• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.3. Proksi IOS

IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variabel laten). Oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono, 1999 dalam Saputro, 2002), hal ini didukung oleh Kallapur dan Trombley (2001) dalam Saputro

(2002), yang menyatakan bahwa kesempatan investasi perusahaan tidak dapat diobservasi untuk pihak-pihak di luar perusahaan.

Berbagai variabel yang digunakan sebagai proksi IOS telah banyak diteliti dan diuji pada berbagai penelitian (klarifikasi proksi secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1). Proksi ini dapat diklarifikasikan dalam empat tipe (Kallapur dan Trobley, 2001 dalam Saputro, 2002).

1. Proksi Berbasis Harga

Proksi ini merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar, proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (assets in place). Proksi ini mendasarkan pada perbedaan antara aset dan nilai perusahaan, oleh karena itu proksi ini sangat bergantung pada harga saham (Hartono, 1999 dalam Saputro 2002). Proksi yang digunakan adalah :

1) Rasio PPE / BVA (Book Value Of Property, Plant, and

Equipment To The Book Value of The Assets).

Rasio PPE / BVA merupakan rasio yang menunjukkan besarnya investasi perusahaan pada aktiva tetap yang produktif. Hal ini menunjukkan keinginan dari perusahaan untuk bisa tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Semakin besar nilai dari

PPE pada struktur aktiva dari perusahaan, maka semakin besar pula potensi dari perusahaan untuk bisa mengalami pertumbuhan pada masa mendatang. Rasio in dapat diukur dengan rumus (Saputro, 2002): PPE / BVA = Aktiva Total Buku Nilai PPE Buku Nilai 2) P / E (Price To Earning)

Rasio P / E menunjukkan bahwa perusahaan yang tumbuh, maka rasio P / E yang dihasilkan oleh perusahaan adalah tinggi. Semakin tinggi nilai dari rasio P / E perusahaan, maka semakin tinggi pula kemungkinan dari perusahaan untuk tumbuh. Dengan rasio P / E yang tinggi dapat dilihat bahwa perusahaan memiliki potensi bagus dan memberikan suatu daya tarik kepada pasar, dan selain itu perusahaan juga terlihat lebih terjamin untuk bisa menghasilkan keuntungan. Rasio P / E dapat diukur dengan rumus (Saputro, 2002): P / E = Saham Per Bersih Laba Lembar Per Sahamnya Penutupan a H arg

3) MVE / BVE (Market Value To Book Value of Equity)

Rasio MVE / BVE digunakan untuk meinlai besr kecilnya nilai buku dari suatu perusahaan. Rasio ini juga memiliki korelasi secara positif terhadap kemungkinan pertumbuhan dari aktiva dan

ekuitas perusahaan, apabila rasio ini mempunyai nilai yang lebih dari 1 maka pasar memiliki kepercayaan bahwa niali pasar dari perusahaan lebih besar dari pada nilai bukunya dan perusahaan bisa dikatakan masuk dalam kategori tumbuh. Rasio ini dapat digunakan oleh investor untuk dipakai sebagai acuan sebelum investor membuat keputusan yang berkaitan dengan penanaman modal. Rasio ini dapat diukur dengan rumus (Saputro, 2002) : MVE / BVE = Ekuitas Total Saham Penutupan a H x ar SahamBered Lbr arg

4) MVA / BVA (Market Value To Book Value of Assets)

Rasio MVA / BVA digunakan untuk menilai besar kecilnya nilai buku dari suatu perusahaan. Selain itu rasio ini mempunyai suatu kesamaan fungsi dengan rasio MVE / BVE yaitu dapat digunakan sebagai acuan bagi investor dan perusahaan untuk bisa menilai besar kecilnya nilai buku dari perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan rumus ((Saputro, 2002)) :

MVA / BVA = Asset Total Shm Penutupan Hrg x Shm Lbr Ekuitas Tot Aset Tot ( . . )

2. Proksi Berbasis Pada Investasi

Ide proksi IOS berdasarkan investasi mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu yang

lama dalam suatu perusahaan. Bentuk proksi ini berbentuk suatu rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan (Pagalung, 2003). Proksi yang digunakan adalah :

a. CAP / MVA (Capital Expenditures To Market Value Of Assets)

Rasio CAP / MVA memberikan suatu petunjuk yang berkaitan dengan aliran tambahan modal saham dari perusahaan pada aktiva produktif guna meningkatkan pertumbuhan dari perusahaan. Rasio ini memperlihatkan apakah perusahaan melakukan invetasi pada aktiva yang memberikan keuntungan yang besar pada perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan rumus (Fijrianti dan Hartono, 2002) :

CAP / MVA = Tot. Nil. buku aktiva tetapt – Tot.Nil.buku aktiva tetapt-1 Tot.Aset – Tot.Ekuitas+(jml shm x hrg penutupan shm)

b. CAP / BVA (Capital Expenditure To Book Value Of Assets)

Rasio CAP / BVA memberikan suatu petunjuk yang berkaitan dengan aliran tambahan modal saham dari perusahaan pada aktiva produktif guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Rasio ini memperlihatkan apakah perusahaan melakukan investasi pada aktiva yang memberikan keuntungan yang besar pada perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan rumus (Saputro, 2002) :

CAP / BVA = Tot.Nil.buku aktiva tetapt – Tot.Nil.buku aktiva tetapt-1

Total Asset

3. Proksi Berbasis pada Varian (Variance Measurements)

Proksi ini mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yag mendasari peningkatan aktiva (Pagalung, 2002). Proksi yang digunakan adalah :

VARRET (Variance to total return)

Rasio VARRET memberikan suatu petunjuk yang berkaitan dengan kemampuan dari perusahaan dalam melakukan pembagian deviden yang akan dinilai baik apabila terjadi suatu peningkatan variabilitas hasil dari asset yang mendasarinya. Rasio ini lebih berkaitan dengan kemampuan dari perusahaan untuk bisa meningkatkan jumlah deviden yang diberikannya kepada para pemegang saham. Rasio ini dapat diukur dengan rumus (Saputro, 2002) :

VAR = [(Hrg shm x lbr shm) = deviden + interest]t Tot.Aset – Tot. Equity + (hrg shm x lbr shm))t-1

4. Proksi Gabungan dari Proksi IOS Individual.

Alternatif proksi gabungan IOS dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi

measurement error yang ada pada proksi dengan rasio individual, sehingga

akan menghasilkan pengukuran yang baik untuk IOS (Smith dan Watts, 1992 ; Gaver and Gaver, 1993 dalam Saputro, 2002).

Keempat jenis proksi diatas menggambarkan beragamnya ukuran IOS yang memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi IOS. Hal ini terjadi karena IOS bersifat unobservable (Gaver dan gaver,

1993 dalam Pagulung, 2003). Berbagai proksi yang ada menunjukkan selalu ada proksi IOS yang tidak dapat digunakan, sehingga belum ada kesepakatan tentang proksi yang dapat mewakili IOS secara tepat (Gaver dan Gaver, 1993 dalam Saputro, 2003). Kallapur dan Trombley (2001) dalam Saputro (2002), menyatakan bahwa berbagai proksi IOS yang ada tidak semuanya adalah ekuivalen atau bernilai.

Pendekatan yang digunakan beberapa peneliti sebagian besar menggunakan ukuran variabel rasio-rasio dalam bentuk pengukuran rasio tunggal (single ratio). Namun demikian beberapa penelitian lainnya menggunakan pendekatan pengukuran komposit (composite measures) yaitu menggabungkan beberapa rasio sehingga membentuk suatu ukuran baru sebagai proksi IOS.

Pendekatan yang dapat digunakan dalam pengukuran komposit tersebut adalah dengan menggunakan common factor analysis (analisis faktor) untuk membentuk suatu variabel komposit tersebut yang dapat dikembangkan dan diuji lebih lanjut, hal ini dikarenakan IOS kurang tepat bila diproksi dari suatu ukuran empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan proksi komposit (Gaver dan gaver, 1993 dalam Pagalung, 2003). Selain itu, dengan menggunakan pendekatan proksi komposit akan dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal (single variabel) untuk proksi IOS (Kallapur dan Tombley, 2001 dalam Pagalung, 2003).

Dokumen terkait