• Tidak ada hasil yang ditemukan

t pk 0807939 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t pk 0807939 chapter3"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

93 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam bidang studi IPS dan diarahkan pada peningkatan keterampilan berpikir siswa SMA pada mata pelajaran sejarah. Dalam bab ini, bahasan yang dikaji meliputi 1) metode penelitian, 2) lokasi dan subjek penelitian, 3) teknik pengumpulan data, 4) analisis data, dan 5) pengembangan instrumen, 6) langkah-langkah penelitian, 7) hasil pra survey dan 8) penyusunan draft awal model dan 9) pengembangan model.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and Gall (1983:722) memberikan definisi terhadap penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “ a process used to develop and validity education product”. Langkah-langkah penelitian dari proses penelitian ini mengacu pada siklus, yang mendasar pada kajian dan temuan penelitian, kemudian dikembangkan dalam suatu produk. Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan, diuji dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai pada akhirnya diperoleh suatu model (sebagai produk) yang dapat digunakan untuk memperbaiki output.

(2)

94

kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan setiap uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba tersebut diadakan penyempurnaan (Sukmadinata, 2008: 167).

Langkah-Langkah dalam penelitian dan pengembangan (research and development) menurut Borg and Gall terdiri atas 10 langkah. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). Analisis data, studi literatur, observasi dan persiapan laporan dilakukan dalam tahapan ini.

2. Perencanaan (Planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian. Dalam hal ini, perencanaan mencakup penetapan tujuan yang hendak dicapai, mendesain langkah-langkah penelitian dan mengadakan uji coba terbatas pengembangan model dalam skala kecil.

(3)

95

4. Uji coba pendahuluan (Preliminary field testing). Uji coba pendahuluan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah terbatas, yang dilaksanakan di SMA PGRI Rangkasbitung. Selama uji coba, diadakan analisis data berdasarkan pengamatan/ observasi, wawancara dan penyebaran angket. 5. Merevisi hasil uji coba (main product revision), tujuannya adalah

memperbaiki model pendahuluan yang dilakukan terhadap uji coba model pendahuluan.

6. Uji coba utama (main field testing), yaitu uji coba model yang lebih luas dengan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah yang lebih banyak. Uji coba lapangan ini dilaksanakan pada tiga sekolah, yaitu di SMAN 1, SMAN 3 Rangkasbitung dan SMAN 2 Rangkasbitung yang mewakili high class , middle class dan low class. Data kuantitatif berupa pre test dan post test dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan. 7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision),

dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama dan perbaikan hasil uji coba model yang lebih luas. Langkah ini dilaksanakan dengan cara kolaborasi antara peneliti dengan guru bidang studi sejarah untuk menghasilkan model pembelajaran inkuiri yang ideal.

8. Uji coba lapangan (main field testing). Melibatkan sekolah dan subjek penelitian yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data-data berupa angket, observasi dan hasil wawancara, untuk kemudian dianalisis. 9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision) berdasarkan pada

(4)

96

10.Penyebaran dan distribusi (dissemination and implementation), pada langkah ini, dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk/ model.

Berdasarkan 10 langkah yang dikembangkan oleh Borg and Gall di atas, maka langkah-langkah tersebut kemudian dimodifikasi bentuk langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata (2006:184) yang terdiri atas 3 tahap, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji model. Adapun langkah-langkah Research and Development hasil modifikasi ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Langkah-Langkah Research and Development (Sukmadinata, 2007:189)

Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg and Gall (1983).

Dari Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmadinata di atas, maka penulis menggambarkan penelitian dan pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam penelitian sebagai berikut:

(5)

97

Studi literatur dilakukan dengan cara mengkaji teori-teori yang mendukung bagi pembelajaran sejarah di SMA, model pembelajaran inkuiri dan keterampilan berpikir dari berbagai sumber literatur, dan mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan model pembelajaran inkuiri. Hasil studi literatur

Kajian Literatur - Teori yang relevan - Hasil penelitian terdahulu

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI

Draf awal model siap di ujicobakan

Uji Coba Terbatas - Rancangan desain model - Implementasi

- Evaluasi dan refleksi - Penyempurnaan

Uji Coba Luas - Rancangan/ desain model - Implementasi

- Evaluasi - penyempurnaan - Kesimpulan

Draft model yang akan diujicobakan pada uji coba lebih luas

(6)

98

tersebut digunakan sebagai dasar-dasar pengetahuan serta landasan teoritis dalam penelitian ini.

b. Persiapan teknis dan administratif

Persiapan teknis dan administratif dilakukan untuk mendapatkan izin melaksanakan penelitian dari instansi yang berwenang. Pertama-tama adalah dengan mengajukan izin penelitian ke direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung. Desain penelitian disetujui oleh tim penguji, dan berdasarkan SK Direktur Pascsarjana UPI Bandung Nomor 0043/H40.7/PL/2011 pada tanggal 7 Januari 2011. Setelah mendapatkan surat izin melaksanakan penelitian dari direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung, maka peneliti melanjutkan prosedur ke Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Rangkasbitung. Merujuk pada izin dari Rektor UPI Bandung dan Surat izin dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, dan memperoleh nomor surat penelitian 423/177-Disdik.Kab/2011 tanggal 26 Januari 2011, maka peneliti mengajukan permohonan ke sekolah-sekolah di Kecamatan Rangkasbitung.

c. Penelitian pra survey

(7)

99

Penelitian pra survey ini bertujuan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, terutama yang berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran inkuiri. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi dokumenter, dan observasi pada saat terjadinya PBM. Berdasarkan data yang didapat dari kajian literatur dan hasil penelitian pra survei, yang mengacu pada dasar-dasar teori hasil studi kepustakaan, maka peneliti dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan. Setelah itu, maka peneliti dapat menyusun draft awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Adapun aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian pra survei, diantaranya adalah 1) rancangan dan implementasi pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan oleh guru, 2) kegiatan belajar siswa, 3) kemamouan dan kinerja guru, 4) kondisi dan pemanfaatan sarana pembelajaran, fasilitas dan lingkungan. Rancangan dan implementasi ini berkaitan dengan perencanaan pengajaran, penggunaan media dan sumber belajar, serta evaluasi yang digunakan. Penelitian pra survei ini juga untuk mengkaji kemampuan dan kinerja guru, dan aktivitas belajar siswa.

(8)

100

awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

d. Penyusunan dan Perencanaan draft awal model

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rancangan model yang dikembangkan maka kegiatan selanjutnya adalah penyusunan draf awal model pembelajaran pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah untuk mengembangkan keterampilan berpikir, difokuskan pada 3 tahap yang terdiri atas penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

1.) Perencanaan pembelajaran

Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan (Ely, 1979). Perencanaan sistem pembelajaran yang sistematis dan terarah yang dilakukan untuk menciptakan proses belajar yang efektif, efisien, dan menarik. Pengembangan rencana pembelajaran diawali dengan menganalisis kurikulum terutama dari silabus yang dibuat BSNP, dari hasil analisis dikembangkan dalam bentuk silabus yang selanjutanya dioperasionalkan dalam bentuk RPP (silabus dan RPP terlampir). Rincian RPP merujuk kepada ketentuan yang dituntut oleh kurikulum terutama ketentuan dari tuntutan standar proses pendidikan yang secara umum meliputi; tujuan, materi pembelajaran, model/ metode pembelajaran dan evaluasi. Selanjutnya unsur-unsur tersebut menjadi fokus pengembangan dari model ini.

(a.)Tujuan Pembelajaran.

(9)

101

salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Perencanaan untuk model pembelajaran inkuiri ini pertama-tama adalah mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa tujuan dari model inkuiri adalah suatu upaya di dalam menyediakan sarana bagi siswa untuk meningkatkan sikap dan keterampilan intelektual di dalam memecahkan suatu masalah secara independen berdasarkan langkah-langkah yang sistematis. Tujuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk keterampilan berpikir yang dipilih untuk dikembangkan dalam model ini dan sekaligus menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran.

(b.)Materi pelajaran

(10)

102 (c.)Model pembelajaran

Model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan pada penelitian ini memiliki lima langkah utama, yaitu: 1) perumusan masalah, 2) perumusan hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penyimpulan. Langkah-langkah tersebut selanjutnya akan dipaparkan dalam langkah-langkah penelitian penelitian, tepatnya tampak dalam desain rancangan model pembelajaran inkuiri.

(d.)Media dan sumber belajar.

Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang menggunakan multimetode dan multimedia. Artinya, melalui inkuiri siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis (buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain) maupun dari media elektronik(radio, televisi, komputer, dan internet). Oleh sebab itu keberhasilan penerapan model pembelajaran inkuiri sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemamfaatan media dan sumber belajar.

(11)

103 (e.)Evaluasi Hasil Belajar.

Rancangan berikutnya adalah unsur evaluasi yang digunakan untuk menilai pencapaian sasaran-sasaran pembelajaran. Evaluasi dalam rancangan model ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui observasi atau pengamatan perilaku siswa pada saat merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis melalui diskusi selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati mencakup; mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mencari informasi dan menyimpulkan.

2.) Implementasi.

(12)

104 3.) Evaluasi

Penelitian ini bertujuan menemukan suatu model inkuiri yang cocok untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada tingkat SMA. Untuk itu diperlukan evaluasi selama proses pengembangan baik dalam tingkat perencanaan mapun implementasi. Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan bersama-sama guru bidang studi, draf RPP yang telah dirancang oleh peneliti didiskusikan untuk mendapatkan masukan dari guru bidang studi. Evaluasi ini lebih menitik beratkan kepada penyamaan persepsi mengenai langkah-langkah RPP, baik isi maupun rumusannya.

Penilaian juga dilakukan setelah rencana pembelajaran/ RPP tersebut dilaksanakan untuk melihat kecocokan antara yang sudah disepakati dengan implementasinya baik yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran, materi, metode, media dan sumber belajar, serta evaluasi. Hasil dari evaluasi didiskusikan dengan guru. Dari penilaian dan diskusi ini, dilakukan beberapa penyempurnaan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran.

2. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri

(13)

105

Hopkins (1993:44) memaparkan bahwa classroom action research merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, agar dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas secara professional. Desain penelitian yang dipergunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model Kemmis dan Taggart (Hopkins,1993:48), yang terdiri terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang terjadi secara berulang dalam bentuk lingkaran yang terus-menerus sampai ditemukan model yang solid. Model penelitian ini merupakan serangkaian tindakan yang didisiplinkan oleh inkuiri yang dilakukan seseorang di dalam upayanya untuk memahami sambil melakukan kegiatan, perbaikan, penyesuaian, dan pembaharuan (Wiriaatmadja, 2002:125). Aspek-aspek yang diteliti pada fase ini adalah draft model pembelajaran inkuiri dan pelaksanaan penggunaan model tersebut.

a. Uji Coba Terbatas

(14)

106

pengamatan oleh guru dan peneliti dijadikan bahan untuk melakukan revisi pada uji coba berikutnya, hingga pada tahap penyempurnaan.

b. Uji Coba Luas

Setelah diadakan penyempurnaan model pembelajaran hasil uji coba terbatas pada masing-masing siklus, selanjutnya dilakukan uji coba dengan skala lebih luas untuk menghasilkan model yang diharapkan yang dilaksanakan pada sekolah kategori dengan kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi sebagai sampel dalam penelitian ini. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.

B. Lokasi dan Subjek

(15)

107

Merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Mac Millan, maka dipilih subjek pada penelitian pra survei. Dalam penelitian pra survei, yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah guru sejarah di kelas X SMA Kecamatan Rangkasbitung dan siswa SMA kelas X. Tujuan penetapan subjek penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini. Secara keseluruhan, subyek utama dalam penelitian pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah ini adalah siswa kelas X SMA semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di wilayah Kecamatan Rangkasbitung.

Penetapan sampel pada tahap pengembangan dalam uji coba terbatas dan uji coba luas dilaksanakan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu (http://www.socialresearchmethods.net/kb/sampnon.php). Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Purposive sampling dibagi menjadi dua bagian, yaitu judgement sampling dan quota sampling.

(16)

108

Melalui sampling purposive, penelitian dilaksanakan pada SMA Swasta PGRI Rangkasbitung sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas. Penetapan satu sekolah untuk pengembangan model inkuiri ini dianggap mewakili sekolah swasta lainnya dan didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya uji coba pengembangan. Tujuannya adalah adanya kerjasama yang baik dan kemauan dari pihak sekolah, atau guru untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah. Kerjasama ini merupakan hal yang penting, karena akan menentukan keberhasilan uji coba model yang dikembangkan.

Uji coba terbatas pengembangan model inkuiri dilakukan di SMA PGRI Rangkasbitung dengan kategori rendah. Asumsinya adalah, jika penelitian yang dilakukan pada sekolah berkategori rendah, maka jika diaplikasikan pada sekolah dengan kategori klasifikasi sedang dan yang lebih baik, maka akan diperoleh hasil yang lebih baik pula. Pertimbangan lainnya adalah adanya kemungkinan untuk dilakukan ujicoba. Artinya, adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran model inkuiri dan aspek konteks pula. Faktor perizinan dianggap penting karena akan menjadi penentu dapat dilakukannya penelitian dengan baik. Oleh karena itu, penetapan sampel disesuaikan dengan kebutuhan dan sekolah yang dipilih adalah SMA PGRI.

(17)

109

sedang dan kurang. Penetapan kriteria/ kualifikasi sekolah ini dapat dilihat berdasarkan a) opini masyarakat (keinginan orang tua memilih sekolah berdasarkan dengan status ekonomi dan pendidikan orang tua), b) kemampuan sekolah untuk menghasilkan output berupa kuantitas lulusan siswa dalam ujian UAN, dan c) ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Adapun penetapan kriteria dalam sampling ini berdasarkan pada opini masyarakat dan juga ketersedian sarana dan prasarana di sekolah. Kriteria penetapan sekolah ini didasarkan pada data yang diperoleh dari Kantor Departemen Pendidikan Kecamatan Rangkasbitung. Penetapan sampel terhadap sekolah yang dipilih, dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Sampel sekolah untuk Penelitian Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas

No Kelompok Klasifikasi Nama Sekolah Jumlah Siswa

Jumlah Guru

1 Uji Coba Terbatas Kurang SMA S PGRI 20 1

2.

Uji Coba Luas Baik SMAN 1 Rangkasbitung 30 1 Sedang SMAN 3 Rangkasbitung 30 1 Kurang SMAN 2 Rangkasbitung 30 2

Jumlah 110 5

C. Teknik Pengumpulan Data

(18)

110

Pada tahap studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi dan angket, Ke empat teknik pengumpul data tadi saling melengkapi dan memberikan kontribusinya masing-masing. Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Wawancara digunakan untuk mengungkapkan kondisi pembelajaran sejarah pada saat ini, kebutuhan model yang diharapkan dan ruang lingkup isi draft. Observasi digunakan untuk melihat kondisi pembelajaran saat ini dan pelaksanaan uji coba draft model. Angket diberikan kepada guru untuk mengetahui pandangan mereka terhadap pembelajaran sejarah yang telah dilaksanakan sebelum diujicobakan model, sedangkan angket untuk siswa diberikan untuk mengetahui pandangan mereka tentang pembelajaran yang diterimanya.

(19)

111

yang dihadapi subjek. Tes, diberikan kepada siswa untuk mengetahui keberhasilan model pembelajaran yang diimplementasikan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir pada hasil.

D. Pengembangan Instrumen

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikaitkan dengan tahap-tahap penelitian yaitu tahap-tahap penelitian awal, berupa studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi dan angket, yang dikembangkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Pada tahap pengembangan model dikembangkan instrumen angket, obsevasi kelas dan instrumen hasil belajar berupa tes.

1. Studi dokumenter

Studi dokumenter dilakukan terhadap administrasi kelengkapan mengajar guru, yaitu pengajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran sejarah, sumber yang digunakan dan data-data lainnya yang mendukung. Studi dokumenter juga mengungkap ketersediaan dokumen yang ada, sesuai dengan tahapan proses pembelajaran (mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran).

2. Instrumen Angket/ questionnaire

(20)

112

sejarah di SMA, aktivitas belajar siswa, kemampuan dan kinerja guru, pemanfaatan sarana, fasilitas dan lingkungan.

Angket disusun dengan cara gabungan, yaitu terdiri dari butir pertanyaan berstruktur dan butir pertanyaan terbuka (Sudjana, 1989:103). Hal ini didasarkan pada alasan untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban dan dapat menggali informasi yang lebih luas,

Penggunaan angket pada tahap pra survei ditujukan untuk guru dan untuk siswa. Instrumen angket untuk guru, secara garis besar dikembangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, yang mencakup pengalaman mengajar, pengembangan rencana pengajaran, penerapan pengajaran sejarah, dan evaluasi pengajaran sejarah. Angket ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan guru. Instrumen angket untuk guru dikembangkan melalui 56 butir pertanyaan untuk menjaring data berkenaan dengan aspek-aspek identitas, aktualisasi diri, pandangan guru terhadap sejarah, pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, pengembangan keterampilan berpikir siswa, sarana /prasarana yang mendukung pembelajaran sejarah, evaluasi pembelajaran sejarah dan iklim sosial dan psikologis di sekolah. Angket untuk siswa diberikan kepada siswa SMA kelas X yang dikembangkan melalui 20 butir pertanyaan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran sejarah di sekolah selama ini.

3. Instrumen Kegiatan observasi Kelas

(21)

113

terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala/ hambatan yang dihadapi di kelas pada saat implementasi pengembangan model tersebut.

Kegiatan observasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan melalui penelitian pendahuluan/ penelitian pra survei, yakni dengan cara mengamati langsung kegiatan pembelajaran sejarah yang sedang berlangsung. Setiap kondisi diamati mulai dari perencanaan pembelajaran/membuka pelajaran, tahap kegiatan inti sampai dengan penutup. Tahap kedua, kegiatan observasi dilakukan pada tahap pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah. Data yang dikumpulkan meliputi; aktivitas siswa, aktivitas guru, serta kondisi dan suasana yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada uji coba terbatas dan uji coba secara luas.

4. Instrumen Hasil Belajar

(22)

114

Dalam penelitian ini instrumen hasil belajar tidak dilakukan uji validitas dan uji realibilitas. Hal tersebut merujuk kepada pendapat Kamarga (2000:115) bahwa pertimbangan tidak dilakukannya uji validasi dan uji reliabilitas pada hasil penilaian apabila penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil tes tulis semata tetapi juga mempertimbangkan aspek penampilan (performance) siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian instrumen hasil belajar hanya sampai kepada pertimbangan ahli dalam hal ini guru bidang studi dan pembimbing. Indikator keterampilan berpikir yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu a) keterampilan merumuskan masalah, b) keterampilan membuat hipotesis, c)keterampilan mengumpulkan data, d) keterampilan menguji hipotesis, dan e) keterampilan membuat kesimpulan.

E. Analisis Data

(23)

115

Analisis data kualitatif ini dilakukan pada studi awal, dan pengembangan model pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Untuk memberikan data yang terkumpul, maka analisis data dalam kegiatan ini dianalisis dengan pendekatan kualitatif untuk kegiatan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Analisis kuantitatif digunakan untuk studi awal dengan menganalisis data yang diperoleh melalui angket, dicari frekuensinya untuk setiap alternatif jawaban untuk kemudian dihitung presentasinya yang dianalisa melalui uji-t untuk kemudian diolah menggunakan software komputer. Pada pengembangan uji coba model, analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar berupa post test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan efektivitas model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA antara sebelum dan setelah dilakukan pengembangan model, yaitu dengan cara membandingkan hasil pretest dengan tes uji coba pertama, hasil tes uji coba pertama dengan hasil tes uji coba kedua, tes uji hasil coba kedua dengan hasil tes uji coba ketiga, dan hasil tes uji coba ketiga dengan hasil tes uji coba keempat.

F. Langkah-Langkah Penelitian

(24)

116

meliputi 1.) studi pendahuluan, 2.) pengembangan dan 3.) pengujian. Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg and Gall (1983). Secara umum, langkah-langkah penelitian, dapat dilihat pada bagan 3.2 di awal (hal.87). Untuk lebih lanjut, dapat dapat dilihat dalam pemaparan berikut.

1. Studi Pendahuluan

Pada studi pendahuluan ini, prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Mengkaji teori-teori yang relevan dengan model yang akan dikembangkan b. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu

c. Melakukan kegiatan pra survei 2. Pengembangan Model

(25)

117 G. Hasil Penelitian Pra Survei

Pada pembahasan ini, guru memiliki peran utama, dan dianggap sebagai faktor kunci dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti akan memberi pengaruh yang besar kepada kinerja guru. Berkenaan dengan latar belakang guru yang mengajar pada mata pelajaran sejarah pada beberapa sekolah di Kecamatan Rangkasbitung, maka dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 3.2

Latar belakang pendidikan Responden Guru

Guru Pendidikan

Tabel 3.2, menunjukkan bahwa secara umum latar belakang pendidikan guru adalah berpendidikan tinggi, yaitu sarjana dan rata-rata memiliki pengalaman mengajar di atas 10 tahun.

1. Deskripsi data

a. Desain dan Implementasi Proses Pembelajaran yang Sedang

Berlangsung

1.) Persiapan guru dalam mengajar

(26)

118 Tabel 3.3

Persiapan guru dalam mengajar

Jumlah guru

a. Membaca panduan penyusunan kurikulum dari BSNP

b. Membaca buku sumber yang berhubungan dengan mata pelajaran

c. Membaca buku pegangan siswa

d. Melihat RPP yang sudah ada

2 2 1 -

J U M L A H 5

Data pada tabel 3.3 tersebut memberikan informasi bahwa guru-guru telah mengembangkan RPP berdasarkan panduan penyusunan kurikulum dari BSNP, sedangkan dua orang guru (40%) lainnya mengembangkannya dari buku pegangan guru, dan satu guru membuat RPP berdasarkan buku pegangan siswa. Tujuan pengembangan RPP dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

2.) Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran

Tabel 3.4

Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran

Jumlah guru

a. Memberikan arahan agar pembelajaran sejarah mengacu pada

tujuan yang telah ditetapkan

b. Agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan efisien

c. Untuk melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP

d. Sebagai formalitas dan tuntutan kepala sekolah saja.

(27)

119

3.) Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana

Pembelajaran

Tabel 3.5

Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana Pembelajaran

Jumlah guru

1. Pengembangan RPP

a. Menjabarkan dari tujuan pengajaran yang tercantum dalam

GBPP

b. Mengembangkan berdasarkan topik-topik dalam GBPP

c. Mengembangkan materi dari buku pedoman guru/ siswa

d. Meng-copy dari RPP yang telah ada (guru lain/ internet) dan

mendiskusikannya dengan guru mata pelajaran serumpun

2

2 1

2. Pengembangan Materi Pembelajaran

a. Berdasarkan PB/Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

b. Diperluas dari sumber lain yang mendukung materi

pembelajaran

c. Disesuaikan dengan buku pegangan siswa

1 3

1

3. Pengembangan Metode Pembelajaran

a. Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, Pokok Bahasan dan

materi yang akan diajarkan

b. Mencari metode baru yang relevan

c. Menggunakan metode yang tradisional dan biasa digunakan

d. Sesuai dengan perasaan

2

1 2

4. Pengembangan Media Pembelajaran

a. Menggunakan multimedia yang relevan disesuaikan dengan

tujuan dan materi

b. Menggunakan media yang ada dan menyesuaikannya dengan

tujuan dan materi

c. Bagaimana nanti di kelas saja

d. Jarang menggunakan media

2

3

5. Waktu pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar

a. Setiap akhir pembelajaran

b. Saat proses dan akhir pembelajaran

c. Pada tengah dan akhir semester saja

d. Pada akhir semester

4

1

6. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar

a. Untuk memberikan skor

b. Mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah

disampaikan

c. Mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan

permasalahan, dikaitkan dengan kehidupan mereka

d. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan

2

(28)

120

Dari paparan data tabel 3.5 di atas, dipahami secara umum guru mata pelajaran sejarah di SMA belum memahami cara mengembangkan rencana pembelajaran yang benar. Dalam mengembangkan RPP, pada umumnya, guru tampak hanya mengembangkan atau membuat RPP berdasarkan RPP yang sudah ada. Keadaan ini juga ditunjukkan dari kecenderungan guru dalam menggunakan sumber utama dari buku pegangan siswa saat mengembangkan materi dan strategi pembelajaran. Kelemahan lainnya terlihat dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Guru cenderung melakukan evaluasi pada setiap selesai menyampaikan materi setiap satu pokok bahasan, sehingga yang menjadi tujuan evaluasi adalah bagaimana siswa sebanyak mungkin menguasai materi pelajaran. Data ini menggambarkan suatu kesimpulan, yaitu bahwa guru kurang merasakan kegunaan dari pengembangan rencana pembelajaran. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

4.) Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

Tabel 3.6

Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Jumlah Guru 1. Sumber Belajar

a. Buku, papan tulis, lingkungan sekitar dan penjelasan dari guru

b. Media gambar, lukisan, peta

c. Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel)

d. Media elektronik (TV, OHP, infokus, CD interaktif,

multimedia)

3

1 1

2. Hambatan terbatasnya sumber Belajar

a. Terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah

b. Tidak tersedianya buku sumber sejarah yang mendukung

dalam pembelajaran sejarah

c. Tidak ada siswa yang memiliki buku sumber sejarah

d. Banyak buku sumber sejarah yang sudah tidak layak pakai

2 2

(29)

121 3. Metode pembelajaran yang digunakan

a. Ceramah

b. Tanya jawab

c. Berdiskusi

d. Pengalaman langsung

2 2 1

4. Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah yang digunakan

a. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, uraian dan

menjodohkan

b. Tes lisan, dan tanya jawab

c. Non tes (observasi)

d. Perpaduan tes dan non tes

3

2

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan menunjukkan adanya keterbatasan dalam sumber belajar, yang pada umumnya hanya berasal dari penjelasan guru, dari papan tulis, dan hanya sekali waktu saja menggunakan sumber lain. Hambatan/ kendala yang dialami oleh guru adalah terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah, sehingga terkadang mempersulit guru ketika mengadakan pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran cenderung hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode yang sering digunakan dan siswa menjadi pasif. Implikasinya yakni kurang berkembangnya keterampilan berpikir siswa, karena guru lebih berorientasi kepada pembelajaran yang bersifat tradisional.

(30)

122

memperhatikan dan terkesan acuh. Guru hanya sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa, di sisi lain, siswa pun menunjukkan adanya kurangnya respon dalam menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga komunikasi yang sering terjadi pada pembelajaran adalah komunikasi satu arah.

Pada umumnya, semua guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran, dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan LKS atau menyuruh siswa membaca materi untuk pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya, terkadang guru lupa untuk mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak mengadakan tanya jawab, diskusi atau menyediakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan siswa sehingga dapat merangsang keterampilan berpikir siswa. Guru cenderung menggunakan cara mengajar seperti pada pertemuan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan dan membentuk sebuah pola. Pada akhirnya, siswa menjadi pihak yang terkena dampaknya, di satu sisi, pada dasarnya usia pada jenjang pendidikan menengah adalah tahapan di mana siswa sedang mengalami perkembangan, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sudah dapat diajak diskusi dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

(31)

123

5.) Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

Tabel 3.7

Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

INDIKATOR 0 1 2 3 4

Menjelaskan tujuan terlebih dahulu kepada siswa pada kegiatan awal PBM 2 3

Memberikan gambaran umum mengenai materi yang akan dibahas 3 2

Memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa

Menggunakan langkah-langkah pengajaran sesuai dengan RPP dan disesuaikan dengan alokasi waktu

Mengemukakan permasalahan untuk dijadikan pokok bahasan agar dicari pemecahan masalahnya

2 2 1

Menanyakan persamaan atau perbedaan aspek yang terdapat dalam materi yang sedang dibahas 1 = jarang dilakukan (antara 20.01 - 40%)

2 = kadang-kadang dilakukan (antara 40.01- 60%) 3 = sering dilakukan (antara 60.01 – 80 %) 4 = sering sekali dilakukan (antara 80.01-100%)

(32)

124

kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat (3 orang menyatakan kadang-kadang melakukan), c) mengemukakan permasalahan kepada siswa untuk dijadikan pokok bahasan dan dicari pemecahan masalahnya (2 orang menyatakan kadang-kadang, 2 orang menjawab jarang melakukan).

Apabila jawaban guru pada angket, dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, tampak ada sedikit perbedaan. Melalui observasi aktivitas kelas, terlihat bahwa hampir semua guru tidak menjelaskan tujuan pengajaran, hanya menuliskan topik/ materi yang akan dibahas saja. Berdasarkan hasil pra survei, hanya 2 orang guru yang menjelaskan tujuan pengajaran. Secara umum, materi yang diajarkan berasal dari buku pegangan siswa, bukan berasal dari tujuan yang sudah dicantumkan dalam TPK dalam RPP. Hal ini diketahui dari cara guru mengajar, terfokus kepada buku paket, tanpa mengadakan perluasan atau pendalaman materi. Cara pengajaran seperti itu, menunjukkan bahwa guru kurang siap dengan materi pengajaran, karena tampak guru membawa buku pegangan siswa dan sering membuka buku untuk melihat materi yang ada pada buku paket.

(33)

125

Evaluasi dilakukan pada proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berperan aktif dalam aktivitas pembelajaran, namun pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan, kurang menunjukkan adanya bentuk pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

6.) Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa

Dari hasil temuan di atas, kita lihat hasil angket tentang pandangan siswa mengenai pembelajaran sejarah, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa

Jumlah siswa

Dari tabel 3.10 di atas, mata pelajaran IPS, termasuk sejarah, menempati urutan ke dua (29,09%) yang merupakan pelajaran yang tidak disenangi siswa.

7.) Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah

Adapun persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah di SMA dapat digambarkan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 3.9

Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah

Jumlah siswa

a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu

b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi

c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia

d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran

bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.

67 9 26

8

(34)

126

Pada tabel 3.9 tersebut, pada umumnya, siswa menganggap bahwa sejarah hanya merupakan pelajaran yang bercerita mengenai tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Ini diketahui dari 110 responden yang menjawab demikian. Hanya 8 orang yang berpendapat bahwa mata pelajaran sejarah sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang, sedangkan 67 orang (60,91%) mengemukakan anyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu.

8.) Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah

Alasan tidak menyenangi pelajaran di atas, diantaranya tampak dalam tabel 3.10 seperti di bawah ini.

Tabel 3.10

Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah

Jumlah siswa

a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat

b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti

c. Ceritanya membingungkan

d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari

49 29 8 24

Jumlah 110

(35)

127

9.) Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah

Persepsi siswa tentang pembelajaran sejarah tampak pada tabel berikut. Tabel 3.11

Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah

Jumlah siswa

a. Kurang menyenangkan karena guru lebih banyak

menerangkan dan siswa mendengarkan

b. Cukup menyenangkan karena gurunya baik

c. Cukup menyenangkan karena menggunakan berbagai macam

metode

d. Menyenangkan, karena materinya memancing rasa ingin tahu

dan selalu dihubungkan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

62

29 14

5

Jumlah 110

(36)

128

10.) Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru

Di bawah ini kita lihat cara mengajar guru di kelas dari pendapat siswa. Tabel 3.12

Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru

Jumlah siswa

a. Guru jarang menjelaskan materi

b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja

c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga

membingungkan siswa

d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk

mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini

9 72

8

21

Jumlah 110

Dari tabel 3.12 tersebut, diperoleh gambaran bahwa secara umum, guru sejarah hanya menjelaskan teori dan meterinya saja. Model pembelajaran ke arah inkuiri sudah mulai muncul, terbukti dari 21 orang responden (19,10%) yang menyatakan bahwa guru menjelaskan teori dan memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk mendorong rasa ingin tahu dan mencoba menjelaskan teori, mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini.

(37)

129

11.) Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru

Di bawah ini digambarkan harapan siswa terhadp cara guru mengajar. Tabel 3.13

Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru

Jumlah siswa

a. Ceramah, mendengarkan cerita dari guru

b. Membaca dan mengerjakan LKS

c. Tanya jawab, berdiskusi, inkuiri

d. Mengunjungi tempat di luar sekolah

11 mengharapkan pembelajaran yang bersifat student oriented, seperti tanya jawab, berdiskusi, inkuiri. Dengan demikian, ini merupakan kajian penting bagi guru karena ini menunjukkan keinginan siswa agar guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga diperoleh suatu pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.

12.) Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri

Berikut ini harapan dan pendapat siswa mengenai pembelajaran inkuiri.

Tabel 3.14

Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri

Jumlah siswa

a. Sangat perlu, untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan

dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari

b. Perlu, agar lebih mudah dimengerti dan tidak membosankan

c. Kurang perlu, karena sejarah hanya mempelajari peristiwa

pada masa lalu

d. Tidak perlu, karena saya kurang menyukai pelajaran sejarah

35

49 17

9

Jumlah 110

(38)

130

berhubungan dengan materi sejarah itu sendiri maupun masalah yang berhubungan dengan lingkungan sekitar yang bertujuan untuk mengkaitkan keterampilan berpikir dan dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan agar lebih mudah dimengerti sehingga pembelajaran sejarah tidak membosankan.

b. Kemampuan dan aktivitas belajar siswa

Gambaran mengenai kemampuan dan aktivitas belajar siswa didapatkan melalui instrumen angket yang telah disebarkan kepada siswa kelas X dari SMA yang telah dipilih sebagai sampel pada studi pendahuluan dan melalui observasi kegiatan kelas. Seluruh angket yang disebarkan berjumlah 110, dan angket tersebut dikembalikan oleh seluruh siswa.

1.) Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah

Pertanyaan tentang pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah didapat melalui jawaban berikut pada tabel 3.17.

Tabel 3.15

Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah

Jumlah siswa

a. Mengikuti keinginan orang tua

b. Supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan

c. Agar dapat melanjutkan ke perguruan tinggi

d. Agar mendapatkan teman banyak

15 61 22 12

Jumlah 110

(39)

131

bukan berasal dari kesadaran siswa sendiri, melainkan berasal dari tuntutan dan keinginan orang tua.

2). Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah

Di bawah ini, digambarkan pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah.

Tabel 3.16

Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah

Jumlah siswa

a. Menyenangkan, karena mendapat ilmu dan mendapat teman

b. Menyenangkan, karena dapat melanjutkan cita-cita

c. Biasa saja, karena tidak ada yang berkesan

d. Tidak menyenangkan, karena terlalu banyak materi yang harus

dipelajari, dan banyak teman yang mengganggu.

33 bersekolah adalah agar dapat melanjutkan cita-cita, dibuktikan dengan 67 orang (60,91%) yang menjawab demikian, sedangkan sebagian siswa lainnya, yang berjumlah 33 orang siswa (30%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk mendapatkan ilmu dan mendapatkan teman. Siswa juga memberikan jawaban atas pertanyaan tentang aktivitas belajar siswa di luar sekolah.

3.) Aktivitas Belajar Siswa di Rumah

Jawaban siswa/ responden berhubungan dengan aktivitas belajarsiswa di rumah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.17

Aktivitas Belajar Siswa di Rumah

(40)

132

Dari hasil jawaban siswa yang ditunjukkan tabel 3.17, pada umumnya siswa belajar secara tidak menentu (39,09%), maksudnya adalah, kemungkinan siswa bisa belajar kurang dari satu jam, 1-2 jam atau mungkin lebih dari dua jam. Data menunjukkan 19 orang (17,27%) belajar di rumah kurang dari dua jam, antara 1-2 jam (37,27%), tergantung dari tuntutan tugas yang diminta oleh guru. Dengan demikian, jawaban belajar di rumah, sangat erat kaitannya dengan pekerjaan rumah (PR). Jadi, jika guru tidak memberikan PR atau tugas, maka aktivitas belajar siswa di rumah pun berkurang.

4.) Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah

Mengenai pelajaran sejarah, diperoleh sejumlah data mengenai alasan disenangi atau tidaknya pelajaran sejarah di SMA kelas X. Di bawah akan diuraikan terhadap pernyataan tersebut.

Tabel 3.18

Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah

Jumlah siswa

a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu

b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi

c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia

d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat

pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.

35 16 33 26

Jumlah 110

(41)

133

keadaan ini akan memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi guru untuk mengembangkan kreativitasnya agar pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan kebutuhan, diantaranya dengan cara merangsang keterampilan berpikir yaitu dengan menyodorkan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa melalui langkah-langkah tertentu, diantaranya dapat diambil dari lingkungan yang paling dekat dengan siswa.

5). Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah

Berbagai pendapat yang dikemukakan siswa mengenai alasan siswa tidak menyenangi pembelajaran sejarah.

Tabel 3.19

Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah

Jumlah siswa

a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat

b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti

c. Ceritanya membingungkan

d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari

49 29 8 24

Jumlah 110

Merujuk pada data tabel 3.19 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, dan tempat merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,54%) yang menjawab demikian. Alasan lainnya adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari. Dari jawaban yang dikemukakan siswa dari data yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa suatu pembelajaran yang baik dan menyenangkan jika adanya keterkaitan antara aspek guru, siswa dan lingkungan sekitar.

(42)

134 c. Kemampuan dan kinerja Guru

Gambaran mengenai kemampuan, kinerja guru dan pandangan terhadap pembelajaran sejarah, hubungannya dengan keterampilan berpikir diperoleh melalui sejumlah pertanyaan, yang dikembangkan dalam instrumen angket, baik angket yang diberikan kepada guru maupun yang diberikan kepada siswa.

1.) Tujuan guru mengajar

Pertanyaan pertama adalah mengenai tujuan guru mengajar. Tabel 3.20

Tujuan Guru Mengajar

Jumlah Guru

a. tugas rutin sehari-hari, yakni menyelesaikan materi

b. proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa

c. sebagai sarana dalam mendapatkan penghasilan

d. tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku

siswa ke arah yang lebih baik

- 2 - 3

Jumlah 5

(43)

135

2.) Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar

Tabel 3.21

Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar

Jumlah Guru

a. Mengajar adalah panggilan hati, dapat dilakukan siapa pun

b. Mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai

materi pelajaran

c. Mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki

sertifikat sebagai pendidik

d. Mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu

dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik

- 2

1

2

Jumlah 5

Berdasarkan data pada tabel 3.21, guru memberikan jawaban yang berbeda antara satu terhadap yang lain. Ada guru yang berpandangan bahwa mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai materi pelajaran. Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa guru ini belum memahami tugas mengajar. Satu orang memberikan jawaban bahwa mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki sertifikat sebagai pendidik, dan dua orang guru lainnya memberikan pendapatnya bahwa mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik. Perbedaan ini berakibat pada pemahaman mereka mengenai tujuan mengajar, dan pada implementasinya di kelas, juga berpengaruh pada kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan kreativitas dalam mengajar.

3.) Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA

(44)

136

Tabel 3.22

Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA

Jumlah Guru

a. Mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk

disampaikan kepada siswa

b. Alokasi waktu yang tidak sesuai dengan beban materi yang

terlalu banyak

c. Dianggap sebagai mata pelajaran yang sepele, karena tidak

bermanfaat

d. Dapat menanamkan nilai positif bagi murid dan memberikan

manfaat bagi kehidupan sehari-hari.

2

3

-

-

Jumlah 5

Dari tabel 3.22 tersebut, pandangan guru terhadap pelajaran sejarah merupakan suatu beban dan data yang diperoleh merupakan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah di SMA. Mereka berasumsi bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk disampaikan kepada siswa, di sisi lain alokasi waktu yang tersedia tidak sesuai dengan beban materi yang terlalu banyak. Tidak heran jika terkadang guru hanya mengejar ketercapaian materi dan tujuan berdasarkan apa yang telah ada dalam rencana pembelajaran, tanpa memperhatikan kebutuhan siswa itu sendiri, termasuk perkembangan mental, fisik dan perkembangan kognitifnya.

4.) Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA

(45)

137

Tabel 3.23

Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA

Jumlah Guru

a. Sebagai materi yang harus disampaikan pada siswa, karena

tercantum dalam kurikulum

b. Membekali materi sejarah sebanyak-banyaknya kepada siswa

c. Membekali siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan

mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

d. Menjadikan siswa dengan ilmu dan pengetahuan agar menjadi

ilmuwan

3 -

2

-

Jumlah 5

Tabel 3.23 menunjukkan bahwa pada umumnya, 3 orang guru beranggapan bahwa pelajaran sejarah adalah materi yang harus disampaikan pada siswa, karena tercantum dalam kurikulum. Sementara guru yang lain memiliki pendapat yang berbeda, mereka berasumsi bahwa pelajaran sejarah bertujuan untuk membekali siswa agar menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keadaan ini menunjukkan belum adanya pemahaman sepenuhnya dari guru mengenai pelajaran sejarah. Mereka hanya memberikan materi, karena telah tercantum dalam kurikulum, tanpa memperhatikan aspek perkembangan siswa, membekali dan mananamkan sikap kebangsaan.

5.) Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran Dalam Pelajaran

Sejarah

(46)

138

Tabel 3.24

Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran Dalam Pelajaran Sejarah

Jumlah Guru

a. Model yang mengacu pada pendekatan teacher centered

b. Model yang mengacu pada pendekatan student centered

c. Tidak memerlukan model khusus

d. Semua model dapat digunakan dalam pembelajaran

sejarah di SMA

Berdasarkan data 3.24, tampak pemahaman guru mengenai penggunaan model pembelajaran cukup baik, diantaranya adalah model yang mengacu pada pendekatan student centered untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

6.) Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir

Pandangan guru terhadap model pembelajaran sejarah diperkuat dengan pendapat guru mengenai keterampilan berpikir, yang tercermin pada tabel berikut:

Tabel 3.25

Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir

Jumlah Guru

a. Sangat diperlukan, untuk melatih keterampilan berfikir siswa,

b. Perlu, sebagai tujuan yang harus dicapai dalam pelajaran

sejarah di SMA

c. Tidak perlu, karena pada dasarnya masing-masing siswa

sudah memiliki dasar keterampilan berpikir masing-masing.

d. Tergantung dengan kebutuhan

(47)

139

7.) Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir

Di bawah ini diuraikan mengenai pandangan guru mengenai cara evaluasi yang digunakan dalam mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Selanjutnya, akan terlihat pada tabel 3.26 di bawah ini:

Tabel 3.26

Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir

Jumlah siswa

a. Tidak perlu diadakan evaluasi

b. Diamati secara langsung selama proses pembelajaran

berlangsung

c. Dilakukan secara pre test dan post test

d. Dilakukan pengtamatan selama pembelajaran berlangsung, dan

melaksanakan pre test dan post test

- 2

1 2

Jumlah 5

Terlihat pada tabel 3.26 pandangan guru terhadap evaluasi keterampilan berpikir cukup beragam, namun secara umum menunjukkan hal yang positif, di mana evaluasi terhadap pembelajaran sejarah dalam meningkatkan keterampilan berpikir, dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran. Di sisi lain, pemahaman mengenai tujuan mengajar guru, tidak disesuaikan dengan tujuan pengajaran sejarah, yaitu membekali siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

8.) Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah

(48)

140

Tabel 3.27

Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah

Jumlah Siswa

a. Guru jarang menjelaskan materi

b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja

c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga

membingungkan siswa

d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk

mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini sejarah merupakan pembelajaran yang kurang menyenangkan karena guru hanya menjelaskan teori dan materinya saja. Usaha dari guru untuk menjelaskan teori dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini sudah tampak, namun hanya dilakukan oleh beberapa orang guru saja.

9.) Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah

Dalam pembelajaran sejarah, yang tidak kalah penting peranannya adalah pemanfaatan sumber belajar.

Tabel 3.28

Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah

Jumlah Siswa

a. Buku, papan tulis, dan penjelasan dari guru

b. Media gambar, lukisan, peta , lingkungan sekitar

c. Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel)

(49)

141

padahal penggunaan sumber dan media pembelajaran dapat menggunakan dengan sumber dan media yang sederhana sekalipun. Hal terpenting adalah, siswa dapat mengambil hikmah dan nilai-nilai positif pembelajaran sejarah berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukannya. Dengan demikian, kinerja guru perlu ditingkatkan, sesuai dengan kebutuhan siswa.

d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas dan Lingkungan

Dari penelitian pra survei yang telah dilakukan, kondisi SMA yang berada di Kecamatan Rangkasbitung, secara umum memenuhi syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu setiap sekolah memiliki ruang-ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar kecil dan halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Hampir semua SMA yang ada di Kecamatan Rangkasbitung memiliki fasilitas lain, seperti laboratorium, tempat ibadah dan perpustakaan yang terpisah dengan ruangan lainnya.

Dilihat dari sarana yang tersedia, SMA yang dijadikan sebagai sampel penelitian merupakan lingkungan yang cukup baik, karena relatif aman, berada di lingkungan sekolah-sekolah lainnya, dan jauh dari keramaian, sehingga suasana belajar yang tenang cukup terpenuhi. Selain itu, SMA PGRI tempat dilakukan ujicoba terbatas model inkuiri adalah salah satu sekolah yang termasuk ke dalam sekolah yang memiliki syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan. Kelengkapan sarana sangat memadai, di mana setiap jenjang kelas menempati satu ruang kelas masing-masing.

(50)

142

fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum yang tersedia pada SMA ini diantaranya adalah papan tulis (dalam hal ini white board) dan perlengkapan belajar untuk siswa (buku, catatan dan perlengkapannya). Fasilitas umum yang menjadi kendala adalah buku pegangan siswa. Hal ini disebabkan karena terbatasnya buku sumber yang dimiliki siswa. Keterbatasan ini disebabkan karena pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, siswa tidak harus memiliki dan membeli buku pegangan siswa. Keadaan ini merupakan salah satu kendala yang ada dalam implementasi pembelajaran, sebab akan menghambat proses pembelajaran sejarah di kelas. Beberapa buku sumber sejarah kelas X seharusnya disediakan oleh pihak sekolah, tetapi buku yang tersedia di perpustakaan pun sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum yang diterapkan sekarang, karena standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan materi/ pokok bahasan yang ada di dalam buku tersebut berbeda cukup jauh dengan pembahasan yang ada dalam buku sumber yang digunakan pada kurikulum KTSP. Dengan demikian, untuk mengatasi persoalan tersebut, diperlukan adanya strategi. Strategi yang digunakan guru adalah dengan cara membagi kelas ke dalam beberapa kelompok diskusi. Masing-masing kelompok, minimal memiliki satu buah buku paket/ pegangan siswa sebagai dasar untuk sumber belajar, sedangkan sumber lainnya dapat diperoleh dengan cara mencari informasi dari media cetak, maupun dengan mengadakan browsing di internet, sesuai dengan materi yang akan dibahas.

(51)

143

sejarah, terlihat tidak terawat. Guru menyatakan jarang menggunakan media karena keterbatasan waktu, keadaan ini dapat diatasi dengan menggunakan media berupa bagan atau tabel materi. Media berupa tabel atau bagan materi dapat dipersiapkan oleh guru, media peta pun dapat dibuat oleh siswa untuk mempermudah pembelajaran. Tabel atau bagan model pembelajaran inkuiri dan beberapa gambar atau informasi dari berbagai media, dapat membantu guru dalam mengimplementasikan pembelajaran sejarah, dikaitkan dengan contoh-contoh yang dekat dengan lingkungan siswa, sehingga menunjang kinerja guru dan proses belajar mengajar. Untuk aspek lingkungan, cenderung kepada peranan kepala sekolah terhadap perbaikan kualitas pembelajaran di lingkungan sekolahnya. Kepedulian dan peranan kepala sekolah di SMA PGRI, tempat dilakukannya uji coba terbatas dapat berlangsung cukup baik, karena karena kepala SMA selalu memberikan dorongan dan motivasi, serta arahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Adanya peranan kepala sekolah berupa dorongan dan motivasi kepada guru-guru, merupakan salah satu indikator yang menunjang keberhasilan implementasi dan pengembangan model pengembangan pembelajaran inkuiri.

2. Kesimpulan

(52)

144

Pada dasarnya sudah ada kemungkinan untuk dikembangkannya model inkuri dilihat dari 4 aspek tersebut. Misalnya dilihat dari pemahaman mengenai tugas mengajar dan pembelajaran sejarah. Dari 5 orang responden, 2 orang menjawab bahwa mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik. Selain itu, melihat temuan tentang tujuan pembelajaran sejarah, dua orang guru berpandangan bukan hanya menjejali mereka dengan setumpuk materi saja, tetapi juga untuk membekali siswa agar menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Artinya, pada dasarnya guru sudah memahami bahwa pembelajaran sejarah adalah untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik mengenai pembelajaran sejarah agar menjadi pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan siswa. Salah satu caranya adalah dengan mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini/lingkungan sekitar siswa.

(53)

145

kurang menyenangkan karena guru lebih banyak menerangkan dan siswa hanya mendengarkan.

Pemanfaatan sumber dan media belajar di kelas sangat minim, dengan alasan keterbatasan alokasi waktu. Umumnya, siswa berpendapat bahwa guru hanya menggunakan model pembelajaran yang tradisional, yakni ceramah, dengan menggunakan sumber seadanya. Dengan alasan seperti itu, maka memperlihatkan kurangnya pemahaman dan aplikasi guru mengenai kinerjanya baik dalam pengembangan rencana pembelajaran, maupun dalam implementasi kurikulum pembelajaran sejarah di kelas.

Pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun, merupakan model penting dalam melakukan pembelajaran sejarah di kelas, namun pengalaman dan pelatihan yang pernah diikuti ternyata juga masih menunjukkan adanya kekurangan dalam kinerja guru. Kekurangan ini dapat diperkecil dengan adanya kemauan dan keterbukaan dari guru untuk mengadakan perubahan dalam pembelajaran ke arah yang lebih baik. Di sini, guru bersedia untuk membuka diri, menerima dan melakukan perubahan yang bersifat positif dalam pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan untuk memperkenalkan, menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

(54)

146

relatif lama yang rata-rata lebih dari 10 tahun. Hal tersebut ditunjang juga dengan penataran maupun pelatihan baik dalam bidang kurikulum, maupun penggunaan media dan model-model pembelajaran baik itu model pembelajaran umum maupun khusus model pembelajaran sejarah. Keadaan guru ini merupakan potensi yang cukup besar untuk dapat mengembangkan pembelajaran sejarah ke arah yang lebih baik. 2). Sarana prasarana yang cukup lengkap untuk mengembangkan pembelajaran sejarah, kondisi kelas dan perpustakaan yang rata-rata cukup memadai. 3). Kondisi sosial dan psikologi yang cukup menunjang. Menurut Sanjaya (2008:197) kondisi tersebut merupakan faktor pendukung terhadap keberhasilan pembelajaran.

(55)

147

pembelajaran dimulai. 4) Pelaksanaan pembelajaran yang yang terjadi berdasarkan seluruh sampel yang diteliti, hampir semuanya menunjukkan pola pembelajarannya mengarah kepada pembelajaran yang dominasi metode ceramah dan berpusat kepada guru. Temuan penelitian ini sesuai dengan temuan hasil penelitian Syaodih (2007:8) bahwa implementasi materi IPS di sekolah saat ini ; (1)lebih menekankan aspek pengetahuan, (2)berpusat pada guru, (3) mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta (4) hanya membentuk budaya menghapal dan bukan berpikir kritis. Hasil tersebut didukung oleh pendapat Supriatna (2007:76), yang mengemukakan bahwa selama ini pengajaran di sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional, seperti ceramah, dan lebih menekankan pada aspek-aspek kognitif tingkat rendah.

(56)

148

memperhatikan keterbatasan pada masing-masing aspek yang berpengaruh untuk pengembangan model inkuiri ini.

Model pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam memperbaiki kelemahan pembelajaran sejarah, sehingga dapat mengajak siswa melakukan berbagai interpretasi secara mandiri sebagai dasar pengembangan pembelajaran, atau untuk melakukan penafsiran kritis terhadap peristiwa sejarah yang beragam untuk memahami masalah sehari-hari. Ini sesuai dengan salah satu prinsip dalam KTSP, yaitu berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Artinya, sekolah tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai di masyarakat, tetapi juga harus memberikan keaktifan kepada siswa secara kritis dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang timbul.

H. Penyusunan Pengembangan Draft Awal Model Pembelajaran Inkuiri

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan pada penelitian pra survey, salah satu aspek yang kurang mendapat perhatian dalam pengembangan pembelajaran sejarah di SMA adalah pengembangan keterampilan berpikir. Proses pembelajaran pada studi pendahuluan adalah munculnya gejala kecenderungan pengelolaan pembelajaran lebih berorientasi pada proses menghapal materi pelajaran dan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Artinya, dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru memandang siswa sebagai objek yang harus diisi dengan berbagai informasi.

(57)

149

a)desain rencana pengembangan model pembelajaran inkuiri, b) prosedur implementasi model pembelajaran inkuiri, c) dan evaluasi pembelajaran.

1. Desain Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri

Dalam rangka mengimplementasikan inkuiri di kelas, Etheredge & Rudinsky (2003) memberikan model sederhana dari suatu kegiatan inkuiri yang umumnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (a) guru berusaha menggali minat dan latar belakang pengetahuan awal siswa dan merancang kegiatan dengan menggunakan variabel tunggal serta menerapkan konsep-konsep sains yang akan dipelajari, (b) guru membantu siswa merumuskan pertanyaan, merancang dan melaksanakan kegiatan inkuiri, dan (c) guru membantu siswa menilai proses dan hasil pembelajaran yang dilakukannya. Agar proses inkuiri dapat berlangsung secara maksimal dan produknya menjadi bermakna bagi guru maupun siswa, maka penerapan inkuiri sebaiknya diawali dari masalah-masalah sederhana, kemudian dikembangkan secara bertahap ke arah permasalahan yang lebih kompleks (Joyce, et al , 2000; Bonnstetter, 2000).

Gambar

Tabel 3.1 Sampel sekolah untuk Penelitian Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas
Tabel 3.2 Latar belakang pendidikan Responden Guru
Tabel 3.3 Persiapan guru dalam mengajar
Tabel 3.5 Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perjalanannya, selama tiga puluh lima tahun Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah musya1 warah para ulama, zu'ama dan cendekiawan mus1 lim berusaha untuk memberikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan sumber belajar dan motivasi dengan prestasi belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan II mahasiswa Program Studi D

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MATERI AJAR IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Profil Penerimaan Diri Remaja Awal Berdasarkan Jenis Kelamin dan Korelasinya dengan Capaian Prestasi Belajar serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling (Studi

Bahasa Inggris, sebagai bahasa global sudah tentu harus sejak dini dikuasai, memberikan pengenalan sejak dini adalah hal yang amat baik. Untuk memberikankualitas pendidikan yang

Negara memiliki , sesuai dengan Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional , hak berdaulat untuk memanfaatkan sumberdaya mereka sendiri sesuai dengan kebijakan pengelolaan

Dari sehelai karton akan dibuat kotak tanpa tutup dengan alas bujur sangkar jika jumlah luas bidang alas dan semua bidang sisi kotak ditentukan sebesar 432cm 2 maka volume

Kerusakan data dalam sistem yang sudah terkomputerisasi dapat melumpuhkan aktifitas bisnis dari perusahaan, dengan adanya back up system tersebut Shuttle Express memiliki