BAB III METODE PENELITIAN
L. Prosedur Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pre test dan post test. Pengolahan data dilakukan terhadap skor yang diperoleh atlet tanpa melakukan konversi terhadap nilai dalam skala 1-10. Pengubahan skor terhadap skala nilai akan mengubah normalitas data, seperti yang diungkapkan oleh Endi Nugraha (1993:20) bahwa dalam meneliti suatu perlakuan, data yang diperoleh jangan diubah ke sistem nilai lain dengan menggunakan skala sigma.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data hasil tes adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Distribusi
Tujuannya adalah untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Kenormalan data dapat diuji dengan menggunakan distribusi liliefors Karena data yang digunakan kurang dari 30. Langkah-langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut:
n X X ∑ i = Keterangan :
X = Skor rata-rata yang dicari i
X = Jumlah skor mentah n = Banyaknya sampel
b. Menghitung nilai simpangan baku dengan pendekatan rumus :
( )
( )
1 . 2 2 − Σ − Σ = n n x x n S Keterangan :S = Simpangan baku yang dicari x
Σ = Jumlah skor mentah x
Σ 2
= Jumlah kuadrat skor mentah n = Banyaknya sampel
c. Pengamatan Xi, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku Zi, Z2, …, Zn dengan menggunakan rumus :
d. Untuk tiap bilangan ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, e. kemudian dihitung F (Zi) = P (Z<Zi).
f. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …, Zn dengan menggunakan rumus yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi).
g. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya. X1 – X
Z = S
h. Ambil angka terbesar dari harga-harga mutlak tersebut selanjutnya harga tersebut dinyatakan dengan harga Lo.
i. Untuk menerima hipotesis, maka kita bandingkan nilai Lo ini dengan nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata a = 0,05 dengan kriteria adalah terima hipotesis Ho yang menyatakan bahwa data berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan lebih kecil dari nilai L dari daftar nilai kritis uji liliefors.
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menilai apakah data hasil penelitian dari dua kelompok yang diteliti memiliki varians yang sama atau tidak. Jika data memiliki varians yang cenderung sama (homogen), maka bisa dikatakan bahwa sampel-sampel dari kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang sama/seragam. Dalam hal ini, pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F dengan rumus sebagai berikut;
F = 2 2
Vk Vb
dimana F = Nilai homogenitas varians
Vb2 = Varians terbesar Vk2 = Varians terkecil
Ftabel dengan jumlah data 12 dan 12 pada α = 0,05 (dk = 11, 11) 0,05 didapat 2,818. Jika Fhitung < Ftabel maka data homogen, dan demikian sebaliknya. 3. Uji t
a. Uji t sampel berpasangan (Paired Sample T Test)
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan yang berarti pada kemampuan lompat jauh gaya jongkok atlet setelah melakukan
latihan baik kelompok yang melakukan latihan lompat dengan satu kaki meraih bola di atas maupun kelompok yang melakukan latihan berjingkat. Penggunaan analisis Paired Sample T test dikarenakan kedua kelompok data memiliki keterkaitan yakni skor sebelum dengan skor sesudah dari responden yang sama. Adapun rumus nya adalah sebagai berikut :
∑ ∑
(Suharsimi Arikunto, 2003: 510) Dimana:
D = Gain skor akhir dengan skor awal
= Mean Difference atau nilai rata-rata gain skor akhir dengan skor awal N = jumlah responden/sampel
Nilai thitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan hipótesis dan kriteria sebagai berikut.
Hipotesis yang diajukan adalah;
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan lompat jauh gaya jongkok atlet PASI Kab. Serang sebelum dan sesudah melakukan latihan
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan lompat jauh gaya jongkok atlet PASI Kab. Serang sebelum dan sesudah melakukan latihan Kesimpulan diambil berdasarkan kriteria sebagaimana berikut;
H0 diterima jika thitung < ttabel: “tidak terjadi perubahan/perubahan yang signifikan pada skor kemampuan lompat jauh gaya jongkok setelah melakukan latihan”
Ha diterima jika thitung > ttabel: “terjadi perubahan/peningkatan yang signifikan pada kemampuan lompat jauh gaya jongkok setelah melakukan latihan”
ttabel dengan jumlah data responden 11 pada α = 0,05 (dk = n - 1 = 11 – 1 = 10) didapat 2,201.
b. Uji t sampel Bebas (Independent Sample T Test)
Uji t ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang berarti (signifikan) dalam prestasi lompat jauh gaya jongkok pada kelompok yang melakukan latihan lompat dengan satu kaki menangkap bola di atas dan kelompok yang melakukan latihan berjingkat. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
+ − − y x y x n n S Y X 1 1 2 , dimana 2 y x S − =
( )
( )
2 1 1 2 2 − + − + − y x y y x x n n n S n S Keterangan : = 2S Simpangan baku gabungan
=
1
n Jumlah sampel kelompok 1
=
2
n Jumlah sampel kelompok 2
=
2 x
S Varians tes awal
=
2 y
S Varians tes akhir
=
X Skor rata-rata tes awal
=
Y Skor rata-rata tes akhir. Kriteria pengujian adalah diterima hipotesis Ha, jika t1−α ≤ t di mana t1−αdidapat dari daftar distribusi dengan
(
1 + 2 −2)
= n n
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang peningkatan prestasi lompat jauh gaya jongkok melalui latihan melompat dengan satu kaki meraih bola diatas dan latihan berjingkat, dapat ditarik beberapa simpulan berikut:
1. Terdapat peningkatan prestasi yang signifikan kemampuan atlet lompat jauh gaya jongkok kelompok yang melakukan latihan lompat dengan satu kaki meraih bola di atas.
2. Terdapat peningkatan prestasi yang signifikan kemampuan atlet lompat jauh gaya jongkok kelompok yang melakukan latihan berjingkat
3. Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi lompat jauh gaya jongkok antara kelompok yang melakukan latihan melompat dengan satu kaki meraih bola diatas dengan latihan berjingkat.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan tersebut di atas maka saran yang dapat diberikan kepada pelatih atau guru pendidikan jasmani adalah:
1. Dalam memilih jenis latihan yang dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok gaya jongkok disarankan untuk menggunakan jenis latihan yang tepat.
2. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok akan lebih baik dengan latihan melompat dengan satu kaki meraih bola diatas.
111
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita. (1992). Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta: Depdikbud
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. ASdi Mahasatya
. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Bompa. (1994). Power Training for Sport. New York London: Mozaic Press Oakville
Coachdie. (2009). Hakekat Pendidikan Jasmani. [online]. Tersedia: http://www.diecoach.com/69/2009071685/hakekat-pendidikan-jasmani.html [03 Nopember 2010]
Depdikbud. (2004). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi SD dan MI. Jakarta Gilang, M (2007) Pendididkan Jasmani, olahraga dan Kesehatan Untuk SMP
Kelas VII, Jakarta, Exact Ganesca
Giriwijoyto, dkk. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga (Sport Medicine) Untuk Kesehatan dan Prestasi. Bandung: FPOK UPI
Hadi, S. (2000). Metodologi Research I, II dan IV. Yogyakarta: Andi Offset Harsono. (1988). Coaching dan Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta:
Tambak Kusuma
. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung: IKIP UPI
. (2004). Perencanaan Program Latihan.Edisi Kedua Bandung: IKIP UPI Haryati dkk (2006). Aku Gemar Belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Bogor, CV Bina Pustaka.
Hendrayana. (2007). Modul Bermain Atletik. Bandung: FPOK UPI
Herdiana (2004) Belajar Efektif Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kelas VII Ibti Media Cipta Nusantara, Jakarta
Karsono. (2007). Gelora Penjas Untuk SD Kelas 5. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia
112 ………. (2007). Gelora Penjas Untuk SD Kelas 4. Bandung: Sinergi Pustaka
Indonesia
KONI. (2000). Panduan Kepelatihan. Jakarta: KONI
Kosasih, (1993). Olahraga Tehnik dan Program Latihan. Jakarta: Akademika Pressindo
Ngatiyono (2004) Pendidikan Jasmani Teopri dan Praktek, SMP/MTs,Surakarta, PT. Tiga Serangkai
Riduwan (2009) Pengantar Statistika Sosial Bandung, ALFABETA
Roji (2007) Pendididkan Jasmani, olahraga dan Kesehatan Untuk SMP kKelas VII Kelas VII Jakarta, ERLANGGA
Saputra. (2002). Pembelajaran Atletik Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Sajoto. (1995). Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
Olahraga. Semarang: Dahara Prize
. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud Sidik, Jafar. (2009). Pedoman Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: FPOK
UPI
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfa Beta
Sugiyono dkk ( 2003 ) Pendididkan Jasmani dan Kesehatan Untuk SMP Kelas 3 Jakarta, Yudistira
Supangat, A (2007) Hubungan Antara Daya Ledak Otot Tungkai, Kelentukan pergelangan tangan Dan Timgi Badan Terhadap Hasil Tembakan Lay Up Kanan Dalam Permainan bola Basket, Skripsi Sarjana Pada IKOR UNNES Semarang, Tidak diterbitkan
Syarifuddin. (1992). Atletik. Jakarta : Depdikbud
Tohar. (2004). ILmu Kepelatihan Lanjut. Semarang : FIK Yogyakarta
Venomous Story’s (2010) Manfaat Pliyometrik {Online}, Tersedia http// Venomous12seven.wordprtess.com/2010/03/25/Pliyometrik-Training {25-10-2010)
113 Wikipedia Ensiklopedia Bebas. (2010). Lompat Jauh. [online]. Tersedia: