• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

TATA CARA PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BUMN NON JASA KEUANGAN

2.6. Analisis Laporan Keuangan

2.6.2 Prosedur Dalam Analisis Laporan Keuangan

Sebelum melakukan analisis laporan keuangan, diperlukan langkah atau prosedur tertentu. Langkah atau prosedur ini diperlukanagar urutan proses analisis mudah untuk dilakukan. Adapun prosedur yang dilakukan dalm analisis laporan keuangan (Kasmir, 2010), yaitu:

1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap mungkin, baik untuk satu periode maupun beberapa periode. 2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan dengan rumus-

rumus tetentu, sesuai dengan standar yang biasa digunakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang diperolh benar-benar tepat.

3. Melakukan perhitungan dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan secara cermat.

4. Memberikan intrepretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat.

5. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan.

6. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis tersebut.

2.6.3 Analisis Rasio

Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam sutu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan tersebut dituangkan kedalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat satu sisi saja. Angka- angka ini akan menjadi lebih berguna apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tertentu. Perbandingan ini kita kenal dengan analisis rasio keuangan (Kasmir, 2010).

Menurut Jumingan (2008), rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kursng berarti, kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan sebagai dasar pembanding. Apabila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisis tidak dapat menyimpulkan apakah rasiio-rasio itu menunjukan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Rasio standar itu dapat ditentukan berdasarkan alternatif dibawah ini :

1. Didasarkan pada catatan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan tahun-tahun yang telah lampau.

2. Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya, dipilih satu perusahaan yang tergolong maju dan berhasil

3. Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibudgetkan (disebutkan

goal ratio).

4. Didasarkan pada rasio industri, di mana perusahaan yang bersangkutan masuk sebagai anggotanya.

Dengan perbandingan rasio standar ini akan diketahui apakah rasio perusahaan yang bersangkutan terletak di atas average, average, atau di bawah average. Rasio standar yang baik adalah yang memberikan gambaran rata-rata. Gambaran rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri (gabungan perusahaan sejenis). Rasio ini dipertimbangkan sebagai

satisfactory condition atau representative condition.

Analisa rasio seperti halnya alat-alat analisa yang lain menurut Munawir (1995) adalah future oriented, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode saat ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi psisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat angka rasio sepenuhnya tergantung pada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam mengintrepretasikan data yang bersangkutan.

Untuk melakukan anlisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba, atau hanya kombnasi keduanya. Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Karena itu pertanyaan pertama yang perlu diajawab adalah aspek-aspek apa yang akan dinilai. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai perlu diakitkan dngan tujuan analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditor, aspek yang dinilai akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon pemodal. Kreditor akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban finansial tepat pada waktunya, sedangkan pemodal akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Secara keseluruhan, aspek-aspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan menjadi aspek-aspek leverage, aspek likuiditas, aspek profitabilitas atau efisiensi, dan rasio-rasio nilai pasar (Husnan dan Pudjiastuti, 1994)

2.6.4 Penggolongan Angka Rasio

Pada dasarnya jumlah dari angka-angka rasio itu banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa, namun angka-angka rasio yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan golongan yang kedua adalah berdaarkan pada tujuan penganalisa (Munawir, 1995).

Berdasarkan sumber datanya maka rasio itu dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Jumingan, 2008), yaitu sebagai berikut :

1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan utang jangka panjang, dan sebagainya.

2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba-rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjuala neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio, dan sebagainya.

3. Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan sebagainya.

Menurut Munawir (1995), penggolongan angka rasio yang didasarkan pada sumber datanya sebenarnya kurang bermanfaat bagi penganalisa. Sebab yang dibutuhkan bagi penganalisa bukan dari mana data itu diperoleh, melainkan kegunaan dari angka rasio tersebut dan kesimpulan apa yang dapat diperoleh dari angka rasio tersebut.

2.7.Bentuk Rasio Keuangan

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan bentuk rasio maka dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi

pengambil keputusan. Berikut ini adalah bentuk-bentuk rasio keuangan menurut bebarapa ahli yang dialih bahasakan oleh Kasmir (2010).

Menurut J. Fred Weston, bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut.

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) - Rasio lancar (Current Ratio) - Rasio sangat lancar (Quick Ratio) 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

- Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang (Debt Ratio)

- Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned) - Lingkup biaya tetap (Fixed Charge Coverage) - Lingkup arus kas (Cash Flow Coverage) 3. Rasio Aktivity (Activity Ratio)

- Perputaran sediaan (Inventory Turn Over)

- Rata-rata jangka waktu penagihan piutang (Average Collection Period) - Perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turn Over)

- Perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over) 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

- Margin laba penjualan (Profit Margin on Salaes) - Daya laba dasar (Basic Earning Power)

- Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Asset) - Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)

5. Rasio pertumguan (Growth Ratio) merupakan ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.

- Pertumbuhan penjualan - Pertumbuhan laba bersih

- Pertumbuhan pendpatan per-saham - Pertumbuhan pendapatan per-saham

6. Rasio penialian (Valuation Ratio) adalah rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.

- Rasio harga saham terhadap penjualan - Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku

Kemudian menuru James C van Horne, jenis rasio dibagi menjadi lima rasio dibawah ini.

1. Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio) - Rasio lancar (Current Ratio) - Rasio sangat lancar (Quick Ratio) 2. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio)

- Total utang terhadap ekuitas - Total utang terhadap total aktiva 3. Rasio Pencakupan (Coverage Ratio)

- Bunga penutup

4. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

- Perputaran piutang (Receivable Turn Over)

- Rata-rata penagih piutang (Average Collection Period) - Perputaran sediaan (Inventory Turn Over)

- Perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over) 5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

- Margin laba bersih - Pengembalian investasi - Pengembalian ekuitas

Sementara itu menurut Gerald, terdapat empat kategori dari bentuk rasio yaitu.

1. Activity Analysis, evaluasi pendapatan dan output secara umum dari aset perusahaan.

2. Liquidity Analysis, mengukur keseimbangan sumber kas perusahaan.

3. Long Term Debt and Solvency Analysis

Kemudian menurut Gerald, Activity Analysis terdiri dari masing- masing rasio sebagai berikut.

1. Short-term (Operating) Activity Ratios a. Inventory Turn Over

b. Average No. Days Inventory In Stock c. Receivables Turn Over

d. Average No. Days Receivables Outstanding e. Payables Turn Over

f. Average No. Days Payable Outstanding g. Working Capital Turn over

2. Long-term (Investment) Activity Ratios a. Fixed Assets Turn Over

b. Total Assets Turn Over

Selanjutnya menurut James O. Gill, jenis jenis rasio keuangan terdiri dari masing-masing rasio sebagai berikut.

1. Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio) - Rasio Lancar

- Rasio perputaran kas

- Rasio utang terhadap kekayaan bersih 2. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

- Rasio laba bersih

- Tingkat laba atas penjualan - Tingkat laba atas investasi 3. Rasio Efisiensi (Activity Ratio)

- Waktu pengumpulan piutang - Perputaran sediaan

- Rasio aktiva terhadap nilai bersih (Total Assets Turn Over) - Rasio perputaran investasi

Dari pengrtian dan jenis rasio yang diemukaan di atas, hampir seluruhnya sama dalam menggolongkan rasio keuangan. Jika terdapat perbedaan, hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah karena masing-masing

ahli keuangan hanya berbeda dalam penempatan kelompok rasionya, namun esensi dari penilaian rasio keuangan tidak menjadi masalah.

2.7.1 Rasio Profitabilitas

Rasio pofitabilitas meupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Tujun penggunaan rasio pofitabilitas bagi perusahan maupun bagi pihak luar perusahaan (Kasmir, 2010), yaitu:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaann tahun sebelunya dengan tahun sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahan yang digunakan.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai koponen yang ada dilaporan leuangan, teutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar telihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus penyebab perubahan tersebut. Jenis-jenis rasio profitabilitas seperti

profit margin on sales, return on investment, return on equity, serta earning per-share of common stock.

2.7.2 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan (Kasmir, 2010). Caranya adalah dengan membandingkan

komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (untuk jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlibat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Jenis-jenis dari rasio likuiditas adalah seperti current rastio, cash rati,

dan juga quick ratio.

Terdapat dua hasil penilaian terhadap terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut dikatakan perusahaan dalam keadaan ilikuid. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas (Kasmir, 2010):

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atas hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.

2. Untuk mengukur kemampuan perusaahaaan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar secara keseluruhan.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang.

6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan hutang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke- waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

2.7.3 Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan (Kasmir, 2010). Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang penjualan, persediaan, penaghian piutang dan efisiensi dibidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Jenis-jenis rasio aktivitas seperti receivable turnover, inventory turnover, dan days of inventory.

2.7.4 Rasio Solvabilitas

Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Sedangkan menurut Kasmir (2010) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dbandingkan dengan aktivanya. Dalam arti yang luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik janka pendek maupun jangka panjang apabila dilikuidasi. Berikut ini adalah beberapa tujuan perusahaan menggunakan rasio solvabilitas menurut Kasmir (2010), yaitu:

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lain.

2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap.

3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

2.8. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa penelitian tentang privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah banyak dilakukan dari berbagai macam sudut pandang, contohnya sebagai berikut. Kurniawati dan Lestari (2007) melakukan studi atas kinerja perusahaan setelah privatisasi. Peneliti mencoba menilai kinerja beberapa BUMN baik kinerja keuangan maupun kinerja sahamnya setalah melakukan privatisasi melalui IPO. Adapun kinerja keuangan yang diukur antara lain adalah Likuiditas (Current Ratio, Cash Ratio, Acid Test Ratio),

Profitabilitas (GPM, ROA, ROE dan NPM), Leverage (Debt Ratio, Debt to Equity Ratio dan Long Term to Debt Ratio), sedangkan kinerja saham diukur dengan indikator Abnormal Return (AR). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan rasio Likuiditas,

Profitabilitas dan Leverage sesudah privatisasi tidak lebih baik dibanding sebelum privatisasi. Sedangkan kinerja saham BUMN dapat memberikan pendapatan diatas rata-rata pasar (Abnormal Return Psitive).

Munggaran (2007) melakukan penelitian tentang analisa perbandingan kinerja keuangan BUMN sebelum dan sesudah privatisasi. Penulis mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan aspek keuangan yang terdapat dalam SK Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 yang terdiri dari delapan indikator yaitu ROE, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Collection Period,

Perputaran Persediaan, Perputaran Total Aset, dan Total Modal Sendiri terhadap Total Aset. Setelah dilakukan pengujian hipotesis diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat kinerja BUMN sebelum dan sesudah privatisasi.

Antoni dan Hasnawati (2009) melakukan penelitian tentang analisis kinerja keuangan BUMN sebelum dan setelah privatisasi. Data penelitian yang diambil adalah semua BUMN yang go public selain bank dan lembaga keuangan bukan bank. Penelitian ini menggunakan 3 macam ukuran kinerja keuangan yaitu rasio Profitabilitas (ROS, ROA dan ROE), Efisiensi (Ratio Sales Efficiency dan Net Income Efficiency), Investasi (Capital Expenditure to Sales dan Capital Expenditure per Total Asset). Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kineja BUMN sesudah dan sebelum dilakukannya privatisasi.

Fitrianti dan Wardani (2010) melakukan penelitian mengenai analisis komparasi profitabilitas sebelum dan sesudah penawaran saham perdana. Data penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan PT Adhi Karya (persero) Tbk tahun 2000-2008. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisa komparasi profitabilitas sebelum dan sesudah penawaran umum saham perdana (initial public offering) pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk.

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum diperoleh kesimpulan bahwa penawaran umum saham perdana atau IPO pada Adhi Karya dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Setiyowati (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh privatisasi terhadap perbedaan efisiensi, profitabilitas, leverage dan likuiditas sebelum dan setelah Privatisasi terhadap 10 BUMN non bank yang melakukan privatisasi melalui IPO tahun 1995-2007. Peneliti membandingkan ROA, ROE, ROS, TATO, dan DTA sebelum dan sesudah privatisasi. Berdasarkan paired sample t-Test terdapat peningkatan efisiensi, likuiditas dan penurulan leverage. Akan tetapi tidak terdapat peningkatan pada profitabilitas peusahaan.

Penelitian mengenai dampak privatisasi telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, seperti yang dilakukan oleh Kurniawati dan Lestari (2007), Munggaran (2007), Antoni dan Hasnawati (2009), Fitrianti dan Wardani (2010), serta Asyikin dan Tanu (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penilitian sebelumnya adalah terletak pada objek penelitian, selain itu periode waktu serta rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan ini juga berbeda. Penelitian ini menganalisis pengaruh privatisasi yang dilakukan oleh Wijaya Karya dengan membandingkan kinerja keuangan sebelum dan sesudah privatisasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data laporan keuangan empat tahun sebelum privatisasi dan empat tahun sesudah privatisasi, yaitu menggunakan data laporan keuangan yang dimulai sejak tahun 2003 hingga tahun 2011.

Tabel 2. Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Peneliti Metodologi Hasil

1 Kurniawati dan Lestari (2007)

Membandingkan 2 tahun kinerja keuangan sebelum dan sesudah privatisasi BUMN yang diprivatisasi melalui IPO hingga tahun 2006.

Kinerja keuangan yang diukur dengan rasio

Likuiditas, Profitabilitas

dan Leverage sesudah privatisasi tidak lebih baik disbanding sebelum privatisasi. Serdangkan kinerja saham BUMN dapat memberikan

pendapatan diatas rata-rata pasar (Abnormal Return Positive).

2 Munggaran (2007)

Membandingkan kinerja 2 tahun sebelum dan sesudah privatisasi PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dan PT. Perusahaan Gas

Negara, Tbk

menggunakan t-test.

Profitabilitas, likuiditas,

leverage, dan efisiensi tidak mengalami perubahan yang signifikan. 3 Antoni dan Hasnawati (2009) Membandingkan kinerja keuangan semua BUMN yang go public selain bank dan lembaga keuangan bukan bank 3 tahun sebelum dan sesudah dipivatisasi.

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan

menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kineja BUMN sesudah dan sebelum dilakukannya privatisasi.

4 Fitrianti dan Wardani (2010) Memabandingkan kinerja keuangan keuangan PT. Adhi Karya (persero), Tbk tahun 2000-2008.

Penawaran umum saham perdana atau IPO pada Adhi Karya dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih baik daripada sebelumnya. 5 Setiyowati (2010) Peneliti membandingkan ROA,ROE,ROS, TATO, dan DTA sebelum dan sesudah privatisasi terhadap 10 BUMN non bank yang melakukan privatisasi melalui IPO tahun 1995-2007.

Berdasarkan paired sample t-Test terdapat peningkatan efisiensi, likuiditas dan penurulan leverage. Akan tetapi tidak terdapat

peningkatan pada

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bank Dunia menilai bahwa para birokrat (pemerintah) tidak mampu mengelola bisnis dengan baik, hal tersebut disebabkan bukan karena tidak memiliki kompetensi, akan tetapi karena mereka mengahadapi kontradiksi, yaitu apakah mereka berperan sebagai pemain bisnis atau sebagai pelayan publik. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN membolehkan unit usaha BUMN untuk dijual sebagian ataupun seluruh saham yang dimilikinya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Pemikiran yang mendukung privatisasi melihat bahwa kinerja perusahaan BUMN akan menjadi lebih baik jika perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik. Dengan menjadi perusahaan publik hal tersebut akan mendorong terciptanya transparansi pada tata kelola perusahaan BUMN.

Selain untuk mendapatkan tambahan modal, hal tersebut menjadikan alasan bagi Wijaya Karya untuk melakukan privatisasi pada tahun 2007. Privatisasi yang dilakukan perseroan telah sesuai dengan arsitektur strategi perusahaan untuk mencapai Visi Wijaya Karya pada tahun 2010. Penelitian ini menganalisis dengan membandingkan variabel fundamental kinerja keuangan sebelum dan sesudah privatisasi.

Adapun kinerja keuangan yang diukur menggunakan rasio profitabilitas, likuiditas, aktivitas dan solvabilitas sesuai dengan keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat kesehatan BUMN di Indonesia. Rasio profitabilitas diukur menggunakan return on equity dan return on assets. Rasio likuiditas diukur menggunakan cash ratio dan current ratio. Rasio aktivitas diukur menggunakan total asset turnover dan total modal sendiri terhadap total aset. Sedangkan rasio solvabilitas mengukur seberapa jauh perusahaan

menggunakan hutang, rasio ini diukur menggunakan debt to equity ratio dan

debt to total assets.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Laporan keuangan Laporan keuangan Sebelum privatisasi Laporan keuangan sesudah privatisasi

Pengukuran kinerja keuangan : 1. Profitabilitas 3. Aktivitas 2. Likuiditas 4. Solvabilitas Kinerja keuangan sesudah privatisasi Kinerja keuangan sebelum privatisasi Investor

Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Privatisasi - Uji Normalitas - Analisis Deskriptif - Analisis Trend - Paired-Samples t-Test Hasil Rekomendasi

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian deskriptif komparatif yang bersifat ex post facto. Artinya, data dikumpulkan setelah semua kejadian yang telah selesai berlangsung. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia (Nazir, 2003).

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah diolah dan disajikan melalui berbagai media seperti buku, jurnal, majalah dan sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka atau bilangan. Sumber data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan peusahaan yang telah diaudit.

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Dokumen terkait