• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Kerja

Dalam dokumen Laporan Praktikum Dan Avertebrata Air (Halaman 47-104)

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.3. Prosedur Kerja

Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan pada organisme yang telah diambil dari perairan 2. Meletakkan orgaisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian

organism tersebut.

3. Menggambar bentuk secara morfologi dan anatomi pada bagian-bagian organisme yang telah diidentifikasi dan diberi keterangan pada buku gambar.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini sebagai berikut: A. Struktur Morfologi dan Anatomi Kalandue ( Polymesoda sp.)

Keterangan: 1. Cangkang 2. Garis pertumbuhan 3. Umbo 4. Kaki Gambar 36. Morfologi Kalandue ( Polymesoda sp.)

Keterangan: 1. Ctenidia 2. Tepi mantel 3. Metaniphridia 4. Gonad 5. Pedal ganglion 6. Atrium Gambar 37. Anatomi Kalandue ( Polymesoda sp.)

B. Struktur Morfologi Burungo ( Telescopium telescopium )

Keterangan: 1. Kaki 2. Cangkang 3. Apex 4. Ulir 5. Aperture

C. Struktur Morfologi dan Anatomi Cumi-cumi (Loligo sp.) Keterangan: 1. Tentakel 2. Mata 3. Tubuh 4. Sucle 5. Mantel 6. Sirip

Gambar 39. Morfologi Cumi-cumi (Loligo sp.)

Keterangan: 1. Mulut 2. Faring 3. Anus 4. Kantung tinta 5. Ginjal 6. Hati

Gambar 40. Anatomi Cumi-cumi (Loligo sp.) D. Struktur Morfologi dan Anatomi Gurita (Octopus sp.)

Keterangan: 1. Mata 2. Shipon 3. Lengan 4. Mata 5. Sirip Gambar 41. Morfologi Gurita (Octopus sp.)

Keterangan: 1. Tangan ke-1 2. Bintik mata 3. Tangan ke-2 4. Jumbai 5. Tangan ke-3 6. Mata 7. Tangan ke-4 8. Funnel 9. Hectocotylus 10. Insang 11. Alat pengisap 12. Tubuh (mantel)

Gambar 42. Anatomi Gurita (Octopus sp.) 4.2. Pembahasan

Mollusca berasal dari bahasa Latin mallis yang berarti lunak. Jadi mollusca dapat diartikan sebagai hewan bertubuh lunak. Tubuh lunak tersebut tidak bersegmen-segmen dan terbungkus oleh mantel yang terbuat dari jaringan khusus, dan umumnya dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang dapat menghasilkan cangkang. Di antara mantel dan dinding tubuh terdapat rongga mantel. Beberapa jenis hewan ini, tubuhnya terlindung oleh cangkang dari zat kapur (kalsium karbonat) yang keras tapi ada pula mollusca yang tidak bercangkang, misalnya cumi-cumi.

Ciri tubuh Mollusca meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa. Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama. Kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak. Massa viseral merupakan kumpulan sebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi.

Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama yakni kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali. Pada beberapa molluska kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak. Massa viseral merupakan kumpulan sebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan. Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi,

dan anus.Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang.

Gambar 43. Struktur Tubuh Loligo sp.

Pada Pengamatan yang kami lakukan khususnya untuk kelas Chephalophoda yakni struktur tubuh cumi-cumi secara morfologi terdiri atas tentakel, mata sirip dan badan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusyana (2011) bahwa struktur tubuh Loligo sp. Terdiri atas kepala, badan dan dihubungkan oleh leher. Kaki terdiri atas 10 jerait, 8 lengan dan tentakel. Sedangkan menurut anatomi, organ respirasi cumi terdiri atas sepasang insang berbentuk bulu yang terdapat di rongga mantel. Prosesnya, air keluar masuk melalui tepi lingkaran ujung badan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Brotowidjoyo (2000) bahwa chephalopoda merupakan mollusca yang tidak memiliki cangkang luar seperti pada kerabat lainnya. Memiliki sepasang insang dan sirip yang memudahkannya berenang dan melakukan proses respirasi.

Gambar 44. Struktur Tubuh Achatina fulica

Pada pengamatan selanjutnya yakni kelas Gastropoda, pengatamatan pada spesies burungo (Telescopium telescopium) secara morfologi terlihat satu cangkang yang membukus seluruh permukaan tubuhnya, memiliki kaki yang lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Kemudian terdapat apex pada ujung cangkangnya dan memiliki ulir. Hal yang sama dikemukakan oleh Handayani (2009) bahwa gastropoda

memiliki cangkang berbentuk kerucut dilengkapi dengan tentakel dan bintik mata serta kaki untuk berjalan. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel. Sedangkan secara anatomi, kelas gastropoda memiliki penis, anus mulut dan terdapat hati dibagian dekat mantelnya.

Gambar 45. Struktur Tubuh Polymesoda sp.

Pada pengamatan selanjutnya yakni pada kelas Pelecypoda secara morfologi memiliki ciri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti kapak. Kaki Pelecypoda dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat atau menggali pasir dan lumpur. Memiliki Umbo dan dua cangkang yang bisa membuka dan menutup. Pada cangkang tersebut terlihat garis pertumbuhan yang menunjukkan umur dari Pelecypoda itu sendiri. Menurut Handayani (2009) bahwa Pelecypoda memiliki bentuk tubuh yang simetri bilateral memiliki insang dengan bentuk helaian dan cangkang satu pasang yang diikat oleh ligament dan disisinya terdapat tonjolan yakni umbo. Sedangkan secara anatomi Pelecypoda memiliki mulut, insang, ginjal, usus dan gonad. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rusyana (2011) bahwa terdapat mulut yang terletak diantara dua pasang labilal palpus bersilia, silia ini berfungsi untuk menggiring makanan, kemudian lambung, rectum dan usus untuk pencernaannya. Pelecypoda ada yang hidup menetap dan membenamkan diri di dasar perairan. Pelecypoda mampu melekat pada bebatuan, cangkang hewan lain, atau perahu karena mensekresikan zat perekat. Pelecypoda memiliki dua buah cangkang pipih yang setangkup sehingga disebut juga Bivalvia. Kedua cangkang pada bagian tengah dorsal dihubungkan oleh jaringan ikat (ligamen) yang berfungsi seperti engsel untuk membuka dan menutup cangkang dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot. Cangkang tersusun dari lapisan periostrakum, prismatik, dan nakreas. Pada tiram mutiara, jika di antara mantel dan cangkangnya masuk benda asing seperti pasir, lama-kelamaan akan terbentuk mutiara. Mutiara terbentuk karena benda asing tersebut terbungkus oleh hasil sekresi palisan cangkang nakreas. Pelecypoda tidak memiliki kepala. Mulutnya terdapat pada rongga mantel, dilengkapi dengan labial palpus.

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan yang dilakukan dan pembahasan di atas adalah sebagai berikut :

1. Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus berarti lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata.

2. Telescopium telescopium memiliki morfologi yang terdiri dari apex berfungsi sebagai pusat pertumbuhan, ulir sebagai garis tumbuh, cangkang untuk melindungi organ dalam tubuh dari luar dan aperture.

3. Polymesoda sp. memiliki morfologi yang terdiri dari umbo, cangkang untuk melindungi organ dalam, garis pertumbuhan dan sifon sebagai alat pengisap sedangkan Struktur anatominya terdiri Ctenidia, Tepi mantel, atrium dan gonad. 4. Loligo sp. memiliki morfologi baik secara dorsal maupun ventral terdiri dari

lengan, lengan tentakel yang digunakan untukl menangkap mangsanya, trunk sebagai badan, fin untuk berenang/bergerak, tentacular club sebagai alat penangkap dan lata indra, rostrum, mata, kepala, mantel dan sifon untuk mengisap makanannya sedangkan anatominya terdiri atas kantung tinta, ginjal dan hati.

5. Octopus sp. tampak morfologinya terdiri dari tangan ke-1, tangan ke-2, tangan ke-3, tangan ke-4, hectocotylus, alat pengisap, bintik mata, jumbai, mata, funnel, insang untuk bernafas dan tubuh (mantel) sedangkan untuk anatominya terdiri atas bintik mata, jumbai, Funnel, dan Insang.

6. Filum Mollusca dibagi 8 kelas, yaitu Chaetodermomorpha, Neomeniomorpha, Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Pelecypoda/Bivalvia, Scaphopoda dan Cephalopoda. Mollusca yang tidak memiliki cangkok, seperti cumi-cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Mollusca memiliki struktur berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap kelasnya. Cangkok kerang ini terdiri dari dua belahan, sedangkan cangkok siput berbentuk seperti kerucut yang melingkar. Perbedaan lainnya, kaki siput tipis dan rata. Fungsinya adalah untuk berjalan dengan cara kontraksi otot.

5.2. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya alat yang digunakan pada praktikum dimaksimalkan penggunaannya, sebagai contoh misalnya toples yang dibawa praktikan tidak pernah digunakan begitu juga dengan kantong dan alat lain yang belum pernah digunakan. Hal ini dimaksudkan agar semua peralatan praktikan akan terpakai untuk kepentingan praktikum

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Annelida (dalam bahasa latin, annulus bararti cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana.

Cacing-cacing anggota filum ini tubuhnya beruas-ruas. Beberapa organ (misalnya pencernaan) membentang sepanjang tubuh. Organ yang lain seperti saluran pembuangan, ada di setiap ruas. Annelida mempunyai rongga tubuh atau coelem. Rongga ini tidak saja berisi organ-organ yang terbentuk dari mesoderm tetapi juga dilapisi oleh lapisan mesoderm. Annelida merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem syaraf yang tersusun seperti tangga tali. Pembuluh darah yang utam membujur sepanjang bagian dorsal sedangkan sistem syaraf terdapat pada bagian ventral. Telah diketemukan 7.000 species yang hidup di air tawar, laut dan tanah. Contoh annelida adalah cacing tanah (Pheretima) cacing ini hidup di tanah, makananya berupa sisa tumbuhan dan hewan. Charles Darwin ahli biologi yang termahsur adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang penting dalam menggemburkan/menyuburkan tanah. Karena hidup di dalam tanah, cacing ini membuat liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah diolah. Cacing tanah juga mencampur dedaunan dengan tanah, jadi menaikan kandungan humus tanah.

Sebagian besar anelida hidup dilaut, yaitu diliang-liang atau dibawah karang yang dekat dengan pantai, misalnya neries. Golongan lain dari annelida yang banyak dikenal adalah lintah pengisap darah. Lintah mempunyai balik penghisap dikedua ujung badanya. Batil penghisap posterior dipergunakan untuk melekatkan diri pada inang, sedangkan batil penghisap anterior dipergunakan untuk menghisap darah.

Contoh lain Annelida adalah cacing tanah (Lumbricus terrestris), cacing ini hidup di tanah, makanannya berupa sisa tumbuhan dan hewan. Charles Darwin ahli biologi yang termashur adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang penting dalam menyuburkan/menggemburkan tanah. Karena hidup di dalam tanah, cacing ini membuat liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah di olah. Cacing tanah juga mencampur dedaunan dengan tanah, jadi secara biologis cacing tanah menaikkan kandungan humus tanah.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka sangat penting untuk dilakukan praktikum avertebrata air mengenai filum Annelida dengan tujuan untuk mengamati dan mengenal lebih jauh mengenai struktur tubuh morfologi dan anatomi filum Annelida.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum untuk mengetahui filum Annelida secara morfologi dan anatomi serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum Annelida.

Manfaat praktikum sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum Annelida.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi

Annelida diklasifikasikan berdasarkan ada atau tidaknya dan banyak atau sedikitnya seta (rambut). Terdapat 3 kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. Polychaeta merupakan cacing yang memiliki banyak seta (rambut),dan pada setiap ruas tubuhnya terdapat alat gerak yang disebut parapodia. Sebagai contohnya adalah Eunice viridis (cacing wawo), Lysidice sp. (cacing palolo), Nereis virens (kelabang laut)dan Aranicola. Selanjutnya adalah kelas Oligocaeta,dimana pada kelas ini hanya memilki sedikit seta dan tidak memiliki alat gerak berupa parapodia. Cacingpada kelas ini berfungsi sebagai penyubur tanah, khususnya adalah sebagai dekomposer untuk proses aerasi. Contoh spesies dari kelas ini adalah Tufibex sp (cacing air), Lumbricus terrestis (cacing tanah), dan Pheretima (cacing tanah asia). Kelas yang terakhir adalah Hirudinea, merupakan golongan cacing yang tidak berambut dan tidak memiliki parapodia. Kelebihan dari cacing pada kelas ini adalah meiliki alat hisap untuk menghisap darah dari tubuh inangnya serta dapat mengeluarkan zat anti beku yang disebut hirudin. Contoh spesies dari kelas ini adalah Hirudinaria javanica (lintah kuning) (Susilowarno, 2010).

Menurut Susilowarno (2010), klasifikasi cacing laut sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Annelida Sub filum : Invertebrata

Kelas : Polychaeta Ordo : Errantia Famili : Nereidae

Genus : Nereis Spesies : Nereis sp.

Gambar 46. Cacing Laut (Nereis sp.)

Nereis virens Merupakan cacing yang hidup d laut, di dalam liang pasir dan hanya menyembulkan kepala di atas permukaan pasir atau berenang di dalam laut. Tubuhnya jelas mempunyai capuz dan alat-alat tambahan, terbagi menjadi banyak

segmen. Segmen pertama disebut peristonium dan pada tiap nagian lateral terdapat 2 pasang tentakel. Termasuk dalam kelas polychaeta yang berarti berambut banyak. Pada bagian anterior terdapat kepala yang dilengkapi dengan mata, tentakel serta mulut berahang. Tubuh berwarna menarik yaitu merah kecoklatan. Cacing jenis ini mempunyai lapisan otot memanjang maupun otot melingkar. Ususnya hampir lurus merentang dari depan ke belakang. Terdapat sistem pembuluh darah, di bagian anterior terdapat ganglion otak yang terletak di sebelah atas saluran pencernaan Panjang tubuh antara 5 – 10 cm dengan diameter 2 – 10 mm. Fertislisasi bersifat internal membentuk larva. Bergerak dengan menggunakan parapodia. Sudah memiliki coelom yang sebenarnya, yang sudah di batasi oleh epithelium mesodermal. Masing-masing ruas terdapat sepasang parapodia. Tubuh memiliki banyak rambut pada parapodia. Bersifat karnifora. Dapat dibedakan jantan dan betina. (Wijaya, 2007).

Menurut Rukmana (2006), klasifikasi cacing tanah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Annelida Sub filum : Invertebrata

Kelas : Clitellata Ordo : Haplotaxida Famili : Lumbricina

Genus : Lumbricus

Spesies : Lumbricus terrestris

Gambar 47. Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)

Cacing tanah merupakan hewan nokturnal dan fototaksis negatif. Nokturnal artinya aktivitas hidupnya lebih banyak pada malam hari sedangkan pada siang harinya istirahat. Fototaksis negatif artinya cacing tanah selalu menghindar kalau ada cahaya, bersembunyi di dalam tanah. Bernafasnya tidak dengan paru-paru tetapi dengan permukaan tubuhnya. Oleh karena itu permukaan tubuhnya selalu dijaga kelembabannya, agar pertukaran oksigen dan karbondioksida berjalan lancar. Usia cacing tanah bisa mencapai 15 tahun, namun umur produktifnya hanya sekitar 2 tahun. Cacing dewasa yang berumur 3 bulan dapat menghasilkan kokon sebanyak 3

kokon per minggu. Di dalam kokon terdapat telur dengan jumlah antara 2 – 20 butir. Telur tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi cacing) setelah 2 – 5 minggu. Rata-rata hidup cacing adalah 2 ekor perkokon. Cacing akan menjadi dewasa dan siap kawin wetelah berumur 2 – 3 bulan (Wijaya, 2007).

Cacing tanah sebenarnya berpotensi untuk mensubstitusi bahan baku sumber protein hewani yang umum digunakan khususnya tepung ikan dan tepung daging tulang. Asalkan harga tepung cacing tanah yang dihasilkan dapat kompetitif. Strategi harga ini bisa diwujudkan jika budidaya cacung tanah dalam skala besar dan proses penepungan yang efisien. Tepung cacing tanah merupakan sumber protein asal hewani yang berkualitas tinggi dan tingkat kecernaannya sebanding dengan kualitas bungkil kedele (Kurmana, 2007).

Menurut (Astuti, 2007), klasifikasi Lintah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Annelida Sub filum : Invertebrata

Kelas : Clitellata Ordo : Haplotaxida Sub Kelas : Hirudinea

Genus : Hirudo Spesies : Hirudo sp.

Gambar 48. Lintah (Hirudo sp.)

Lintah adalah binatang melata yang berdasarkan habitatnya hidup di air untuk menjaga kelembaban dan suhu tubuhnya. Sedangkan pacet (Haemodipsa zeylanica) adalah binatang melata yang hidup melekat pada daun-daun, batang-batang pohon, dan ada di dalam tanah yang lembab atau basah. Lintah dan pacet adalah hewan yang tergabung dalam filum Annelida subkelas Hirudinea. Terdapat jenis lintah yang dapat hidup di daratan, air tawar, dan laut. Seperti halnya kerabatnya, Oligochaeta, mereka memiliki klitelum. Seperti cacing tanah, lintah juga hermaprodit (berkelamin ganda). Lintah obat Eropa, Hirudo medicinalis, telah sejak lama dimanfaatkan untuk pengeluaran darah (plebotomi) secara medis (Wijaya, 2007).

2.2. Morfologi dan Anatomi

Annelida biasanya disebut cacing yang bersegmen-segmen atau beruas-ruas, tubuhnya terdiri dari sederetan segmen sama (=metameri), artinya tiap segmen tersebut mempunyai organ tubuh seperti alat reproduksi, otot, pembuluh darah, dan sebagainya yang tersendiri tetapi segmen tersebut tetap berhubungan satu sama lain dan terkoordinasi. Terdapat selom yang besar dan jelas, beberapa sistem organ seperti peredaran darah, sistem syaraf telah berkembang dengan baik (Rusyana, 2011).

Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang atau longitudinal (Astuti, 2007).

Gamabar 49. Struktur Anatomi Filum Annelida

Golongan cacing ini mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Jika Anda amati, cacing tersebut sudah mempunyai rongga sejati disebut triplobastik selomata. Bentuk tubuhnya bersegmen-segmen dilapisi oleh kutikula, tersusun oleh gelang kecil yang dibatasi dengan sekat berbentuk seperti cincin atau gelang. Jika cacing ini dipotong menjadi dua bagian yang sama, maka bentuk tubuhnya simetri bilateral (Rusyana, 2011).

Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo) (Wijaya, 2007).

Bentuk cacing Oligochaeta berkebalikan dari cacing Polychaeta, yaitu mempunyai sedikit seta/rambut, tidak mempunyai mata dan parapodia. Misalnya, cacing tanah (Pheretima sp.) berada di Asia, Lumbricus sp. Berada di Amerika.Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta.

Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Anda pasti sudah mengetahui bila lintah merupakan hewan pengisap darah, pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat antipembekuan darah sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air (Aryulina, 2006).

2.3. Habitat dan Penyebaran

Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri (Aryulina, 2006).

Polychaeta Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut (poly = banyak, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Nereis viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku. Oligochaeta Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus terestris dan Pheretima sp. (keduanya disebut cacing tanah). Mempunyai organ KIitellum yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar kelamin. Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya. Makanan diedarkan ke seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah. Contoh lain Moniligaster houtenii (endemik di Sumatera). Hirudinae Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi (anti pembekuan darah) yang dinarnakan Hirudin (Ferdinand, 2008).

2.4. Reproduksi dan Daur Hidup

Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet.Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris) (Aryulina, 2006).

Pada cacing yang sudah dewasa akan terjadi penebalan epidermis yang disebut klitelum. Alat ini dapat digunakan untuk kopulasi dan akan menghasilkan kelenjar-kelenjar yang membentuk lapisan lendir sangat kuat untuk membentuk kokon, yaitu tempat/wadah telur yang telah dibuahi. Meskipun Annelida ini bersifat hemaprodit, tetapi pada saat terjadinya pembuahan harus dilakukan pada dua individu dengan saling memberikan sperma yang disimpan dalam reseptakulum seminis. Setelah selesai terjadinya perkawinan, maka kokon akan lepas dan berisi butir-butir telur yang telah dibuahi (Kurmana, 2007).

Reproduksi aseksual belum diketahui. Hermafrodit. Testis tersusun

berpasangan antara 5 – 10 mulai ruas XI atau XII. Pada Arhynchobdeliida terdapat

beberapa ruas. Oviduct memanjang ke anterior dan menyatu membentuk vagina dan gonopore pada pertengahan ruas XI di belakang spermatopore. Pada beberapa linta terdapat kelenjar di sekitar bagian oviduct dan vagina yang berperan dalam pelekatan telur (Mikrajuddin, 2007).

2.5. Makanan dan Kebiasaan Makan

Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah. Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah. Manfaat lain dari cacing ini adalah

Dalam dokumen Laporan Praktikum Dan Avertebrata Air (Halaman 47-104)

Dokumen terkait