderitabaruBT Apositifyangdiobatix 100

Di UPK, indikator ini dapat dihitung dari kartu penderita TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu penderita baru BTA positif yang mulai

berobat dalam 9-12 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh, setelah selesai pengobatan.

Di tingkat Kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dengan mudah dapat dihitung dari laporan TB.08. angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka kesembuhan digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengobatan.

Bila angka kesembuhan lebih rendah dari 85%, maka harus ada informmasi dari hasil pengobatan lainnya yaitu berapa penderita yang digolongkan sebagai pengobatan lengkap, default (drop out atau lalai), gagal, mmeninggal, dan pindah keluar.

Angka default tidak boleh lebih dari 10%, sedangkan angka gagal untuk penderita baru BTA positif tidak boleh lebih besar dari 10% untuk daerah yang sudah ada masalah resistensi obat.

Selain dihitung angka kesembuhan penderita baru TBC paru BTA positif, perlu dihitung juga angka kesembuhan untuk penderita TBA paru BTA positif yang mendapat pengobatan ulang dengan kategori 2.

6. Error Rate

Error rate atau angka kesalah baca adalah : angka kesalahan laboratorium yang menyatakan persentase kesalahan pembacaan slide/sediaan yang dilakukan oleh laboratorium pemeriksa pertama setelah uji silang (cross check) oleh BLK atau laboratorium lain.

Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan slide secara mikroskopis langsung laboratorium pemeriksa pertama.

Rumus :

jumlah sediaanpositifpalsu+ jumlah sediaannegatifpalsu jumlah seluru h sediaanyangdicrossc h eck x 100

Angka kesalahan baca sediaan (error rate) ini hanya bisa ditoleransi maksimal 5%.Error Rate ini menjadi kurang berarti bila jumlah slide yang di cross check (uji silang) relatif sedikit.Pada dasarnya error rate dihitung pada

Kabupaten/kota harus menganalisa berapa persen laboratorium pemeriksa yang ada diwilayahnya melaksanakan cross check, disamping menganalisa error rate per PRM/PPM/RS/BP4, supaya dapat mengetahui kualitas pemeriksaan slide dahak secara mikroskopis langsung.

7. Case Notification Rate

Case Notification Rate (CNR) adalah : angka yang menunjukkan jumlah penderita yang ditemukan dan tercata dalam TB.07 diantara 100.000 penduduk di wilayah tertentu.

Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecendrungan penemuan kasus dari tahun ke tahun wilayahnya tersebut. Rumus:

jumlah penderitaTBC(semuatipe)yangdilaporkandalamTB .07

jumla h penduduk x 100

Angka ini berguna untuk menunjukkan “trend” atau kecendrungan meningkat atau menurunnya penemuan penderita pada wilayah tersebut. 8. Case Detection Rate

Case detection rate (CDR) adalah : persentase jumlah penderita baru BTA positif yang ditemukan dibanding jumlah penderita baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.

Case detection rate menggambarkan cakupan penemuan penderita baru BTA positif pada wilayah tersebut

Rumus :

jumlah penderitabarupositifyangdilaporkandalamTB.07 perkiraanjumla h penderitabaruBTApositif x 100

Angka perkiraan nasional penderita baru BTA positid adalah 110/100.000 penduduk (100-200 per 100.000 penduduk)

Target case detection rate program penanggulangan TBC nasional : 80% pada tahun 2005, dan tetap dipertahankan pada tahun-tahun selanjutnya.

Tabel 12. Data sasaran TB Puskesmas Tanah Garam Kota Solok 2015

3.3.1 Angka Penjaringan Penyakit Tuberculosis

Program tuberculosis pada poli TB di Puskesmas Tanah Garam terdapat satu orang petugas kesehatan yang menangani kasus khusus TB. Upaya penjaringan dari poli TB di Puskesmas Tanah Garam terdapat dua cara: a. Dalam Gedung

Penjaringan TB dari dalam gedung dilakukan upaya penjaringan dari dalam gedung dengan rujukan dari bebrapa poli seperti poli umum, anak, ibu dan remaja jika terdapat keluhan yang menjurus ke TB. Seperti jika terdapat keluhan batuk lebih dari 2 minggu disertai penurunan nafsu makan serta berat badan yang menurun drastis.

Poli Ibu Poli Remaja Poli Anak Poli Umum

Keluhan : Batuk > 2 minggu Berat badan menurun

drastic

Nafsu makan menurun Menggigil di malam hariBTA (+++)

Poli TB Konselin

g

Pemeriksaan Dahak SPS (Sewaktu Pagi

Gambar 7. Alur pelayanan program TB di Puskesmas Tanah Garam b. Luar Gedung

Upaya penjaringan TB diluar gedung dapat dilakukan diposyandu, posbindu, puskeskel, dan lain-lain. Upaya penjaringan ini dilakukan dengan memberi penyuluhan pada masyarakat atau dengan hasil anamnesa yang mempunyai keluhan seperti gejala TB kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan ke Puskesmas Tanah Garam di poli TB.

3.3.2 Identifikasi masalah

Proses identifikasi masalah melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program di puskesmas, kader-kader posyandu, dan masyarakat. Masalah yang didapatkan di Puskesmas Tanah Garam yaitu rendahnya penemuan atau penjaringan kasus baru TB Paru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam.

Penemuan kasus baru TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Tanah garam merupakan salah satu usaha untuk menanggulangi permasalahan TB karena dengan menemukan penderita TB dapat dilakukan berbagai upaya penanganan yang optimal. Angka penjaringan penyakit tuberculosis baik dengan suspect tuberculosis maupun dengan hasil BTA yang positif belum di poli TB pada puskesmas Tanah Garam belum mencapai target setiap tahunnya. Pada wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam target yang harus dicapai untuk suspect TB per tahunnya adalah sebanyak 340 kasus. Selama bulan Januari sampai bulan Juni target penjaringan suspect tuberculosis di Tanah Garam seharusnya sebanyak 170 kasus. Pencapaian kasus penjaringan suspect tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Tanah garam sejak bulan Januari sampai Juni 2015 adalah sebanyak 59 kasus.

Untuk hasil BTA positif pada wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam target yang harus dicapai per tahunnya adalah sebanyak 34 kasus. Selama bulan Januari sampai bulan Juni target penjaringan tuberculosis dengan BTA positif di Tanah Garam seharusnya sebanyak 17 kasus. Namun pencapaian kasus penjaringan tuberculosis dengan hasil BTA yang positif di wilayah kerja

Puskesmas Tanah garam sejak bulan Januari sampai Juni 2015 adalah sebanyak 8 kasus.

Dalam dokumen Makalah Program TB (Halaman 35-45)

Dokumen terkait