BAHAN SIDANGTUGAS AKHIR
“ANALISA PENGARUH KAPASITAS TRAFIK NODE B TERHADAP PENGATURAN SOFT HANDOVER OVERHEAD DI PT.TELKOMSEL
MEDAN”
DiajukanuntukMemenuhi Salah
SatuPersyaratandalamMenyelesaikanPendidikanSarjana (S-1) padaDepartemenTeknikElektro
Oleh :
RIZKI AKBAR
060402050
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISA PENGARUH KAPASITAS TRAFIK NODE B TERHADAP PENGATURAN SOFT HANDOVER OVERHEAD DI PT.TELKOMSEL
MEDAN.
Oleh :
RIZKI AKBAR
060402050
Disetujui oleh:
Pembimbing,
RAHMAD FAUZI ST,MT.
NIP. 19690424199702 1 001
Diketahui oleh:
AtasNama,
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
Ir. SURYA TARMIZI KASIM M.Si.
NIP : 19540531198601 1 002
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Bertambahnya jenis layanan menarik jumlah user yang semakin banyak. Banyaknya user bisa menjadi penyebab penurunan kualitas layanan karena kemungkinan peningkatan interferensi sinyal maupun trafik voice dan data yang tinggi. Node-B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan layanan radio kepada UE, Node-B juga memiki batas maksimal kapasitas. Bila kapasitas penuh maka akan menyebabkan kongesti, dan MS yang mencoba attemp akan ditolak dikarenakan kapasitas kanal Node-B yang kurang jumlahnya dan belum optimal, sehingga akan menyebabkan kegagalan pada proses soft handover. Untuk mengatasi hal ini dilakukanlah metode soft handover overhead, yaitu dengan merubah nilai individual offset. Individual offset adalah parameter yang ada pada metode soft handover overhead yang nilainya dapat mempengaruhi kuat level sinyal. Kemudian nilai individual offset diatur dibawah 0 untuk yang bertujuan untuk menambah kapasitas.
Pada Tugas Akhir ini dibahas mengenai pengaruh (dampak) kapasitas trafik terhadap Node-B pada pengaturan soft handover overhead pada PT.TELKOMSEL MEDAN. Nilai individual offset yang digunakan sebesar -30. Dimana proses dari Soft handover overhead yaitu dengan menambah nilai individual offset dibawah 0, maka level sinyal saat terjadinya handover (misalnya -95dbm) akan jatuh sebelum nilai yang telah ditentukan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya handover dan diambil alih oleh Node-B lainnya. Nilai soft handover sebelum dilakukan metode ini adalah 97,65%, nilai ini belum sesuai standar PT.Telkomsel. Setelah dilakukan metode SHO Overhead didapat nilai soft handover > 99%(lebih besar dari 99%), dan nilai ini merupakan standar PT. Telkomsel.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pendidikan sarjana strata satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:
“ANALISA PENGARUH KAPASITAS TRAFIK TERHADAP PENGATURAN SOFT HANDOVER OVERHEAD PADA JARINGN
3G DI PT. TELKOMSEL MEDAN
Penulisan Tugas Akhir ini dapat berlangsung dengan baik karena adanya dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Drs. H. Nistoharjoyo dan Ibu Hj. Tety Yulisnaini yang sangat saya cintai dan saya sayangi yang telah mendukung saya dengan sepenuh hati dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
2. Abang saya Tito Radito ST.(Masto), Heru Tiofani amd.(Masyu), Kakak saya Fitri Andriana SE.(Mbak ti) beserta Lettu Hendra Syahputra S.Kom, Liana Fitri dan Tiska Sundani yang saya sayangi, terimakasih atas bantuannya selama ini.
3. Bapak Ir. Rachmad Fauzi,ST, MT, selaku pembimbing Tugas Akhir yang telah membimbing dan mengarahkan selama pembuatan Tugas Akhir.
4. Bapak Ir. Natsir Amin MM, selaku Penasehat Akademis penulis, atas bimbingan dan arahannya dalam menyelaesaikan perkuliahan selama ini. 5. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim M.Si. selaku pelaksana harian Ketua Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
BAHAN SIDANGTUGAS AKHIR
“ANALISA PENGARUH KAPASITAS TRAFIK NODE B TERHADAP PENGATURAN SOFT HANDOVER OVERHEAD DI PT.TELKOMSEL
MEDAN”
DiajukanuntukMemenuhi Salah
SatuPersyaratandalamMenyelesaikanPendidikanSarjana (S-1) padaDepartemenTeknikElektro
Oleh :
RIZKI AKBAR
060402050
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISA PENGARUH KAPASITAS TRAFIK NODE B TERHADAP PENGATURAN SOFT HANDOVER OVERHEAD DI PT.TELKOMSEL
MEDAN.
Oleh :
RIZKI AKBAR
060402050
Disetujui oleh:
Pembimbing,
RAHMAD FAUZI ST,MT.
NIP. 19690424199702 1 001
Diketahui oleh:
AtasNama,
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
Ir. SURYA TARMIZI KASIM M.Si.
NIP : 19540531198601 1 002
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pendidikan sarjana strata satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:
“ANALISA PENGARUH KAPASITAS TRAFIK TERHADAP PENGATURAN SOFT HANDOVER OVERHEAD PADA JARINGN
3G DI PT. TELKOMSEL MEDAN
Penulisan Tugas Akhir ini dapat berlangsung dengan baik karena adanya dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Drs. H. Nistoharjoyo dan Ibu Hj. Tety Yulisnaini yang sangat saya cintai dan saya sayangi yang telah mendukung saya dengan sepenuh hati dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
2. Abang saya Tito Radito ST.(Masto), Heru Tiofani amd.(Masyu), Kakak saya Fitri Andriana SE.(Mbak ti) beserta Lettu Hendra Syahputra S.Kom, Liana Fitri dan Tiska Sundani yang saya sayangi, terimakasih atas bantuannya selama ini.
3. Bapak Ir. Rachmad Fauzi,ST, MT, selaku pembimbing Tugas Akhir yang telah membimbing dan mengarahkan selama pembuatan Tugas Akhir.
4. Bapak Ir. Natsir Amin MM, selaku Penasehat Akademis penulis, atas bimbingan dan arahannya dalam menyelaesaikan perkuliahan selama ini. 5. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim M.Si. selaku pelaksana harian Ketua Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
7. Bang Fahmi yang telah memberi saya ilmu dan tak segan memarahi saya bila
ada kesalahan.
8. Erina Utami yang saya sayangi, terimakasih banyak atas kerjama, masukan,
bantuan dan dorongan serta suka duka maupun semangatnya dalam penyelesaian
Tugas Akhir ini.
9. Sahabat-sahabat saya di elektro yang juga sama-sama berjuang dan saling
mendukung : Ibenk, Alfi, Helmi, Atjeh, Bibi, Hendra, Agung, Ijonk, Fahmi,
Demon, Jemi, Ina, bang Faisal dan bang Arie.
10.Stambuk 07 dan seluruh junior serta senior yang tidak penulis ucapkan satu
persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak sekali
kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran
dan kritik dengan tujuan mendekati kesempurnaan dan mengembangkan
kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan
Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, karena kesempurnaan
hanya milik Dia. Semoga Tugas Akhir ini memberi manfaat bagi saya dan kita
semua sesuai yang diharapkan.
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
1.5 Metodologi Penelitian ...
1.6 Sistematika Penulisan ...
2.7 Kendali Daya Operasi (Power Control )………
BAB III PROSEDUR HANDOVER
3.1 Umum ………...
BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum……… ………..………..………..………..
4.2 Pengamatan dan Analisa Masalah...
4.3 Data Saat Nilai Individual Offset 0 ………..
4.4 Pengaturan Nilai Individual Offset ………..………..
4.5 Data Saat Nilai Individual Offset 30………...…….…………..
4.6 Pengaruh Nilai Individual Offset terhadap kapasitas Trafik...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ... 60
61
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.5 : Parameter dari Pengaturan Cell Offset …...
Gambar 4.1 : Grafik pada Saat Individual Offset 0……….
Gambar 4.2 : Grafik pada Saat Individual Offset -30………
Gambar 4.3 : Perbandingan Soft Handover sebelum dan Sesudah dilakukan
Perubahan Nilai Individual Offset………
DAFTAR TABEL
.
Tabel 4.1 : Data Saat Nilai Individual Offset 0 (Default)……….
Tabel 4.2 : Data Pengaturan Nilai Individual Offset……….
Tabel 4.3 : Data Saat Nilai individual offset -30………... 50
53
DAFTAR ISTILAH
= Sinyal digital yang memiliki level logika tertentu
= Suatu jalur
= Suatu system dimana data digital secara langsung dikodekan
pada frekuensi yang lebih tinggi.
= Gangguan saluran transmisi, terutama pada sistem gelombang
mikro ketika sinyal-sinyal yang dikirim melalui berbagai jalur
ke penerima mengalami perubahan karena kondisi atmosfir
= Perpindahan ME dari sel satu ke sel lain
lainnya
= Gangguan biasanya disebabkan oleh perangkat lainnya yang
juga menghasilkan sinyal
= Teknik yang dipakai untuk memasukan informasi dalam
suatu gelombang pembawa
= Metode akses jamak berkaitan dengan pembagian transponder
resource ke dalam sejumlah kanal-kanal untuk keperluan akses
secara simultan dapat dilakukan dalam lingkup frekuensi, waktu
dan kode
= Sebuah teknik yang menggunakan switch ATM untuk menjaga
proses pembuatan frame
= Penyebaran sinyal informasi
= Sistem elektronik yang dapat dipakai untuk menghubungkan
jalur komunikasi
= Proses penghantaran data dalam aliran berkelanjutan dan tetap
yang memungkinkan pengguna mengakses dan menggunakan
file sebelum data dikirim sepenuhnya.
DAFTAR SINGKATAN
= Base Station Controller
= Base Tranceiver Station
= Base Station System
= Connection Management
= Core Network
= Mobile Equipment
= Mobility Management
= Mobile Station
= Gateway GPRS Support Node
= Global System for Mobile Communication
= Home Location Register
= Internet Protokol
= Inter Radio Akses Teknologi Handover
= Inter System Handover
= Medium Access Control
= Mobile Services Switching Centre
= Orthogonal Variable Spreading Factor
= Radio Access Bearer
= Radio Access Technology
= Radio Link Control
= Radio Network Controller
= Radio Resource Control
= Radio Resouce Management
= Serving GPRS Support Node
= Soft Handover
= Signal to Interference Ratio
= Session Management
= User Equipment
UMTS
USIM
VLR
WCDMA
= Universal Mobile Telecommunication System
= UMTS Subscriber Identity Module
= Visitor Location Register
ABSTRAK
Bertambahnya jenis layanan menarik jumlah user yang semakin banyak.
Banyaknya user bisa menjadi penyebab penurunan kualitas layanan karena
kemungkinan peningkatan interferensi sinyal maupun trafik voice dan data yang
tinggi. Node-B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan
layanan radio kepada UE, Node-B juga memiki batas maksimal kapasitas. Bila
kapasitas penuh maka akan menyebabkan kongesti, dan MS yang mencoba attemp
akan ditolak dikarenakan kapasitas kanal Node-B yang kurang jumlahnya dan
belum optimal, sehingga akan menyebabkan kegagalan pada proses soft handover.
Untuk mengatasi hal ini dilakukanlah metode soft handover overhead, yaitu
dengan merubah nilai individual offset. Individual offset adalah parameter yang
ada pada metode soft handover overhead yang nilainya dapat mempengaruhi kuat
level sinyal. Kemudian nilai individual offset diatur dibawah 0 untuk yang
bertujuan untuk menambah kapasitas.
Pada Tugas Akhir ini dibahas mengenai pengaruh (dampak) kapasitas
trafik terhadap Node-B pada pengaturan soft handover overhead pada
PT.TELKOMSEL MEDAN. Nilai individual offset yang digunakan sebesar -30.
Dimana proses dari Soft handover overhead yaitu dengan menambah nilai
individual offset dibawah 0, maka level sinyal saat terjadinya handover (misalnya
-95dbm) akan jatuh sebelum nilai yang telah ditentukan tersebut. Hal ini bertujuan
untuk mempercepat terjadinya handover dan diambil alih oleh Node-B lainnya.
Nilai soft handover sebelum dilakukan metode ini adalah 97,65%, nilai ini belum
sesuai standar PT.Telkomsel. Setelah dilakukan metode SHO Overhead didapat
nilai soft handover > 99%(lebih besar dari 99%), dan nilai ini merupakan standar
PT. Telkomsel.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan teknologi komunikasi semakin cepat khususnya
teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.
Beberapa perusahaan telekomunikasi sangat cepat menerapkan teknologi untuk
menarik pelanggan. Tetapi ada satu parameter yang penting dalam proses
penerapan teknologi ini yaitu handover.
Handover merupakan proses pengalihan kanal traffic secara otomatis pada
Mobile Station (MS) yang sedang digunakan untuk berkomunikasi tanpa
terjadinya pemutusan hubungan. Hal ini menjelaskan bahwa handover pada
dasarnya adalah sebuah “call’’ koneksi yang bergerak dari satu sel ke sel lainnya.
Secara umum handover dapat didefenisikan sebagai prosedur, dimana ada
perubahan layanan pada MS dari satu Base Station (BS) ke BS yang lain. Proses
ini memerlukan alat pendeteksi untuk mengubah status dedicated node (persiapan
handover) dan alat untuk men-switch komunikasi yang sedang berlangsung dari
suatu kanal pada sel tertentu ke kanal yang lain pada sel yang lain.
Keputusan untuk sebuah handover dibuat oleh Base Station Centre (BSC),
yaitu dengan mengevaluasi secara permanent pengukuran yang diambil oleh BTS
dan MS. Pengukuran rata-rata (Px) oleh BSC dibandingkan dengan nilai-nilai
ambang batas (treshold), jika Px melebihi nilai treshold maka dimulai proses
Handover pada jaringan komunikasi bergerak generasi pertama dan
generasi kedua disebut hard handover. Pada generasi pertama, handover relatif
lebih mudah sedangkan pada generasi kedua, handover lebih superior dari
generasi pertama, dimana sudah digunakan algoritma handover. Kemudian pada
jaringan komunikasi bergerak untuk generasi ketiga atau WCDMA yang banyak
didominasi berdasarkan teknologi CDMA, maka konsep handover yang
digunakan disebut soft handover. Dibandingkan dengan hard handover yang
konvensional , maka soft handover dapat memberikan transmisi yang lebih baik,
karena dapat menjamin kontinuitas dari hubungan.
Bertambahnya jenis layanan semakin menarik jumlah user yang semakin
banyak. Banyaknya user bisa menjadi penyebab penurunan kualitas layanan
karena adanya kemungkinan peningkatan interferensi sinyal maupun trafik voice
dan data yang tinggi. Sehingga dengan meningkatnya pelanggan secara tajam jauh
di atas kapasitas kanal pada sebuah Node-B akan menyebabkan banyak sekali
penurunan kualitas, salah satunya yaitu penurunan throughput user dan
peningkatan probability of blocking. Node-B merupakan perangkat pemancar dan
penerima yang memberikan layanan radio kepada UE, Node-B juga memiki batas
maksimal kapasitas. Bila trafik penuh maka akan menyebabkan kongesti, dimana
MS mencoba melakukan attemp dan mencoba untuk terhubung dengan Node-B.
Namun MS yang mencoba attemp akan ditolak dikarenakan kapasitas kanal yang
kurang jumlahnya dan belum optimal, sehingga akan menyebabkan kegagalan
pada proses soft handover.
Dalam Tugas Akhir ini dibahas mengenai pengaruh kapasitas trafik
overhead pada jaringan 3G yang diimplementasikan di PT.Telkomsel Medan.
Dimana sebelum melakukan pengaturan nilai individual offset soft handover
overhead didapat nilai soft handover dibawah masih dibawah 99% dan ini bukan
merupakan nilai yang diharapkan, dan dengan merubah nilai individual offset
sebesar 30 didapat bahwa Node-B tidak mengalami kongesti. Bersamaan nilai
soft handover juga naik dan diatas 99% dan merupakan nilai yang kita harapkan.
Ternyata setelah data diamati nilai dari kapasitas kanal uplink Node-B berbanding
terbalik dengan nilai kesuksesan Soft Handover. Begitu banyak parameter yang
menentukan tingkat kesuksesan soft Handover dan kita harus melakukan
pengecekan disetiap bagian. Ternyata dengan melakukan perubahan nilai
individual offset nilai dari kapasitas kanal uplink menjadi normal dan tidak
kongesti, beriring nilai soft handover menjadi bagus. Jadi hubungan antara kanal
kapasitas Node-B terhadap nilai kesuksesan soft handover dapat kita amati dari
data.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Soft handover dan soft handover overhead.
2. Metode apa yang digunakan untuk menambah kapasitas kanal dari sebuah
Node-B.
3. Membandingkan nilai kesuksesan Soft Handover sebelum dan sesudah
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memberikan solusi terhadap
kurangnya kapasitas kanal dari sebuah Node-B sehingga menyebabkan kongesti
dan penuruna nilai soft handover, maka dilakukanlah metode soft handover
overhead untuk memperbaiki dan mengurangi kemungkinan terjadinya penurunan
kualitas sinyal maupun drop call.
1.4 Batasan Masalah
Dalam membatasi materi yang dibicarakan pada Tugas Akhir ini, maka
penulis perlu membuat batasan cakupan masalah yang akan dibahas. Hal ini
dilakukan agar isi dan pembahasan dari Tugas Akhir ini menjadi lebih terarah dan
dapat mencapai hasil yang diharapkan. Adapun batasan masalah pada penulisan
Tugas Akhir ini adalah:
1. Jaringan yang dibahas hanya jaringan 3G.
2. Membahas tentang prosedur soft handover.
3. Sampel yang diambil adalah Node-B di area Medan.
4. Metode yang digunakan adalah Soft Handover Overhead.
5. Hanya membahas pengaruh kapasitas trafik terhadap nilai individual offset
6. Melihat hubungan dan pengaruh kapasitas Node-B terhadap Soft Handover
hanya dengan mengamati data.
1.5 Metodologi Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis pada penulisan Tugas
Akhir ini adalah:
1. Studi literatur dengan melakukan tinjauan pustaka untuk mendapatkan
informasi berupa data, tulisan, keterangan melalui buku atau sumber informasi
lainnya yang mendukung landasan teori dalam Tugas Akhir ini. Selain itu juga
mencari informasi terkini melalui internet sehingga data teori yang didapat
tidak ketinggalan dan mengikuti perkembangan teknologi, khususnya
mengenai soft handover.
2. Studi Analisa yaitu dengan melakukan observasi dan pengamatan soft
handover di PT. Telkomsel Medan
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran mengenai tugas akhir ini, secara singkat dapat
diuraikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan
masalah, metodologi penulisan, serta sistematika penulisan dari
Tugas Akhir ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi pembahasan tentang dasar teori tentang teknologi
BAB III : PROSEDUR SOFT HANDOVER DAN METODE SOFT
HANDOVER OVERHEAD
Bab ini berisi penulis akan menjelaskan prosedur tentang prinsip
kerja Soft handover pada jaringan 3G di PT.TELKOMSEL MEDAN
dan kapasitas trafik , kongesti dan metode optimasi kapasitas kanal.
BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISIS PENGARUH KAPASITAS
TRAFIK TERHADAP PERFORMANSI SOFT HANDOVE DI
PT. TELKOMSEL MEDAN
Pada bab ini membahas mengenai dampak kapasitas trafik node B
terhadap performansi soft handover pada jaringan 3G di
PT.TELKOMSEL serta memberikan solusi dan pemecahan masalah
untuk dapat meningkatkan tingkat kesuksesan dari soft handover.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari analisa Tugas Akhir
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sistem WCDMA
Pada sistem generasi ketiga ini didesain untuk komunikasi multimedia untuk
komunikasi person-to-person dapat disajikan dengan tingkat kualitas gambar dan
video yang baik, dan akses terhadap informasi serta layanan-layanan pada public
dan private network akan disajikan dengan data rate dan kemampuan sistem
komunikasi pada generasi ketiga ini lebih fleksibel. Sistem ini merupakan evolusi
dari sistem CDMA. Infrastrukturnya mampu mendukung user dengan data rate
tinggi, mendukung operasi yang bersifat asinkron, bandwidthnya secara
keseluruhan 5 MHz dan didesain untuk dapat berdampingan dengan sistem GSM.
Sehingga sistem ini didesain dengan karakteristik tertentu dengan
parameter-parameter sebagai berikut[1]:
1 WCDMA merupakan suatu sistem wideband Direct-Sequence Code
Division Multiple Access (DS-CDMA), dalam penjelasannya bit-bit informasi
ditebar pada sebuah wide bandwidth dengan cara perkalian antara data user
dengan bit-bit quadsi-random (disebut chip-chip) yang berasal dari kode-kode
spreading CDMA.
2 Chip rate dengan nilai 3.84 Mcps memandu sinyal user pada sebuah
carrier bandwidth yaitu kira-kira 5 MHz. Sistem DS-CDMA biasanya yang
umum digunakan sebagai dasar narrowband pada system CDMA. Sudah menjadi
sifat dari wide carrier bandwidth dari WCDMA mendukung high user data rate.
3 Sistem WCDMA mendukung variabel data rates user yang cukup besar.
Data rate user dijaga konstan selama tiap 10, 20, 40 dan 80 ms frame tergantung
kebutuhan QoSnya. Namun, kapasitas data diantara user-user dapat berubah dari
frame to frame.
4 WCDMA mendukung operasi dua mode dasar: Frequency Division
Duplex (FDD) dan Time Division Duplex (TDD). Pada mode FDD,
frekuensi-frekuensi carrier dipisah 5 MHz untuk penggunaan uplink dan downlink
masing-masing, sedangkan pada mode TDD hanya satu frekuensi 5 MHz dengan waktu
yang dipakai bergantian (time-shared) antara uplink dan downlink. Dengan uplink
sebagai koneksi dari mobile user ke arah base station, dan downlink sebagai
koneksi dari base station ke arah mobile.
2.2 Arsitektur Jaringan WCDMA
Teknologi telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G) yaitu Universal
Mobile Telecommunication System (UMTS). Universal Mobile
Telecommunication System merupakan suatu evolusi dari GSM, dimana interface
radionya adalah WCDMA, serta mampu melayani transmisi data dengan
kecepatan yang lebih tinggi, kecepatan data yang berbeda untuk aplikasi-aplikasi
dengan QoS yang berbeda. Arsitektur jaringan UMTS terlihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 : Arsitektur Jaringan 3G WCDMA[2].
Dari gambar diatas terlihat bahwa arsitektur jaringan UMTS terdiri dari
perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu User Equipment (UE), UMTS
Terresterial Radio Access Network (UTRAN) dan Core Network (CN).
2.2.1 UE (User Equipment)
User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan
untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan
smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module)
yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk
keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Selain terdapat
USIM, UE juga dilengkapi dengan ME (Mobile Equipment) yang berfungsi
2.2.2 UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network)
Jaringan akses radio menyediakan koneksi antara terminal mobile dan
Core Network. Dalam UMTS jaringan akses dinamakan UTRAN (Access
Universal Radio electric Terrestrial). UTRA mode UTRAN terdiri dari satu atau
lebih Jaringan Sub-Sistem Radio (RNS). Sebuah RNS merupakan suatu
sub-jaringan dalam UTRAN dan terdiri dari Radio Network Controller (RNC) dan
satu atau lebih Node B. RNS dihubungkan antar RNC melalui suatu Iur Interface
dan Node B dihubungkan dengan satu Iub Interface[3].
Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru
dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, di antaranya adalah Node-B
dan RNC (Radio Network Controller)[3].
1. RNC (Radio Network Controller)
RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang
membawahi beberapa Node-B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user,
dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Control) yang
mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN.
2. Node-B
Node-B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node-B merupakan
perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada UE.
Fungsi utama Node-B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain : channel
coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulasi, demodulasi dan
lain-lain. Node-B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resouce
2.2.3 CN (Core Network)
Jaringan Lokal (Core Network) menggabungkan fungsi kecerdasan dan
transport. Core Network ini mendukung pensinyalan dan transport informasi dari
trafik, termasuk peringanan beban trafik. Fungsi-fungsi kecerdasan yang terdapat
langsung seperti logika dan dengan adanya keuntungan fasilitas kendali dari
layanan melalui antarmuka yang terdefinisi jelas; yang juga pengaturan mobilitas.
Dengan melewati inti jaringan, UMTS juga dihubungkan dengan jaringan
telekomunikasi lain, jadi sangat memungkinkan tidak hanya antara pengguna
UMTS mobile, tetapi juga dengan jaringan yang lain[3].
1 MSC (Mobile Switching Center)
MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit switch seperti
video, video call.
2 VLR (Visitor Location Register)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan
terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.
3 HLR (Home Location Register)
HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data
tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta informasi
mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location).
4 SGSN ( Serving GPRS Support Node)
SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS.
a. Mengantarkan paket data ke MS.
b. Update pelanggan ke HLR.
c. Registrasi pelanggan baru.
5 GGSN ( Gateway GPRS Support Node )
GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke jaringan
paket data standard (PDN). GGSN berfungsi dalam menyediakan fasilitas
internetworking dengan eksternal packet-switch network dan dihubungkan dengan
SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN akan berperan antarmuka logik bagi
PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan menerima paket data dari SGSN
atau PDN. Selain itu juga terdapat beberapa interface baru, seperti : Uu, Iu, Iub,
Iur. Antara UE dan UTRAN terdapat interface Uu. Di dalam UTRAN terdapat
interface Iub yang menghubungkan Node-B dan RNC, Interface Iur yang
menghubungkan antar RNC, sedangkan UTRAN dan CN dihubungkan oleh
interface Iu.
Protokol pada interface Uu dan Iu dibagi menjadi dua sesuai fungsinya,
yaitu bagian control plane dan user plane . Bagian user plane merupakan protokol
yang mengimplementasikan layanan Radio Access Bearer (RAB), misalnya
membawa data user melalui Access Stratum (AS). Sedangkan control plane
berfungsi mengontrol RAB dan koneksi antara mobile user dengan jaringan dari
aspek : jenis layanan yang diminta, pengontrolan sumber daya transmisi,
handover, mekanisme transfer Non Access Stratum (NAS) seperti Mobility
Management (MM), Connection Management (CM), Session Management (SM)
2.2.4 Jaringan komunikasi
Jaringan-jaringan transmisi digunakan untuk mengoneksikan
elemen-elemen yang berbeda yang terintegrasi dalam semua jaringan[4].
1. Uu Interface terletak diantara User terminal dan jaringan UTRAN.
Interface-nya menggunakan teknologi WCDMA.
2. Interface Um
Interface ini menghubungkan antara BTS dengan MS.
3. Interface Iu
Iu merupakan Interface yang menghubungkan core network dengan Access
Network UTRAN.
4. Interface Iu-CS
Interface ini, Iu-Cs digunakan ketika jaringan berbasis pada komutasi paket dan
menghubungkan jaringan UTRAN dengan MSC.
5. Interface lu-PS
Interface ini menghubungkan jaringan akses dengan SGSN dari core network.
6. Interface Iu-Bis
Interface ini menghubungkan RNC dengan Node B.
7. Interface A bis
Interface ini menghubungkan BTS dengan BSC.
8. Interface Gb
Interface ini menghubungkan BSC dengan SGSN.
9. Interface Gs
10. Interface Gp
Interface ini menghubungkan SGSN dengan GGSN.
11. Interface Hgrb
Interface ini menghubungkan Auc dengan HLR.
2.3 Karakteristik Sistem WCDMA
Salah satu karakteristik yang terpenting dari WCDMA adalah kenyataan
bahwa power merupakan resource yang dishare secara bersama-sama. Hal ini
menjadikan sistem WCDMA sangat fleksibel dalam menyediakan paduan layanan
dan layanan yang membutuhkan variable bit rate. Radio Resource Management
dilakukan dengan mengalokasikan power untuk setiap user (call), dan untuk
menjamin bahwa kualitas sinyal tidak melampaui batas maksimum interference
yang telah ditentukan. Tidak ada alokasi kode maupun time slot yang dibutuhkan
ketika terjadi perubahan bit rate. Hal ini berarti bahwa alokasi physical channel
tidak terpengaruh pada saat terjadi perubahan bit rate. Sistem WCDMA tidak
membutuhkan perencanaan frekuensi, dikarenakan setiap cell menggunakan
frekuensi yang sama.
Fleksibilitas dimiliki oleh system WCDMA, dikarenakan sistem ini
menggunakan kode OVSF (Orthogonal Variable Spreading Codes) untuk
channelization dari user yang berbeda. Kode ini memiliki karakteristik dalam hal
orthogonalitas antara users (layanan yang berbeda dialokasikan untuk satu user)
meskipun user tersebut menggunakan bit rate yang berbeda. Sebuah physical
resource dapat membawa beberapa layanan dengan bit rate yang berbeda. Dengan
akan berubah sehingga QoS dijamin pada setiap komunikasi. Setiap radio frame
memiliki periode sebesar 10 ms yang dibagi ke dalam 15 slot, yang
menggambarkan satu periode power control. Power control yang digunakan
didasarkan pada SIR (Signal to Interference Ratio), dimana fast closed loop
disesuaikan dengan SIR dan perubahan SIR target dilakukan oleh outer loop[3].
2.4 Metode Akses
Dalam sistem telekomunikasi WCDMA, teknik multiple access yang
digunakan adalah Code Divison Multiple Access. Pada teknik multiple access ini,
setiap user menggunakan resource frekuensi dan waktu yang sama namun
dibedakan oleh kode masing – masing yang unik. Hal ini lah yang memungkinkan
WCDMA memiliki kecepatan transmisi data yang jauh lebih tinggi dari pada
GSM. Di samping itu, kelebihan dari WCDMA adalah kapasitas pengguna yang
dapat dilayani pada suatu cell sifatnya lebih fleksible dan dapat diatur. Hal ini
dapat dilakukan juga karena sistem multiple akses CDMA. Antara pengguna satu
dengan pengguna lain akan berperan sebagai noise bagi sesamanya. Kapasitas
dapat diatur berdasarkan level kualitas yang dimungkinkan atau yang dikehendaki
dalam suatu cell. Semakin tinggi kualitas layanan yang ditetapkan pada suatu cell
maka kapasitas pengguna pun berkurang, begitu juga sebaliknya jika kualitas
layanan dikurangi, maka kapasitas pengguna pada suatu cell akan meningkat[2].
2.5 Kanal pada UMTS
Kanal - kanal pada UMTS terbagi atas tiga bagian yaitu seperti terlihat pada
Gambar 2.2 : Kanal pada UMTS
1. Kanal Logic : digunakan sebagai interface antara RLC dan layer MAC
yang berisi tipe-tipe informasi yang akan di kirimkan.
2. Kanal Transport : digunakan sebagai interface antara MAC dan layer
Physical yang berisikan bagaimana data dikirimkan melalui radio
interface WCDMA.
3. Kanal Fisik: sinyal yang di transmisikan melalui kanal radio untuk arah
uplink dan downlink.
Pembagian kanal pada UMTS dapat dilihat pada gambar 2.3 sebagai
Gambar 2.3 : Pembagian Kanal pada UMTS[5]
2.6 Handover
Handover merupakan sekumpulan algoritma dan prosedur yang menjamin
kelangsungan dari sebuah komunikasi antara UE dan jaringan pada kondisi
bergerak dan kondisi overload. Pada kondisi bergerak, prosedur tersebut
dibutuhkan untuk mempertahankan connection baik dalam sesama sistem
WCDMA pada frekuensi yang sama melalui intra frequency handover, atau
dengan frekuensi yang lain melalui inter frequency handover, atau dengan sistem
yang lain melalui Inter Radio Akses Teknologi (IRATHO). Dengan adanya rake
receiver pada kedua UE dan RBS mengijinkan UE di sambungkan dengan lebih
dari satu sektor pada dedicated channel. Kondisi ini disebut Soft Handover atau
sama. Untuk kondisi handover dalam WCDMA dengan frekuensi yang lain atau
dengan sistem yang lain (GSM) maka prosedur Hard Handover dilakukan[3].
2.6.1 Jenis Handover Pada Sistem WCDMA
Ada beberapa jenis handover dalam jaringan WCDMA. Untuk skenario
dari tipe-tipe handover dapat dijelaskan sebagai berikut[3]:
1. Intra - system Handover
Intra - sytem handover terjadi dalam satu sistem. Yang selanjutnya dapat dibagi
menjadi intra - frequency HO dan inter - frequency HO. Intra - frequency terjadi
di antara sel - sel yang memiliki carrier WCDMA yang sama, sementara inter -
frequency terjadi di antara sel-sel yang menggunakan carrier WCDMA yang
berbeda.
2. Inter - system Handover (ISHO)
Inter - system HO terjadi di antara sel - sel yang memiliki dua teknologi akses
radio, Radio Access Technology (RAT) yang berbeda atau mode akses radio
Radio Access Mode (RAM) yang berbeda. Kasus yang paling sering untuk
handover jenis ini diperkirakan terjadi antara sistem WCDMA dan GSM / EDGE.
3. Hard Handover (HHO)
Hard Handover adalah kelompok dari prosedur HO dimana semua hubungan
yang lama dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru dibentuk. Bagi
pembawa (bearer) real - time hal ini berarti pemutusan hubungan yang singkat
dari bearer; bagi bearer non – real - time HHO berarti lossless. Hard handover
4. Soft Handover (SHO)
Selama proses soft handover, MS terus menerus berkomunikasi dengan dua sel
atau lebih secara bersamaan yang memiliki BS yang berbeda dari RNC yang sama
(intra - RNC) atau RNC yang berbeda (inter - RNC). Semua hubungan yang lama
tidak akan dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru terbentuk (make before
break).
5. Softer Handover
Pada kejadian softer handover, MS dikendalikan oleh paling tidak dua sektor pada
satu BS, SHO dan softer HO hanya mungkin terjadi dalam satu frekuensi carrier
dan oleh karena itu, termasuk proses handover intra - frequency.
Jenis-jenis dari handover tersebut juga dapat diilustrasikan pada gambar 2.4
sebagai berikut :
2.6.2 Penyebab Terjadinya Handover
Handover dapat disebabkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut[6] :
1. Penurunan kualitas kanal radio (quality of service).
2. Meminimalisir interferensi radio.
3. Beban traffic (traffic overload).
4. Level penerimaan yang semakin lemah.
5. Jarak antara MS dan Node-B.
6. Power Budget (better cell).
2.6.3 Penentuan Handover
Penentuan Handover dapat dilakukan melalui tiga cara yang berbeda yaitu
melalui MS (mobile initiated), melalui jaringan (network initiated), dan MS
sekaligus jaringan (mobile assisted)[1].
1. Mobile Initiated :
MS melakukan pengukuran kualitas, memilih BS yang terbaik, dan tersambung ke
BS tersebut, dibantu oleh jaringan. Handover jenis ini biasanya dipicu oleh
kualitas hubungan yang buruk berdasarkan pengukuran MS.
2. Network Initiated :
BS melakukan pengukuran dan melaporkan hasil pengukuran tersebut kepada
3. Mobile Assisted :
Dalam hal ini jaringan dan MS sama-sama melakukan pengukuran. MS
melaporkan hasil pengukuran dari BS yang terdekat dan jaringan melakukan
keputusan apakah akan melakukan handover atau tidak.
2.6.4 Tahap Prosedur Handover
Tahap-tahap dari proses handover dapat dibagi menjadi 3 yaitu[1] :
1. Tahap Pengukuran (Measurement); dilakukan pengukuran informasi
penting yang dibutuhkan untuk tahap decision. Pengukuran arah DL yang
lakukan oleh MS adalah sebesar Ec/Io dari CPICH sel yang sedang
melayani dan sel - sel tetangga.
2. Tahap Keputusan (Decision); hasil pengukuran di bandingkan dengan
threshold yang telah di tetapkan sebelumnya. Kemudian akan diputuskan
apakah akan dilakukan handover atau tidak. Algoritma handover yang
berbeda akan memiliki kondisi trigger yang berbeda pula.
3. Tahap Eksekusi (Execution); proses handover selesai dan parameter
relative diubah berdasarkan jenis handover-nya. Sebagai contoh hubungan
Tahap-tahap tersebut dapat dijelasakan dalam gambar 2.5 sebagai berikut :
Gambar 2.5 : Tahap Handover
2.6.5 Penyebab Kegagalan Handover
Beberapa penyebab dari kegagalan handover dapat dijelaskan sebagai berikut[6]:
1. Tidak tercantumnya BTS tujuan pada neighbour list BTS semula, maka kedua
BTS tidak saling mengenal, akibatnya handover tidak dapat dilaksanakan dan
terjadi kegagalan handover.
2. Pada saat akan dilaksanakan handover, sel tujuan sudah penuh
kapasitas kanalnya (trafik overload). Sehingga panggilan dipertahankan oleh base
service sampai kuat sinyal mencapai level minimum dan terjadi pemutusan
panggilan.
3. Adanya efek pingpong. MS tidak bisa melaksanakan proses handover karena
4. Adanya interferensi BCCH. MS menerima frekuensi BCCH yang sama dari dua
BTS. Hal ini disebabkan luas coverage kedua BTS yang terlalu lebar. Interferensi
BCCH menyebabkan kualitas sinyal yang diterima MS mengalami penurunan,
baik pada parameter level sinyal penerimaan, Bit Error Rate(BER) maupun
Eb/No.
2.7 Kendali Daya Operasi (Power Control)
Satu hal yang menjadi ciri khas dari teknik multiple akses yang digunakan
WCDMA yaitu CDMA adalah Interference Limited, atau sangat memandang
faktor interferensi yang terjadi sebagai acuan kualitas layanan yang nantinya
menjadi salah satu ukuran untuk melakukan handover. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, pada sistem multiple akses CDMA seluruh user dalam cell yang
sama berbagi frekuensi dan pewaktuan yang sama. Hal ini pada akhirnya
menentukan kualitas panggilan (Call quality) dan kapasitas dari suatu cell.
Power control ini bertujuan mengontrol power yang dipancarkan tetap pada
tingkat yang sama dengan power yang diterima. Juga berperan memperkecil
interferensi dan pemakaian power. Power dikontrol oleh beberapa parameter dan
perlu ditetapkan selama optimisasi jaringan. Daya kirim dari setiap user diperiksa
setiap 1500 kali dalam satu detik nya (frekuensi power control = 1500 Hz), dan
disesuaikan dengan Eb/no yang telah ditetapkan sesuai dengan kualitas layanan
yang dikehendaki pada suatu cell. Daya kirim dari tiap – tiap pengguna diatur agar
tidak berada dibawah level yang ditentukan sebagai daya terima pada suatu
Node-B (Node-BTS) untuk mempertahankan kualitas layanan. Namun level ini dapat diset
Tujuan utama penggunaan power control pada WCDMA adalah untuk
mendapatkan kualitas komunikasi yang baik, mengurangi interferensi dan
memaksimalkan kapasitas. Sistem komunikasi seluler CDMA menggunakan tipe
power control di bawah ini :
1. Reverse open-loop power control.
2. Reverse close-loop power control.
3. Reverse outerloop power control.
4. Forward close-loop power control.
Power control dalam sistem CDMA dibedakan atas reverse power control
dan forward power control. Power control reverse ditujukan untuk mengontrol
level daya pancar UE, sedangkan power control forward digunakan untuk
mengontrol level daya pancar Node B. Pada WCDMA menggunakan metode fast
power control khususnya pada arah reverse. Periode peng-update-an power
control user adalah 1500 kali setiap menit (1500KHz) yang lebih cepat daripada
perubahan pathloss user dan juga bahkan lebih cepat dari perubahan kanal fast
reyleigh fading. WCDMA menggunakan open loop power control untuk inisial
daya pertama kali yang harus dipancarkan oleh UE. Sedangkan selanjutnya, untuk
arah reverse menggunakan fast close loop power control.
Pada metode ini Node B membandingkan SIR user yang diterima dan
dibandingkan dengan SIR target. Jika lebih besar maka akan dikirim command
untuk menurunkan daya transmit user dan sebaliknya. Metode closed loop power
control ini akan mampu mengontrol ketidakseimbangan daya reverse yang
bisa mendapatkan sinyal dengan kualitas yang bagus, artinya memperkecil efek
other cell interference. Fungsi closed loop power control pada arah forward juga
memberi tambahan daya untuk menjaga QoS sinyal jika error correcting code
tidak bekerja dengan baik[3].
2.8 Cell Reselection
UE akan memilih cell yang cocok dan mode radio akses berdasarkan
pengukuran idle mode dan kriteria cell selection. Pada saat UE berada pada mode
UMTS atau GSM, UE melakukan pengukuran pada radio akses teknologi yang
lain tergantung pada parameter yang diset oleh operator. Parameter tersebut
mendkefinisikan[3] :
1. Nilai threshold pada serving cell jika UE harus melakukan pengukuran
pada cell inter radio akses teknologi.
2. Kualitas minimum yang dibutuhkan untuk pemilihan sebuah cell pada
radio akses teknologi yang lain.
2.9 WCDMA Codes
Dalam sistem WCDMA digunakan dua macam operasi pada physical
channel, yaitu; channelization dimana mentransformasikan setiap bit ke dalam
jumlah chip SF (Spreading Factor), sedangkan Scrambling Code digunakan untuk
menebar sinyal informasi. Pada operasi channelization, kode OVSF (Orthogonal
Variabel Spreading Factor) digunakan untuk menjaga keorthogonalan antara
physical channel dari sebuah hubungan, walaupun dengan menggunakan laju
dan dapat menggunakan semua kode yang terdapat pada code tree OVSF.
Scrambling Code sering juga dikaitkan dengan user dan kode channelization
dikaitkan dengan tipe dari layanan sesuai dengan bit rate yang diberikan.
Sedangkan pada arah downlink, Scrambling Code digunakan untuk membedakan
sektor yang berbeda dan kode channelization dikaitkan dengan tipe layanan yang
berbeda dan user[3].
2.10 Scrambling Code
Pada arah uplink terdapat dua macam Scrambling Code yaitu long (gold
code) dan short scrambling codes, yang masing-masing berjumlah 224 buah.
Scrambling Code ditentukan oleh layer atas. Pada proses scrambling, urutan kode
dari user yang telah di-spreading dikalikan dengan kode pseudorandom. Pada
arah downlink, jumlah maksimum dari Scrambling Code (Gold code dengan deret
sepanjang 38400 chips) adalah 218 – 1, namun tidak semua kode digunakan.
Scrambling Code dibagi menjadi 512 set Primary Scrambling Code dan 15
Secondary Scrambling Code, sehingga total kode yang digunakan adalah 8192.
Setiap sektor dialokasikan hanya satu primary SC. Sebagai konsekuensinya
jumlah maksimum reuse Scrambling Code adalah 1 : 512. Kode dibagi ke dalam
64 group yang berbeda dan jika neighbour dari sektor lain dialokasikan kode dari
group kode yang berbeda maka konsumsi power dari UE akan berkurang,
sehingga pada kenyataannya reuse kode akan lebih kecil dari 1 : 64. Primary
CCPCH selalu dikirimkan menggunakan Primary Scrambling Code sementara
physical channel yang lain dapat dikirimkan dengan salah satu primary ataupun
2.11 Teknik Spread Spectrum
Spread Sprectrum adalah suatu teknik modulasi digital dimana sinyal yang
sudah termodulasi dimodulasikan kembali. Spread spectrum dapat dikatakan
sebagai teknologi spektral tersebar yang dirancang untuk melawan jamming
dengan memperbesar lebar pita frekuensi. Teknik spread spectrum sendiri terdiri
dari 2 jenis yaitu Direct Sequence dan Time Division. Sistem telekomunikasi
WCDMA sendiri menggunakan tipe spread spectrum direct sequence yang
memiliki ciri khas penebaran spektral sinyal yang kemudian ditransmisikan secara
langsung.
Hal lain yang menjadi ciri khas dari Spread spectrum yang digunakan pada
sistem WCDMA adalah kode spreading sequence yang diterapkan. Kode yang
diterapkan baik pada sisi transmit maupun receive sistem WCDMA adalah
Orthogonal Variable Spreading Function (OVSF) yang memiliki factor spreading
256 untuk uplink dan 512 untuk downlink. Kecepatan dari kode spreading pada
WCDMA (begitu pula pada CDMA) disebut Chip Rate. Besarnya chip rate pada
WCDMA adalah 3,84 Mcps Factor spreading pada sistem WCDMA bervariasi
dari 4 sampai dengan 512. Faktor spreading diasumsikan sebagai perbandingan
antara Chip rate dengan Data rate[2].
2.12 Channelization Code
Spreading Code biasa juga disebut kode kanalisasi pada WCDMA. Sesuai
Factor (OVSF). Kode OVSF mengijinkan SF yang berbeda untuk kode kanalisasi
yang berbeda. Spreading Factor adalah perbandingan antara bandwidth sinyal
setelah dan sebelum spreading.Kode OVSF mempunyai karakteristik unik yaitu
adanya orthogonalitas di antara kode, artinya suatu kode tidak akan
menginterferensi kode lainnya selama keduanya tersinkronisasi . Oleh karena itu,
kode OVSF biasanya digunakan untuk sistem yang transmisinya sinkron
(downlink). Spreading Factor mulai dari 1 sampai 256 untuk chip rate 3.840
Mcps. Pada arah downlink jumlah maksimum dari OVSF kode penebar adalah
512.
Semua user pada sebuah sektor harus berbagi kode channelization yang
tersedia pada code tree OVSF, yang merupakan resource yang sangat terbatas.
Batasan dari jumlah kode downlink ditunjukkan dengan layanan bit rate yang
tinggi akan dialokasikan SF yang rendah. Sebagaimana utilisasi dari sebuah kode
menyebabkan tidak tersedianya sub tree dari SF yang tinggi. Selain itu juga, user
pada kondisi soft handover menggunakan kode lebih banyak (satu kode untuk
setiap layanan). Terkadang penggunaan dari satu kode channelization per user
berdampak terhadap orthogonalitas dari penyediaan layanan yang berbeda pada
sebuah sektor.
Pada kenyataannya, lingkungan yang berbeda dapat mengganggu
orthogonalitas, hal ini yang menyebabkan bahwa sistem lebih tergantung terhadap
interferensi yang terjadi. Kode OVSF yang sangat terbatas digunakan kembali
pada sel lain tetapi dengan Scrambling Code yang berbeda. Tiap stage dari
kapasitas hingga 100% untuk setiap kode yang digunakan karena Scrambling
Code memiliki sifat tidak orthogonal[3].
2.13 Pilot Pollution
Pilot Pollution merupakan kondisi dimana jumlah dari active set yang
menangani suatu UE lebih dari 3 dan keseluruhan active set tersebut berada pada
range 5dB atau sekitar 3dB dari active set yang terbesar. Active set yang melebihi
batasan Max Active Set (3 active set) dapat mengganggu kualitas dari suatu sinyal
dan bertindak sebagai penginterferen. Dalam hal ini, penginterferen dapat
menurunkan performansi dari suatu system[3].
2.14 Pilot Set
Kanal pilot menjadi acuan dalam penentuan hand-off. Pilot diidentifikasi oleh
MS dan dikategorikan menjadi[3]:
1. Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BS dimana MS tersebut
aktif. Banyaknya pilot yang termasuk pada kategori ini tergantung pada
banyaknya komponen rake receiver.
2. Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk dalam active set. Pilot
ini harus diterima dengan baik untuk mengidentifikasi bahwa kanal traffik
forward link dapat didemodulasi dengan baik.
3. Neighbour Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk pada dua kelompok
sebelumnya, dan dipergunakan untuk proses handover.
4. Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali yang
2.15 Radio Access Bearer (RAB)
Suatu konsep baru yang diperkenalkan oleh UMTS adalah RAB, yang
mana merupakan gambaran dari kanal pengiriman antara jaringan dan user. RAB
dibagi menjadi radio bearer pada air interface dan Iu bearer di radio network
(UTRAN). Tujuan RAB yaitu untuk menyediakan sebuah hubungan melalui
UTRAN yang mendukung layanan UMTS bearer. UTRAN dapat menyediakan
RAB connection dengan karakteristik yang berbeda agar sesuai dengan kebutuhan
untuk layanan UMTS bearer yang berbeda. Berikut ini adalah gambaran RAB
dalam end to end service, yaitu dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Pengklasifikasian Radio Access Bearer adalah sebagai berikut[3]:
1. Conversational
Hal ini dikarakteristikkan dengan rendahnya delay, jitter (variasi delay),
dan error. Kebutuhan akan laju data dapat bervariasi, tetapi secara umum bersifat
simetris. Artinya, laju data dalam satu arah akan sama dengan laju data pada arah
yang lain. Suara dan data termasuk dalam kategori ini. Voice yang sensitive
terhadap delay yang tinggi tidak terlalu memerlukan laju bit yang tinggi,
sedangkan video conferencing yang memiliki toleransi terhadap error yang
rendah, memerlukan laju bit yang tinggi. Contohnya : Voice, Video Telephony,
Video Gaming dan Video Conferencing.
2. Interactive
Interaktif trafik dikarakteristikkan dengan toleransi yang rendah terhadap
error, tetapi memiliki toleransi terhadap delay yang lebih tinggi daripada layanan
conversational. Contohnya : Multimedia, Video on Demand, Webcast dan Real
Time video.
3. Streaming
Layanan streaming mempunyai toleransi error yang rendah, tetapi pada
umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap delay dan jitter. Hal ini
dikarenakan adanya buffer data pada penerima. Streaming audio, web browsing
dan video termasuk aplikasi streaming.
4. Background
Hal ini dikarakteristikkan dengan sangat kecilnya delay. Contohnya adalah
pengiriman SMS dan email dari server ke server. Aplikasi background
BAB III
PROSEDUR HANDOVER
3.1 Umum
Salah satu parameter yang ditawarkan sistem telekomunikasi selular adalah
Handover. Handover menjamin adanya kontinuitas komunikasi apabila pengguna
bergerak dari satu cell ke cell yang lainnya. Pada sistem GSM (2G), frekunsi antar
cell yang bersebelahan berbeda, sehingga handover yang dimungkinkan adalah
“break before make”, di mana terjadi pemutusan terlebih dahulu dari frekuensi
operasi pada suatu cell untuk kemudian berhubungan dengan frekuensi kerja pada
cell yang baru didatangi. Berbeda dengan handover yang ada pada sistem GSM,
pada sistem WCDMA handover yang ada bersifat “Make before Break” atau
disebut Soft Handover. Soft Handover berarti koneksi ke node B yang menangani
cell yang baru didatangi terlebih dahulu dibentuk, sebelum koneksi ke node B cell
yang ditinggalkan dilepas. Hal ini dilakukan dengan melihat perbandingan level
daya yang diterima pada suatu Node B dari terminal pengguna. Node B yang
mengukur level pengguna sudah dibawah ambang batas, maka harus bersiap –
siap melepaskan koneksi ke pengguna yang dimaksud. Begitu juga sebaliknya,
Node B yang mengukur nilai daya terima dari pengguna lebih dari ambang batas
maka node B tersebut harus membangun koneksi ke pengguna yang bersangkutan.
Pada saat ini terdapat begitu banyak layanan dalam komunikasi sehingga
trafik yang penuh terutama pada voice sehingga menyebabkan terjadinya
kongesti. Maka dilakukanlah upaya penambahan kapasitas kanal agar tidak terjadi
kongesti dan soft handover pun dapat dapat berjalan dengan baik.
3.2 Penyebab Terjadinya Handover
Handover dapat disebabkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut[6] :
1. Penurunan kualitas kanal radio (quality of service).
2. Meminimalisir interferensi radio.
3. Beban traffic (traffic overload).
4. Level penerimaan yang semakin lemah.
5. Jarak antara MS dan Node-B.
6. Power Budget (better cell).
3.3 Proses Soft Handover
Selama proses soft handover, MS terus menerus berkomunikasi dengan dua
sel atau lebih secara bersamaan yang memiliki Node B yang berbeda dari RNC
yang sama (intra-RNC) atau RNC yang berbeda (inter-RNC). Semua hubungan
yang lama tidak akan dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru terbentuk.
Soft handover memungkinkan mobile dilayani oleh dua Node B, yang berarti
mobile menerima sinyal dari dua buah BS dan dua BS menerima sinyal dari satu
Gambar 3.1 : Proses Soft Handover
3.3.1 Soft Handover pada Saat Uplink
Pada saat uplink mobile mentransmisikan sinyal ke udara melalui antena
omnidirectional. Dua buah Node-B yang berada pada daerah active set dapat
menerima sinyal secara simultan. Kemudian sinyal tersebut akan diteruskan ke
RNC untuk selanjutnya digabungkan. Frame yang lebih baik akan dipilih dan
yang lain akan dibatalkan. Oleh karena itu pada saat uplink tidah dibutuhkan
kanal tambahan untuk melakukan soft handover. Soft handover pada ssat uplink
juga dapat ditunjukkan pada gambar 3.2.
3.3.2. Soft Handover pada Saat Downlink
Pada saat downlink sinyal yang sama akan ditransmisikan melalui Node-B
Untuk mendukung soft handover pada saat downlink, pada akhirnya akan
dibutuhkan satu kanal tambahan(2-jalur SHO). Kanal tambahan ini berperan
sebagai interferensi tambahan kepada pengguna lain. Soft handover pada ssat
uplink juga dapat ditunjukkan pada gambar 3.2 dibawah ini[1].
Gambar 3.2 : Uplink dan Downlink Soft Handover
3.3.3 Skenario dan Algoritma Soft Handover WCDMA
Dibawah ini akan dijelaskan bagaimana skenario soft handover terjadi
pada jaringan WCDMA. Berdasarkan dari pengukuran pilot Ec/Io yang dimonitor
oleh cell, mobile station memutuskan tiga langkah dasar untuk melakukan soft
handover, ada kemungkinan untuk menambah active set,memindahkannya
kembali ataupun menggantikan Node-B di cell yang aktif.
Gambar 3.3 Skenario Soft Handover pada WCDMA
Penjelasan mengenai skenario soft handover akan dijelaskan sebagai berikut :
1. MS menerima sinyal pilot Ec/Io dari cell 1, cell 2 dan cell 3.
2. MS melakukan pengukuran kualitas, memilih Cell yang terbaik, dan
tersambung ke Cell 1, dibantu oleh jaringan. Dalam hal ini jaringan dan
MS sama-sama melakukan pengukuran. MS melaporkan hasil pengukuran
dari Cell yang terdekat dan jaringan melakukan keputusan apakah akan
melakukan handover atau tidak.
3. Sebelum MS dalam perjalanan menuju ke Cell 2. Saat MS sebelum
melakukan handover ke Cell 3, MS juga menambahkan Cell 2 dalam
pengukurannya. Karena Cell 3 pengukurannya lebih bagus maka MS
mengambil keputusan untuk handover ke Cell 3.
Begitu juga saat MS berada di Cell 3 menuju ke Cell 2, MS juga akan mengukur
Sedangkan untuk algoritma soft handover akan ditunjukkan pada Gambar 3.4[1].
Gambar 3.4 Algoritma Soft Handover
Keterangan :
a. AS_Th Threshold :untuk Macro Diversity
b. AS_Th_Hyst Hysteresis : untuk Threshold
c. AS_Rep_Hyst : gantikan Hysteresis
d. ΔT Waktu : untuk Trigger
e. AS_Max_Size : Ukuran maximum dari set aktif
Algoritmanya dapat dijelaskan sebagai berikut :
[1] Jika pilot_SIR > Best_ pilot_SIR-(AS_Th-AS_Th_Hyst) untuk periode ΔT dan
set aktif tidak penuh, maka sel ditambahkan pada set aktif. Ini disebut Event 1A
[2] Jika pilot_SIR < Best_ pilot_SIR-(AS_Th-AS_Th_Hyst) untuk periode ΔT,
maka sel akan dibuang dari set aktif. Ini disebut Event 1B atau Radio Link
Removal.
[3] Jika aktif set penuh dan Best _candidate_pilot_SIR > Worst_Old_pilot_SIR +
AS_Rep_Hyst untuk periode ΔT, kemudian sel yang paling lemah pada set aktif
digantikan dengan calon sel yang paling kuat. Ini disebut Event 1C atau Combined
Radio Link Addition and Removal.
Dimana :
1. pilot_SIR adalah ukuran dan kuantitas filter dari SIR dari common pilot
channel (CPICH)
2. Best_pilot_SIR adalah ukuran sel yang paling kuat pada set aktif
3. Best_candidate_pilot_SIR adalah ukuran sel yang paling kuat pada set
monitor
4. Worst_Old_pilot_SIR adalah ukuran sel yang paling lemah pada set aktif
3.4 Permasalahan pada Soft Handover
Pada saat mobile station ( MS ) bergerak dari satu cell ke cell lainnya ,
traffik pada cell sebelumnya harus diubah ke kanal dengan traffik dan kanal
kontrol cell yang baru. Apabila terjadi kegagalan handover akan berakibat
Faktor-faktor penyebab gagalnya handover antara lain :
1. Interferensi yang tinggi.
2. Setting parameter yang tidak baik.
3. Kerusakan hardware.
4. Area cakupan radio jelek.
5. Neighbouring cell relation yang tidak perlu.
6. Masalah antenna receiver atau hardware Node-B.
Kegagalan Handover dapat disebabkan[6] :
1. Tidak tercantumnya BTS tujuan pada neighbour list BTS semula, maka
kedua BTS tidak saling mengenal, akibatnya handover tidak dapat
dilaksanakan dan terjadi kegagalan handover.
2. Pada saat akan dilaksanakan handover, sel tujuan sudah penuh
kapasitas kanalnya (trafik overload). Sehingga panggilan dipertahankan
oleh base service sampai kuat sinyal mencapai level minimum dan terjadi
pemutusan panggilan.
3. Adanya efek pingpong. MS tidak bisa melaksanakan proses handover
karena level daya terima MS dari base service maupun sel tujuan saling
tarik menarik.
4. Adanya interferensi BCCH. MS menerima frekuensi BCCH yang sama
dari dua BTS. Hal ini disebabkan luas coverage kedua BTS yang terlalu
lebar. Interferensi BCCH menyebabkan kualitas sinyal yang diterima MS
mengalami penurunan, baik pada parameter level sinyal penerimaan, Bit
3.5 Kelebihan dan Kekurangan dari Soft Handover
Berikut dapat kita simpulkan beberapa keuntungan dan kerugian dari soft
handover
Keuntungan :
1. Mengurangi efek “ping-pong” , yang berperan penting untuk mengurangi
beban.
2. Transmisi yang lebih halus tanpa ada waktu yang terhenti selama
handover.
3. Mengurangi interferensi sewaktu uplink.
Kerugian :
1. Memiliki implementasi yang lebih kompleks dari hard handover.
2. Sumber jaringan tambahan akan diperlukan pada saat melakukan
downlink.
3.6 Pengaruh Kapasitas Trafik Terhadap settingan Soft Handover Overhead
Pada Saat MS akan berpindah sel maka skenario soft handover seperti yang
telah dipaparkan tadi akan terjadi. Namun saat beberapa buah Node-B yang
seharusnya menangani atau mengambil alih MS sedang mengalami trafik voice
yang penuh, maka original call dari Node-B yang akan melakukan soft handover
tersebut akan ditolak secara otomatis dan terjadilah kongesti sehingga soft
handover pun menjadi gagal.
Oleh karena itu untuk mengurangi beban trafik yang ada pada sebuah
(setting) nilai dari individual offset agar beban nilai CSSR pun semakin tinggi dan
SHO pun akan sukses dilakukan.
3.6.1 Pengertian Trafik
Secara umum traffic dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari
satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu
trafik telekomunikasi diukur dengan satuan waktu, sedangkan nilai traffic dari
suatu kanal adalah lamanya waktu pendudukan pada kanal tersebut. Salah satu
tujuan perhitungan traffic adalah untuk mengetahui unjuk kerja jaringan (Network
Performance) dan mutu pelayanan jaringan telekomunikasi (Quality of
Service)[6].
3.6.2. Macam-macam Trafik
1. Offered Traffic(A )
Trafik yang ditawarkan atau yang mau masuk ke jaringan.
2. Carried Traffic( Y)
Trafik yang dimuat atau yang mendapat saluran.
3. Lost Traffic(R )
Trafik yang hilang atau yang tidak mendapat saluran[6].
3.7 Soft Handover Overhead
Soft handover overhead adalah sebuah metode untuk mengurangi beban
trafik disebabkan karena kapasitas node-B yang melayani MS tersebut sedang
handover overhead. Pada saat MS dalam keadaan idle maka UE juga akan tetap
melakukan Soft handover berdasarkan parameter-parameter yang telah penulis
bahas diatas, namun pada saat MS melakukan attempt maka bila Node-B yang
sedang menangani nya penuh, MS akan melakukan soft handover overhead
namun semua kesuksesan SHO tergantung dari individual offset yang telah diatur
pada Node-B[7].
Namun secara umum SHO overhead dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Soft/Softer Handover adalah sebuah kunci algoritma di dalam system
WCDMA, tapi pada kenyataannya begitu banyak handover yang tidak
terselesaikan. Alasannya adalah karena parameter awalnya memang telah cukup
baik di dalam hampir semua peralatan radio.
2. Radio resources and area penanganan dari SHO overhead berhubungan dengan
algoritma WCDMA.
3. Pada prinsip umum, daerah yang jarang penduduknya memerlukan area yang
lebih luas untuk mobilitas, ini dikarenakan jarak antar Node-B berjauhan, dan
untuk area yang padat SHO overhead ini diperlukan untuk kapasitas.
Berikut dibawah ini merupakan pengaturan dari Soft Handover Overhead,
dimana untuk mengatasi beban trafik yang penuh maka akan diberlakukan kondisi
yang sesuai dengan daerah (rural atau urban) maupun trafiknya. Pengatuan nilai
Gambar 3.5 : Parameter dari Pengaturan Cell Offset[7].
Pada gambar 3.5 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Default
Kondisi cell sebelum diberi pengaturan nilai individual offset.
b. Offset < 0 in cell B
Cell B diberi nilai individual offset lebih kecil dari 0 yang bertujuan untuk
memperbesar kapasitas.
c. Offset > 0 in cell B
Cell B diberi nilai individual offset lebih besar dari 0 yang bertujuan untuk
memperluas mobilitas.
d. Offset < 0 in everywehere
Semua cell diberi nilai individual offset lebih kecil dari 0 yang bertujuan
e. Offset > 0 in everywhere
Semua cell diberi nilai individual offset lebih besar dari 0 yang bertujuan
untuk memperluas mobilitas.
Pada dasarnya dalam menambah kapasitas kita harus menggunakan nilai
individual offset lebih kecil dari 0 (offset<0), dan pada saat menambah mobilitas
kita harus menambah individual offset lebih dari 0 (offset>0)
Parameter ini dapat dioptimalkan dengan menggunakan 3 cara[7]:
1. Mengganti nilai offset didalam single cell untuk memindahkan batas cell dan
mengganti perencanaan area, yaitu:
a. .Load atau Unload cell.
b. Menambah coverage area untuk meningkatkan mobilitas dan retainability.
2. Mengatur nilai offset dalam semua cell dalam sebuah cluster untuk untuk
mengganti SHO margin didalam area tanpa memberi efek pada batas cell, sebagai
contoh pengaturannya adalah :
a. Hanya layer kedua (dimana hanya HSPA yang akan dimunculkan).
b. Area rural (Margin yang lebih besar untuk menambah mobilitas).
c. Area urban (Margin yang lebih kecil untuk menyelamatkan sumber dan
menambah kapasitas).
3. Mengatur nilai individual offset untuk menyeimbangkan antara uplink dan
downlink coverage dalam hal pengaturan power.
Alat atau modul yang digunakan pada PT. TELKOMSEL MEDAN adalah