• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Implementasi Model Pembelajaran Inkuir

Dalam dokumen t pk 0807939 chapter3 (Halaman 66-70)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

E. Sumber dan Media Pembelajaran

2. Prosedur Implementasi Model Pembelajaran Inkuir

Pengembangan prosedur implementasi model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan ketampilan berpikir berdasarkan desain rencana pembelajaran yang digunakan dalam RPP di atas, pada umumnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu(1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) penutup.

Pendahuluan/ Kegiatan awal diisi dengan tahap perumusan masalah.

Pada kegiatan awal ini, yang dilakukan guru adalah menyampaikan tujuan yang akan dicapai selama pembelajaran berlangsung dan pengkondisian siswa untuk belajar melalui model inkuiri. Pada tahap ini, dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan/ masalah yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tersebut tentu memerlukan jawaban, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban tersebut yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses ini, siswa akan memperoleh pengalaman sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

159

Kegiatan inti, mengacu pada standar proses dari BSNP (2007) terdiri dari

eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dikaitkan dengan langkah inkuiri, proses eksplorasi mencakup perumusan hipotesis. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Dengan demikian, siswa dapat berperan aktif untuk menyampaikan pendapatnya baik secara individu maupun kelompok.

Proses elaborasi mencakup pengumpulan data. Pengumpulan data, jika dikaitkan dengan metodologi sejarah, identik dengan langkah heuristik, yang merupakan langkah pertama, di mana siswa diberi tugas melalui kegiatan diskusi, untuk selanjutnya dapat menyajikan hasil kerjanya tersebut dalam bentuk presentasi. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Ada beberapa teknik pengum- pulan data yang dapat dipergunakan dalam metode sejarah, seperti: studi kepustakaan, pengamatan lapangan, wawancara (interview). Dapat pula digunakan teknik lain seperti questionnaires, pendekatan tematis (topical approach) beserta berbagai perangkat ilmu bantu lainnya, terutama digunakan terhadap topik yang mengarah kepada studi kasus (case study). Dalam pengumpulan data, siswa dibimbing untuk mengumpulkan data berupa informasi dari berbagai sumber, baik yang berasal dari buku sumber lain, surat

160

kabar dan dari internet. Pengumpulan sumber tersebut berhubungan dengan materi yang akan dibahas.

Dalam kegiatan konfirmasi, kegiatan yang dilakukan adalah menguji hipotesis, yakni menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengujian hipotesis ini erat kaitannya dengan kritik dalam metodologi sejarah. Hasil pengerjaan studi sejarah yang akademis atau kritis memerlukan data-data yang telah teruji. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh melalui tahapan heuristik terlebih dahulu harus dikritik atau disaring sehingga diperoleh fakta-fakta yang sobjektif mungkin. Dalam melakukan kritik, kadangkala diperlukan pengetahuan dan penghayatan kultural tentang si- tuasi dan kondisi dimana dokumen tersebut dibuat. Dalam kegiatan inti ini, peran guru sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Guru menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. Peran ini sangat penting karena mampu membantu kelancaran langkah-langkah inkuiri, termasuk dalam kegiatan diskusi. Guru juga membimbing dan mengarahkan jalannya serta membantu kelancaran diskusi.

Langkah terakhir adalah kegiatan penutup. Dalam kegiatan ini, langkah inkuiri yang tercakup di sini adalah penyimpulan. Merumuskan kesimpulan

161

merupakan gong-nya proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Pada langkah ini, guru juga melakukan refleksi dan umpan balik terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

Selain mempersiapkan RPP, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru sebelumnya antara lain, memberi penjelasan tentang prosedur inkuiri, pembuatan LKS, dan pembagian tugas dalam kelompok. Pembuatan LKS yang dirancang khusus untuk peningkatan berpikir siswa perlu dipersiapkan dengan tujuan untuk memberi arah terhadap permasalahan yang akan dipecahkan selama proses pembelajaran. Mengenai persiapan pembentukan kelompok dimaksudkan pada saat kegiatan pembelajaran memasuki kegiatan diskusi kelompok siswa sudah siap dengan kelompoknya. Hal penting dalam mempersiapkan kelompok ini adalah memperhatikan heterogenitas kemampuan akademik, sehingga siswa yang kurang bisa terbantu, begitu juga dengan persiapan pencarian informasi dari berbagai sumber baik itu surat kabar, internet atau narasumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan model ini.

Untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran sejarah, maka diperlukan media yang berfungsi untuk membantu tercapainya tujuan yang diharapkan. Melalui inkuiri, siswa memiliki banyak kesempatan untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri maupun kelompok, baik media cetak maupun media elektronik. Pada penelitian ini, ada media yang

162

dikembangkan oleh guru, ada pula media yang digunakan siswa dalam pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

Pengembangan media pembelajaran digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Dalam model pembelajaran inkuiri, guru diberikan keleluasaan untuk memilih media pembelajaran yang sesuai/ relevan dengan materi pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Media yang dikembangkan dapat berupa media grafis dan elektronik. Media grafis yang dikembangkan guru diantaranya yaitu media gambar, media tabel atau bagan. Media gambar ditunjukkan oleh penjelasan konsep secara singkat oleh guru, kemudian siswa diminta untuk menganalisis gambar tersebut. Media ini membantu guru untuk memancing siswa dalam merumuskan masalah. Media bagan atau tabel dibuat dan dikembangkan dengan cara membuat bagan atau peta konsep yang menghubungkan materi masa lalu dengan kehidupan kontekstual yang relevan, di samping itu juga untuk mendorong keingintahuan siswa dan mempermudah siswa dalam merumuskan hipotesis. Dengan demikian, maka pemahaman siswa diharapkan lebih mendalam. Melalui beberapa media tersebut, maka siswa dapat melakukan analisis, mendapatakan pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan tertentu, dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran sejarah.

Dalam dokumen t pk 0807939 chapter3 (Halaman 66-70)

Dokumen terkait