• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Pembuatan Emulsi

Pengolahan minyak biji jinten hitam menjadi bentuk emulsi dilakukan dengan tujuan bagaimana menghilangkan rasa berminyak dari minyak biji jinten hitam sendiri agar menjadi produk yang lebih baik dengan mengurangi atau menutupi rasa berminyak dari biji jinten hitam tersebut. Dasar pembuatan emulsi minyak biji jinten hitam dengan menggunakan emulgator tragakan adalah hasil dari uji pendahuluan formula basis emulsi yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan beberapa emulgator alam terpilih, seperti gom arab, tragakan, gelatin dan Na alginat dan diamati secara organoleptis selama 3 hari.

Tabel 4.1 Hasil Formula Basis Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

Bahan Konsentrasi Pengamatan selama 3 hari

Warna Konsistensi Bau

Gom arab

10% Cokelat tua Terpisah 2 lapisan Khas minyak 15% Cokelat muda Terpisah 2 lapisan Khas minyak 20% Cokelat muda Terpisah 2 lapisan Khas minyak

Gelatin

0,5% Krem susu Terpisah 2 lapisan Khas minyak 1% Krem susu Terpisah 2 lapisan Khas minyak 1,5% Krem susu Terpisah 2 lapisan Khas minyak

Tragakan

1% Krem kekuningan Homogen Khas minyak 1,5% Krem kekuningan Homogen Khas minyak 2% Krem kekuningan Homogen Khas minyak

Na alginat

1% Cokelat Terpisah 2 lapisan Khas minyak 2% Cokelat Terpisah 2 lapisan Khas minyak 3% Cokelat Terpisah 2 lapisan Khas minyak

Basis emulsi dengan emulgator tragakan merupakan basis yang lebih baik di antara basis emulsi dengan emulgator lain dalam formula emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam, dilihat dari konsistensinya yaitu berwarna krem kekuningan dan tidak adanya lapisan terpisah yang menandakan terjadinya ketidakstabilan. Dibandingkan dengan basis emulsi yang menggunakan emulgator gom arab, gelatin dan Na alginat yang dari awal pembuatan sudah terlihat adanya pemisahan fase (atas:fase minyak; bawah:fase air), emulgator tragakan mampu mempertahankan viskositas fase pendispersi sehingga produk menjadi lebih stabil. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengamatan uji pendahuluan di atas tragakan dipilih untuk membuat formula emulsi minyak biji jinten hitam selanjutnya.

Pada penelitian ini dibuat tiga formula emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam dengan variasi konsentrasi tragakan. Tujuan memvariasikan konsentrasi tragakan yaitu untuk memperoleh formula minyak biji jinten hitam dengan kualitas dan stabilitas fisik yang memenuhi persyaratan sebagai sediaan emulsi setelah berada dalam sediaan.

Pembuatan emulsi diawali dengan mendispersikan tragakan dengan aquadest dalam beacker glass, dihomogenkan dengan stirer homogenizer dengan kecepatan 950 rpm. Kemudian ditambahkan minyak biji jinten hitam, sukrosa, serta Na benzoat yang telah dilarutkan dalam sejumlah air sambil tetap dihomogenkan dengan kecepatan tinggi yaitu 1517 rpm selama 30 menit agar diperoleh ukuran globul yang kecil. Proses homogenisasi merupakan proses emulsifikasi yang bertujuan memperkecil ukuran fase terdispersi (globul) agar terdispersi dengan baik dalam medium pendispersinya. Oleh karena itu, homogenisasi secara mekanis dapat menghasilkan pengurangan ukuran globul dan penyebaran tragakan sebagai emulgator secara merata. Prinsip kerja dari homogenisasi secara mekanis yaitu mengurangi ukuran globul dengan cara menggerus partikel besar dengan rotor atau komponen yang bergerak sehingga menghasilkan partikel berukuran lebih kecil dari sebelumnya. Energi besar dari komponen bergerak atau rotor tadi terbukti mampu memperkecil ukuran globul dari emulsi (Intan, K, et al., 2012).

Peran tragakan dalam emulsi ini sebagai biopolimer hidrofilik yang mampu meningkatkan stabilitas emulsi dengan teradsorpsi pada permukaan droplet fase terdispersi dan mencegah penggabungannya dengan membentuk lapisan pelindung serta meningkatkan viskositas fase pendispersi (Rezvani, et al., 2002). Begitu pun menurut Vahid, et al., (2012) bahwa tragakan merupakan polisakarida anionik yang sangat efektif sebagai emulgator alami yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat fisik dan reologi dari suatu sediaan emulsi. Apabila viskositas ditingkatkan maka dapat mengurangi kecepatan pemisahan emulsi. Dengan demikian, penambahan bahan pengental seperti tragakan ini diperlukan untuk mempertahankan stabilitas emulsi selama penyimpanan.

Secara teoritis pun disebutkan bahwa emulgator berupa hidrokoloid membentuk lapisan ganda (multimolekular) yang mengelilingi tetesan minyak yang terdispersi. Emulgator tipe ini tidak menyebabkan penurunan tegangan permukaan yang cukup dalam, akan tetapi kemampuannya lebih efektif membentuk suatu lapisan multimolekular pada antarmuka dalam melindungi tetesan yang terdispersi serta meningkatkan viskositas fase pendispersinya (Martin, et al., 1993; Gennaro, 1975). Oleh karena itu, tragakan dapat memfasilitasi pembentukan tetesan minyak (oil-droplet), meningkatkan stabilitas emulsi dan menghasilkan shelf-life yang diinginkan pada emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam.

Setelah tercampur homogen, emulsi kemudian disimpan dalam wadah gelas yang tertutup rapat untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroba.

4.2 Evaluasi Sediaan Emulsi

Evaluasi sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dilakukan untuk menggambarkan kestabilan sediaan secara subjektif atau dikenal dengan istilah shelf-life. Shelf-life suatu sediaan bisa secara langsung dihubungkan dengan kestabilan kinetik. Kestabilan kinetik berarti sifat-sifat kimia-fisika dari suatu sediaan tersebut tidak berubah secara berarti selama suatu periode waktu tertentu (Lachman, et al., 1994).

4.2.1 Hasil Evaluasi Organoleptis Emulsi tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam Pengamatan organoleptis ketiga formula emulsi minyak biji jinten hitam yang diperjelas pada lampiran 9, menunjukkan bahwa selama 21 hari penyimpanan emulsi berwarna krem kekuningan sesuai dengan warna yang diharapkan. Begitupun aroma khas minyak biji jinten hitam dalam sediaan masih tercium karena minyak biji jinten hitam memiliki aroma yang sangat kuat. Penyebab lainnya adalah karena tidak ditambahkannya penutup rasa dalam formula untuk menutupi aroma minyak.

4.2.2 Hasil Evaluasi Pengukuran pH

Secara garis besar nilai pH seluruh formula emulsi selama 21 hari penyimpanan mengalami penurunan. Nilai awal pH emulsi yang dihasilkan sekitar 5-6.

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pH Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

Nilai pH dari masing-masing formula menunjukkan terjadinya penurunan selama 21 hari penyimpanan sekitar 4-5 (dapat dilihat pada lampiran 10). Penurunan pH pada sediaan oral biasanya disebabkan oleh penguraian lemak akibat hidrolisis; oksidasi dengan adanya oksigen dari atmosfer dan cahaya; serta pertumbuhan mikroorganisme (Martin, et al., 1993). Akan tetapi pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab dari penurunan pH pada sediaan emulsi.

Sediaan Hasil pH

Hari ke-0 Hari ke-3 Formula 1 (Tragakan 1%) 6,049 5,064 Formula 2 (Tragakan 1,5%) 5,950 4,455 Formula 3 (Tragakan 2%) 5,848 4,715

Gambar 4.1 Hubungan antara pH dengan waktu penyimpanan emulsi minyak biji jinten hitam

4.2.3 Hasil Evaluasi Pengukuran Viskositas

Viskositas merupakan nilai yang menunjukkan satuan kekentalan medium pendispersi dari suatu sistem emulsi. Semakin tinggi viskositas suatu emulsi, semakin baik penghambatan agregasi atau penggabungan kembali globul (Intan, K, et al., 2012). Pengukuran viskositas ketiga formula pada spindel 5 dengan kecepatan 100 rpm menunjukkan bahwa formula 1, formula 2, dan formula 3 berturut-turut 570 cps, 1050 cps dan 2160 cps.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Viskositas Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam dengan spindel 5 dan kecepatan 100 rpm

Sediaan Hasil Viskositas (cPs) Hari ke-0 Hari ke-3 Formula 1 (Tragakan 1%) 570 160 Formula 2 (Tragakan 1,5%) 1050 450 Formula 3 (Tragakan 2%) 2160 930

Viskositas yang bermakna dari medium pendispersi ini akibat pembentukan suatu lapisan ganda multimolekular dari sifat hidrofilik tragakan dimana lapisan tersebut kuat dan menghambat terjadinya penggabungan dari globul-globul minyak yang sudah terbentuk. Semakin tinggi konsentrasi zat pengemulsi, semakin tinggi pula viskositas produk tersebut sehingga dapat

meningkatkan stabilitas emulsi (Martin, et al., 1993). Hal tersebut dapat diamati secara nyata dari viskositas formula 1 (570 cps) yang mengandung tragakan 1% lebih rendah dibandingkan viskositas formula 2 (1050 cps) yang mengandung tragakan 1,5% serta viskositas formula 2 (1050 cps) yang mengandung tragakan 1,5% lebih rendah dibandingkan viskositas formula 3 (2160 cps) yang mengandung tragakan 2%.

Secara teoritis seiring dengan lamanya penyimpanan, viskositas emulsi akan semakin meningkat (Lachman, et al., 1994). Akan tetapi setelah dilakukan pengukuran viskositas pada hari ke-21 sediaan pada penyimpanan suhu kamar menunjukkan bahwa ketiga formula mengalami penurunan sehingga lebih encer dibandingkan dengan minggu ke-0. Hal tersebut dapat diamati dari pengukuran viskositas menggunakan spindel 5 dengan kecepatan 100 rpm formula 1, formula 2, dan formula 3 berturut-turut 160 cps, 450 cps, dan 930 cps. Penurunan viskositas tersebut diikuti oleh penurunan stabilitas emulsi. Hal ini karena pada viskositas yang rendah, fase terdispersi (globul) akan mudah bergerak dalam medium pendispersinya sehingga peluang terjadinya tabrakan antara sesama globul semakin tinggi dan globul cenderung bergabung menjadi partikel yang lebih besar dan menggumpal. Pembahasan mengenai hubungan ukuran globul akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.

Setelah dilakukan pengukuran viskositas sediaan dengan beragam kecepatan geser, diperoleh reogram pada lampiran 8. Sifat aliran emulsi minyak biji jinten hitam dengan emulgator tragakan seharusnya menunjukkan sifat aliran pseudoplastis thiksotropi, dimana sifat aliran ini disebabkan oleh adanya dispersi dari tragakan (Martin, et al., 1993). Sifat aliran emulsi pada umumnya berupa pseudoplastis dimana viskositas akan berkurang seiring dengan naiknya kecepatan geser. Akan tetapi bentuk reogram yang diperoleh dari ketiga formula tidak ada yang sama dengan bentuk reogram dari aliran pseudoplastis yang representatif itu sendiri.

Gambar 4.2 Hubungan antara viskositas dengan waktu penyimpanan emulsi minyak biji jinten hitam

4.2.4 Hasil Evaluasi Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata

Pengukuran diameter globul rata-rata emulsi menggunakan mikroskop Olympus DX 1x71 agar terlihat lebih jelas. Setelah dilakukan pengukuran diameter globul rata-rata menunjukkan bahwa ukuran formula 1, formula 2, dan formula 3 berturut-turut 14,13 μm, 4,065μm, dan 2,91μm.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Globul Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

Secara teoritis semakin besar konsentrasi emulgator, semakin kecil diameter globul sehingga dapat meningkatkan stabilitas emulsi yang dihasilkan. Diameter globul yang kecil akan meningkatkan luas permukaan, meningkatkan tahanan emulsi untuk mengalir serta meningkatkan viskositas (Koocheki dan Kadkhodaee, 2011). Hal tersebut dapat diamati secara nyata dari ukuran diameter formula 1 (14,13 μm) yang mengandung tragakan 1% lebih besar dibandingkan ukuran diameter formula 2 (4,065 μm) yang mengandung tragakan 1,5% serta

Sediaan Hasil Pengukuran Diameter Globul (μm) Hari ke-0 Hari ke-3 Formula 1 (Tragakan 1%) 14,13 15,32 Formula 2 (Tragakan 1,5%) 4,065 14,74 Formula 3 (Tragakan 2%) 2,91 3,50

ukuran diameter formula 2 (4,065 μm) yang mengandung tragakan 1,5% lebih besar dibandingkan ukuran diameter formula 3 (2,91 μm) yang mengandung tragakan 2%.

Setelah penyimpanan selama 21 hari, terjadi peningkatan ukuran globul. Dari hasil pengamatan yang diperjelas pada lampiran 6, dapat disimpulkan bahwa formula 1, formula 2 dan formula 3 memiliki ukuran diameter globul rata-rata 15,32 μm, 14,74 μm dan 3,50 μm. Peningkatan ukuran diameter ini terjadi mungkin disebabkan oleh menyatunya kembali globul-globul minyak, beraglomerasi selanjutnya membentuk satu globul yang besar (koalesen) karena rusaknya lapisan pelindung dari emulgator tragakan yang terbentuk pada globul.

[Sumber : Dickinson, E dan Miller, Reinhard, 2001, telah diolah kembali] Gambar 4.3 Skema ilustrasi pembentukan koalesen dalam emulsi

Emulgator yang tidak cukup kuat justru akan menyebabkan koalesen besar-besaran dengan peningkatan ukuran diameter globul dan penurunan jumlah globul yang terbentuk, hal ini juga yang menyebabkan viskositas sediaan menurun. Akan tetapi peningkatan ukuran diameter globul rata-rata yang terjadi pada ketiga formula emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam ini masih dalam batas rentang ukuran diameter globul emulsi yang baik, yaitu 0,1-50 μm (De Man JM, 1997)

Gambar 4.4 Hubungan antara ukuran diameter globul rata-rata dengan waktu penyimpanan emulsi minyak biji jinten hitam

4.2.5 Hasil Evaluasi Pengukuran Volume Creaming

Hasil pengamatan dari hari ke-0 sampai hari ke-21, ketiga formula tidak menunjukkan adanya ketidakstabilan berupa fenomena creaming. Hal ini diduga karena adanya penambahan tragakan yang sangat berperan sebagai agen peningkat viskositas yang cukup dapat menghambat laju creaming.

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Volume Creaming Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

Sediaan Awal Akhir

Formula 1

(Tragakan 1%)

Homogen, tidak terlihat adanya lapisan baru

Tidak terjadi creaming

Formula 2

(Tragakan 1,5%)

Homogen, tidak terlihat adanya lapisan baru

Tidak terjadi creaming

Formula 3

(Tragakan 2%)

Homogen, tidak terlihat adanya lapisan baru

Tidak terjadi creaming

4.2.6 Hasil Evaluasi Cycling Test

Cycling test merupakan kondisi percepatan dengan adanya fluktuasi suhu untuk menentukan kestabilan produk selama penyimpanan. Tujuan dilakukannya cycling test adalah untuk mengetahui terjadinya pemisahan fase, kehilangan viskositas, presipitasi dan agregasi dari sediaan yang terjadi akibat siklus (Huynh- BA, Kim, 2008).

Tabel 4.6 Hasil Cycling test Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

Setelah cycling test, seluruh formula diduga mengalami ketidakstabilan seperti terlihat keretakan dan adanya gelembung udara pada sediaan. Akan tetapi sifatnya reversible, karena pada saat dilakukan pengocokan dapat kembali lagi seperti sediaan awal yang homogen. Data tambahan terkait kestabilan sediaan hasil cycling test berupa pengukuran diameter globul rata-rata. Setelah dilakukan pengukuran diameter globul rata-rata menunjukkan bahwa ukuran formula 1, formula 2 dan formula 3 hasil cycling test berturut-turut 18,60 μm, 6,28 μm dan 3,67 μm.

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Diameter Globul Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam Hasil Cycling test

Sediaan Awal Pengamatan

Hasil Pengamatan Setelah 3 Siklus Warna Uk.Diameter globul (µm) Perubahan fisik Formula 1 (Tragakan 1%) Krem kekuningan, homogen Krem kekuningan 18,60 Terlihat adanya fase yang retak dan gelembung Formula 2 (Tragakan 1,5%) Krem kekuningan, homogen Krem kekuningan 6,28 Terlihat adanya fase yang retak dan gelembung Formula 3 (Tragakan 2%) Krem kekuningan, homogen Krem kekuningan 3,67 Terlihat adanya fase yang retak dan gelembung

Sediaan Hasil Pengukuran Diameter Globul (μm) Sebelum cycling test Sesudah cycling test Formula 1 (Tragakan 1%) 14,13 18,60 Formula 2 (Tragakan 1,5%) 4,065 6,28 Formula 3 (Tragakan 2%) 2,91 3,67

Jika dibandingkan dengan ukuran diameter awal pada hari ke-0, peningkatan ukuran diameter globul hasil cycling test kemungkinan terjadi karena menyatunya kembali globul-globul minyak, beraglomerasi selanjutnya membentuk satu globul yang besar (koalesen) karena rusaknya lapisan pelindung dari emulgator tragakan yang terbentuk pada globul akibat pengaruh panas dan dingin berulang dari cycling test. Apabila terjadi pembekuan kemudian mencair, emulsi akan menjadi kasar dan kadang pecah (Ansel, 2005).

Gambar 4.5 Hubungan antara ukuran diameter globul rata-rata sebelum dan sesudah cycling test

4.2.7 Uji Mekanik (Sentrifugasi)

Uji sentrifugasi merupakan alat yang sangat berguna untuk mengevaluasi dan meramalkan shelf-life suatu emulsi dengan mengamati pemisahan fase terdispersi karena pembentukkan krim atau penggumpalan (Lachman, et al., 1994). Hasil uji sentrifugasi berupa gambar dan deskripsi yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 7 dan 14. Ketiga formula terjadi pemisahan fase setelah dilakukan uji sentrifugasi. Sampel terbagi menjadi dua bagian, dimana lapisan teratas adalah fase minyak dan lapisan terbawah merupakan fase air. Pembentukan suatu lapisan minyak secara cepat setelah sentrifugasi merupakan tanda pertama untuk fenomena ketidakstabilan yang menyebabkan umur simpan sediaan tersebut pun semakin cepat. Hal ini membuktikan bahwa ketiga formula masih kurang stabil terhadap pengocokan yang sangat kuat akibat pemisahan gravitasional yang dipercepat.

5.1Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian formulasi emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Minyak biji jinten hitam dapat dibuat menjadi sediaan emulsi tipe M/A dengan tragakan sebagai emulgator.

2. Formula F1 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan, menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan penurunan pH dari 6,049 menjadi 5,064; penurunan viskositas dari 570 cps menjadi 160 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 14,13 μm menjadi 15,32 μm; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari 14,13 μm menjadi 18,60 μm.

3. Formula F2 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan, menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan penurunan pH dari 5,950 menjadi 4,455; penurunan viskositas dari 1050 cps menjadi 450 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 4,065 μm menjadi 14,74 μm; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari 4,065 μm menjadi 6,28 μm.

4. Formula F3 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan, menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan penurunan pH dari 5,848 menjadi 4,715; penurunan viskositas dari 2160 cps menjadi 930 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 2,91 μm menjadi 3,50 μm; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari 2,91 μm menjadi 3,67 μm.

5.2Saran

Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan penelitian ini adalah : 1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis emulgator lainnya untuk

membuat sediaan emulsi minyak biji jinten hitam, seperti gabungan antara emulgator alam dengan emulgator sintetik.

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan HLB minyak biji jinten hitam untuk memudahkan pembuatan sediaan emulsi dengan emulgator sintetik atau gabungan antara emulgator sintetik dengan emulgator alam.

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai terjadinya penurunan pH pada sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan emulgator tragakan. 4. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan antioksidan

dalam sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan emulgator tragakan untuk meningkatkan stabilitas sediaan emulsi.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Logmani, Ayed., Zari, Talal. 2011. Long-term effects of Nigella sativa L.oil on some physiological parameters in normal and streptozotocin-induced diabetic rats. Journal of Diabetes Melitus, Vol.1. Hal: 1-2

Anief, M. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 56, 65-66, 71-79

Anief , Moh Drs Apt. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal: 96

Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal: 145-146, 376-381, 389

Aorahman, Zheen Ahmed. 2009. Protective Effect of Nigella sativa Oil againts CCl4-induced Hepatotoxicity in Rats. AJPS, Vol 8. Hal: 1-2

Arici, Muhammet., Sagdic,Osman., Gecgel,Umit. 2005. Antiabacterial effects of Turkish Black Cumin (Nigella sativa L) Oils. Grasas y Aceites, Vol.56. Hal: 1-2

Anwar, Effionora, Prof. Dr. Ms, Apt. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi: Karakterisasi dan Aplikasi. Jakarta: Dian Rakyat. Hal: 107, 283-293

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Peluang Budidaya dan Manfaat Jinten Hitam (Nigela sativa). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Hal: 23-25

Balakrishnan, B. R dan Gupta, Paras. 2011. Pharmacognostical and physicochemical evaluation of seeds of Nigella sativa Linn. With special reference to evaluation of seed oil. International Journal of Drug Discovery and Herbal Research. India: Department of Pharmacognosy, Vinayaka

Mission’s College of Pharmacy. Hal: 153-154

Deman, JM. 1997. Kimia Makanan. Kosasih Padmawinata, Penterjemah. Bandung: ITB Pr.Terjemahan dari: Food Chemistry. Hal: 72

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal: 1030, 1037, 1039

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal: 20 Dickinson, Eric dan Miller, Reinhard. 2001. Food Colloids: Fundamental of

Formulation. Germany: Royal Society Chemistry. Hal: 117

Dubick MA. 1986. Historical perspectives on the use of herbal preparations to promote health. JN The Journal of Nutrition. University of California, Davis, School of Medicine. Hal:1348-1349

El-Din Hussein, Kamal, El-Tahir Ph D., Dana M Bakeet. 2006. The Black Seed Nigella sativa Linnaeus- A Mine for Multi Cures: A Plea for Urget Clinical Evaluation of its Volatile Oil. Department of Pharmacology, College of Pharmacy, King Saud University Riyadh Saudi Arabia. Hal: 4-14

El-Kadi A, Kandil O. 1986. Effect of Nigella sativa (The Black Seeds) on immunity. Proceedings of the Fourth International Conference on Islamic Medicine. Bull. Islamic Med, 4. Hal: 344

Gali-Muhtasib, Hala dkk. 2006. The Medicinal Potential of Black Seed (Nigella sativa) and its Components. Lead Molecules from Natural Products. Elsevier. Hal: 134

Gennaro, A. R. 1990. Remington’s Pharmaceutical Science, Volume 2. Easton, Pennsylvania: Mack Publishing Company. Hal: 331

Gilani, Anwar-ul Hasan, dkk. 2004. A review of medicinal uses and pharmacological activities of Nigella sativa. Department of Biological and Biochemical Sciences The Aga Khan University Medical College, Karachi, Pakistan. Pakistan Journal of Biological sciences 7 (4). Hal: 441-451

Hanna, Dwisari Septi. 2012. Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Emulsi Ganda Tipe W/O/W Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn) Sebagai Sediaan Nutrasetika. Skripsi Universitas Indonesia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi. Hal: 32, 38-42, 44 Houghton, P.J.,R.Zarka,B.De-las-Heras and J.R.Hoult. 1995. Fixed Oil of Nigella

sativa and Derived Thymoquinone Inhibit Eicosanoid Generation in Leukocytes and Membrane Lipid Peroxidation. Planta Medica. Hal: 61

Huynh-BA, Kim. 2008. Handbook of Stability Testing in Pharmaceutical Development: Regulations, Methodologies, and Best Practices. New York: Springer Science Business Media, LLC, 233 Spring Street. Hal: 346-347 Hutapea, Johnny Ria,DR, dkk. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indoensia (III).

Departemen Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal: 163

Intan, K., Hidayat, T., dan Setiabudy, D. 2012. Pengaruh kondisi homogenisasi terhadap karakteristik fisik dan mutu santan selama penyimpanan. Jurnal Litri 18(1). Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Hal: 34-35

Koocheki Arash, Kadkhodaee, Mortazawi, et al. 2009. Influence of Alyssum homolocarpum seed gum on the stability and flow properties of o/w emulsion prepared by high intensity ultrasound. Journal Food Hydrocolloids 23. Hal: 2417

Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal: 1029, 1031-1032, 1040, 1051,1063-1068, 1077

Martin, A., Swarbrick, J., Commarata, A. 1993. Farmasi Fisik 2, Edisi Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal: 794-799, 1079-1089, 1132, 1164 Nickavar, B., Mojaba,F., Javidniab, K., dan Amolia, M.A. 2003. Chemical

Composition of the Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa L.from Iran. Z. Naturforsch 58c. Hal: 629-630

Paarakh, Padma M. 2010. Nigella sativa Linn-a comprehensive review. Indian Journal of Natural Product and Resources. Vol 1(4). Hal: 400

Padhye, Subhash dkk. 2008. From Here to Eternity-The Secret of Pharaohs: Therapetutic Potential of Black Cumin Seeds and Beyond. Department of Pathology and Division of Internal Medicine, Barbara Ann Karmanos Cancer Institute, Wayne University, School of Medicine, Detroit,MI-48201, USA.Cancer Ther.6(b). Hal: 495-510

Phillips, G.O., and Williams, P.A. 2009. Handbook of Hydrocolloids: Second Edition. New York: CRC Press. Hal: 1-2

Ramadan, M.F.,Kroh,L.W.,dan Morsel,J.T. 2003. Radical scavenging activity of black cumin (Nigella sativa L), coriander (Coriandrum sativum L), and niger (Guizotiaabyssinica Cass.) crude seed oils and oil fractions. Journal Agricultural and Food Chemistry. Hal: 6961-6969

Ramin, L., Mehranian,F., Vahabzadeh. 2009. Soy protein isolate and gum arabic composite affect stability of beverage emulsion. Iranian Journal of Chemical Enginering, Vol.6, No.2. Hal: 5

Randhawa, Mohammad Akram. 2008. Black seed, Nigella sativa, deserves more attention. J Ayub Med Coll Abbottabad, 20 (2). Hal: 1

Rezvani, E., Taherian. A.R., Schleining, G. Physical Stability of Beverage Emulsions as Influences of Orange Oil, Tragancanth, and Arabic Gums Concentrations. Austria. Canada: Department of Food Sciences and

Dokumen terkait