BAB 3 BAHAB DAN METODE PENELITIAN
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan HCl 5%
Sebanyak 135 mL HCl(p) dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.2 Pembuatan HCl 10%
Sebanyak 270 mL HCl(p) dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.3 Pembuatan HCl 15%
Sebanyak 405 mL HCl(p) dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.4 Penyedian Sampel Daun Nanas
Daun nanas diambil secara acak dari daerah Pancur Batu, dicuci dengan air, dibuang duri daun nanas, dipotong-potong kecil, dikeringkan dibawah sinar matahari selama 14 hari dan dihaluskan dengan blender.
3.3.5 Aktivasi Serbuk Daun Nanas Dengan HCl 5%
Sebanyak 140 g daun nanas dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL, ditambahkan HCl 5% sebanyak 1000 mL, diaduk selama 3 jam, ditutup dengan aluminium foil, direndam selama 24 jam, dicuci dengan akuades hingga pH netral, dikeringkan dalam oven pada suhu 1100 C selama 5 jam, didinginkan dalam desikator lalu ditimbang.
3.3.6 Aktivasi Serbuk Daun Nanas Dengan HCl 10%
Sebanyak 140 g daun nanas dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL, ditambahkan HCl 10% sebanyak 1000 mL, diaduk selama 3 jam, ditutup dengan aluminium foil, direndam selama 24 jam, dicuci dengan akuades hingga pH netral, dikeringkan dalam oven pada suhu 1100 C selama 5 jam, didinginkan dalam desikator lalu ditimbang.
3.3.7 Aktivasi Serbuk Daun Nanas Dengan HCl 15%
Sebanyak 140 g daun nanas dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL, ditambahkan HCl 15% sebanyak 1000 mL, diaduk selama 3 jam, ditutup dengan aluminium foil, direndam selama 24 jam, dicuci dengan akuades hingga pH netral, dikeringkan dalam oven pada suhu 1100 C selama 5 jam, didinginkan dalam desikator lalu ditimbang.
3.3.8 Pembuatan Larutan Standar Cu2+
3.3.8.1 Pembuatan Larutan Blanko
Sebanyak 50 mL akuades dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p).
3.3.8.2 Pembuatan Larutan Standar Cu2+ 1000 mg/L
Sebanyak 0,3819 g kristal CuSO4.5H2O ditimbang secara kuantitatif, dimasukkan ke dalam beaker glass 100 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.8.3 Pembuatan Larutan Standar Cu2+ 100 mg/L
Sebanyak 10 mL larutan induk tembaga 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.8.4 Pembuatan Larutan Standar Cu2+ 20 mg/L
Sebanyak 20 mL larutan standar tembaga 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.8.5 Pembuatan Larutan Standar Cu2+ 10 mg/L
Sebanyak 10 mL larutan standar tembaga 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.8.6 Pembuatan Larutan Seri Standar Cu2+ 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 mg/L
Sebanyak 2,5; 5,0; 10,0; 15,0; 20,0 mL larutan standar tembaga 10 mg/L dimasukkan ke dalam masing-masing labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan. Masing-masing larutan adalah 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 mg/L tembaga.
3.3.8.7 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ion Cu2+
Diukur absorbansi larutan blanko dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 324,8 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali.
Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar ion Cu2+ 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; dan 4,0 mg/L.
3.3.9 Pembuatan Larutan Standar Fe3+
3.3.9.1 Pembuatan Larutan Blanko
Sebanyak 50 mL akuades dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p).
3.3.9.2 Pembuatan Larutan Standar Fe3+ 1000 mg/L
Sebanyak 0,4840 g kristal FeCl3.6H2O ditimbang secara kuantitatif, dimasukkan ke dalam beaker glass 100 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.9.3 Pembuatan Larutan Standar Fe3+ 100 mg/L
Sebanyak 10 mL larutan standar induk besi 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.9.4 Pembuatan Larutan Standar Fe3+ 20 mg/L
Sebanyak 20 mL larutan standar besi 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.9.5 Pembuatan Larutan Standar Fe3+ 10 mg/L
Sebanyak 10 mL larutan standar besi 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.9.6 Pembuatan Larutan Seri Standar Fe3+ 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 mg/L
Sebanyak 2,5; 5,0; 10,0; 15,0; 20,0 mL larutan standar besi 10 mg/L dimasukkan ke dalam masing-masing labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan. Masing-masing larutan adalah 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 mg/L besi.
3.3.9.7 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ion Fe3+
Diukur absorbansi larutan blanko dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 248,3 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar ion Fe3+ 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; dan 4,0 mg/L.
3.3.10 Pembuatan Larutan Standar Zn2+
3.3.10.1 Pembuatan Larutan Blanko
Sebanyak 50 mL akuades dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p).
3.3.10.2 Pembuatan Larutan Standar Zn2+ 1000 mg/L
Sebanyak 0,4398 g kristal ZnSO4.7H2O ditimbang secara kuantitatif, dimasukkan ke dalam beaker glass 100 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.10.3 Pembuatan Larutan Standar Zn2+ 100 mg/L
Sebanyak 10 mL larutan standar induk seng 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.10.4 Pembuatan Larutan Standar Zn2+ 20 mg/L
Sebanyak 20 mL larutan standar seng 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.10.5 Pembuatan Larutan Standar Zn2+ 10 mg/L
Sebanyak 10 mL larutan standar seng 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.
3.3.10.6 Pembuatan Larutan Seri Standar Zn2+ 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L
Sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 mL larutan standar seng 10 mg/L dimasukkan ke dalam masing-masing labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan. Masing-masing larutan adalah 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L seng.
3.3.10.7 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ion Zn2+
Diukur absorbansi larutan blanko dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 213,9 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar ion Zn2+ 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L.
3.3.11 Penyerapan Ion Cu2+, Fe3+, dan Zn2+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas yang Telah Diaktivasi dengan Menggunakan HCl 5% dan Penentuan Ion Cu2+, Fe3+ dan Zn2+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
3.3.11.1 Penyerapan Ion Cu2+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas Aktif
Sebanyak 2 g serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam 100 mL larutan standar Cu2+ 20 mg/L, ditutup dengan aluminium foil, diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama 24 jam, disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
3.3.11.2 Penentuan Ion Cu2+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Sebanyak 15 mL filtrat larutan standar Cu2+ 20 mg/L yang telah direndam dengan serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p), diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu ion Cu2+ pada panjang gelombang 324,8 nm.
3.3.11.3 Penyerapan Ion Fe3+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas Aktif
Sebanyak 2 g serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam 100 mL larutan standar Fe3+ 20 mg/L, ditutup dengan aluminium foil, diaduk dengan menggunakan magnetik
stirer selama 24 jam, disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
3.3.11.4 Penentuan Ion Fe3+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Sebanyak 15 mL filtrat larutan standar Fe3+ 20 mg/L yang telah direndam dengan serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p), diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu ion Fe3+ pada panjang gelombang 248,3 nm.
3.3.11.5 Penyerapan Ion Zn2+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas Aktif
Sebanyak 2 g serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam 100 mL larutan standar Zn2+ 20 mg/L, ditutup dengan aluminium foil, diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama 24 jam, disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
3.3.11.6 Penentuan Ion Zn2+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Sebanyak 15 mL filtrat larutan standar Zn2+ 20 mg/L yang telah direndam dengan serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p), diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu ion Zn2+ pada panjang gelombang 213,9 nm.
3.3.12 Penyerapan Ion Cu2+, Fe3+, dan Zn2+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas yang Telah Diaktivasi dengan Menggunakan HCl 10% dan Penentuan Ion Cu2+, Fe3+ dan Zn2+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
3.3.12.1 Penyerapan Ion Cu2+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas Aktif
Sebanyak 2 g serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam 100 mL larutan standar Cu2+ 20 mg/L, ditutup dengan aluminium foil, diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama 24 jam, disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
3.3.12.2 Penentuan Ion Cu2+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Sebanyak 15 mL filtrat larutan standar Cu2+ 20 mg/L yang telah direndam dengan serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p), diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu ion Cu2+ pada panjang gelombang 324,8 nm.
3.3.12.3 Penyerapan Ion Fe3+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas Aktif
Sebanyak 2 g serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam 100 mL larutan standar Fe3+ 20 mg/L, ditutup dengan aluminium foil, diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama 24 jam, disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
3.3.12.4 Penentuan Ion Fe3+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Sebanyak 15 mL filtrat larutan standar Fe3+ 20 mg/L yang telah direndam dengan serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p), diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu ion Fe3+ pada panjang gelombang 248,3 nm.
3.3.12.5 Penyerapan Ion Zn2+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas Aktif
Sebanyak 2 g serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam 100 mL larutan standar Zn2+ 20 mg/L, ditutup dengan aluminium foil, diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama 24 jam, disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
3.3.12.6 Penentuan Zn2+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Sebanyak 15 mL filtrat larutan standar Zn2+ 20 mg/L yang telah direndam dengan serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p), diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu ion Zn2+ pada panjang gelombang 213,9 nm.
3.3.13 Penyerapan Ion Cu2+, Fe3+, dan Zn2+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas yang Telah Diaktivasi dengan Menggunakan HCl 15% dan Penentuan Ion Cu2+, Fe3+ dan Zn2+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
3.3.13.1 Penyerapan Ion Cu2+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas Aktif
Sebanyak 2 g serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam 100 mL larutan standar Cu2+ 20 mg/L, ditutup dengan aluminium foil, diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama 24 jam, disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
3.3.13.2 Penentuan Ion Cu2+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Sebanyak 15 mL filtrat larutan standar Cu2+ 20 mg/L yang telah direndam dengan serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p), diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu Ion Cu2+ pada panjang gelombang 324,8 nm.
3.3.13.3 Penyerapan Ion Fe3+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas Aktif
Sebanyak 2 g serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam 100 mL larutan standar Fe3+ 20 mg/L, ditutup dengan aluminium foil, diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama 24 jam, disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
3.3.13.4 Penentuan Ion Fe3+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Sebanyak 15 mL filtrat larutan standar Fe3+ 20 mg/L yang telah direndam dengan serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p), diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu ion Fe3+ pada panjang gelombang 248,3 nm.
3.3.13.5 Penyerapan Ion Zn2+ Setelah Penambahan Serbuk Daun Nanas Aktif
Sebanyak 2 g serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam 100 mL larutan standar Zn2+ 20 mg/L, ditutup dengan aluminium foil, diaduk dengan menggunakan magnetik
stirer selama 24 jam, disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
3.3.13.6 Penentuan Ion Zn2+ Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Sebanyak 15 mL filtrat larutan standar Zn2+ 20 mg/L yang telah direndam dengan serbuk daun nanas aktif dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL, diatur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3(p), diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu ion Zn2+ pada panjang gelombang 213,9 nm.