• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Keterangan Informan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Promotion (promosi Politik)

Kegiatan promosi berkaitan dengan aktivitas partai politik dalam usaha menyebarkan informasi kepada seluruh anggota dan para simpatisannya. Promosi dalam pemasaran partai politik terdiri dari berbagai kegiatan komunikasi. Beberapa sarana yang dapat dipakai antara lain: periklanan, sales promotion, publikasi, public relation. (H.B Widagdo, Doddy Rudianto, Omar Samuel Ichwan, 1999:40) 4. Place

Tempat dalam konteks politik dapat diartikan sebagai sarana kemudahan bagi para calon anggota, para simpatisan dan para anggota dalam memperoleh pelayan informasi, transfer ide, pengorganisasian dan kehormatan politik praktis. Oleh karena itu kantor-kantor partai politik selalu berusaha didirikan dan disebar keberbagai tempat strategis samapai kepelosok kelurahan. Sebaran yang sampai pada unit geografis terkecil ini diharapkan agar masyarakat dengan mudah mendapatkan informasi, pelayanan, dan pemenuhan keperluan lain yang berhubungan dengan partai. (H.B Widagdo, Doddy Rudianto, Omar Samuel Ichwan, 1999:38)

Penggunaan “4P” marketing dalam dunia politik menjadikan marketing politik tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih komprehensif. Marketing politik menyangkut cara sebuah institusi politik atau Parpol ketika menformulasikan produk politik, menyusun program publikasi kampanye dan komunikasi politik, strategi segmentasi untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat sampai ke perhitungan harga sebuah produk politik (Firmanzah, 2008: 211).

D. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih (Voting Behavior)

Penelitian mengenai perilaku ini dicetuskan oleh sarjana-sarjana ilmu politik dari University of Columbia (Columbia’s School) yang mengkaji perilaku pemilih pada waktu pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) tahun 1940. Mereka mendapati pola yang mempunyai kaitan erat dengan aspek-aspek tadi. Misalnya, dari segi kelas, kelas bawah dan kelas menengah di AS berkecenderungan mendukung Partai Demokrat, sementara kelas atas mendukung Partai Republik (Lipset 1960: 305).

Banyak hal yang dapat memepengaruhi pemilih dalam General election, diantaranya keadaan politik, sosial, ekonomi dan pendidikan, hal ini sangat menentukan perilaku pemilih dalam memberikan suara mereka dalam pemilihan umum. Untuk itulah ada beberapa identifikasi model prilaku pemilih (Voting Behaviour) dalam menentukan pilihaan dalam pemilihan umum yang sering dipakai oleh para sarjana dalam analisanya, seperti yang diungkapakan Achmad Azis dalam kuliah Hukum Tata Negara, yaitu:

1. Sosiologycal model

Pertama, Pendekatan Sosiologis menekankan pentingnya beberapa hal yang berkaitan dengan instrument kemasyarakatan seseorang seperti status sosio ekonomi (seperti pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, dan kelas), etnik, bahkan wilayah tempat tinggal (misalnya kota, desa, pesisir, ataupun pedalaman).

2. Psicologycal model

Pendekatan Kedua disebut dengan pendekatan psikologis, yang dikembangkan beberapa sarjana, Campbell et. al. (1960), Jaros & Grant (1974), Rose & McAllister (1990) dan lainnya, dari Michigan University di bawah The Michigan Survey Research Centre. Pendekatan ini (disebut juga Michigan’s School) menerangkan bahwa perilaku pemilih sangat bergantung pada sosialisasi politik lingkungan yang menyelimuti diri pemilih.

Identifikasi kepartaian (party identification) adalah wujud dari sosialisasi politik tersebut, yang bisa dibina orang tua, organisasi sosial kemasyarakatan, dan lainnya. Sosialisasi ini berkenaan dengan nilai dan norma yang diturunkan orang tua, organisasi sosial kemasyarakatan, dan lainnya sebagai bentuk penurunan dan penanaman kepada generasi baru. Oleh karena itu, pilihan seorang anak atau pemilih pemula yang telah melalui tahap sosialisasi politik ini tidak jarang memilih partai yang sama dengan pilihan orang tuanya. Bahkan, kecenderungan menguatnya keyakinan terhadap suatu partai akibat sosialisasi ini merupakan impact daripadanya (Campbellet. al. 1960: 163). Untuk kasus terhadap anak- anak, menurut Jaros dan Grant (1974: 132), identifikasi kepartaian lebih banyak disebabkan pengimitasian sikap dan perilaku anak ke atas sikap dan perilaku orang tuanya.

Hal tersebut terjadi di Inggris, khususnya pada anak-anak kelas pekerja yang melakukan pengimitaasian terhadap pilihan orang tua mereka (Rose & McAllister 1990). Untuk kasus di Indonesia, dalam pemilihan umum di era Orde Baru, kesetiaan anak para pegawai negeri sipil (PNS) dan tentara (ABRI) terhadap Golongan Karya (Golkar) yang merupakan pemilih pemula, tampak sangat jelas dibandingkan dengan anak-anak dari kelompok lainnya (Agustino 2003).

3. Ideologycal model

Ketiga, model prilaku pemilih berdasarkan kecenderungan ideology, model prilaku pemilih yang dipengaruhi oleh latar belakang ideology yang sama biasanya memepertimbangkan pilihannya pada wakil rakyat atau partai politik karena adanya keyakinan dan atau agama yang sama. Banyak partai politik yang mengusung latar belakang ideology, seperti Partai Kebangkitan Bangsa yang lahir setelah masa reformasi. Di Amerika serikat misalnya, penganut agama Kristen Protestan di AS cenderung memilih Partai Republik dibandingkan dengan mereka yang memeluk agama Katolik (Lazarsfeld 1968: 21-22).

4. Rational choice

Keempat, pendekatan pilihan rasional yang dipopulerkan oleh Downs (1957) yang mengasumsikan bahwa pemilih pada dasarnya bertindak secara rasional ketika membuat pilihan dalam tempat pemungutan suara (TPS), tanpa mengira agama, jenis kelamin, kelas, latar belakang orang tua, dan lain sebagainya. Dalam konteks pilihan rasional, ketika pemilih merasa tidak mendapatkan manfaat dengan memilih partai atau calon presiden yang tengah berkompetisi, ia tidak akan melakukan pilihan pada pemilu (Downs 1957:261).

Pendekatan ini juga mengandaikan bahwa calon presiden atau partai yang bertanding akan berupaya dan berusaha untuk mengemukakan pelbagai program untuk menarik simpati dan keinginan pemilih memilih. Namun, apabila partai ataupun calon presiden itu gagal mempromosikan

programnya pada pemilih, maka pilihan untuk tidak memilih adalah rasional bagi pemilih.

Pemilu dibayangkan mampu menghadirkan kontestan yang dikenal pemilih. Sebagain besar masyarakat bisa mengenal dan berkomunikasi langsung dengan calon-calon anggota parlemen. Semangatnya adalah mendekatkan calon legislative kepada masyarakat serta mengarahkan masyarakat agar melakukan pilihan berdasarkan perhitungan rasional tentang keuntungan atau kerugian yang bakal diperoleh. Hasilnya adalah harapan mengenai legislative yang legitimate, sehingga mampu melahirkan kebijakan-kebijakan politik yang berbasis kepentingan masyarakat.

Sumber: (http://www.hendria.com/2010/06/pemilu-dan-realitas- masyarakat-kita.html) diakses pada 4 april 2012. 17:58 WIB

E. Tinjauan Tentang Pilkada 1. Pilkada

Dalam konteks konsolidasi dan penguatan demokrasi, Pilkada langsung menjadi pilar yang memperkukuh bangunan demokrasi secara nasional. Terlaksananya Pilkada langsung menunjukkan adanya peningkatan demokrasi karena rakyat secara individu dan kelompok terlibat dalam proses melahirkan pemerintah atau pejabat negara. Pilkada secara langsung merupakan disain kelembagaan untuk mempercepat proses pematangan demokrasi di daerah. Kehidupan demokrasi di tingkat lokal menjadi lahan praktek bagi mewujudkan semangat multikulturalisme yang sangat dibutuhkan bagi terwujutnya harmonisasi dalam etnis pada pemerintahan demokratis. Pilkada merupakan salah satu media pembelajaran demokrasi bagi masyarakat daerah dan sekaligus untuk terwujudnya hak-hak esensial individu seperti kesamaan hak politik dan kesempatan untuk menempatkan posisi individu dalam pemerintahan

daerah. Pilkada telah menuntun pemimpin untuk secara konsisten menjalin hubungan dengan konstituen yang salah satunya diwujudkan melalui optimalisasi anggaran daerah bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Ada beberapa keunggulan pilkada dengan model demokratis secara langsung sebagaimana diterapkan di Indonesia sejak 2004 melalui Pilpres I dan Pilkada 2005. Pertama, melibatkan partisipasi masyarakat konstituen secara luas, sehingga dapat akses dan kontrol masyarakat yang lebih kuat terhadap arena dan aktor yang terlibat dalam proses pilkada. Kedua, terjadinya kontrak sosial antara kandidat, partai politik dan konstituen untuk mewujudkan akuntabilitas pemerintah lokal. Ketiga, memberi ruang dan pilihan terbuka bagi masyarakat untuk menentukan calon pemimpin yang hebat (memiliki kapasitas, integritas dan komitmen yang kuat) dan legitimate di mata masyarakat. Mengingat besarnya manfaat pilkada langsung bagi pengembangan demokrasi, partisipasi publik dan percepatan mencapai kesejahteraan bagi masyarakat di tingkat lokal.

2. Landasan Hukum Pilkada

Indonesia pertama kali melaksanakan Pemilu pada akhir tahun 1955 yang diikuti oleh banyak partai ataupun perseorangan. Pada tahun 2004 telah dilaksanakan pemilu yang secara langsung untuk memilih wakil-wakil rakyat serta presiden dan wakilnya. Pilkada merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat, awal bulan Juni 2005 telah diberlakukannya Pemilihan

Kepala Daerah atau sering disebut pilkada langsung. Ada lima pertimbangan penting penyelenggaraan pilkada langsung bagi perkembangan demokrasi di Indonesia:

1. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepala desa selama ini telah dilakukan secara langsung.

2. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945. Seperti telah diamanatkan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubernur, Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini telah diatur dalam UU No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

3. Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi rakyat (civic education). Ia menjadi media pembelajaran praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar sesuai nuraninya.

4. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah salah satunya juga ditentukan oleh pemimpin lokal. Semakin baik pemimpin lokal yang dihasilkan dalam pilkada langsung 2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah, antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memerhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat agar dapat diwujudkan.

5. Pilkada langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi kepemimpinan nasional. Disadari atau tidak, stock kepemimpinan nasional amat terbatas. Dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta, jumlah pemimpin nasional yang kita miliki hanya beberapa. Mereka sebagian besar para pemimpin partai politik besar yang memenangi Pemilu 2004. Karena itu, harapan akan lahirnya pemimpin nasional justru dari pilkada langsung ini.

Sumber:(http://pilkada-quick.blogspot.com/2012/03/dasar-hukum pilkada.html) diakses pada 4 april 2012. 18:45 WIB

3. Pilkada Pringsewu

Pringsewu adalah Daerah Otonomi Baru (DOB) yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pringsewu tahun 2011 merupakan Pemilihan Umum Kepala Daerah yang pertama kali digelar semenjak kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 Oktober 2008. Berdasarkan hasil penetapan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Pringsewu Nomor 800/30/KPTS/KPU-10/VIII/2011, tanggal 4 Agustus 2011 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pringsewu tahun 2011 dan Keputusan Komisi pemilihan Umum Kabupaten Pringsewu Nomor 800/31/KPTS/KPU- 10/VIII/2011 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pringsewu tahun 2011. Terdapat 5 (lima) pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pringsewu. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel. 3 Daftar Nama Calon Kepala Daerah dan Koalisi Pilkada Pringsewu 2011

No. Nama Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pringsewu 2011

Koalisi Partai Pendukung 1. Drs. Hi. Untung Subroto, MM.

dan

Drs. Hi. Purwantoro, S.T., MM.

Gerindra, PKPB, PDK, PDP, dan PKB 2. Hj. Ririn Kuswantari, S.Sos

dan

Subhan Efendi, S.H.

Golkar dan PPP

3. Hi. Abdullah Fadli Auli, S.H. dan

Hi. Tri Prawoto, MM.

4. Sinung Gatot Wiryono, S.E. dan

Hi. Mat Alfi Asha, S.H.

Jalur Perseorangan 5. Hi. Sujadi, S.Pd.I, M.Pd.I

dan

Hi. Handitya Narapati., S.H.

PDIP, Demokrat, PKS, PKNU, dan PKPI Sumber: KPU Kabupaten Pringsewu

Ada sebuah fakta dan keunikan-keunikan yang menarik dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Pringsewu tahun 2011. Pemilukada Kabupaten Pringsewu merupakan pertarungan jilid kedua antara dinasti Sjachroedin Z.P dengan Wendi Melfa dalam dunia politik. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa pada pertarungan pertama terjadi pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Lampung Selatan yang dimenangkan oleh Rycko Menoza dengan mengalahkan Wendi Melfa yang pada saat itu incumbent di Lampung Selatan. Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pringsewu, Sjachroedin Z.P mencalonkan anaknya Handitya Narapati (adik dari Bupati Lampung Selatan 2010-2015) sebagai Wakil Bupati berpasangan dengan Sujadi. Pada kubu Wendy Melfa, beliau mencalonkan istrinya Ririn Kuswantari berpasangan dengan Subhan Efendi sebagai calon Bupati dan wakil Bupati Pringsewu.

Dalam Pemilihan Kepala Daerah Pringsewu, yang terjadi adalah pasangan nomor urut 5 dan nomor urut 2 calon Bupati dan Wakil Bupati Pringsewu bersaing ketat dalam perolehan suara. Berdasarkan Fakta yang ada Pasangan Sujadi dan Handitya Narapati mengalahkan pasangan Ririn Kuswantari dan Subhan Efendi dengan selisih yang tipis yaitu 5.202 suara, dari keseluruhan total suara yang sah pada Pemilihan Kepala Daerah

Pringsewu periode 2011-2016. Pasangan urur nomor 5 memperoleh 75.581 suara dan pasangan urut 2 memperoleh 70.379 suara. Selisih suara yang tipis ini tentunya, menimbulkan konflik antara pasangan nomor urut 5 dan 2, pasangan Ririn Kuswantari dan Subhan Efendi menggugat pasangan yang unggul ini, karena tidak terima dan menduga telah terjadi kecurangan. Hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait gugatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Pringsewu ditolak dan MK memutuskan pasangan Sujadi dan Handitiya Narapati menang.

F. Kerangka Pikir

Pemilihan umum kepala daerah merupakan pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945. Pemilihan umum Kepala Daerah diselenggarakan untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah yang merupakan perwujudan dari sistem demokrasi yang dianut di Indonesia dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pada hari pelaksanaan pemilihan agar pemilih menjatuhkan pilihan politiknya, maka dibutuhkan strategi political marketing yang tepat.

Penerapan strategi marketing dengan pendekatan political marketing merupakan suatu langkah untuk menarik minat para pemilih. Strategi marketing politik ini tentu saja membutuhkan persiapan yang sangat matang dan hati-hati terutama dari sisi pemasaran yang dilakukan oleh masing-

masing calon dengan mengangkat tema-tema yang mampu mencuri perhatian pemilih “voter market”.

Kerangka pikir dalam penelitian ini disusun sebagai landasan penelitian yaitu teori mengenai political marketing yang dikemukakan oleh Firmanzah (2008:203), bahwa dalam proses pemasaran politik dapat menggunakan penerapan “4P” bauran marketing (marketing mix), yaitu product, price, promotion, place.

Product berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang akan disampaikan konstituen. Produk ini berisi konsep, identitas ideologi. Price mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan partai selama periode kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga persepsi psikologis (misalnya, pemilih merasa nyaman, dengan latar belakang etnis, agama, pendidikan dan lain-lain). Sedangkan harga citra nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan negara. Promotion adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai yang di-mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemilihan media perlu dipertimbangkan. Place berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih. Ini berati sebuah partai harus dapat memetakan struktur serta karakteristik masyarakat baik itu geografis maupun demografis.

Bertitik tolak dari semua pemikiran tersebut, maka penulis ingin menggambarkan bagan kerangka pikir tentang pemasaran politik yang dilakukan Sujadi dan Handitya dalam Pemilukada Pringsewu 2011, sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Kerangka pikir KEMENANGAN

PEMILUKADA PRINGSEWU 2011

Pasangan Calon

Hi. Sujadi, S.Pd.I., M.Pd.I

Dan

Hi. Handitya Narapati, S.H.

MARKETING POLITIK Product (Produk Politik) Price (Biaya politik) Promotion (Promosi politik) Place ( Tempat/segmen pemilih)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Political Marketing Pasangan Sujadi dan Handitya Narapati Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Pringsewu Tahun 2011” yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas Lampung dan juga selaku Pembimbing Skripsi, yang telah membantu penulis dalam proses perkuliahan dan selalu memberikan motivasi bagi penulis untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Drs. Hi. Aman Toto Dwijono, M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan juga selaku Pembimbing Akademik;

3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan, yang telah banyak memberikan wawasan ilmu kehidupan, motivasi, nasehat dan semua yang berharga untuk bekal ke depan kelak.

4. Bapak Budi Harjo, S.Sos, M.IP selaku Pembimbing II Mahasiswa, penulis berterima kasih atas kesediannya yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, kritik serta motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Dr. Suwondo, M.A selaku Penguji Skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan masukan berharganya untuk perbaikan dalam penyusunan skripsi ini;

6. Seluruh Jajaran Dosen Pengajar, Ibu Ari Darmastuti, Ibu Dwi Wahyu, Ibu Tabah Maryanah, Pak Syarief Makhya, Pak Yana Ekana, PS, Pak Pitojo, Pak Piping Satria Priangga, Pak Maulana Mukhlis, Pak Himawan, Pak Robi, Pak Arizka, dan Pak Darma serta dosen-dosen lain, terimakasih atas wawasan ilmu dan warna-warni kehidupan, mohon maaf apabila banyak hal yang kurang berkenan;

7. Seluruh Staf Administrasi dan Karyawan Tata Usaha FISIP Unila khususnya kepada Mbak Iin yang telah membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan dan Mbak Nurmalena, selaku Staf Ruang Baca Fisip, terima kasih atas pinjaman buku-buku selama ini.;

8. Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Pringsewu, penulis berterima kasih atas bantuannya yang telah memberikan informasi dan data sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

9. Sumber informan yang telah memberikan informasi dan bantuan kepada Penulis;

10.Motivatorku dan yang teristimewa kepada kedua Orang Tuaku (Papa , Mama), yang telah membesarkan, mendidik dan membimbingku dengan penuh kesabaran serta penuh kasih sayang;

11.Untuk kakak dan Adik-adikku: Ari Juanda Syaputra, S.H, Arief Dedy Okta Syaputra dan Ariyanti Deska Syaputri, terimakasih untuk doa dan semangatnya selama ini.

12.Teman-teman SMA YP UNILA’ 08: (Iqbal a.k.a kambing), (Patra a.k.a leher), (Rizki Romadhon a.k.a Bloodog), (dian a.k.a telor), (Yuda a.k.a buaya, predator, crocodile), (Lutfi Hasyim a.k.a shopi, onta, udel), (Vian a.k.a Cobra, Nagin), Bobi, ikhsan, adrian, cecep, angga burung, fitra, dito, wempi, Yinda, Rina, Astri, Fitri, Galuh Rakasiwi dan teman-teman YP UNILA 08 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. “We Together of Eight”.

13.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2008 yang telah sarjana: Andri Marta, S.IP, Fadhli Herdiansyah, S.IP, Baretha Rizka Tantiya, S.IP, Tommy A Roni, S.IP, Christella Hotria Simanjorang, S.IP. Dedi kurniawan, S.IP, Eva Yuliani Silaloho, S.IP.

14.Keluarga Besar Ilmu Pemerintahan Angkatan 2008: Andrianto (jangan suka mail-mail lagi ya, inget udah mau sarjana hha *canda*), Aditya Fermanda (kuliah yang rajin ya fen, jangan nyupir BRT, atau Taxi mulu, hhe), Habrianda Bukit (jangan ngegalau di kostan mulu, buruan dituntasin skripsinya), Suhada Haratu Lisan (stress, mail, tapi rajin sholat haha.. pinjem kostan elo ya, buat maen bully atau ngebully hha), Andri Rifkiansyah (segera dituntaskan skripsinya ya bro ), Puput Adi Kusuma (walaupun tiap malem nongkrong PKOR mulu, tapi salute kuliahnya ga tinggal), Alvindra (kalo salaman jangan kuat-kuat bisa ga? macam Gitar/Gipol aja.. hha), Dwi Agung Novrian (driver sejati banget supir ALS, Medan Jaya aja kalah..*kidding*), Arinza Justistio (cowok termail, terima kasih saran-sarannya ya mas bro. Cepet diselesain skripsinya), Aris Ali Ridho (makasih ya mas bro, atas bantuan dan saran-

sarannya, akhirnya selesai skripsi gue. ), Aditya Rahman (pulang ke Lampung dong om) , Rama Gladi P (bujang Empire, jgn suka ngakalin anak kecil lagi ya hha), Galih Wicaksono (kenangan Politik Kebijakan Publik touring ke punduh pidada tak terlupakan ), Redho Adha (nah gitu dong jalaa, style nya.. juragan kelapa dari krui hha *kidding*), Mohamad Abdulah Zainudin (cepet punya momongan ya mas), Muhammad Fuad Nazhif (sukses ya bang bisnisnya), Ilham Caesar Putra (buruan diajuin lagi, jangan ditunda- tunda ham), Meidiana Fransisca, Yunita Ardah Ritonga (dari Medan ngerantau ke Lampung *salut* cemungudh eaa kakak. Semangka ! semangat ka.... *sensor* hha), Hury Rahmanto (Makasih ya ri, udah mau jadi pembahas seminar usul gue ), Dwi Arum Setiyawati (ciee akhirnya S.IP), Rizki Nira Novrianca (kerjain woi skripsinya itu, jgn dianggurin *kepo*), M Ikhsan Haqiqi (asik S.IP duluan ni ye untuk periode desember.. hha), Sri Dona Fita (salute minan, pake ngebalap di kompre.. padahal seminar hasil, kan gw duluan hha), Nadya Kirana (selalu dan selalu diistimewakan hha.. dicariin nad dengan... *becanda*), Noralia Priyanti, Hendra Tirta Andhika, Andika Dwi Putra, Putri Amallia, Shely Novilta, Duwi Ofitasari, Muhammad Feriyadi, Abror, Agus Toni (si pak PNS pegawai Pemkot. hha), Josua Elie T (jauh-jauh ngerantau dari Serang ke Lampung demi S.IP. *cool*) Eko Nuryanto, Felix Alexandra, Hidayanti, Nindiana Lestary, Reni Elfina, Risca Apriana, Wahyu Avisena, Wisnu Dwi Kusuma, Zidni Ilma Soraya, Ayu Al Qarana, Nanda Saban Hari, Hariansya, A Mario Jonada, Aditya Primanda, Rikiyansyah, Cahyadi Gatra Saputro, Dendri Yudiawan Juanda, Edwin Norman Jordan, Ivan Kurniawan, Izie Khutnul Khotimi, Jandrisal, Jona Hutagaol, M Redho Prawira Putra, Sony Sanjaya, Alex H Situmorang, Sahridi, Trio Nugroho,

Mochamad Wahyu Aji, Muhammad Suhendri, Ridho Akbar, Satria Rahmadani Putra, Sindy Nadiya Kartika.

15.Buat teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2009: Almarhum Hari Yuhanda A.k.a UPE, Hadi Shafrudin (om om yang playboy, om nakal *kiiding), Ridhal Muhammad (sorry ya ridhal suka ngacak ngacak kamar kostan elo, suka makein sabun muka + pembersih muka. hhe), Bangun Susilo, Tetra Jumif Januarius, Yul Surastyawan, Tommy Prawira Subing, Bambang Irawan, Rizky Pauzian (terimakasih udah dateng seminar usul gue ), Mulia Agisni, Retno Wulan Sari a.k.a ulan, Siti Fei Nournabilla, Mahayu Ismaniar, dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

16.Buat teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2010: Tiffany Anandhini P

Dokumen terkait