• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur penelitian yang akan dilakukan mulai dari awal sampai akhir dijelaskan sebagai berikut:

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan yaitu persiapan pustaka, bahan, dan alat-alat yang digunakan. Persiapan bahan ini meliputi (aspal keras, agregat kasar, agregat halus, dan filler) yaitu dengan mendatangkan bahan dari sumbernya ke Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dan kemudian menyiapkan bahan-bahan tersebut sebelum diuji dan digunakan dalam campuran beraspal.

2. Pengujian Bahan a. Pengujian Aspal

1) Uji penetrasi

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan penetrasi aspal keras dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu yang menggunakan seperangkat alat uji penetrasi.

2) Titik lembek aspal

Pemerikasaan ini bertujuan untuk menentukan titik lembek aspal yang berkisaran antara 30 oC sampai 200 oC . Yang dimaksud dengan titik lembek adalah suhu pada bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun sehingga lapisan aspal yang tertahan dalam ukuran cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu, sebagai akibat dari pemanasan yang dilakukan.

3) Pemeriksaan berat minyak dan aspal

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetapkan kehilangan berat minyak dalam aspal dengan cara pemanasan pada tebal tertentu, yang dinyatakan dalam persen dari berat semula.

4) Daktilitas bahan-bahan aspal

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat kohesi dan kuat tarik aspal dengan cara mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen keras pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.

5) Pemeriksaan berat jenis aspal

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis aspal dengan menggunakan piknometer. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

Tabel 8. Standar pengujian aspal

No. Jenis Pengujian Standar Pengujian Syarat

1 Penetrasi, 25oC, 100 gr, 5 SNI 06-2456-1991 60 - 70 2 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1,0

3 Titik Lembek;oC SNI 06-2434-1991 ≥ 48

4 Berat yang Hilang SNI 06-2441-1991 maks 0,4% 5 Daktilitas SNI 06-2432-1991 ≥ 48

Sumber : Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi BAB VII Spesifikasi Umum 2010 Devisi 6

b. Pengujian Agregat

1) Berat jenis dan penyerapan agregat kasar dan agregat halus

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan berat jenis pada agregat kasar dan halus pada kondisi SSD (Surface Saturated Dry), kondisi kering (Bulk Spesific Gravity Dry), kondisi semu (Apperant Spesific Gravity), dan penyerapan (absorbtion) dari agregat kasar dan halus.

2) Pemeriksaan keausan agregat

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesinLos Angeles. Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no.12 terhadap beratsemula dalam persen. 3) Pemeriksaan agregat terhadap tumbukan (Aggregate Impact Value) Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan nilai kekuatan relative agregat terhadap tumbukan dengan menyatakan nilai Aggregate Impact ValueAIV.

4) Pemeriksaan keekuatan agregat terhadap tekanan (Aggregate Crushing Value)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan nilai kekuatan relative agregat terhadap tekanan dengan menyatakan nilai Aggregate Crushing Value (ACV).

5) Indeks kepipihan (Flakyness)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan indeks kepipihan agregat.

6) Analisis saringan agregat halus dan kasar

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui butiran (gradasi) agregat halus dan kasar dengan menggunakan saringan.

Tabel 9. Standar pemeriksaan agregat

No Jenis Pengujian Standar Uji Syarat

1 Analisa saringan SNI 03-1968-1990 -2

Berat jenis dan penyerapan agregat kasar SNI 03-1969-1990 Bj Bulk < 2.5 Penyerapan > 3% 3

Berat jenis dan penyerapan agregat halus SNI 03-1970-1990 Bj Bulk < 2.5 Penyerapan > 5%

4 Tes Abrasi SNI 03-2417-1990 Maks. 40% 5 Aggregate Impact Value (AIV) BS 812:part 3:1975 Maks. 30% 6 Aggregate Crushing Value (ACV) BS 812:part 3:1975 Maks. 30% 7 Kelekatan agregat

terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95% 8 Partikel Pipih dan

Lonjong ASTM D4791 Maks. 10%

Sumber : Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi BAB VII Spesifikasi Umum 2010 Devisi 6

3. Menentukan Fraksi Agregat

Persentase fraksi agregat yang akan di gunakan pada penelitian ini adalah sesuai dengan spesifikasi yang digunakan yaitu AC-WC (Asphalt Concrete -Wearing Course). Berikut adalah Tabel 10 yaitu gradasi agregat untuk campuran LASTON.

Tabel 10. Gradasi agregat untuk campuran LASTON `Ukuran

Ayakan

% Berat Yang Lolos LASTON (AC)

Gradasi Halus Gradasi Kasar

(inch) (mm) AC-WC AC-BC

AC-Base AC-WC AC-BC AC-Base

11/2'' 37,5 - - 100 - - 100 1" 25 - 100 90 - 100 - 100 90 - 100 3/4'' 19 100 90 - 100 73 - 90 100 90 - 100 73 - 90 1/2'' 12.5 90 - 100 74 - 90 61 - 79 90 - 100 71 - 90 55 - 76 3/8'' 9.5 72 - 90 64 - 82 47 - 67 72 - 90 58 - 80 45 - 66 No.4 4.75 54 - 69 47 - 64 39,5 - 50 43 - 63 37 - 56 28 - 39,5 No.8 2.36 39,1 - 53 34,6 - 49 30,8 - 37 28 - 39,1 23 - 34,6 19 - 26,8 No.16 1.18 31,6 - 40 28,3 - 38 24,1 - 28 19 - 25,6 15 - 22,3 12 - 18,1 No.30 0.6 23,1 - 30 20,7 - 28 17,6 - 22 13 - 19,1 10 - 16,7 7 - 13,6 No.50 0.3 15,5 - 22 13,7 - 20 11,4 - 16 9 - 15,5 7 - 13,7 5 - 11,4 No.100 0.15 9 - 15 4–13 4 - 10 6–13 5 - 11 4,5 - 9 No.200 0.075 4 - 10 4–8 3 - 6 4 - 10 4 - 8 3 - 7

Sumber: Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi BAB VII Spesifikasi Umum 2010 Devisi 6 Tabel 6.2.2.3

Pada penelitian ini digunakan fraksi agregat Gradasi kasar dengan batas tengah dan batas bawah yang dapat dilihat dalam Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Komposisi agregat dalam campuran

Ukuran Saringan Lolos Saringan

Inchi mm Gradasi Batas Tengah (%)

Gradasi Batas Bawah (%) 3/4'' 19 100 100 1/2'' 12,5 95 90 3/8'' 9,5 81 72 No. 4 4,75 53 43 No. 8 2,36 33.55 28 No. 16 1,18 22.3 19 No. 30 0,6 16.05 13 No. 50 0,3 12.25 9 No. 100 0,15 9.5 6 No. 200 0,075 7 4 Pan 0 0

4. Pembuatan Benda Uji Campuran Beraspal

a. Menghitung perkiraan awal kadar aspal (Pb) sebagai berikut: Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (% FF) + Konstanta Keterangan:

Nilai konstanta kira-kira 0,5 sampai 1,0 untuk Laston dan 2,0 sampai 3,0 untuk Lataston. Untuk jenis campuran lain gunakan nilai 1,0 sampai 2,5.

Pb : Kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat campuran CA : Persen agregat tertahan saringan No. 8.

FA : Persen agregat lolos saringan No. 8 dan tertahan saringan No. 200.

Filler : Persen agregat minimal 75% lolos No. 200. K : Konstanta 0,5–1,0 untuk laston.

b. Setelah didapat nilai kadar aspal, selanjutnya berat jenis maksimum (BJ Max) dihitung dengan mengambil data dari percobaan berat jenis agregat halus dan agregat kasar.

c. Jika semua data telah didapatkan, yang dilakukan berikutnya adalah menghitung berat sampel, berat aspal, berat agregat dan menghitung kebutuhan agregat tiap sampel berdasarkan persentase tertahan. d. Mencampur agregat dengan aspal pada suhu optimum 150 0C pada

gradasi kasar pada batas tengah dan batas bawah.

e. Melakukan pemadatan standar dengan Aoutomatic Marshall Compactorterhadap sampel sebanyak 2 x 75 kali tumbukan.

f. Setelah itu benda uji di tesmarshalldan di dapat nilai KAO.

g. Setelah di dapat nilai KAO maka pada saat pencampuran dilakukan pencampuaran variasi temperatur yaitu gradasi kasar pada :

1) Batas tengah : 120 oC, 130oC, 140 oC, 150oC, 160oC, 170oC, 180oC.

2) Batas bawah : 120 oC, 130oC, 140 oC, 150oC, 160oC, 170oC, 180oC.

h. Melakukan pemadatan standar dengan Aoutomatic Marshall Compactor terhadap sampel sebanyak 2 x 75 kali tumbukan dengan suhu 140 0C berdasarkan penggilasan awal (breakdown rolling) sebesar 1250C–1450C (Spesifikasi Bina Marga 2010).

i. Mendiamkan benda uji terlebih dahulu agar mulai mengeras sebelum mengeluarkanya dari cetakan, dan kemudian mendiamkannya selama ± 24 jam.

j. Mengukur ketebalan, menimbang, dan kemudian merendam benda uji dalam air pada suhu normal selama 24 jam.

k. Menimbang kembali benda uji untuk mendapatkan berat jenuh (SSD). l. Sebelum menguji benda uji dengan alat marshall, merendam benda uji

terlebih dahulu dalamwaterbathpada suhu 600C selama 30 menit. Benda uji dibuat sebanyak 3 buah pada masing-masing variasi kadar aspal dengan gradasi batas tengah dan batas bawah dan total benda uji adalah 72 benda uji, yang dijelaskan dalam Tabel 12 berikut:

Tabel 12. Ketentuan pembuatan benda uji campuran aspal beton (LASTON) AC WC

Kadar Aspal

(%)

Jumlah Benda Uji

Keterangan Gradasi

Batas Tengah

Gradasi Batas Bawah

Pb–1,0 3 buah 3 buah Campuran spesifikasi AC WC + kadar aspalagregat dengan minyak Pb–1,0 (%)

Pb–0,5 3 buah 3 buah Campuran spesifikasi AC WC + kadar aspalagregat dengan minyak Pb–0,5 (%)

Pb 3 buah 3 buah Campuran spesifikasi AC WC + kadar aspalagregat dengan minyak Pb (%)

Pb + 0,5 3 buah 3 buah Campuran spesifikasi AC WC + kadar aspalagregat dengan minyak Pb + 0,5 (%)

Pb + 1,0 3 buah 3 buah Campuran spesifikasi AC WC + kadar aspalagregat dengan minyak Pb +1,0 (%)

Tabel 13. Pencampuran setelah didapat nilai KAO Suhu Variasi (oC) Gradasi Batas Tengah Gradasi Batas Bawah 120 3 buah 3 buah 130 3 buah 3 buah 140 3 buah 3 buah 150 3 buah 3 buah 160 3 buah 3 buah 170 3 buah 3 buah 180 3 buah 3 buah

Jumlah 21 buah 21 buah

5. Pemeriksaan dengan AlatMarshall a. Pemeriksaan berat jenis campuran

Setelah dilakukan pencampuran material, pembuatan benda uji dan pemadatan kedua sisi dilaksanakan, benda uji dikeluarkan dari cetakan kemudian diukur pada tiga sisi setiap benda uji dan ditimbang untuk mendapatkan berat benda uji kering. Kemudian merendam benda uji di dalam bak selama 3-5 menit dan ditimbang dalam air untuk mendapatkan berat benda uji dalam air. Kemudian benda uji diangkat dan dilap sehingga kering permukaan dan didapatkan berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD).

b. Pengujian

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap (flow) dari campuran aspal sesuai dengan prosedur SNI 06-2489-1991 atau AASHTO T- 245-90. Benda uji direndam selama 30

menit dengan suhu tetap 60oC (± 1oC). Setelah itu benda uji diletakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendam (water bath) maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.

Kemudian benda uji dibebani dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan. Mencatat nilai flow yang ditunjukkan oleh dial pengukur flow pada saat pembebanan mencapai maksimum.

6. Menghitung ParameterMarshall

Setelah pengujian Marshallselesai serta nilai stabilitas dan flowdidapat, selanjutnya menghitung parameter Marshall yaitu VIM, VMA, VFA, berat volume, dan paremeter lainnya sesuai parameter yang ada pada spesifikasi campuran. Kemudian menggambarkan hubungan antara kadar aspal dan parameterMarshall, yaitu gambar hubungan antara: a. Kadar aspal dengan stabilitas

b. Kadar aspal denganflow c. Kadar aspal dengan VIM d. Kadar aspal dengan VMA e. Kadar aspal dengan VFA

7. Pengolahan Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari hasil penelitian di laboratorium akan diperoleh nilai parameter marshall (Stability, Flow, Void in Mineral Agregat (VMA), Void in The Mix (VIM), Void Filled with Asphalt (VFA) dan(Marshall Quotient) dari campuran perkerasan Laston (AC-WC) bergradasi kasar dengan perbedaan batas tengah dan batas bawah .

Pengujian Karakteristik Mutu:

1. Pengujian aspal (penetrasi, titik lembek, daktilitas, berat jenis, kehilangan berat) didapat dari data sekunder.

2. Pengujian agregat (analisa saringan, berat jenis dan penyerapan agregat kasar, berat jenis dan penyerapan agregat halus, Los Angeles Test) didapat dari data sekunder.

Uji Marshall (VMA, VIM, VFA, MQ, stabilitas,flow)

Hasil dan Analisa

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Suhu Penumbukan 140o C

Persiapan

Pengujian bahan

Agregat Aspal Shell pen 60/70

Memenuhi Spesifikasi

Uji Marshall (VMA, VIM, VFA, MQ, stabilitas,flow)

Penentuan KAO Pembuatan benda uji

gradasi batas tengah sebanyak 15 sampel

Pembuatan benda uji gradasi batas bawah sebanyak 15 sampel

Pembuatan benda uji gradasi batas tengah dengan variasi suhu 120oC

- 180oC sebanyak 21 sampel

Pembuatan benda uji gradasi batas bawah dengan variasi suhu 120oC - 180oC

sebanyak 21 sampel

Ya

Tidak

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji material baik aspal, agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi (filler) sudah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010. 2. Untuk campuran lapis aspal beton (Laston) AC-WC gradasi kasar batas

tengah dengan kadar aspal 6.5% dengan temperatur pencampuran sebesar 150oC tidak memenuhi syarat spesifikasi Bina Marga dikarenakan nilai MQ yang dibawah standar minimum yaitu 250 kg/mm. Sedangkan untuk kadar aspal 6.75% temperatur pencampuran yang memenuhi syarat adalah pada suhu 150 oC dengan nilai rongga dalam campuran (VIM) sebesar 3.55%, nilai stabilitas sebesar 1189.75 kg serta nilai MQ sebesar 280.34 kg/mm. Dan pada suhu 160 oC dengan nilai VIM sebesar 3.65%, nilai stabilitas sebesar 1247.31 kg serta nilai MQ sebesar 383.66 kg/mm. 3. Untuk campuran lapis aspal beton (Laston) AC-WC gradasi kasar batas

bawah dengan kadar aspal 7.1 % temperatur pencampuran tidak ada yang memenuhi syarat dikarenakan nilai MQ dibawah nilai minimum yaitu 250 kg/mm. Sedangkan kadar aspal 6.6% pada suhu pencampuran 150 oC

nilai stabilitas sebesar 1101.13 kg dan nilai MQ sebesar 291.11 kg/mm sudah memenuhi syarat Bina Marga 2010 tetapi rongga udara dalam campuranya (VIM) sebesar 6.38% di atas nilai maksimum yaitu 3%-5% . 4. Kadar aspal optimum dari lapis aspal beton (Laston) AC-WC gradasi

kasar pada batas tengah dan batas bawah tidak di dapat, dikarenakan ada beberapa parameter marshall yang tidak terpenuhi. Hal ini diakibatkan masih kurang telitinya peneliti terhadap material yang digunakan, dikarenakan material yang digunakan kurang bersih sehingga debu yang terdapat pada agregat mempengaruhi dari campuran aspal tersebut.

5. Hipotesis bahwa stabilitas akan semakin menurun seiring dengan meningkatnya temperatur tidak dapat diterima dikarenakan bahwa hasil penelitian bahwa semakin meningkat suhu temperature stabilitas semakin tinggi pada suhu 180oC. Sedangkan pada rongga udaranya benar bahwa semakin meningkatnya temperatur rongga udara semakin menurun.

B. Saran

Saran yang dapat di berikan setelah dilakukan penelitian ini adalah:

1. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan berupa pengujian terhadap kekentalan aspal (Uji Viskositas) agar diperoleh suhu pencampuran dan pemadatan optimum.

2. Pada penentuan KAO rencana, nilai konstanta 0.5 – 1 untuk Campuran Lapis Aspal Beton (Asphal Concrete Wearing Course) disarankan menggunkan nilai konstanta maksimal yaitu 1, agar didapat nilai kadar optimum.

3. Untuk mencari nilai kadar aspal rencana agar lebih berhati – hati dalam pemilihan fraksi agregatnya. Bila di pilih pada batas bawah ini rentang terjadi kesalahan karena batas bawah adalah batas minimum yang akibatnya nilai kadar aspal optimum susah didapat.

.1990. Metode Pengujian Berat jenis dan Penyerapan Agregat Halus. SNI 03-1970-1990.Badan Standarisasi Nasional (BSN) Indonesia. .1991. Metode Pengujian Berat jenis Aspal Padat. SNI 06-2441-1991. Badan Standarisasi Nasional (BSN) Indonesia.

.2002. Metode Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal, SNI 03-6893-2002. Departemen Pekerjaan Umum, Standar Nasional Indonesia.

.2008. Pengujian Berat Jenis Penyerapan Agregat Kasar. SNI 1969-2008.Badan Standarisasi Nasional (BSN) Indonesia.

.2010. Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi BAB VII Spesifikasi Umum 2010 Devisi 6 Perkerasan aspal. Direktorat Jedndral Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Jakarta.

.2012.Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60 hlm.

.2012. Panduan Praktikum Pelaksanaan Perkerasan Jalan (PPJ). Laboratorium Inti Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Bandar Lampung. 59 hlm.

Arifin M. Zainul, dkk. 2012. Pengaruh Penurunan Suhu (Dengan dan Tanpa Pemanasan Ulang) Terhadap Parameter Marshall Campuran Aspal Beton. Universitas Brawijaya Malang. Malang.

Januardi. 2013. Pengaruh Kepadatan Mutlak Terhadap Kekuatan Campuran Aspal Panas Pada Lapisan Permukaan HRS-WC. Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Leily. 2012. Kinerja Aspal Pertamina Pen. 60/70 dan Aspal BNA Blend 75/25 Pada Campuran Aspal Panas AC-WC (tesis). Universitas Politeknik Negeri Semarang. Semarang.

Maulana, Edris. 2011. Pengaruh Temperatur Pemadatan Di atas Standar Minimum 110oC Terhadap Sifat Marshall Campuran Aspal Beton. Universita Negeri Malang. Malang.

Rizal R.P. dkk. 2011. Kajian Suhu Optimum Pada Proses Pemadatan Untuk Campuran Beraspal Dingin Menggunkan Modifikasi Bitumen Limbah Plastik. Institut Teknologi Nasional. Bandung.

Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta. Granit. 164 hlm. Susilo, Joko. 2010. Pengaruh Variasi Suhu Pencampuran dan Pemadatan

Canpuran Beraspal Panas Menggunkan Aspal Retona. Universitas Riau. Riau.

Utomo, R. Antarikso. 2008. Pengaruh Gradasi Gabungan Di Laboratorium dan GradasiHot Bin Asphalt Mixing Plant Campuran Laston (AC-Wearing Course) Terhadap Karakteristik Marshall. Universitas Diponegoro. Semarang.

Yamin, Anwar. dkk. 2002. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Prasarana Wilayah. Jakarta.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PEMERIKSAAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN

(Penetrastion of Bituminous Materials) Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung

No Kegiatan Uraian 1 Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Mulai jam = Selesai jam = Pembacaan suhu oven = 70oC 2 Mendinginkan Contoh

Didiamkan di suhu ruangan Mulai jam =

Selesai jam = 3 Mencapai suhu

pemeriksaan

Direndam pada suhu 25oC Mulai jam = Selesai jam = Pembacaan suhu waterbath = 25oC 4. Pemeriksaan

Penetrasi pada suhu 25oC Mulai jam =

Selesai jam =

Pembacaan suhu penetrometer = 25oC

No Penetrasi pada 25C, 100gr, 5 detik I II

1. Pengamat I 72 63

2. Pengamat 2 66 67

3. Pengamat 3 69 68

Rata-rata 69 66

Catatan : Rata-rata penetrasi dari kedua sampel tersebut adalah 67,5. Berdasarkan SNI 06-2456-1991 pen 60/70 berkisar antara 60-79. Jadi penetrasi sampel tersebut masuk dalam spesifikasi.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PEMERIKSAAN BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER

(Specific Gravity of Semi Solid Bituminous Materials) Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung

No Kegiatan Uraian 1 Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Mulai jam = Selesai jam = Pembacaan suhu oven = 70oC 2 Mendinginkan Contoh

Didiamkan di suhu ruangan Mulai jam =

Selesai jam = 3 Mencapai suhu pemeriksaan

Direndam pada suhu 25oC Mulai jam =

Selesai jam =

Pembacaan suhu waterbath = 25oC

Sampel 1 Sampel 2 Berat piknometer + air = 51,51 gr 51,50 gr Berat Piknometer = 27,24 gr 27,26 gr Berat air / Isi piknometer = 24,27 gr 24,24 gr Berat piknometer + contoh = 32,45 gr 32,25 gr Berat piknometer = 27,24 gr 27,26 gr Berat contoh = 5,21 gr 4,99 gr Berat piknometer + air + contoh = 51,67 gr 51,67 gr Berat piknometer + contoh = 32,45 gr 32,25 gr Berat air = 19,22 gr 19,42 gr Isi bitumen sampel 1 = 24,27–19,22 = 5,05 gr

Isi bitumen sampel 2 = 24,24–19,42 = 4,82 gr

Berat jenis sampel 1 = = ,

, =1,0317gr/cm

3

Berat jenis sampel 2 = = ,

, =1,0353gr/cm

3

Catatan : Berat jenis aspal berdasarkan SNI 06-2442-1991 pada suhu 25oC untuk penetrasi 60/70 minimal 1,00 gr/cm3. Jadi sampel tersebut memenuhi spesifikasi.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER

(Softening Point of Asphalt and Tar in Ethylene Glycol (Ring and Ball)) Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung

No Kegiatan Uraian 1 Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Mulai jam = Selesai jam = Pembacaan suhu oven = 70oC 2 Mendinginkan Contoh

Didiamkan di suhu ruangan Mulai jam =

Selesai jam = 3 Mencapai suhu

pemeriksaan

Direndam pada suhu 25oC Mulai jam =

Selesai jam =

Pembacaan suhu waterbath = 25o C

No. Suhu Yang Diamati (OC)

Waktu Sampel 1 Sampel 2 1. 5 0 0 2. 10 2 19 2 19 3. 15 1 47 1 47 4. 20 1 41 1 41 5. 25 1 14 1 14 6. 30 1 07 1 07 7. 35 1 00 1 00 8. 40 1 02 1 02 9. 45 1 01 1 01 12. 50 1 02 1 02 13. 53 1 09 1 15

Catatan : Menurut spesifikasi SNI 06-2434-1991 yaitu untuk jenis aspal 60/70 titik lembek berkisar antara 48C 58C. Hasil pengujian menunjukkan kedua sampel memenuhi persyaratan.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PEMERIKSAAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN

(DUCTILITY OF BITUMINOUS MATERIALS) Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung

No Kegiatan Uraian 1 Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Mulai jam = Selesai jam = Pembacaan suhu oven = 70oC 2 Mendinginkan Contoh

Didiamkan di suhu ruangan Mulai jam =

Selesai jam = 3 Mencapai suhu pemeriksaan

Direndam pada suhu 25oC Mulai jam =

Selesai jam =

Pembacaan suhu waterbath = 25o C

Daktilitas pada 25oC, 5 cm per menit Pembacaan pengukuran pada alat

Pengamatan I Pengamatan II

101 cm 101 cm

Rata-rata 101 cm

Catatan : Dari hasil praktikum nilai daktilitas lebih dari 100 cm, dengan demikian aspal tersebut mempunyai daktilitas yang baik, berarti mampu mengikat aspal dengan baik dalam perkerasan.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PENGUJIAN KEHILANGAN BERAT MINYAK DAN ASPAL

Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung

No Kegiatan Uraian 1 Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Mulai jam = Selesai jam = Pembacaan suhu oven = 70oC 2 Mendinginkan Contoh

Didiamkan di suhu ruangan Mulai jam =

Selesai jam = 3 Mencapai suhu

pemeriksaan

Direndam pada suhu 25oC Mulai jam =

Selesai jam =

Pembacaan suhu waterbath = 25oC

Sampel I Sampel II

Berat cawan + aspal keras = 66,81 gr = 68,24 gr Berat cawan kosong = 14,89 gr = 14,76 gr Berat aspal keras = 51,92 gr = 53,48 gr Berat sebelum pemanasan = 66,81 gr = 68,24 gr Berat sesudah pemanasan = 66,47 gr = 67,77 gr

Berat endapan = 0,34 gr = 0,47 gr

Atau = 0,6549 % = 0,7839 %

Rata-rata = 0,7194%

Catatan : Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kehilangan berat rata-rata yaitu

0,7194 %. Maka hasil yang diperoleh ini memenuhi standar persyaratan SNI yaitu untuk penetrasi 60 70 kehilangan berat maksimum 0,8 %.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TUMBUKAN

(AGGREGATE IMPACT VALUE) Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung

Item Pengujian Berat (gram)

Sampel I Sampel II

Berat sampel awal (A) 575,1 657,6

Berat sampel setelah penekanan dan tertahan

saringan 2,36 mm (B) 539,3 622,5

Berat sampel setelah penekanan dan lolos

saringan 2,36 mm (C) 35,8 35,1

Aggregate Impact Value(AIV) 6,2250 % 5,3376 %

Rata-rata AIV (%) 5,7813 %

Catatan : Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat nilai AIV(Aggregate Impact Value)untuk sampel I sebesar 6,2250 % dan untuk sampel II sebesar 5,3376 %. Hasil ini masuk dalam standar spesifikasi Bina Marga untuk perkerasan jalan yaitu < 30 %.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

(Specific Gravity and Water Absorption of Fine Aggregate) Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung

No. Kegiatan Berat Sampel

1. Mengukur Berat benda uji kering permukaan

jenuh (Bk) 500 gr

2. Mengukur Berat benda uji kering oven (Bk) 487,28 gr 3. Mengukur Berat Piknometer yangdiisi air (B) 723,83 gr 4. Mengukur Berat Piknometer + Benda uji SSD +

air (Bt) 1031,81 gr

No. Perhitungan Sampel A

1.

Berat Jenis Bulk Bk

B + A Bt

,

, , = 2,5377

2.

Berat Jenis Permukaan Jenuh

, , = 2,6039

3.

Berat Jenis Semu

, , , = 2,7177 4. Penyerapan x 100% , , x 100% = 2,6104 %

Catatan : Berdasarkan SKBI penterapan maksimum maximum 5% dan berat jenis minimum 2,5 jadi agregat halus tersebut memenuhi standar.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

(Specific Gravity and Water Absorption of Coarse Aggregate) Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung

No. Kegiatan Berat Sampel

1. Mengukur Berat sampel kering

oven (Bk) 5000 gr

2. Mengukur Berat sampel kering

permukaan jenuh (Bj) 5000,1 gr

3. Mengukur Berat sampel

di dalam air (Ba) 3115,2 gr

No. Perhitungan Sampel A

1.

Berat Jenis Bulk Bk

Bj Ba , , = 2,6513

2.

Berat Jenis Permukaan Jenuh

,

, , = 2,6518

3.

Berat Jenis Semu

, = 2,6528 4. Penyerapan x 100% , x 100% = 0,022 %

Catatan : Berdasarkan SKBI penyerapan maximum 3 % dan berat jenis bulk minimum 2,5. Jadi agregat ini memenuhi standar.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TEKANAN

(AGGREGATE CRUSHING VALUE) Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung

Item Pengujian Berat (gram)

Sampel I Sampel II

Berat sampel awal (A) 1000 1000

Berat sampel setelah penekanan dan tertahan

saringan 2,36 mm (B) 988,7 989,6

Berat sampel setelah penekanan dan lolos

saringan 2,36 mm (C) 11,3 10,4

Aggregate Crushing Value(ACV) 1,13 % 1,04 %

Rata-rata ACV (%) 1,085 %

Catatan : Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat nilai ACV (Aggregate Crushing Value) untuk sampel I sebesar 1,13 % dan untuk sampel II sebesar 1,04 %. Hasil ini masuk dalam standar spesifikasi Bina Marga untuk perkerasan jalan yaitu < 30 %.

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES

Jurusan : Teknik Sipil

Universitas : Universitas Lampung 500 Putaran

Gradasi pemeriksaan Fraksi B (10 20 mm)

Saringan (mm) Berat sampel I Berat Sampel 2

Lolos Tertahan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

76,2 63,5 - - - -63,5 50,8 - - - -50,8 37,5 - - - -37,5 25,4 - - - -25,4 19,0 - - - -19,0 12,5 2500 gr - - -12,5 9,5 2500 gr - - -9,5 6,3 - - - -6,3 4,75 - - - -4,75 2,38 - - - -Jumlah berat 5000 gr - -

-Berat tertahan saringan I A = 5000 gr B = 4394,4 gr A - B = 605,6 gr Keausan I = x 100 % = , x 100 % = 12,1120 % Keausan II =

-Catatan : Berdasarkan standar keausan SKBI keausan maksimum yaitu 40 %.

Dokumen terkait