• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL PATUNGAN D

C. Prosedur Pendirian Usaha Patungan

Untuk melaksanakan usaha dalam bentuk kerjasama patungan di Indonesia, sesuai dengan Pasal 12 Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, harus melalui prosedur pengajuan permohonan antara lain:65

a. Calon penanam modal yang berminat untuk menanamkan modalnya dalam bentuk kerja sama patungan mempelajari lebih dahulu daftar skala prioritas penanaman modal yang berlaku dan mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha terbuka, lokasi, proyek, tingkat priorotas dan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku.

65 Salim HS dan Budi Sutrisno

b. Apabila permohonan tersebut sesuai dengan peraturan Perundang-undangan dan ketentuan persyaratan yang berlaku, calon tersebut mengajukan letter of intent kepada Deputi bidang penilaian dan perijinan BKPM.

c. Deputi bidang penilaian dan perijinan setelah meneliti letter of intent tersebut. Kemudian meneruskan kepada ketua BKPM untuk mendapatkan keputusan.

d. Keputusan BKPM tersebut segera diberitahukan kepada calon penanam modal yang bersangkutan dan apabila BKPM menyetujui permohonan penanaman modal tersebut, maka calon penanam modal segera mengajukan usulan proyek secara lengkap kepada BKPM dengan mengisi formulir dan melampirkan, antara lain:

1. Daftar kebutuhan tenaga kerja

2. Rencana lokasi penanaman modal

3. Ketentuan-ketentuan lain yang diperlukan.

e. Setelah permohonan tersebut dibahas dan dipertimbangkan dalam rapat koordinator BKPM, maka ketua BKPM kemudian menyampaikan hasil pertimbangannya dalam bentuk surat rekomendasi kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan.

f. Jika Presiden menyetujui permohonan tersebut, maka Deputi bidang penilaian dan perijinan menyelenggarakan penyusunan pemberian perijinan penanaman modal yang telah disetujui pemerintah sesuai dengan pelimpahan wewenang

menteri-menteri yang bersangkutan dan menyampaikan kepada calon penanam modal yang bersangkuta.

Adapun prosedur pengajuan permohonan penanaman modal asing di daerah dimana daerah telah diberi kewenangan untuk mengatur daerahnya sendiri atau otonomi daerah adalah sebagai berikut:66

a. Proses produksi yang dilengkapi dengan bagan Alir Proses serta mencantumkan jenis bahan baku/penolong bagi industri pengolahan.

1. Bagi peserta asing :

a. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan perubahannya beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.

b. Warga negara asing melampirkan fotokopi paspor lengkap yang masih berlaku.

2. Bagi perusahaan penanam modal asing:

a. Fotokopi akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Departemen Hukum dan Ham serta perubahannya.

b. Fotokopi izin usaha tetap (IUT).

c. Fotokopi NPWP/PPKP.

3. Uraian teknis:

b. Uraian kegiatan usaha bagi bidang usaha jasa.

4. Naskah atau rancangan perjanjian usaha patungan antara peserta Indonesia dengan peserta asing dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, ditandatangani oleh semua peserta patungan.

5. Bagi PMA yang 100 % modalnya dimiliki oleh badan hukum asing dan/atau warga negara asing tidak diperlukan rancangan perjanjian usaha patungan.

6. Persyaratan dan/atau ketentuan sektoral tertentu yang dikeluarkan oleh pemerintah provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan yang masih berlaku.

Setelah itu, untuk mendapatkan Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing, investor asing harus melampirkan beberapa persyaratan, yaitu:

1. Perizinan tenaga kerja asing

2. Perizinan pertanahan

3. Perizinan lingkungan hidup dan izin daerah

4. Perizinan fasilitas

5. Pengesahan akte pendirian perusahaan.

Setelah prosedur tersebut dapat diselesaikan, barulah pemohon penanaman modal dalam bentuk kerjasama patungan itu melaksanakan kegiatannya dari Indonesia. Dengan adanya pengaturan-pengaturan diatas, maka penanaman modal

usahanya diharuskan untuk melakukan kerjasama patungan dengan modal nasional.

Pokok-pokok yang dicakup dalam perjanjian kerja sama patungan dengan modal asing diwujudkan dalam klausula yang dirumuskan menurut sistem hukum perjanjian yang berlaku. Pada dasarnya ada tujuh pokok materi yang dicakup dalam perjanjian kerja sama patungan dengan modal asing yaitu mengatur:67

3. Direksi dan manajemen perusahaan patungan.

1. Pembentukan badan hukum perusahaan patungan, yaitu didalamnya mengatur mengenai:

a. Peserta dalam kerja sama patungan.

b. Jenis kerja sama patungan.

c. Yurisdiksi yang dipakai, yang biasanya dikaitkan dengan pengaturan hukum dan tersedianya perangsang dan fasilitas administratif.

d.Ketentuan-ketentuan yang dicakup dalam dokumen pembentukan perusahaan patungan, masalah perlindungan dan jaminan pelaksanaan kerja sama patungan tersebut.

e. Nama badan hukum perusahaan patungan tersebut.

2. Pemilikan dan struktur modal.

67 Sumantoro,

4. Mengenai pengelolaan keuangan atau keuntungan perusahaan.

5. Dalam hal ada penggantian peserta karena mengundurkan diri, perlu dirumuskan bagaimana mendapatkan peserta penggantinya.

6. Pengaturan mengenai pemasaran dan jasa-jasa teknis.

7. Untuk menyelesaikan sengketa jika timbul, maka beberapa cara penyelesaian tersebut perlu dirumuskan cara-cara mana yang harus diambil.

Ketujuh pengaturan perjanjian kerja sama patungan tersebut merupakan pola pokok-pokok saja. Dalam prakteknya, ada perjanjian kerja sama patungan yang sangat sophisticated yang menyebutkan ketentuan, isinya secara terperinci, serta mempunyai beberapa kaitan dengan perjanjian atau kontrak lainnya, seperti lisensi paten, kontrak manajemen, pinjaman kredit, dan sebagainya.

Secara jelas tidak ada ketentuan yang mengatur format baku dari anggaran dasar Perseroan Terbatas, para pihak dalam suatu perjanjian untuk mendirikan badan hukum perseroan terbatas diberikan kebebasan untuk membuat anggaran dasar dan menentukan isinya. Namun jika merujuk pengaturan yang ada dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, maka anggaran dasar suatu perseroan memuat hal-hal berikut:68

68

Perseroan sebagai sebuah badan hukum (legal entity) menyandang hak dan kewajiban hukum dan diakui secara hukum. Oleh karena itu badan hukum perseroan terbatas adalah subjek hukum yang memiliki kemandirian secara hukum, memiliki harta yang terpisah dari para pendirinya, anggota atau penanam modal perusahaan tersebut. Sebagai subjek hukum, Perseroan dikenal melalui sebuah nama dan kedudukannya yang jelas. Perseroan yang baru akan dibentuk, tidak diperbolehkan memakai sebuah nama yang telah digunakan oleh pihak lain.

2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan

Badan hukum perseroan dibentuk dengan tujuan tertentu, yaitu mencapai tujuan bisnis yang direncanakan, tujuan bisnis akan menunjukkan karakteristik perseroan tersebut karena erat kaitannya dengan peraturan yang berlaku. Maksud dan tujuan merupakan usaha pokok Perseroan. Perseroan yang bertujuan menjadi Perseroan Terbuka (Tbk), maka peraturan pasar modal menjadi pedoman bagi perseroan tersebut untuk bertindak atau melakukan kegiatannya, begitu juga dengan perusahaan yang bertujuan menjalankan investasi yang masuk dalam daftar investasi khusus, maka perseroan sebagai badan hukum akan banyak mendasari kegiatannya dengan peraturan dan undang-undang khusus yang mengatur bidang investasi tersebut.

Di dalam sebuah joint venture agreement untuk mendirikan joint venture company, para pihak menyatakan dengan jelas tujuan dari kegiatan usaha patungan yang akan dijalankan, dan kemudian tujuan dari kegiatan yang

dijanjikan dalam kontrak tersebut dapat dituangkan dalam sebuah anggaran dasar sebagai sistem manajemen perseroan terbatas (joint venture company).

Dokumen terkait