• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tinjauan Pustaka

1. Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Menurut Perda

Sesuai Pasal 6 dan Pasal 9 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, yang dimaksud dengan pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak

yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya.

Asas Perpajakan Nasional adalah self assessment, yaitu suatu asas yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban serta memenuhi haknya di bidang perpajakan, sehingga dapat mewujudkan perluasan dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan secara adil. Dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan, salah satu pemberian kepercayaan tersebut adalah dengan memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk mendaftarkan sendiri objek pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan (self assessment di bidang pelaporan), ke Direktorat Jenderal Pajak atau tempat-tempat lain yang ditunjuk.

Untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah perlu menetapkan peraturan Bupati No. 48 Tahun 2011 tentang petunjuk pelaksanaan pemungutan PBB-P2 Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Sukoharjo.

Pemungutan Pajak Bumi Bangunan Perkotaan dan Pedesaan (PBB-P2) adalah adalah suatu rangkaian kegiatan dimulai dari penghimpunan data obyek pajak dan subyek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai dengan kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetoran Pajak Bumi Bangunan Perkotaan dan Perdesaan.

Dalam rangka pemungutan PBB-P2, Pemerintah Daerah membentuk basis data PBB-P2. Pembentukan Basis Data PBB-P2 dilaksanakan melalui pendaftaran, pendataan, dan penilaian objek pajak

PBB-P2. Pemerintah Daerah menggunakan Basis Data yang berasal dari pelimpahan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang tertuang dalam Aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) PBB-P2.

Aplikasi SISMIOP merupakan suatu aplikasi yang mengintegrasikan proses bisnis pengelolaan administrasi PBB-P2 yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Pendaftaran; 2. Pendataan; 3. Penilaian; 4. Penetapan; dan 5. Penerimaan.

Pemerintah Daerah dapat mengembangkan aplikasi SISMIOP sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi.

1. Pendaftaran

a. Pendaftaran objek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh subjek Pajak dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

b. Wajib Pajak yang memiliki NPWP mencatumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam SPOP.

c. SPOP diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan ke DPPKAD, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak atau kuasanya.

d. Formulir SPOP disediakan dan dapat diperoleh dengan cuma-cuma di UPTD PPKAD atau di tempat-tempat lain yang ditunjuk.

2. Pendataan

a. Pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dengan menuangkan hasilnya dalam formulir SPOP.

1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPOP.

2) SPOP harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya disertai dengan lampiran-lampiran yang diperlukan dan disampaikan kepada DPPKAD.

3) Sepanjang tidak ada perubahan data obyek pajak, subyek pajak maupun wajib pajak maka data SPOP dapat digunakan untuk penetapan PBB tahun selanjutnya.

4) Bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dalam Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

b. Pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan dapat dilakukan dengan alternatif:

1) Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP, 2) Identifikasi objek pajak,

3) Verifikasi data objek pajak, 4) Pengukuran bidang objek pajak,

3. Penilaian

a. Penilaian adalah kegiatan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah terhadap Objek Pajak Bumi dan Bangunan untuk menentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang akan dijadikan dasar pengenaan pajak baik secara massal maupun individual dengan menggunakan pendekatan penilaian yang telah ditentukan.

b. Penetapan besarnya NJOP ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 4. Penetapan

a. PBB yang Terutang

1) Penetapan besarnya PBB yang terhutang dihitung berdasarkan NJOP Bumi dan Bangunan dikalikan luas bumi dan bangunan kemudian dikurangi dengan NJOPTKP yang selanjutnya disebut NJKP.

NJKP = [(NJOP Bumi x luas bumi) + (NJOP Bangunan x luas Bangunan)] – NJOPTKP

2) NJKP dihitung menggunakan tarif:

a) Untuk NJOP sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dikalikan dengan NJOP Bumi dan Bangunan.

b) Untuk NJOP di atas Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen) dikalikan dengan NJOP Bumi dan Bangunan.

rupiah) untuk setiap wajib pajak.

4) Apabila wajib pajak mempunyai lebih dari 1 (satu) obyek pajak berupa bumi atau bangunan, maka NJOPTKP dikenakan untuk 1 obyek pajak bumi atau bangunan.

b. Tata Cara Penerbitan, Pengisian dan Penyampaian SPPT. 1) Berdasarkan SPOP DPPKAD menerbitkan SPPT.

2) SPPT PBB diterbitkan di awal tahun masa pajak secara masal 3) DPPKAD mencetak DHKP PBB buku 1, 2, 3, 4, dan 5

4) Sebelum disampaikan ke wajib pajak, dilakukan penelitian data SPPT dengan data DHKP.

5) Setelah penelitian selesai dibuatkan berita acara dan laporan hasil penelitian SPPT rangkap 3 dengan rincian rangkap ke-1 untuk DPPKAD, rangkap ke-2 untuk Desa/Kelurahan, dan rangkap ke-3 untuk lampiran berita acara penelitian.

6) SPPT yang telah diteliti diserahkan kepada Desa/Kelurahan dengan dibuatkan berita acara serah terima SPPT untuk disampaikan kepada wajib pajak.

7) Kelurahan wajib membuat laporan penyampaian SPPT secara berkala kepada DPPKAD.

8) SPPT PBB harus sudah sampai ke wajib pajak paling lambat tanggal ( 31 Maret ).

9) Bentuk, dan isi formulir SPPT dalam Lampiran II yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

5. Penerimaan

a. PBB yang terutang dibayar di Kas Daerah / Bank Tempat Pembayaran dengan menggunakan SPPT, SKPD, SKPDKB, dan SKPDKBT.

b. Bank Tempat Pembayaran ditetapkan dengan Keputusan Bupati. c. PBB harus dibayarkan sebelum jatuh tempo pembayaran.

d. Jatuh tempo pembayaran PBB adalah yang tercantum di SPPT. e. Jatuh tempo pembayaran PBB ditetapkan berdasar Keputusan

Bupati.

f. Wajib Pajak setelah melakukan pembayaran memperoleh STTS. g. STTS dibuat rangkap 2 (dua) lembar :

1) Lembar ke-1 diberikan kepada wajib pajak; 2) Lembar ke-2 untuk Bank.

h. STTS Lembar ke-2 disimpan oleh bank sebagai dasar pembuatan laporan, dan selanjutnya dikirimkan kembali ke DPPKAD paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pembayaran.

i. STTS dianggap sah apabila telah ada tanda validasi dari Bank Tempat Pembayaran.

Dalam rangka menjaga validitas basis data yang dilimpahkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai akibat perkembangan/perubahan Subjek dan Objek PBB-P2, Pemerintah Daerah melakukan pemeliharaan basis data SISMIOP. Pemeliharaan basis data SISMIOP dilakukan dengan cara.

a. Pasif, yaitu kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh Petugas DPPKAD berdasarkan laporan yang diterima dari Wajib Pajak dan atau pejabat/instansi terkait.

b. Aktif, yaitu kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh DPPKAD dengan cara mencocokkan dan menyesuaikan data objek pajak dan subjek pajak yang ada dengan keadaan sebenarnya di lapangan atau mencocokkan dan menyesuaikan nilai jual objek pajak dengan rata-rata nilai pasar yang terjadi di lapangan, pelaksanaannya sesuai dengan prosedur pembentukan basis data.

Dokumen terkait