• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH UNTUK PVD

Dalam dokumen Semarang Project Binder (Halaman 116-122)

Kesimpulan dan Saran

8. PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH UNTUK PVD

a) Permukaan landasan (platform) untuk pemasangan PVD harus dibuat rata (horisontal). Landasan ini nantinya akan diletakkan sand blanket untuk perlengkapan PVD.

b) Untuk landasan pemasangan PVD tersebut, tanah timbunan yang ada sekarang (tahun 2011) digali dan diratakan dengan elevasi permukaan mengikuti data hasil hitungan penurunan (lihat Gambar). Untuk permukaan tanah asli yang elevasi eksisting kurang dari elevasi landasan tersebut, maka lokasi tersebut harus ditimbun dengan bahan timbunan yang berasal dari galian tanah sekitarnya.

c) Penimbunan pada tanah asli yang sangat lunak, dilakukan dengan menghamparkan lebih dulu geoteksil. Geotekstil ini berfungsi sebagai separator (dan perkuatan) untuk menjaga agar material urugan untuk timbunan tidak terkontaminasi dengan tanah-asli yang sangat lunak dan mencegah squeezing tanah lunak saat penimbunan dilaksanakan. Dengan cara ini, pemadatan timbunan lebih mudah dan terjaga mutu hasil pemadatannya.

9. ANALISIS DAYA DUKUNG TIANG PADA JALAN PENDEKAT

analisis digunakan diameter 40 cm dengan beberapa alternatif panjang tiang. Kedalaman yang disarankan adalah disekitar 25 m dari permukaan.

Dari hasil analisis daya dukung tiang, maka disarankan tiang yang digunakan adalah tiang pancang beton:

Diameter 0,4 m, Panjang 25 m,

Daya dukung ijin Qa = 400 kN/tiang = 40 ton/tiang. Skema susunan tiang ditunjukkan dalam Gambar 7.7.

Denah

Potongan A-A

D 19 - 15

Tiang Pancang Beton Ø 40 Cm D 16 - 20 155 155 155 310 310 310 310 310 310 40 Slab Beton K 300 Aspal Beton 12 cm

Tiang Pancang Beton Ø 40 Cm L 25 M

Potongan B-B

Gambar 7.7. Skema Susunan Tiang untuk Struktur Pile Slab 10. GEOSINTETIK

Pemadatan tanah yang memenuhi syarat kepadatan di atas tanah lunak dengan menggunakan tanah lempungan sangat sulit. Karena itu, untuk menghasilkan tanah urug yang padat di atas tanah lunak, maka di atas tanah lunak digelar geotekstil dan di atasnya dihamparkan tanah granuler tebal 50 – 100 cm.

Geotekstil yang dipasang pada timbunan, kecuali berfungsi utama sebagai pemisah, juga sebagai tulangan atau perkuatan. Pada aplikasi geotekstil untuk timbunan, geotekstil diletakkan di atas tanah lunak yang diurug dengan material granuler atau pasir. Geotekstil yang diletakkan di antara lapisan agregat dan tanah-dasar, dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi dan mempertahankan ketebalan tanah timbunan. Untuk penimbunan di lokasi proyek ini, geotekstil woven diletakkan pada bagian pertemuan antara tanah asli dan timbunan.

Syarat ketahanan minimum geotekstil anyam (woven) ditunjukkan dalam Tabel 7.6. Nilai-nilai dalam tabel dipilih dengan mempertimbangkan kondisi lokasi pada tingkat ”sedang” (klas 2), agregat batuan untuk drainase yang agak bersudut.

Penempatan geotekstil sebagai separator ditunjukkan dalam Gambar 7.8

Aspal Beton 12 cm Slab Beton K 300

Tiang Pancang Beton Ø 40 Cm L 25 M 45 30 155 155 155 155 155 155 155

Tabel 7.6. Persyaratan Minimum Geotekstil Anyam (Woven) dan Nir Anyam (Non

Woven) Untuk Fungsi Utama Pemisah dan Fungsi Sekunder Drainase/Filter (FHWA, 1998)

Sifat-sifat geotekstil Metode uji Elongasi < 50% Nilai persyaratan (woven)

Burst strength Puncture strength Tear strength Grab strength Sewn seam strength

ASTM D-3786 ASTM D-4833 ASTM D-4533 ASTM D-4632 ASTM D-4632 2700 N 400 N 400 N 1100 N 990 N Permittivity AOS

Stabilitas ultra violet

ASTM D-4491 ASTM D-4751 ASTM D-4355

0,20det-1

0,43 mm

50% terbuka dalam 500 jam

Gambar 7.7. Penempatan Geotekstil untuk Separator

11. DASAR PERANCANGAN PERKERASAN

a. Annual Departures

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 53 tahun 2007, tentang Rencana Induk Bandar Udara Ahmad Yani, pergerakan pesawat per tahun sebagai berikut: 1. Internasional, Tahap I : 4.240 Tahap II : 5.500 2. Domestik, Tahap I : 29.400 Tahap II : 33.600 3. TNI Tahap I : 6.360 Tahap II : 9.000 4. Total Tahap I : 40.000 Tahap II : 50.000

Jenis pesawat komersial yang beroperasi di Bandara Ahmad Yani saat ini sebagian besar terdiri dari Airbus A-319/320 dan Boeing 737 series:

Tanah asli (lunak)

Tanah urug granuler (50 – 100 cm) Tanah urug

pergerakan masing-masing tipe pesawat tersebut, maka di dalam perancangan annual departures untuk tahap I = 15.000 dan tahap II = 25.000.

b. Jenis pesawat : Boeing B-737-800/900ER

Karakteristik pesawat Boeing B-737-800/900ER

Maximum take off weight : 79.016 kg

Weight on main landing gear : 74.156 kg

Maximum landing weight : 66.361 kg

Operating empty weight : 42.901 kg

Flexible Pavement

ACN untuk subgrade category D : 58 dan 28

ACN untuk subgrade category C : 52 dan 24

Rigid Pavement

ACN untuk subgrade category D : 60 dan 28

ACN untuk subgrade category C : 56 dan 27

FAA take off field length : 2.500 m

c. Type Perkerasan

Perkerasan Bandar Udara Ahmad Yani mempunyai 2 (dua) type, yaitu: perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Flexible pavement digunakan untuk runway , parallel taxiway dan exit taxiway, sedangkan pada apron digunakan rigid pavement.

Runway merupakan existing pavement yang harus ditingkatkan/di-overlay sehingga mampu melayani pesawat jenis Boeing B-737-900ER dengan kapasitas penuh pada pekerjaan tahap I, sedangkan paralel dan exit taxiway merupakan perkerasan lentur baru (full depth pavement) yang kekuatannya juga mampu melayani pesawat jenis Boeing B-737-900ER dengan kapasitas penuh.

Apron merupakan rigid pavement baru yang dirancang untuk melayani pesawat Beoing B-737-900ER dengan kapasitas penuh.

Untuk perkerasan runway, taxiway, dan apron mempunyai nilai daya dukung subgrade yang berbeda yaitu CBR subgrade untuk runway = 4% (kategori D), sedangkan untuk taxiway dan apron mempunyai CBR subgrade = 6% (kategori C).

PCN = 54 / F / D / X / T

dengan nilai CBR subgrade untuk runway di-design = 4%. Daya dukung subgrade untuk taxiway dan apron di-design = 6%.

a. Peningkatan Daya Dukung atau Nilai PCN Runway

Kondisi runway yang ada saat ini (nilai PCN runway 54 / F / D / X / T) agar dapat melayani pesawat Boeing B-737-900ER untuk tahap I dengan annual departures = 15.000, maka runway harus di-overlay dengan tebal 12 cm

Jadi pada tahap I setelah runway di-overlay 12 cm, nilai PCN menjadi:

PCN = 60 / F / D / X / T

Gambar 7.8 Kebutuhan Overlay Landasan b. Taxiway

Struktur Flexible Pavement sebagai berikut:

Tebal surface course = 10 x 1,20 = 12 cm

Tebal base course = 33 x 1,20 = 40 cm

Tebal subbase course = 54 x 1,20 = 65 cm

12 cm overlay runway

Gambar 7.9 Susunan Konstruksi Taxiway Flexible

Keterangan:

a. Surface course terdiri dari 2 lapis; AC wearing course = 6 cm dan AC binder course = 6 cm.

b. Base course terdiri dari aggregate base A atau crushed stone base dengan nilai CBR = 100%.

c. Subbase course terdiri dari cement treated subbase dengan nilai CBR min. = 35%.

Jadi nilai PCN untuk taxiway dengan tipe perkerasan lentur (flexible pavement):

PCN = 52 / F / C / X / T

Dalam dokumen Semarang Project Binder (Halaman 116-122)

Dokumen terkait