• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR HANDOVER

3.1 Umum

Salah satu parameter yang ditawarkan sistem telekomunikasi selular adalah Handover. Handover menjamin adanya kontinuitas komunikasi apabila pengguna bergerak dari satu cell ke cell yang lainnya. Pada sistem GSM (2G), frekunsi antar cell yang bersebelahan berbeda, sehingga handover yang dimungkinkan adalah “break before make”, di mana terjadi pemutusan terlebih dahulu dari frekuensi operasi pada suatu cell untuk kemudian berhubungan dengan frekuensi kerja pada cell yang baru didatangi. Berbeda dengan handover yang ada pada sistem GSM, pada sistem WCDMA handover yang ada bersifat “Make before Break” atau disebut Soft Handover. Soft Handover berarti koneksi ke node B yang menangani cell yang baru didatangi terlebih dahulu dibentuk, sebelum koneksi ke node B cell yang ditinggalkan dilepas. Hal ini dilakukan dengan melihat perbandingan level daya yang diterima pada suatu Node B dari terminal pengguna. Node B yang mengukur level pengguna sudah dibawah ambang batas, maka harus bersiap – siap melepaskan koneksi ke pengguna yang dimaksud. Begitu juga sebaliknya, Node B yang mengukur nilai daya terima dari pengguna lebih dari ambang batas maka node B tersebut harus membangun koneksi ke pengguna yang bersangkutan. Pada saat ini terdapat begitu banyak layanan dalam komunikasi sehingga user semakin meningkat. Kapasitas dari sebuah Node-B juga harus ditingkatkan

trafik yang penuh terutama pada voice sehingga menyebabkan terjadinya kongesti. Maka dilakukanlah upaya penambahan kapasitas kanal agar tidak terjadi kongesti dan soft handover pun dapat dapat berjalan dengan baik.

3.2 Penyebab Terjadinya Handover

Handover dapat disebabkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut[6] :

1. Penurunan kualitas kanal radio (quality of service). 2. Meminimalisir interferensi radio.

3. Beban traffic (traffic overload).

4. Level penerimaan yang semakin lemah. 5. Jarak antara MS dan Node-B.

6. Power Budget (better cell).

3.3 Proses Soft Handover

Selama proses soft handover, MS terus menerus berkomunikasi dengan dua sel atau lebih secara bersamaan yang memiliki Node B yang berbeda dari RNC yang sama (intra-RNC) atau RNC yang berbeda (inter-RNC). Semua hubungan yang lama tidak akan dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru terbentuk. Soft handover memungkinkan mobile dilayani oleh dua Node B, yang berarti mobile menerima sinyal dari dua buah BS dan dua BS menerima sinyal dari satu mobile. Soft handover dapat ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini[1].

Gambar 3.1 : Proses Soft Handover

3.3.1 Soft Handover pada Saat Uplink

Pada saat uplink mobile mentransmisikan sinyal ke udara melalui antena omnidirectional. Dua buah Node-B yang berada pada daerah active set dapat menerima sinyal secara simultan. Kemudian sinyal tersebut akan diteruskan ke RNC untuk selanjutnya digabungkan. Frame yang lebih baik akan dipilih dan yang lain akan dibatalkan. Oleh karena itu pada saat uplink tidah dibutuhkan kanal tambahan untuk melakukan soft handover. Soft handover pada ssat uplink juga dapat ditunjukkan pada gambar 3.2.

3.3.2. Soft Handover pada Saat Downlink

Pada saat downlink sinyal yang sama akan ditransmisikan melalui Node-B dan terminal pengguna dapat menggabungkan sinyal dari Node-B yang berbeda.

Untuk mendukung soft handover pada saat downlink, pada akhirnya akan dibutuhkan satu kanal tambahan(2-jalur SHO). Kanal tambahan ini berperan sebagai interferensi tambahan kepada pengguna lain. Soft handover pada ssat uplink juga dapat ditunjukkan pada gambar 3.2 dibawah ini[1].

Gambar 3.2 : Uplink dan Downlink Soft Handover

3.3.3 Skenario dan Algoritma Soft Handover WCDMA

Dibawah ini akan dijelaskan bagaimana skenario soft handover terjadi pada jaringan WCDMA. Berdasarkan dari pengukuran pilot Ec/Io yang dimonitor oleh cell, mobile station memutuskan tiga langkah dasar untuk melakukan soft handover, ada kemungkinan untuk menambah active set,memindahkannya kembali ataupun menggantikan Node-B di cell yang aktif.

Gambar 3.3 Skenario Soft Handover pada WCDMA

Penjelasan mengenai skenario soft handover akan dijelaskan sebagai berikut : 1. MS menerima sinyal pilot Ec/Io dari cell 1, cell 2 dan cell 3.

2. MS melakukan pengukuran kualitas, memilih Cell yang terbaik, dan tersambung ke Cell 1, dibantu oleh jaringan. Dalam hal ini jaringan dan MS sama-sama melakukan pengukuran. MS melaporkan hasil pengukuran dari Cell yang terdekat dan jaringan melakukan keputusan apakah akan melakukan handover atau tidak.

3. Sebelum MS dalam perjalanan menuju ke Cell 2. Saat MS sebelum melakukan handover ke Cell 3, MS juga menambahkan Cell 2 dalam pengukurannya. Karena Cell 3 pengukurannya lebih bagus maka MS mengambil keputusan untuk handover ke Cell 3.

Begitu juga saat MS berada di Cell 3 menuju ke Cell 2, MS juga akan mengukur dulu sebelum melakukan keputusan untuk handover ke Cell 2.

Sedangkan untuk algoritma soft handover akan ditunjukkan pada Gambar 3.4[1].

Gambar 3.4 Algoritma Soft Handover

Keterangan :

a. AS_Th Threshold :untuk Macro Diversity b. AS_Th_Hyst Hysteresis : untuk Threshold c. AS_Rep_Hyst : gantikan Hysteresis

d. ΔT Waktu : untuk Trigger

e. AS_Max_Size : Ukuran maximum dari set aktif

Algoritmanya dapat dijelaskan sebagai berikut :

[1] Jika pilot_SIR > Best_ pilot_SIR-(AS_Th-AS_Th_Hyst) untuk periode ΔT dan set aktif tidak penuh, maka sel ditambahkan pada set aktif. Ini disebut Event 1A atau Radio Link Addition.

[2] Jika pilot_SIR < Best_ pilot_SIR-(AS_Th-AS_Th_Hyst) untuk periode ΔT, maka sel akan dibuang dari set aktif. Ini disebut Event 1B atau Radio Link Removal.

[3] Jika aktif set penuh dan Best _candidate_pilot_SIR > Worst_Old_pilot_SIR + AS_Rep_Hyst untuk periode ΔT, kemudian sel yang paling lemah pada set aktif digantikan dengan calon sel yang paling kuat. Ini disebut Event 1C atau Combined Radio Link Addition and Removal.

Dimana :

1. pilot_SIR adalah ukuran dan kuantitas filter dari SIR dari common pilot channel (CPICH)

2. Best_pilot_SIR adalah ukuran sel yang paling kuat pada set aktif

3. Best_candidate_pilot_SIR adalah ukuran sel yang paling kuat pada set monitor

4. Worst_Old_pilot_SIR adalah ukuran sel yang paling lemah pada set aktif

3.4 Permasalahan pada Soft Handover

Pada saat mobile station ( MS ) bergerak dari satu cell ke cell lainnya , traffik pada cell sebelumnya harus diubah ke kanal dengan traffik dan kanal kontrol cell yang baru. Apabila terjadi kegagalan handover akan berakibat dropcall yaitu terputusnya hubungan saat percakapan sedang berlangsung.

Faktor-faktor penyebab gagalnya handover antara lain :

1. Interferensi yang tinggi.

2. Setting parameter yang tidak baik.

3. Kerusakan hardware.

4. Area cakupan radio jelek.

5. Neighbouring cell relation yang tidak perlu.

6. Masalah antenna receiver atau hardware Node-B.

Kegagalan Handover dapat disebabkan[6] :

1. Tidak tercantumnya BTS tujuan pada neighbour list BTS semula, maka kedua BTS tidak saling mengenal, akibatnya handover tidak dapat dilaksanakan dan terjadi kegagalan handover.

2. Pada saat akan dilaksanakan handover, sel tujuan sudah penuh kapasitas kanalnya (trafik overload). Sehingga panggilan dipertahankan oleh base service sampai kuat sinyal mencapai level minimum dan terjadi pemutusan panggilan.

3. Adanya efek pingpong. MS tidak bisa melaksanakan proses handover karena level daya terima MS dari base service maupun sel tujuan saling tarik menarik.

4. Adanya interferensi BCCH. MS menerima frekuensi BCCH yang sama dari dua BTS. Hal ini disebabkan luas coverage kedua BTS yang terlalu lebar. Interferensi BCCH menyebabkan kualitas sinyal yang diterima MS mengalami penurunan, baik pada parameter level sinyal penerimaan, Bit Error Rate (BER) maupun Eb/No.

3.5 Kelebihan dan Kekurangan dari Soft Handover

Berikut dapat kita simpulkan beberapa keuntungan dan kerugian dari soft handover

Keuntungan :

1. Mengurangi efek “ping-pong” , yang berperan penting untuk mengurangi beban.

2. Transmisi yang lebih halus tanpa ada waktu yang terhenti selama handover.

3. Mengurangi interferensi sewaktu uplink. Kerugian :

1. Memiliki implementasi yang lebih kompleks dari hard handover.

2. Sumber jaringan tambahan akan diperlukan pada saat melakukan downlink.

3.6 Pengaruh Kapasitas Trafik Terhadap settingan Soft Handover Overhead Pada Saat MS akan berpindah sel maka skenario soft handover seperti yang telah dipaparkan tadi akan terjadi. Namun saat beberapa buah Node-B yang seharusnya menangani atau mengambil alih MS sedang mengalami trafik voice yang penuh, maka original call dari Node-B yang akan melakukan soft handover tersebut akan ditolak secara otomatis dan terjadilah kongesti sehingga soft handover pun menjadi gagal.

Oleh karena itu untuk mengurangi beban trafik yang ada pada sebuah Node-B kita lakukan soft handover overhead (SHO Overhead) yaitu dengan mengatur

(setting) nilai dari individual offset agar beban nilai CSSR pun semakin tinggi dan SHO pun akan sukses dilakukan.

3.6.1 Pengertian Trafik

Secara umum traffic dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu trafik telekomunikasi diukur dengan satuan waktu, sedangkan nilai traffic dari suatu kanal adalah lamanya waktu pendudukan pada kanal tersebut. Salah satu tujuan perhitungan traffic adalah untuk mengetahui unjuk kerja jaringan (Network Performance) dan mutu pelayanan jaringan telekomunikasi (Quality of Service)[6].

3.6.2. Macam-macam Trafik 1. Offered Traffic(A )

Trafik yang ditawarkan atau yang mau masuk ke jaringan. 2. Carried Traffic( Y)

Trafik yang dimuat atau yang mendapat saluran. 3. Lost Traffic(R )

Trafik yang hilang atau yang tidak mendapat saluran[6].

3.7 Soft Handover Overhead

Soft handover overhead adalah sebuah metode untuk mengurangi beban trafik disebabkan karena kapasitas node-B yang melayani MS tersebut sedang penuh, sehingga untuk mengurangi terjadinya kongesti dilakukanlah metode soft

handover overhead. Pada saat MS dalam keadaan idle maka UE juga akan tetap melakukan Soft handover berdasarkan parameter-parameter yang telah penulis bahas diatas, namun pada saat MS melakukan attempt maka bila Node-B yang sedang menangani nya penuh, MS akan melakukan soft handover overhead namun semua kesuksesan SHO tergantung dari individual offset yang telah diatur pada Node-B[7].

Namun secara umum SHO overhead dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Soft/Softer Handover adalah sebuah kunci algoritma di dalam system WCDMA, tapi pada kenyataannya begitu banyak handover yang tidak terselesaikan. Alasannya adalah karena parameter awalnya memang telah cukup baik di dalam hampir semua peralatan radio.

2. Radio resources and area penanganan dari SHO overhead berhubungan dengan algoritma WCDMA.

3. Pada prinsip umum, daerah yang jarang penduduknya memerlukan area yang lebih luas untuk mobilitas, ini dikarenakan jarak antar Node-B berjauhan, dan untuk area yang padat SHO overhead ini diperlukan untuk kapasitas.

Berikut dibawah ini merupakan pengaturan dari Soft Handover Overhead, dimana untuk mengatasi beban trafik yang penuh maka akan diberlakukan kondisi yang sesuai dengan daerah (rural atau urban) maupun trafiknya. Pengatuan nilai individual offset juga dapat kita lihat pada gambar 3.5 berikut ini[7].

Gambar 3.5 : Parameter dari Pengaturan Cell Offset[7].

Pada gambar 3.5 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Default

Kondisi cell sebelum diberi pengaturan nilai individual offset. b. Offset < 0 in cell B

Cell B diberi nilai individual offset lebih kecil dari 0 yang bertujuan untuk memperbesar kapasitas.

c. Offset > 0 in cell B

Cell B diberi nilai individual offset lebih besar dari 0 yang bertujuan untuk memperluas mobilitas.

d. Offset < 0 in everywehere

Semua cell diberi nilai individual offset lebih kecil dari 0 yang bertujuan untuk memperbesar kapasitas.

e. Offset > 0 in everywhere

Semua cell diberi nilai individual offset lebih besar dari 0 yang bertujuan untuk memperluas mobilitas.

Pada dasarnya dalam menambah kapasitas kita harus menggunakan nilai individual offset lebih kecil dari 0 (offset<0), dan pada saat menambah mobilitas kita harus menambah individual offset lebih dari 0 (offset>0)

Parameter ini dapat dioptimalkan dengan menggunakan 3 cara[7]:

1. Mengganti nilai offset didalam single cell untuk memindahkan batas cell dan mengganti perencanaan area, yaitu:

a. .Load atau Unload cell.

b. Menambah coverage area untuk meningkatkan mobilitas dan retainability. 2. Mengatur nilai offset dalam semua cell dalam sebuah cluster untuk untuk mengganti SHO margin didalam area tanpa memberi efek pada batas cell, sebagai contoh pengaturannya adalah :

a. Hanya layer kedua (dimana hanya HSPA yang akan dimunculkan). b. Area rural (Margin yang lebih besar untuk menambah mobilitas).

c. Area urban (Margin yang lebih kecil untuk menyelamatkan sumber dan menambah kapasitas).

3. Mengatur nilai individual offset untuk menyeimbangkan antara uplink dan downlink coverage dalam hal pengaturan power.

Alat atau modul yang digunakan pada PT. TELKOMSEL MEDAN adalah ERICSSON dan pada individual offset nilai yang diatur berada pada rentang -50

s/d 50, sehingga dengan menambahkan +50 berarti menambahkan 5dbm. Jadi bila MS akan melakukan Soft handover pada saat level sinyal -95dbm maka dengan menambah individual offset sebesar +50 itu artinya MS akan melakukan soft handover pada saat level sinyal sebesar -90 dbm seperti yang tertera dalam MS. Penambahan nilai individual offset diatur berdasarkan kepadatan area, sehingga pengaturan soft handover overhead sangat berpengaruh terhadap kapasitas Node-B.

3. 8 Parameter Analisa SoftHandover

Ada bebarapa parameter yang digunakan untuk analisa dalam handover, diantarannya akan dijelaskan di bawah ini :

1. pmSumBestDchPsIntRabEstablish

adalah banyaknya jumlah untuk mengakses Resource Radio untuk aktivitas koneksi voice.

2. pmNoTimes RlAddToActSet

adalah counter untuk menghitung tingkat kesuksesan handover dari 3G network ke 3G network.

3.pmNoTimesCell FailAddToActSet

adalah counter untuk menghitung tingkat kegagalan handover dari 3G network ke 3G network.

4. Sum of LackUlHw

3.9 Formula untuk Menghitung Handover

Dalam menentukan nilai kesuksesan dari soft handover, maka PT. Telkomsel telah memiliki formula untuk menghitung nilai dari kesuksesan Soft handover. Adapun formula ini merupakan standar dari ERICSSON, yang merupakan modul yang digunakan di PT> Telkomsel. Formula tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut :

1. Traffic Data (Erl)

Traffic Voice adalah jumlah pendudukan kanal voice dalam system WCDMA. Satuan untuk traffic voice adalah erlang (Erl).

) 1 . 3 ...( ... ... 720 Establish chPsIntRab pmSumBestD = a TrafficDat

2. SHO Succ Rate (%)

SHO Succ Rate adalah tingkat keberhasilan soft handover dalam system WCDMA. Satuan untuk SHO Succ Rate adalah persen (%).

( )

100% ctSet FailAddToA ell pmNoTimesC Set RlAddToAct pmNoTimes Set RlAddToAct pmNoTimes _Succ x SHO + = (3.2)

3. SHO Failure Rate (%)

SHO Failure Rate (%) adalah tingkat kegagalan soft handover dalam system WCDMA. Satuan untuk SHO Failure Rate adalah persen (%)

) 3 . 3 ....( ... ... ... ... ... _ % 100

_Fail SHO Succ

BAB IV

ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1 Umum

Pada bab ini ditampilkan data yang ada pada Node-B Telkom Sukaramai di PT.TELKOMSEL, dan data yang ditampilkan dari tanggal 1 November 2010 hingga 14 November 2010 merupakan data yang diambil dari divisi Quality. Dimana setelah diamati diantara beberapa B area medan kota bahwa Node-B Telkom Sukaramai, dengan nama MDN027W3 mengalami kapasitas yang penuh sehingga menyebabkan kongesti. Oleh karena itu berdasarkan pantauan penulis bahwa dari tanggal 1 hingga 7 November 2010 Node-B tersebut mengalami penurunan kesuksesan soft handover dikarenakan kapasitas yang penuh.

Setelah mengamati data yang ada maka penulis mencoba untuk melakukan sebuah metode yang bertujuan mengurangi kepadatan trafik dan keterbatasan kapasitas sebuah Node-B. Metode yang dilakukan adalah Soft Handover Overhead, dimana penulis mencoba untuk merubah pengaturan individual offset pada sebuah Node-B sehingga mempengaruhi nilai level sinyal yang terjadi pada saat Level sinyal MS berada dibawah ambang batas (level sinyal pada saat terjadinya Soft Handover).

Metode dan parameter yang digunakan oleh PT. TELKOMSEL merupakan parameter yang berasal dari modul ERICSSON, sehingga semua

parameter dan range nilai individual offset (antar -50 sampai +50)merupakan ketentuan yang dimiliki oleh modul ERICSSON.

Setelah dilakukan perubahan nilai individual offset didapat data dari tanggal 8 hingga 14 november 2010 bahwa nilai dari parameter SumofUlHw menjadi nol yang berarti normal, sehingga tingkat kesuseksan Soft Handover menjadi tinggi. Dimana bila nilai SHO < 99% artinya soft Handover success.

Setelah melakukan pengamatan di PT. Telkomsel Medan, maka data-data tersebut saya lampirkan dalm bentuk tabel dan grafik dan dibedakan berdasarkan saat belum diberi pengaturan individual offset (dalam keadaan default) dan setelah mengalami perubahan nilai individual offset.

Berikut ini adalah tempat pengambilan data dan sampel untuk dijadikan objek Tugas Akhir saya.

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian yang digunakan untuk menyusun Tugas Akhir ini dilakukan di salah satu operator Wideband Code Division Multiple Access(WCDMA) di wilayah Medan, yang dilakukan pada :

Tempat : PT. Telkomsel Medan

Waktu : 1 November 2010 sampai dengan 14 November 2010 Durasi : 2 Minggu

Divisi : Quality 2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sebuah obyek benda yang dapat berupa manusia, hewan, gejala maupun peristiwa yang mempunyai karakteristik tertentu suatu penelitian. Populasi dapat berarti juga keseluruhan obyek penelitian.

Pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat berupa benda seperti,manusia, hewan, dan gejala-gejala, peristiwa ataupun nilai tes. Penelitian ini populasinya adalah semua Node -B yang terdapat di wilayah Medan kota.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan mewakili populasi. Berdasarkan jumlah dari populasi tersebut, kemudian diambil Node-B yang berdekatan sebagai sampel. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengambil data Node-B yang sedang mengalami penurunan nilai Soft Handover. Node-B yang dipantau adalah Node-B Telkom Sukaramai.

4.2 Pengamatan Data dan Analisa Masalah

Langkah –langkah yang dilakukan dalam pengamatan data ini adalah : 1. Melihat dan memantau data-data Node-B yang mengalami gangguan atau

penurunan nilai Soft Handover Medan,dimana bila dibawah (<99%) maka perlu dilakukan optimasi dalam memperbaiki hal tesrsebut.

2. Melihat nilai dari CSSR PS, dimana bila CSSR PS dibawah (<98%) maka berarti dari jumlah total panggilan, banyak panggilan yang ditolak

dikarenakan kapasitas penuh.

3. Melihat nilai dari SumofLackUlHw, dimana parameter ini adalah sebuah counter yang dapat menghitung jumlah panggilan yang ditolak hingga tak terhingga, dan nilai standarnya adalah 0.

4. Lalu dilakuikan pengaturan nilai soft handover overhead yaitu dengan merubah nilai dari individual offset sebesar -30 .

5. Setelah itu kita lihat bahwa nilai dari soft handover telah meningkat dan mencapai standar PT. Telkomsel.

4.3 Data Saat Nilai Individual Offset 0 (Default)

Dari pengamatan yang telah dilakukan di PT. Telkomsel Medan, diperoleh data mengenai Soft Handover (SHO). Sampel yang diambil yaitu Node-B Telkom Sukaramai.. Data hasil penelitian Soft Handover sebelum diatur nilai individual offset ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 : Data Soft Handover dengan Individual Offset 0 (Default)

No Tanggal Sum of LackU lHw pmSumBestDc hPsIntRabEsta blish Traffic Sum of CSSR PS (%) Sum of SHO Succ Rate (%) 1 1 Nopember 2010 6191 14707 20,42638889 58,59897836 96,89617689 2 2 Nopember 2010 5172 14940 20,75 63,41263206 97,36860409 3 3 Nopember 2010 1640 17317 24,05138889 86,20612196 98,90529719 4 4 Nopember 2010 4958 14688 20,4 62,42650685 97,25099031 5 5 Nopember 2010 6252 16732 23,23888889 56,78580298 96,27069834 6 6 Nopember 2010 1760 14504 20,14444444 83,98746952 98,97031438 7 7 Nopember 2010 1958 17371 24,12638889 81,5473218 99,70518868

Data-data Soft handover diatas diambil pada tanggal 01 Nopember 2010 sampai dengan 7 November 2010 di Node-B Telkom Sukaramai. Data yang diamati antara lain besarnya nilai congestion yang dilampirkan pada parameter SumofLackUlHw dan bagaimana nilai yang ada pada tingkat kesuksesan soft handover. Dari data diatas dapat dibuat grafik perbandingan antara parameter tersebut yang terjadi pada tanggal 01 November 2010 sampai dengan 7 November 2010 yang ditunjukkan oleh Gambar 4. 1 sebagai berikut :

Gambar 4. 1 Grafik pada Saat Individual Offset 0

Dari Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat kita lihat nilai dari SHO success rate, nilai dari trafik dan CSSR yang terjadi setiap harinya. Besarnya nilai rata-rata fail

setiap harinya dapat kita hitung dengan menggunakan persamaan (3.3) sebagai berikut : 7 71 . 99 97 . 98 27 . 96 25 . 97 90 . 98 36 . 97 89 . 96 _Success = + + + + + + SHO 7 55 . 683 = =97.65% 7 29 . 0 03 . 1 73 . 3 75 . 2 10 . 1 64 . 2 11 . 3 _Failure = + + + + + + SHO 7 65 . 14 = =2.09% 7 54 . 81 98 . 83 78 . 56 42 . 62 20 . 86 41 . 63 59 . 58 + + + + + + = CSSR 7 92 . 492 = =70.41%

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai rata-rata success yang dialami setiap harinya pada Soft Handover sebesar 97,65%. Sedangkan nilai rata - rata kegagalan (fail) yang dialami setiap harinya sebesar 2,09 %. Sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh pihak PT. Telkomsel, maka untuk Soft Handover dikatakan memenuhi standar apabila tingkat success Soft Handover > 99 %. Apabila tingkat success Soft Handover < 95 % perlu dilakukan pengamatan dan pengkajian terhadap tingkat kegagalan yang terjadi.

Setelah melakukan pengamatan dan pengkajian dilakukan, diperoleh hasil apakah nilai Soft Handover yang terjadi hanya sesaat atau berkelanjutan. Jika

terjadi secara berkelanjutan perlu dilakukan terhadap peralatan dan system yang ada agar diperoleh hasil yang optimal.

Pengkajian selanjutnya yang dilakukan terhadap peralatan adalah dengan melakukan metode Soft handover overhead yaitu dengan mengatur nilai individual offset maka penulis telah melakukan salah satu langkah dalam optimasi sebuah kapasitas Node-B. sehingga diharapkan dapat membuat nilai success Soft Handover sesuai dengan standard PT TELKOMSEL.

4. 4 Pengaturan Nilai Individual Offset

Dari pengamatan yang telah dilakukan di PT. Telkomsel Medan, diperoleh data mengenai Individual offset. Pengaturan ini ditujukan kepada Node-B dengan harapan dapat mengurangi beban trafik yang terjadi. Nilai individual offset tersebut dapat kita lihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Data Pengaturan Nilai Individual Offset

No Tanggal Cell Parameter Old value New Value

1 8 Nopember 2010 MDN027W1 Individual offset 0 0

2 8 Nopember 2010 MDN027W2 Individual offset 0 -30

3 8 Nopember 2010 MDN027W3 Individual offset 0 -30

Data - data diatas diambil pada tanggal 08 November 2010 di Node-B Telkom Sukaramai. Data diatas akan dijadikan sebagai pengaturan untuk mendapatkan nilai Soft Handover yang lebih baik dari tanggal 8 November 2010 sampai dengan 14 November 2010.

Nilai batas threshold (ambang batas) setiap Node-B berbeda-beda, dan tidak ada yang dijadikan sebagai dasar karena kapasitas dan trafik setiap daerah dari Node-B tersebut berbeda-beda. Namun pada percobaan ini level batas ambang sinyal berada pada level -95 dBm, dengan merubah nilai individual offset yang baru sebesar -30 artinya menambah sebesar -3 dBm sehingga level sinyal

Dokumen terkait