METODE PENELITIAN
4.5 Prosedur Penelitian di Lapangan
4.5.1 Penentuan dan Pembuatan Petak Penelitian
Petak yang digunakan untuk penelitian adalah petak hutan gambut merang bekas terbakar. Pembuatan petak ini sesuai dengan prosedur analisis vegetasi cara garis berpetak sebanyak 5 (lima) petak berukuran 20 m x 20 m (Soerianegara dan Indrawan 2008). Penentuan petak di lapangan dilakukan dengan systematic sampling with random start dengan jarak antara petak contoh yang satu dengan yang berikutnya relatif sama. Petak ditentukan dengan mempertimbangkan kedalaman gambut dan jarak tiap petak masing-masing 200 m dimana petak pertama ditentukan secara acak. Adapun gambar desain petak terlihat pada Gambar 12. 20 m c 20 m b a
Lanjutan (Gambar 12)
Keterangan :
a. Sub- petak ukuran 2 m x 2 m untuk analisis vegetasi tumbuhan bawah, serasah dan nekromasa
b. Sub-petak ukuran 5 m x 5 m untuk analisis vegetasi tingkat pancang (≥ 2 cm Ø ≤ 10 cm)
c. Sub-petak ukuran 10 m x 10 m untuk analisis vegetasi tingkat tiang (≥ 10,01 cm Ø ≤ 20 cm)
d. Petak ukuran 20 m x 20 m untuk analisis vegetasi tingkat pohon (Ø ≥ 20,01 cm)
(a) (b)
Gambar 13. Pembuatan Petak : (a) Petak ukuran 20 m x 20 m, (b) Sub-petak ukuran 2 m x 2 m
Adapun titik koordinat untuk setiap petak yang dibuat dilapangan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Titik Koordinat dan Kedalaman Gambut Lokasi Penelitian
Petak UTMx UTMy Kedalaman Gambut (m)
1 415015,13 9776165,89 4,02 2 414984,09 9776246,33 4,10 3 415253,17 9776301,44 5,50 4 415438,13 9776299,15 5,50 5 415648,12 9776332,55 4,50 4.5.2 Inventarisasi Tegakan
Inventarisasi dilakukan untuk menentukan pohon mana yang akan ditebang untuk dijadikan bahan analisis. Inventarisasi tegakan meliputi pengukuran diameter dan tinggi pohon yang berada pada petak pengamatan.
Diameter pohon merupakan panjang garis lurus yang menghubungkan dua titik pada garis lingkaran luar pohon dan melalui titik pusat penampang melintang suatu pohon. Pengukuran diameter pohon dilakukan pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah atau diameter setinggi dada (Dbh). Alat ukur yang digunakan adalah pita diameter. Pengukuran tinggi pohon dilakukan hanya pada pohon contoh yang akan ditebang.
Gambar 14. Pengukuran Diameter Pohon
4.5.3 Penebangan dan Penimbangan Berat Basah Pohon Contoh
Penentuan jumlah pohon contoh dilakukan dengan metode acak berlapis berdasarkan kelas diameter pohon sebagai lapisan (stratum) sesuai dengan analisis vegetasi. Untuk menentukan jumlah pohon yang ditebang dalam setiap lapisan (kelas diameter) digunakan rumus:
nh = Nh x n N
Keterangan : nh = Pohon contoh terpilih dalam lapisan ke-h Nh = Jumlah pohon dalam lapisan ke-h
n = Jumlah pohon contoh
N = Jumlah pohon dalam populasi
Jumlah pohon yang ditebang berdasarkan kelas diameter batang adalah sebanyak 20 pohon yang tersebar pada berbagai kelas diameter, yaitu kelas diameter 2 – 10 cm sebanyak 15 pohon, kelas diameter 10,01 – 20 cm sebanyak 2 pohon, kelas diameter 20,01 – 30 cm sebanyak 2 pohon dan kelas diameter ≥ 30,01 cm sebanyak 1 pohon (Tabel 5).
Tabel 5. Pohon Terpilih untuk Ditebang berdasarkan Kelas Diameter Kelas Diameter No. Nama Jenis Diameter
(cm) Tinggi (m) 2 – 10 cm 1. Parastemon urophyllus 2 3,75 2. Eugenia sp. 2,4 2,8 3. Pithecellobium lobatum 2,8 3,2 4. Elaeocarpus palembanicus 3 4 5. Blumeodendron tokbrai 3,1 4,61 6. Shorea uliginosa 3,5 4,2 7. Shorea dasyphylla 4 6,3 8. Crytocarya crassinervia 4,3 4,3
Lanjutan (Tabel 5) 9. Antidesma montanum 4,5 4,75 10. Dacryodes rostrata 5 4,95 11. Syzigium bankense 5,2 3,2 12. bebangun (?) 5,7 4,4 13. Macaranga maingayi 7,8 5 14. Palaquium burkii 8,9 8,06 ≥10,01 – 20 cm 15. Macaranga maingayi 10 5,5 17. Endospermum malaccensis 20 12,1 ≥20,01 – 30 cm 18. Cantleya corrniculata 24,2 17,3 19. Horsfieldia crassifolia 26,1 15,75 ≥30,01 cm 20. Parartocarpus venenosus 30,2 19,1
Pohon contoh yang terpilih kemudian ditebang, selanjutnya dipisahkan berdasarkan bagian-bagian pohon batang, cabang, ranting dan daun. Batang pohon dipisahkan menjadi beberapa sortimen tergantung dengan bentuk batang dimana apabila terdapat perubahan pada bagian batang maka dilakukan pembagian dan diukur diameter ujung dan pangkal setiap potongan sortimen tersebut kemudian diukur berat basahnya (fresh weight).
Berat basah pohon adalah total berat basah dari semua bagian pohon tersebut. Setelah penimbangan, setiap bagian pohon diambil contohnya untuk dianalisis di laboratorium. Penimbangan berat basah pohon dimaksudkan untuk mengetahui biomassa dan kandungan karbon terikat dengan membuat model persamaan alometrik berdasarkan dimensi pohon (diameter dan tinggi). Penebangan dan penimbangan berat basah pohon contoh disajikan pada Gambar 15.
(c) (d) (e) (f) (g) (h)
Gambar 15. Tahap Kegiatan Penebangan dan Penimbangan Pohon Contoh: (a). Penebangan pohon, (b) Pemotongan batang, (c) Penimbangan batang, (d) Pengumpulan cabang, (e) Penimbangan cabang, (f) Penimbangan ranting, (g) Pengumpulan daun, (h) Penimbangan daun.
4.5.4 Pengambilan Contoh Vegetasi
Pengambilan contoh vegetasi dilakukan secara destructive sampling. Pada setiap petak penelitian, pohon yang ditebang adalah pohon yang mewakili secara proporsional. Pohon contoh yang terpilih kemudian ditebang, selanjutnya dipisahkan berdasarkan bagian-bagian pohon (batang, cabang, ranting dan daun). Semua bagian pohon contoh tersebut ditimbang sehingga diketahui berat basahnya. Berat basah pohon adalah total berat basah dari semua bagian pohon
yang dimaksudkan untuk mengetahui biomassa dan kandungan karbon terikat pada tegakan dengan membuat model pendugaan allometrik equation berdasarkan dimensi pohon (diameter dan tinggi). Setelah penimbangan berat basah maka selanjutnya setiap bagian pohon diambil contohnya dimana untuk pengambilan contoh uji batang dapat dibagi atas 2 - 7 fraksi yang dapat mewakili kondisi pohon. Dari tiap fraksi batang diambil contoh uji berukuran ± 8 x 5 cm yang selanjutnya dianalisis di laboratorium. Untuk contoh uji daun, cabang dan ranting diambil minimal sebanyak 50 gram (Gambar 16).
Gambar 16. Pengambilan Sampel Bagian Batang untuk Analisis di Laboratorium
4.5.5 Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah dan Serasah
Semua tumbuhan bawah dan serasah di atas permukaan tanah yang terletak di dalam petak contoh ukuran 2 m x 2 m terpilih diambil secara destruktif dan ditimbang berat basahnya. Sebelum penimbangan berat basah di lapangan, terlebih dahulu dilakukan pemisahan tumbuhan bawah (tumbuhan bawah berkayu dan tidak berkayu) dan serasah (jatuhan daun). Selanjutnya diambil contoh uji sebanyak 200 gram dari masing-masing tumbuhan bawah dan serasah tersebut untuk dianalisis di laboratorium.
(c)
Gambar 17. Kegiatan Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah dan Serasah: (a) Tumbuhan bawah tidak berkayu, (b) Pengumpulan serasah, (c) Penimbangan serasah
4.5.6. Pengambilan Contoh Nekromasa
Sama halnya dengan pengambilan contoh tumbuhan bawah dan serasah, maka semua nekromasa yang berada di atas permukaan tanah dalam petak contoh ukuran 2 m x 2 m terpilih diambil dan ditimbang berat basahnya. Sebelum penimbangan berat basah di lapangan, terlebih dahulu dilakukan pemisahan nekromasa (bagian batang, cabang dan ranting mati), selanjutnya diambil contoh uji sebanyak 200 gram dari masing-masing nekromasa tersebut untuk dianalisis di laboratorium. Adapun kriteria dari masing-masing nekromasa adalah pada nekromasa ranting memiliki diameter < 3,2 cm, nekromasa cabang memiliki diameter 3,2 – 6,4 cm dan nekromasa batang memiliki diameter ≥ 6,4 cm (Katterings et al., 2000).
(b) (c)
Gambar 18. Kegiatan Pengambilan Contoh Nekromasa: (a1, a2) Nekromasa batang, (b) Pengambilan nekromasa batang, (c) Penimbangan nekromasa batang
4.6 Prosedur Penelitian di Laboratorium