• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI LATIHAN MELOMPAT DENGAN SATU KAKI MERAIH BOLA DI ATAS DAN LATIHAN BERJINGKAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI LATIHAN MELOMPAT DENGAN SATU KAKI MERAIH BOLA DI ATAS DAN LATIHAN BERJINGKAT."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Asumsi ... 10

E. Hipotesis ... 13

F. Metode Penelitian ... 13

G. Lokasi, Jenis dan Waktu Penelitian ... 14

H. Populasi dan Sampel ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Olahraga... 17

B. Hakekat Atletik ... 18

C. Hakekat Lompat Jauh ... 19

D. Hakekat Latihan Plyometric ... 33

E. Jenis-jenis Plyometric ... 34

F. Tungkai ... 39

G. Prinsip-prinsip Latihan... 40

H. Faktor Kondisi Fisik yang Mempengaruhi Kemampuan Lompat Jauh ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 51

B. Populasi dan Sampel ... 52

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

D. Variabel Penelitian ... 54

E. Definisi Operasional ... 55

F. Instrumen Penelitian ... 57

G. Pengumpulan Data ... 58

H. Program Latihan... 59

I. Jadwal Penelitian ... 67

J. Alur Penelitian ... 69

K. Langkah-langkah... 70

L. Prosedur Analisis Data ... 70

(2)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 92 B. Saran-saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN... 96

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses latihan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam memberikan peningkatan kemampuan atlet mencapai prestasi puncak. seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:100)”...sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin”. Masih menurut Harsono (2004:7)

Training adalah suatu proses yang amat kompleks yang melibatkan variabel-variabel internal dan eksternal, antara lain motivasi dan ambisi atlet, kuantitas dan kualitas latihan, volume dan intensitas latihan, pengalaman-pengalaman bertanding, dsb

Mengacu pada pendapat di atas bahwa dalam upaya meningkatkan prestasi atlet banyak faktor yang harus diperhatikan seperti tersedianya SDM yang mumpuni,motivasi dan ambisi atlet, sarana dan prasarana yang memadai serta dana yang mencukupi. Dalam perjalanan proses pelatihan banyak kendala yang di hadapi para pelatih diantaranya adalah kurang memadainya sarana dan prasarana serta minimnya dana yang ada. Walaupun demikian pelatih dituntut untuk meningkatkan prestasi atlet semaksimal mungkin, oleh karenanya pelatih harus memiliki kreatifitas yang tinggi untuk mengatasi hal tersebut. Sehingga sarana dan prasarana serta dana yang minim bukan lah kendala yang tidak bisa diatasi. Pelatih yang kreatif harus memilki keahlian dalam memilih metode dan bentuk latihan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan atlet (individu) seperti dikatakan Harsono (1988:113) “...bahwa training memang harus direncanakan dan

(4)

disesuaikan bagi setiap individu agar dengan demikian latihan tersebut dapat menghasilkan hasil yang terbaik ( the best result ) bagi individu tesebut”.

Mengacu pada pendapat tersebut untuk meningkatkan prestasi yang maksimal pelatih dapat memilih bentuk latihan yang tepat dan sesuai dengan cabang olahraga yang akan diltekuni oleh atlet. Lompat jauh adalah olahraga yang memerlukan dan mengutamakan kekuatan otot tungkai. Kekuatan otot tungkai terutama daya ledak otot dipengaruhi oleh latihan yang intensitasnya tinggi dan mempunyai karakteristik yang tepat dalam memilih bentuk latihan yang digunakan. Plyometrik adalah bentuk latihan yang baik untuk meningkatkan kemampuan daya ledak otot dan memperkembang pada suatu kelompok otot tertentu seperti yang dikemukakan oleh Harsosno (2001:41)

Cara yang paling baik untuk memperkembang power maksimal pada suatu kelompok otot tertentu adalah dengan meregangkan (memperpanjang) terlebih dahulu otot-otot. tersebut. (kontraksi eksentrik) sebelum mengkontraksi) memendekan otot-otot itu secara eksplosif (kontraksi konsentrik). Dengan terlebih dahulu kmenggerakan otot tersebut kle arah yang berlawanan, maka kita akan dapat mengerahkan lebih banyak tenaga konsentrik (concentric energy ) pada kelompok otot tersebut.

(5)

Pada atlet PASI Kabupaten Serang dalam latihan meningkatkan power tungkai belum menggunakan plyometrik yang tepat untuk meningkatkan daya ledak power tungkai. Dalam memilih bentuk latihan plyometriknya hanya dengan lompat katak. Lompat katak adalah melompat dengan kedua kaki mengangkat bersama-sama, dan mendarat pada kaki yang sama .

Lompat ini tidak sesuai dengan karakteristik lompat jauh yang bertumpu pada satu kaki. Dalam lompat katak menolak menggunakan dua kaki, sedangkan dalam lompat jauh menolak dengan satu dengan kata lain lompat katak tidak sesuai dengan jenis lompat yang dikembangkan karena dalam melakukannya dengan dua kaki. Sementara untuk pendaratan masih sesuai yaitu dengan menggunakan dua kaki. Berikut ini adalah gambaran hasil lompat jauh atlet Kabupaten Serang dalam event Pekan Olahraga Kabupaten (P PORKAB ORKAB ) Serang.

Tabel 1.1

Data Hasil Prestasi Lompat Jauh Atlet PASI Kabupaten pada Serang,

NO TAHUN NAMA PRESTASI KET.

1 2003 Jumadi 5,61 meter

2 2005 Saepul anwar 5.59 meter Menurun

3 2007 Darto 5.58 meter Menurun

4 2009 Fahri 5.56 meter Menurun

Keterangan :

Sumber data dari Koni Kabupaten Serang.

(6)

menggunakan latihan melompat dengan satu kaki meraih bola diatas dan latihan berjingkat. Melompat dengan satu kaki adalah merupakan bentuk latihan yang sesuai dengan karakteristik lompat jauh yang sama-sama pada saat menolak (take of ) menggunakan satu kaki dan latihan ini merupakan latihan yang mendukung dalam meningkatkan hasil lompat jauh seperti dikemukakan oleh Edi Karsono (2006:45) “untuk melakukan lompat jauh gaya jongkok, ada beberapa latihan pendukung yang dapat dilakukan. a) latihan pendukung I: melompat tanpa awalan b). latihan pendukung II: meraih bola yang di gantung” selain gerakan melompat meraih bola di atas ada gerakan yang sejenis yang dapat meningkatkan daya ledak otot power tungkai, seperti yang dikatakan Haryati dkk (2006:9) “gerakan melompat meraih bendera”. Sedangkan latihan berjingkat bentuk latihan yang dapat meningkatkan daya ledak power tungkai . Seperti yang dikatakan Dikdik dkk (2009:60) “ berjingkat-jingkat menghasilkan beban yang lebih tinggi dari pada meloncat-loncat “ mengacu pada pendapat tersebut bahwa berjingkat adalah bentuk latihan yang dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Depdiknas (2003:8) “Berjingkat-jingkat menghasilkan beban yang lebih tinggi dari pada meloncat-loncat. Selalu bergantian kiri dan kanan cdengan tiap pengulangan”.

(7)

Untuk mendapatkan hasil lompatan yang optimal, diperlukan kondisi fisik dan teknik yang memadai. Pengaruh kondisi fisik akan terlihat pada kecepatan pelompat ketika melakukan awalan dan kekuatan tolakan pada lompat jauh. Sedangkan keserasian gerak awalan dan tolakan sangat bergantung pada kemampuan tekniknya. Apabila kecepatan lari awalan dan kekuatan yang baik, maka hasil lompatannya pun akan baik.

Disamping memiliki kondisi fisik diperlukan juga teknik yang memadai, karena lompat jauh ditentukan oleh awalan, tolakan, melayang dan pendaratan. Seperti dikatakan oleh Ballesteros (1976) yang dialihbahasakan oleh Hendrayana (2007:3.3) mengemukakan bahwa: ”Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki tolak. Kedua gaya menentukan parabola titik gravitasi”.

Sedangkan Gilang 2007:39) mengatakan bahwa:

Untuk memperoleh suatu hasil yang optimal dalam lompat jauh, selain pelompat tersebut memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, ketepatan, kelentukan, dan kordinasi gerakan, juga harus memahami dan menguasai teknik untuk melakukan gerakan lompat jauh. Di samping itu, gerakan lompat jauh harus dilakukan dengan cepat, luwes, dan lancar.

Dalam perlombaan lompat jauh seorang pelompat akan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya dan untuk mendarat di bak lompat sejauh-jauhnya. Menurut Gilang (2007:39)

Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya” Sedangkan (Syarifuddin (1992 : 90) mengemukakan bahwa:

(8)

Karena lompat jauh termasuk nomor lompat yang diperlombakan, maka diperlukan metode latihan yang tepat untuk meningkatkan prestasi. Untuk mencapai prestasi yang baik di dalam lompat jauh. Selain si pelompat harus memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, ketepatan, kelentukan dan koordinasi gerak, juga harus memahami dan menguasai teknik untuk melakukan gerakan lompat jauh tersebut serta dapat melakukannya dengan cepat, tepat, luwes dan lancar. Teknik untuk lompat jauh yang benar perlu memperhatikan unsur-unsur: awalan, tolakan, sikap badan di udara (melayang) dan mendarat. Keempat unsur ini merupakan satu kesatuan, yaitu urutan gerakan lompat yang tidak terputus.

Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya atau sikap badan pada saat melayang di udara. Karsono (2007:43) mengemukakan “Dalam nomor lompat jauh, ada beberapa gaya yang dapat dilakuakan, yaitu gaya jongkok, gaya berjalan di udara, dan gaya menggantung”. Sedangkan Herdiana (2004:35) mengemukakan:

Beberapa gaya dalam lompat jauh adalah sebagai berikut: a) Gaya jongkok ( sikap tubuh saat melayang posisinya jongkok) atau disebut gaya”tuck”, b) gaya lenting (sikap tubuh saat meleyang dilentingkan) atau disebut gaya”Hang style”, c) jalan di udara (sikap tubuh saat melayang berjalan di udara) atau disebut gaya “walking in the air.

Sedangkan Soegito dkk (1994:143) mengatakan:

Ada tiga cara sikap melayang yaitu: 1) gaya jongkok (waktu melayang bersikap jongkok), 2) gaya lenting (waktu di udara badan dilentingkan), dan 3) gaya jalan di udara (waktu melayang kaki bergerak seolah-olah berjalan di udara)”.

(9)

prestasi ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Unsur tersebut menurut Sajoto (1988:15) diantaranya adalah: “1) unsur fisik yang lebih popular dengan kondisi fisik, 2) unsur teknik, 3) unsur mental, 4) unsur kematangan juara”. Dari keempat unsur tersebut, ialah satu unsur yang merupakan faktor utama yaitu kondisi fisik. Pendapat dari Depdiknas (2000:101) Bahwa “Salah satu unsur atau faktor penting untuk meraih suatu prestasi dalam olahraga adalah kondisi fisik, disamping penguasaan teknik, taktik dan kemampuan mental”. Menurut Harsono (2001:4) kondisi fisik adalah “Kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh agar dengan demikian prestasi atlet semakin meningkat”. Masih menurut Harsono (1988:153) kondisi fisik adalah “Kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik”. Sedangkan Kondisi fisik menurut Sajoto (1988:16):

Adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut.

Komponen yang dimaksud menurut Sajoto (1988:16) adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan; 2. Daya tahan; 3. Daya ledak; 4. Kecepatan; 5. Daya lentur; 6. Kelincahan; 7. Koordinasi; 8. Keseimbangan; 9. Ketepatan dan 10. Reaksi. Dari beberapa komponen kondisi fisik tersebut Menurut Sajoto, (1988:12).

(10)

Usaha untuk meningkatkan power dibutuhkan latihan yang disesuaikan dengan kemampuan atlet, sebab atlet dari masing-masing cabang baik dari cabang yang sama dan bahkan dari cabang yang berbeda yang memiliki kemampuan yang berlainan. Dengan demikian perlu dicari bentuk latihan yang tepat dan efektif untuk meningkatkan power ototnya terutama pada kemampuan melompat adalah kekuatan otot-otot pada tungkai. Menurut Sajoto (1988:17):

Salah satu unsur kondisi fisik yaitu latihan power atau daya ledak Sedang latihan yang dapat meningkatkan explosif power (kekuatan daya ledak) antara lain adalah : 1)Melompat memantul jauh ke depan atas (bounds), 2) Loncat- loncat vertikal (hops), 3) Melompat (jump), 4) Lompat berjingkat (leaps), 5) melompat dengan satu kaki meraih bola di atas (jump ball with one `foot above reach)

Dengan adanya berbagai macam bentuk-bentuk latihan lompat jauh yang tujuannya untuk memacu atau merangsang tolakan kaki agar kuat sehingga menghasilkan lompatan melambung tinggi.

Dalam penelitian ini dipilih dua jenis bentuk latihan yaitu melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan latihan berjingkat. Latihan ini pada intinya bertujuan untuk memacu dan merangsang tolakan kaki agar kuat sehingga menghasilkan lompatan melambung tinggi. Kedua bentuk latihan tersebut belum diketahui dengan pasti, mana yang lebih efektif dalam meningkatkan prestasi lompat jauh gaya jongkok. Untuk mengetahui bentuk latihan yang dapat memberikan pengaruh yang lebih baik, maka perlu dilakukan penelitian.

(11)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah latihan melompat dengan satu kaki memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada Atlet PASI Kabupaten Serang ?

2. Apakah latihan berjingkat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada Atlet PASI Kabupaten Serang ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan melalui latihan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan latihan berjingkat terhadap peningkatan hasil lompat jauh gaya jongkok pada Atlet PASI Kabupaten Serang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Untuk mengkaji tingkat pengaruh latihan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas terhadap peningkatan hasil lompat jauh gaya jongkok terhadap atlet PASI Kabupaten Serang.

(12)

3. Untuk mengkaji tingkat perbedaan hasil lompat jauh gaya jongkok melalui melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan latihan berjingkat terhadap atlet PASI Kabupaten Serang.

D. Asumsi

Melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan berjingkat adalah merupakan pliometrik untuk meningkatkan power tungkai, karena melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan berjingkat memerlukan kontraksi eksplosif, dimana gerakan ini baik untuk memperkembang power maksimal pada otot tungkai, yaitu dengan terlebih dahulu menggerakan otot tersebut ke arah berlawanan, maka akan dapat mengerahkan lebih banyak tenaga konsentrik (consentric energy) pada kelompok otot tungkai. Lompat jauh adalah olahraga yang memerlukan daya ledak otot tungkai. Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas, ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) seperti yang dikatakan Karsono (2006:43) “lompat jauh merupakan olahraga melompat diatas papan tolakan untuk menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya”.

(13)

melakukannya dengan cepat, tepat, luwes dan lancar. Teknik untuk lompat jauh yang benar perlu memperhatikan unsur-unsur: awalan, tolakan, sikap badan di udara (melayang) dan mendarat. Dipengaruhi juga oleh kecepatan lari awalan, kekuatan tungkai tumpu, koordinasi sewaktu melayang di udara dan mendarat. Lompat jauh sangat dipengaruhi oleh Kecepatan adalah kemampuan organisme atlet dalam melakukan gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya

Selain memerlukan latihan yang khusus untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai nomor lompat jauh memerlukan juga faktor lain yang sangat penting yaitu kondisi fisik dan teknik yang memadai seperti yang dkemukakan oleh Hendrayana (2007:33):

Untuk mendapatkan hasil lompatan yang optimal, diperlukan kondisi fisik dan teknik yang memadai. Pengaruh kondisi fisik akan terlihat pada kecepatan pelompat ketika melakukan awalan dan kekuatan tolakan pada lompat jauh. Sedangkan keserasian gerak awalan dan tolakan sangat bergantung pada kemampuan tekniknya. Apabila kecepatan lari awalan dan kekuatan yang baik, maka hasil lompatannya pun akan baik.

Sedangkan Gilang 2007:39) mengatakan bahwa:

Untuk memperoleh suatu hasil yang optimal dalam lompat jauh, selain pelompat tersebut memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, ketepatan, kelentukan, dan kordinasi gerakan, juga harus memahami dan menguasai teknik untuk melakukan gerakan lompat jauh. Di samping itu, gerakan lompat jauh harus dilakukan dengan cepat, luwes, dan lancar.

(14)

kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Kecepatan disini adalah kecepatan lari dalam lompat jauh gaya jongkok yang mana kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari langkah yang dilakukan secara cepat dan tepat. Secara cepat maksudnya setelah lari awalan lompat jauh itu untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh, secara tepat maksudnya setelah lari awalan dengan kecepatan tadi diupayakan kaki tumpu dapat jatuh dibalok tumpuan.

Kekuatan merupakan unsur yang penting dan perlu mendapatkan perhatian khususnya dalam melaksanakan program latihan. Latihan kekuatan mendapat porsi lebih banyak dibandingkan unsur yang lainnya. Menurut Sajoto (1995:8) “Kekuatan adalah dasar yang paling penting dalam melatih ketrampilan gerak”. Komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Jadi kekuatan merupakan otot dalam menahan beban dari kerja dalam waktu tertentu secara maksimal. Dalam lompat jauh unsur kekuatan sangatlah penting untuk mendapatkan hasil tolakan yang kuat dan benar sehingga dapat pula melakukan tolakan yang tinggi.

(15)

meningkatkan Kecepatan, Kekuatan dan Daya ledak dapat dilakukan dengan melakukan latihan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan latihan berjingkat.

E. Hipotesis

1. Latihan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada Atlet PASI Kabupaten Serang.

2. Latihan berjingkat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada Atlet PASI Kabupaten Serang

3. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan latihan berjingkat terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada Atlet PASI Kabupaten Serang.

F. Metode Penelitian

(16)

(2009:114) “Quasi Eksperimen adalah mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”. Quasi eksperimen tidak sepenuh mengontrol variabel yang mempengaruhinya. Kegiatan-kegiatan keseharian yang diluar penlitian mempengaruhi perlakuan tidak terkontrol.

Desain penelitian yaitu The Matching Only Pretest-PostestControl Group.

Desain ini adalah dua kelompok yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kedua kelompok setelah diberi perlakuan. Peneliti memilih The Matching Only Pretest-Postest Control Group karena memiliki kesamaan dalam melakukan penelitian, yaitu ada dua kelompok eksperimen dan masing-masing kelompok diberi perlakuan.

G. Lokasi, Jenis, dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian di laksanakan di Halaman Sekolah Dasar Negeri Serang 13 Kota Serang.

2. Jenis Penelitian Eksperimen

Jenis penelitian adalah eksperimen yaitu melakukan latihan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan latihan berjingkat.

3. Waktu penelitian

Penelitian ini mulai tanggal 14 Juni 2010 sampai dengan 30 Juli 2010. Penelitian ini diawali dengan preetest pada tanggal 13 Juni 2010 dan hari latihan mulai tanggal 14 Juni 2010 sampai dengan 30 Juli 2010. Post test

(17)

kali seminggu tiap hari Senin, Rabu dan Jum at. Dengan pelaksanaan tiap sore pukul 15.30-16.30 WIB.

H. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan subyek yang akan dijadikan penelitian. Menurut Sutrisno Hadi, (2000:220), “Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh individu yang akan dijadikan subjek penelitian dan keseluruhan individu itu paling sedikit harus memiliki suatu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet atletik PASI Kabupaten Serang yang sedang melakukan pembinaan terhadap atlet-atlet muda potensial berjumlah 22 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang mewakili dari populasi yang akan diteliti. Menurut Suharmi Arikunto (2006:131) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Masih menurut menurut Suharsimi Arikunto, (1998:104). “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Pendapat lain, Sutrisno Hadi (2000:221), menjelaskan bahwa: “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diselidiki”.

(18)
(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan Quasi Eksperimen. Pemilihan Quasi Eksperimen ini adalah Suatu situasi yang dijadikan sebagai eksperimen walaupun situasi tersebut tidak dirancang secara keseluruhan, variabel independen tidak boleh dimanipulasi oleh peneliti, kelompok penanganan dan kontrol. Kuasi eksperimen: menggambarkan bahwa kekurangan yang ada pada setiap kontrol berpengaruh kepada percobaan (penelitian) yang sesungguhnya. Suatu penelitian telah diterapkan namun seluruh variabel ekstra yang ada di dalamnya tidak dikontrol. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:114) “Quasi Eksperimen adalah mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”. Quasi eksperimen tidak sepenuh mengontrol variabel yang mempengaruhinya.

Mengacu pada pendapat tersebut, maka peneliti berasumsi bahwa penerapan Quasi eksperimen dalam penelitian ini dipandang tepat karena memberkan perlakuan terhadap dua kelompok sampel yakni pada atlet PASI kabupaten Serang yang dibagi menjadi dua kelompok eksperimen. Kelompok I adalah melompat dengan satu kaki meraih bola di atas. Sedangkan kelompok II adalah latihan dengan berjingkat. Dalam proses perlakuan banyak hal yang tidak bisa sepenuhnya terkontrol yang ketat terhadap kegiatan sehari-hari dalam latihan, makanan yang dikonsumsi, dan lain-lain.

(20)

A. Desain Penelitian

Pelaksanaan desain ini dilakukan dengan cara meneliti terlebih duhulu variabel terikat (Y) melalui pretest (T1) sebelum mengadakan pengukuran dan pengidentifikasian variabel bebas (X), setelah melakukan pretest kemudian dilakukan perlakuan. Hasil perlakuan dilakukan pengukuran melalui posttest

(T2), dan hasil pengukuran pretest (T1) dibandingkan dengan hasil posttest (T2) untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari munculnya X.

Desain penelitian ini, menggunakan pretest-posttest control group desain. pretest-posttest control group desain merupakan desain penelitian yang menggunakan dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest

untuk mengetahui keadaan awal, untuk dibandingkan dengan sampel, setelah diberi perlakuan. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:112-113) bahwa: “ dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperman dan kelompok control”. Desain dapat di lihat dalam gambar berikut:

Gambar 3.1 Desain penelitian

Hasil Lompat jauh Gaya Jongkok (Y)

Latihan berjingkat (X2) Latihan melompat

dengan satu kaki meraih bola diatas

(X1)

ρyx1

ρyx2

(21)

Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:112-113) adalah subjek penelitian ini yang ditetapkan secara acak dengan cara menjumlahkan subjek yang berada dalam dua kelompok eksperimen dengan variabel penelitian. Penjumlahan ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok ekuivalen dan homogen dalam variabel tersebut. Anggota dari seluruh sampel yang ada kemudian ditetapkan menjadi dua kelompok eksperimen secara mekanis.

Dengan kata lain, dua kelompok eksperimen dapat perlakuan setelah atlet diberi prates yang berhubungan dengan variabel dependen penelitian. Berikut ini hasil ujian homogenitas kedua kelompok berdasarkan skor prates mereka, dimana berdasarkan uji tersebut tampak bahwa kedua kelompok homogen sampai tingkat 0.029, yang berarti kedua kelompok dapat dikatakan homogen dengan tingkat kepercayaan 97.1%. Ini berarti kedua kelompok dapat dijadikan kelompok eksperimen pada penelitian dengan tingkat kepercayaan 95%.

Tahap awal penelitian dilakukan kajian terhadap pembelajaran yang umumnya berlangsung di sekolah dan hasil belajar siswa berupa nilai yang terkumpul ketika di akhir semester. Langkah berikutnya adalah mempersiapkan penelitian dengan menyiapkan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan SPSS untuk mengolah data prestasi atlet, serta meneliti perbedaan proses latihan yang berlangsung pada kedua kelompok eksperimen.

(22)

B.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Dalam upaya memperoleh data berupa hasil lompat jauh gaya jongkok sesuai dengan konteks penulisan, maka penulis menggunakan populasi dan sample atlet PASI Kabupaten Serang. Definisi populasi menurut Sutrisno Hadi, (2000:220), “Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Kemudian pendapat Sugiyono (2008:117) mengatakan: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh penelitin untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Sedangkan Riduwan (2009:6) mengatakan “Populasi merupakan atau obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”.

(23)

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian subyek yang akan teliti atau merupakan wakil dari populasi. Seperti Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:131). “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Pendapat lain, Sutrisno Hadi (2000:221), menjelaskan bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi yang diselidiki”. Sedangkan Sugiyono (2008:118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pedoman dalam pengambilan jumlah sampel ini, penulis mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:134) yaitu “untuk sekedar ancer-ancer,maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Riduwan (2009:8) “Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu”.

Sesuai dengan sejumlah acuan tersebut, penulis menggunakan Sampel dari seluruh populasi (total sampling) sebanyak 22 Atlet PASI Kabupaten Serang. Karena Subyek yang diteliti hanya 22 orang atlet maka ditetapkan sebagai sampel semua karena jumlah sampel atau subyeknya kurang dari 100 orang. Oleh sebab itu dalam penentuan atau pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling, yaitu mengikutsertakan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian.

C.Lokasi dan Waktu Penelitian

(24)

D.Variabel Penelitian

Variable penelitian merupakan titik perhatian suatu penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:118) “Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”Sedangkan Sugiyono(2008:61) mengemukakan bahwa: “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari seorang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu latihan melompat dengan satu kaki meraih bola diatas dan berjingkat. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil lompat jauh gaya jongkok.

E.Definisi Operasional

a. Hasil Lompat Jauh

Hasil lompat jauh adalah pencapaian suatu jarak lompatan seorang pelompat setelah melakukan latihan sesuai dengan program latihan yang diberikan selama 21 pertemuan. Latihan yang diberikan yaitu melompat dengan satu kaki meraih bola di atas sebagai kelompok I dan berjingkat sebagai kelompok II.

(25)

atletik. Dalam kontek penelitian ini yang dimaksud dengan hasil lompat jauh adalah hasillompatan menggunakan gaya jongkok

b.Melompat dengan satu kaki meraih bola di atas.

Latihan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas merupakan latihan yang mengutamakan latihan pada kekuatan daya ledak otot tungkai. Kekuatan daya ledak otot tungkai adalah faktor yang penting dalam mempengaruhi hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok. seperti yang dikemukakan oleh Karsono (2007:46-47)

Untuk melakukan lompa

t jauh gaya jongkok, ada beberapa latihan pendukung yang dapat dilakukan a) latihan pendukung I: melompat tanpa awalan, b) latihan pendukug II: meraih bola yang di gantung, c) latihan pendukung II: melompat denan awalan.

Pelaksanaan: melompat dengan satu meraih bola di atas. a. Berdiri 3 langkah dari bola yang akan diraih. b. Majulah 3 langkah ke depan dengan cepat.

c. Pada langkah ke 3 ayunkan kaki belakang setinggi mugkin sesuai kemampuan.

d. Ayunkan kaki kearah depan.

e. Lakukan tolakan dengan kaki depan yang lebih kokoh sehingga hasil tolakannya cukup jauh.

(26)

Masih menurut Karsono (2007:45-46) “Beberapa latihan pendukug untuk melakukan lompat jauh: a) lompatan untuk meraih benda, b) lompatan dengan awalan 2-5 langkah”

c. Latihan dengan Berjingkat

Berjingkat atau jingkat-jingkat merupakan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan daya ledak otot tungkai, sama halnya dengan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas hanya perbedaannya dalam berjingkat kaki yang menolak akan menjadi kaki pendaratan. Sedangkan dalam melompat dengan satu kaki meraih bola di atas melompat dengan satu kaki dan mendarat dengan dua kaki dan posisi badan pada saat mendarat membungkuk. Untuk melakukan berjingkat ini, seperti yang dikemukakan oleh: Depdikbud, (1996 : 83) “berjingkat adalah sikap berdiri tegak dengan satu kaki, sementara kaki yang lain ditekuk ke belakang, sikap tangan ditekuk di samping badan berjingkat dengan satu kaki Berjingkat”.

(27)

F. Instrumen Penelitian

Intrumen adalah alat atau fasilitas yang di gunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya akan lebih baik dalam arti cepat, lengkap, sistematis sehingga akan mudah untuk di olah. Suharsimi Arikunto (2006:168) menjelaskan “Intrumen yang baik harus memunuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel”. Intrumen yang digunakan penelitian ini adalah tes lompat jauh gaya jongkok yang dirancang oleh tim PASI Kabupaten Serang. Tim PASI melakukan tes lompat dengan dua kali tes. Tes adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya akan lebih baik, dalam arti cepat, lengkap, sistematis sehingga akan lebih mudah untuk diolah. Untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil lompat jauh gaya jongkok setelah dilakukan latihan melompat dengan satu kaki maeraih bola di atas dan latihan berjingkat.

1. Test

Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan / bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

(28)

Pengukuran hasil lompat jauh gaya jongkok digunakan untuk mengetahui jauhnya lompatan sebagai hasil dari latihan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan latihan berjingkat.

Tes pengukuran kemampuan lompatan mempergunakan lompat jauh gaya jongkok.

G. Pengumpulan data

Pengumpulan data tes lompat jauh gaya jongkok pebeliti di Bantu oleh 2 orang pengurus PASI Serang dan 1 orang guru SDN Serang 13. pelaksanaan tes dilaksanakan 15.30 setelah sebelumnya ada kesepakatan denganpemngurus PASI tersebut. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Tujuan : Mengukur hasil atau jauhnya lompatan Alat/fasilitas : - Bak lompat berisi pasir

- Meteran - Bendera - Cangkul - Perata pasir

- Blangko hasil lompatan Pelaksanaan :

Subyek berdiri 30 – 40 meter dari papan tolakan untuk mendapatkan kecepatan maksimal.

(29)

Menolak pada papan tolakan

Saat melayang di udara sikap tubuh jongkok Mendarat dengan kedua kaki dan tangan ke depan.

Skor : Berapa jauh lompatan yang dicapai oleh objek dalam melakukan lompat jauh gaya jongkok, dari dicatat dalam satuan meter

H. Program latihan

(30)

Tabel 3.1

PROGRAM LATIHAN DAN TES LOMPAT JAUH ATLET ATLETIK PASI KABUPATEN SERANG

Kelompok I : Latihan melompat dengan satu kaki meraih bola diatas Kelompok II : Latihan berjingkat

Frekuensi Latihan : 3 x 1 minggu (Senin, Rabu, Jumat)

NO Perte

muan Ke

Kegiatan Ket

Kelompok I Kelompok II Alokasi

(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)

I. Jadwal Latihan

Jadwal latihan di susun agar pelaksanaan Latihan menjadi tertib. Pelaksanaan latihan di jadwalkan pada hari Senin, Rabu dan Jumat jam 15.30-16.30

Tabel 3.2 Jadwal

Latihan Melompat Dengan Satu Kaki Meraih Bola Di Atas Dan Latihan Berjingkat

N

O TANGGAL HARI WAKTU TEMPAT KET

1 13/06/2010 Minggu 15.30-16.30 SDN Serang 13 Pretes

2 14/06/2010 Senin 15.30-16.30 SDN Serang 13

3 16/06/2010 Rabu 15.30-16.30 SDN Serang 13

4 18/06/2010 Jum at 15.30-16.30 SDN Serang 13

5 21/06/2010 Senin 15.30-16.30 SDN Serang 13

6 23/06/2010 Rabu 15.30-16.30 SDN Serang 13

7 25/06/2010 Jum at 15.30-16.30 SDN Serang 13

8 28/06/2010 Senin 15.30-16.30 SDN Serang 13

9 30/06/2010 Rabu 15.30-16.30 SDN Serang 13

10 02/07/2010 Jum at 15.30-16.30 SDN Serang 13

11 05/07/2010 Senin 15.30-16.30 SDN Serang 13

12 07/07/2010 Rabu 15.30-16.30 SDN Serang 13

13 9/07/2010 Jum at 15.30-16.30 SDN Serang 13

14 12/07/2010 Senin 15.30-16.30 SDN Serang 13

15 14/07/2010 Rabu 15.30-16.30 SDN Serang 13

16 16/07/2010 Jum at 15.30-16.30 SDN Serang 13

17 19/07/2010 Senin 15.30-16.30 SDN Serang 13

18 21/07/2010 Rabu 15.30-16.30 SDN Serang 13

19 23/07/2010 Jum at 15.30-16.30 SDN Serang 13

20 26/07/2010 Senin 15.30-16.30 SDN Serang 13

21 28/07/2010 Rabu 15.30-16.30 SDN Serang 13 22 30/07/2010 Jum at 15.30-16.30 SDN Serang 13

(38)

Kalender Penelitian

Bulan Juni 2010

Minggu 6 13 20 27

Senin 7 14 21 28

Selasa 1 8 15 22 29

Rabu 2 9 16 23 30

Kamis 3 10 17 24

Jumat 4 11 18 25

Sabtu 5 12 19 26

Bulan Juli 2010

Minggu 4 11 18 25

Senin 5 12 19 26

Selasa 6 13 20 27

Rabu 7 14 21 28

Kamis 1 8 15 22 29

Jumat 2 9 16 23 30

Sabtu 3 10 17 24 31

Gambar 3.1 Kalender Penelitian

Keterangan :

= Test Awal (Pre Test)

= Treatment (latihan)

= Test Akhir (Post Test)

Hari latihan : Senin, Rabu, Jumat

Jam : 15.30 – 16.30 WIB

(39)

J. Alur Penelitian

Alur penelitian merupakan pedoman sistematis dalam mengungkap permasalahan penelitian yang sedang diteliti. Alur penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Adapun skema proses pengumpulan data digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Populasi

Sampel

Pretest

Kelompok melompat dengan satu kaki meraih bola di atas

Kelompok Latihan Berjingkat

Treatment

Post Test

Pengolahan dan analisis data

(40)

K.Langkah-Langkah

1. Tahap Persiapan

a. Menyiapkan izin penelitian

Ijin penelitian diajukan kepada Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI) Bandung dan PASI Kabupaten Serang oleh peneliti sebagai bentuk legalitas penelitian.

b. Mempersiapkan petugas lapangan, yakni merekrut 2 orang dari pengurus Persatuan Atletik Seluruh Indonesia ( PASI) Kabupaten Serang untuk membantu pengambilan data.

c. Mempersiapkan alat-alat dan perlengkapan untuk pengambilan data ( Blangko data, meteran dan alat tulis.

d. Mengatur rencana dan membuat jadwal

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengadakan pretes untuk mengetahui data awal yaitu lompat jauh gaya jongkok diberi kesempatan 3 tiga kali lompatan diambil hasil lompatan yang paling jauh.

(41)

c. Diberi perlakuan yaitu kelompok eksperimen I latihan melompat dengan satu kaki meraih bola di atas dan kelmpok eksperimen II latihan dengan berjingkat.

d. Setelah latihan selama 21 pertemuan, diadakan postes yaitu lompat. jauh gaya jongkok dengan tiga kali kesempatan diambil hasil yang paling jauh dari tiga lompatan..

e. Pengolahan data

L. Prosedur Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pre test dan post test. Pengolahan data dilakukan terhadap skor yang diperoleh atlet tanpa melakukan konversi terhadap nilai dalam skala 1-10. Pengubahan skor terhadap skala nilai akan mengubah normalitas data, seperti yang diungkapkan oleh Endi Nugraha (1993:20) bahwa dalam meneliti suatu perlakuan, data yang diperoleh jangan diubah ke sistem nilai lain dengan menggunakan skala sigma.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data hasil tes adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Distribusi

Tujuannya adalah untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Kenormalan data dapat diuji dengan menggunakan distribusi liliefors Karena data yang digunakan kurang dari 30. Langkah-langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

(42)

b. Menghitung nilai simpangan baku dengan pendekatan rumus :

( )

= Jumlah kuadrat skor mentah n = Banyaknya sampel

c. Pengamatan Xi, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku Zi, Z2, …, Zn dengan menggunakan rumus :

d. Untuk tiap bilangan ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, e. kemudian dihitung F (Zi) = P (Z<Zi).

f. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …, Zn dengan menggunakan rumus yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi).

g. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya. X1 – X

(43)

h. Ambil angka terbesar dari harga-harga mutlak tersebut selanjutnya harga tersebut dinyatakan dengan harga Lo.

i. Untuk menerima hipotesis, maka kita bandingkan nilai Lo ini dengan nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata a = 0,05 dengan kriteria adalah terima hipotesis Ho yang menyatakan bahwa data berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan lebih kecil dari nilai L dari daftar nilai kritis uji liliefors.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menilai apakah data hasil penelitian dari dua kelompok yang diteliti memiliki varians yang sama atau tidak. Jika data memiliki varians yang cenderung sama (homogen), maka bisa dikatakan bahwa sampel-sampel dari kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang sama/seragam. Dalam hal ini, pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F dengan rumus sebagai berikut;

F = 2 2

Vk Vb

dimana F = Nilai homogenitas varians

Vb2 = Varians terbesar Vk2 = Varians terkecil

Ftabel dengan jumlah data 12 dan 12 pada α = 0,05 (dk = 11, 11) 0,05 didapat 2,818. Jika Fhitung < Ftabel maka data homogen, dan demikian sebaliknya. 3. Uji t

a. Uji t sampel berpasangan (Paired Sample T Test)

(44)

latihan baik kelompok yang melakukan latihan lompat dengan satu kaki meraih bola di atas maupun kelompok yang melakukan latihan berjingkat. Penggunaan analisis Paired Sample T test dikarenakan kedua kelompok data memiliki keterkaitan yakni skor sebelum dengan skor sesudah dari responden yang sama. Adapun rumus nya adalah sebagai berikut :

∑ ∑

(Suharsimi Arikunto, 2003: 510) Dimana:

D = Gain skor akhir dengan skor awal

= Mean Difference atau nilai rata-rata gain skor akhir dengan skor awal N = jumlah responden/sampel

Nilai thitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan hipótesis dan kriteria sebagai berikut.

Hipotesis yang diajukan adalah;

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan lompat jauh gaya jongkok atlet PASI Kab. Serang sebelum dan sesudah melakukan latihan

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan lompat jauh gaya jongkok atlet PASI Kab. Serang sebelum dan sesudah melakukan latihan Kesimpulan diambil berdasarkan kriteria sebagaimana berikut;

(45)

Ha diterima jika thitung > ttabel: “terjadi perubahan/peningkatan yang signifikan pada kemampuan lompat jauh gaya jongkok setelah melakukan latihan”

ttabel dengan jumlah data responden 11 pada α = 0,05 (dk = n - 1 = 11 – 1 = 10) didapat 2,201.

b. Uji t sampel Bebas (Independent Sample T Test)

Uji t ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang berarti (signifikan) dalam prestasi lompat jauh gaya jongkok pada kelompok yang melakukan latihan lompat dengan satu kaki menangkap bola di atas dan kelompok yang melakukan latihan berjingkat. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

S Simpangan baku gabungan

=

Y Skor rata-rata tes akhir. Kriteria pengujian adalah diterima hipotesis Ha, jika t1αt di mana t1αdidapat dari daftar distribusi dengan

(

1 + 2 −2

)

= n n

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang peningkatan prestasi lompat jauh gaya jongkok melalui latihan melompat dengan satu kaki meraih bola diatas dan latihan berjingkat, dapat ditarik beberapa simpulan berikut:

1. Terdapat peningkatan prestasi yang signifikan kemampuan atlet lompat jauh gaya jongkok kelompok yang melakukan latihan lompat dengan satu kaki meraih bola di atas.

2. Terdapat peningkatan prestasi yang signifikan kemampuan atlet lompat jauh gaya jongkok kelompok yang melakukan latihan berjingkat

3. Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi lompat jauh gaya jongkok antara kelompok yang melakukan latihan melompat dengan satu kaki meraih bola diatas dengan latihan berjingkat.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan tersebut di atas maka saran yang dapat diberikan kepada pelatih atau guru pendidikan jasmani adalah:

1. Dalam memilih jenis latihan yang dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok gaya jongkok disarankan untuk menggunakan jenis latihan yang tepat.

2. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok akan lebih baik dengan latihan melompat dengan satu kaki meraih bola diatas.

(47)
(48)

111

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. (1992). Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta: Depdikbud

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. ASdi Mahasatya

. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya

Bompa. (1994). Power Training for Sport. New York London: Mozaic Press Oakville

Coachdie. (2009). Hakekat Pendidikan Jasmani. [online]. Tersedia: http://www.diecoach.com/69/2009071685/hakekat-pendidikan-jasmani.html [03 Nopember 2010]

Depdikbud. (2004). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi SD dan MI. Jakarta Gilang, M (2007) Pendididkan Jasmani, olahraga dan Kesehatan Untuk SMP

Kelas VII, Jakarta, Exact Ganesca

Giriwijoyto, dkk. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga (Sport Medicine) Untuk Kesehatan dan Prestasi. Bandung: FPOK UPI

Hadi, S. (2000). Metodologi Research I, II dan IV. Yogyakarta: Andi Offset Harsono. (1988). Coaching dan Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta:

Tambak Kusuma

. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung: IKIP UPI

. (2004). Perencanaan Program Latihan.Edisi Kedua Bandung: IKIP UPI Haryati dkk (2006). Aku Gemar Belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Bogor, CV Bina Pustaka.

Hendrayana. (2007). Modul Bermain Atletik. Bandung: FPOK UPI

Herdiana (2004) Belajar Efektif Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kelas VII Ibti Media Cipta Nusantara, Jakarta

Karsono. (2007). Gelora Penjas Untuk SD Kelas 5. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia

(49)

112 ………. (2007). Gelora Penjas Untuk SD Kelas 4. Bandung: Sinergi Pustaka

Indonesia

KONI. (2000). Panduan Kepelatihan. Jakarta: KONI

Kosasih, (1993). Olahraga Tehnik dan Program Latihan. Jakarta: Akademika Pressindo

Ngatiyono (2004) Pendidikan Jasmani Teopri dan Praktek, SMP/MTs,Surakarta, PT. Tiga Serangkai

Riduwan (2009) Pengantar Statistika Sosial Bandung, ALFABETA

Roji (2007) Pendididkan Jasmani, olahraga dan Kesehatan Untuk SMP kKelas VII Kelas VII Jakarta, ERLANGGA

Saputra. (2002). Pembelajaran Atletik Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Sajoto. (1995). Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam

Olahraga. Semarang: Dahara Prize

. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud Sidik, Jafar. (2009). Pedoman Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: FPOK

UPI

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfa Beta

Sugiyono dkk ( 2003 ) Pendididkan Jasmani dan Kesehatan Untuk SMP Kelas 3 Jakarta, Yudistira

Supangat, A (2007) Hubungan Antara Daya Ledak Otot Tungkai, Kelentukan pergelangan tangan Dan Timgi Badan Terhadap Hasil Tembakan Lay Up Kanan Dalam Permainan bola Basket, Skripsi Sarjana Pada IKOR UNNES Semarang, Tidak diterbitkan

Syarifuddin. (1992). Atletik. Jakarta : Depdikbud

Tohar. (2004). ILmu Kepelatihan Lanjut. Semarang : FIK Yogyakarta

(50)

113 Wikipedia Ensiklopedia Bebas. (2010). Lompat Jauh. [online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 1.1 Data Hasil Prestasi Lompat Jauh  Atlet  PASI Kabupaten pada Serang,
Gambar  3.1 Desain penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.1-Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menitik beratkan pada; 1) peran Praktik Industri, karena Praktik Industri merupakan program praktik kegiatan produktif yang dilaksanakan langsung di DU/DI

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: a untuk mengetahui brand image sepatu Nike menurut mahasiswa Fakultas Komunikasi dan Bisnis Telkom University Bandung,

Islami tersebut direncanakan, anatara laian berupa: pertama, karakter religius, seperti pembiasaan shalat tahajud jam 03.00 malam, diistilahkan sepertiga malam

termasuk pula orang yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan suatu perkara pidana meskipun tidak ia dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri, dan tidak ia

Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat

pada budaya Indonesia, yakni musik gamelan Bali, yang berbeda dari. musik Barat yang selama

Untuk pola pemboran yang dilakukan pada tambang bawah tanah perlu diadakannya suatu empty hole atau cut hole yang bertujuan untuk membuat bidang bebas atau free face

Atau karena tidak ingin didengar orang lain, kita berusaha merendahkan intonasi suara sehingga di telinga lawan bicara terdengar seperti desis ular.. Kedua-duanya bukan cara