BAB III METODE PENELITIAN
H. Teknik Analisis Data
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, disajikan pada Bagan 3.2 berikut.
Pelaksanaan Pembelajaran Biasa (Konvensional)
Postes
Kesimpulan Studi Kepustakaan
Rancangan Pembelajaran Biasa (Konvensional)
Penyusunan Rancangan Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing
Analisis Data Observasi, angket
skala sikap dan wawancara
Pengumpulan Data
Penyusunan, ujicoba, revisi, dan pengesahan instrumen
Penentuan subjek penelitian
Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing
Bagan. 3.2 Prosedur Penelitian Pretes
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa sekolah dasar.
2. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep antara siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas penemuan terbimbing mengalami peningkatan pemahaman konsep yang lebih tinggi daripada siswa pada kelas konvensional.
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematik antara siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas penemuan terbimbing mengalami peningkatan kemampuan penalaran matematik yang lebih tinggi daripada siswa pada kelas konvensional.
4. Sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan aktivitas siswa yang semakin lama semakin baik selama pembelajaran, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan lagi pemahaman
konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa yang menuju pada peningkatan hasil belajar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
Bagi Guru:
1. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah-sekolah pada umumnya masih konvensional. Matematika yang dipelajari siswa di sekolah diperoleh melalui pemberitahuan (dengan cara ceramah/ekspositori), bacaan, meniru, melihat, mengamati dan sebagainya, bukan diperoleh melalui penemuan. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika. Siswa cenderung hanya menghapal konsep, bukan memahami bagaimana konsep itu terjadi, sehingga apa yang dipelajarinya mudah terlupakan. Bruner (dalam Ruseffendi, 2005) menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar, salah satunya melalui metode penemuan. Dengan metode penemuan siswa dapat menemukan konsep-konsep melalui proses mentalnya sendiri sehingga konsep tersebut bertahan lama dan mudah diingat, selain itu siswa juga lebih aktif berpikir dan menggunakan kemampuan penalarannya dalam menemukan konsep tersebut. Mengingat metode penemuan terbimbing lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa sekolah dasar, maka peneliti menyarankan agar metode penemuan
terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa sekolah dasar.
2. Untuk menerapkan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan yang matang, sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana, dan pemanfaatan waktu yang efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak relevan.
b. Bagi Peneliti Lain
1. Bahasan matematika yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya terdiri dari dua kompetensi dasar yaitu menghitung volume balok dan kubus serta menentukan jaring-jaring balok dan kubus. Masih terbuka peluang bagi peneliti lain untuk bereksperimen pada standar kompetensi yang lainnya. 2. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa SDN dalam gugus 1 di Kecamatan
Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu yang jumlah siswanya relatif sedikit. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut pada sekolah-sekolah lain yang jumlah siswanya lebih banyak dengan melakukan pembiasaan terlebih dahulu terhadap para siswa agar hasilnya lebih maksimal.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik saling berkorelasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman, dkk (2001) yang menyatakan pembelajaran melalui penemuan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran
matematik sekaligus. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang hal ini. Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengembangan kemampuan matematik lainnya sehingga diperoleh gambaran menyeluruh untuk semua kemampuan matematik yang dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk administrasi &
Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta. Pt Reneka Putra.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Asbullah. (2005). Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan di SMPN 29
Pekanbaru. Laporan Field Studi PPS UPI. Tidak diterbitkan.
Atencio, D. J. (2004). “Structured Autonomy or Guided Participation? Constructing Interest and Understanding in a Lab Activity”. Early Childhood Educational
Journal. 31, (4), 233-239.
Bahri, S. (2003). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Pemberian Bahan
Ajar pada Topik Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI. Bandung:
Tidak diterbitkan.
Bell, F. H. (1991). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). Iowa: Wm. C. Brown Company Publisher.
Bisri, A. M. (2008). Sekitar Pembelajaran Efektif. [Online]. Tersedia:
http://pendis.depag.go.id/madrasah/Insidex.php?i_367=at02100015. [26 Maret 2008]
Cai, J., Lane, S., dan Jakabcsin, M. S. (1996). “The Role of Open-Ended Tasks and Holistic Scoring Rubrics: Assessing Students’ Mathematical Reasoning and Communication”. Dalam Portia C. Elliott dan Margaret J. Kenney (Eds.), (h. 137-145). Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.
Carrol, W. M. (1999). “Using Short Questions to Develop and Assess Reasoning”. Dalam Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12. Virginia: NCTM.
Depdiknas. (2006). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Media Pustaka.
Guntur, M. (2004). Efektifitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dalam
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Ekologi siswa Kelas I SMU. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Haji, S. (2004). Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap hasil Belajar
Matematika Sekolah Dasar. Disertasi Doktor pada PPS UPI: Tidak
diterbitkan.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Helmaheri. (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan
Masalah Siswa SLTP Melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think-Talk-Write. Tesis PPS-UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Herman, T. (2004). Mengajar dan Belajar Matematika dengan Pemahaman, Jurnal
Mimbar Pendidikan No.1 Tahun XXIII. Bandung: University Press UPI.
Herman, T. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Desertasi PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Hudoyo, H. (1979). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di
Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.
Hudoyo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Hudoyo, H. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Ibrahim, M., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Kariadinata, R. (2001). Peningkatan Pemahaman dan Kemampuan Analogi
Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif. Tesis UPI Bandung. Tidak
Kardi, S., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA University Press.
Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lutfan. (2008). Teknik Penyajian Discovery [Online]. Tersedia di www.indoskripsi.com.
Ma, X. (1997). “Assessing the Relationship Between Attitude Toward Mathematics and Achievement in Mathematics: A Meta-Analisis”. Journal for Research in
Mathematics Education. 28, (1), 26-47.
Maesarah. (2007). Pembelajaran Penemuan Terbimbing dengan Menggunakan
Tugas Superitem untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis UPI Bandung. Tidak
diterbitkan.
Mandrin, P. A., dan Preckel, D. (2009). “Effect of Similarity-Based Guided Discovery Learning on Conceptual Performance”. Journal of School Science
and Mathematics. 109, (3), 133-145.
Martin, W. G., dan Kasmer, L. (2010). “Reasoning Senses Making”. Dalam Teaching
Children Mathematics, Vol. 16 Issue 5, (h.284-291). United States: NCTM.
Masingila, J. O., dan Wisniowska, E. P. (1996). “Developing and Assessing Mathematical Understanding in Calculus through Writing”. Dalam Portia C. Elliott dan Margaret J. Kenney (Eds.), (h.95-104). Communication in
Mathematics, K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.
Mayer, R. E. (2004). “Should There Be a Three-Strikes Rule Against Pure Discovery Learning? The Case for Guided Methods of Instruction”. Journal of American
Psychologist. 59, (1), 14-19.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relantionship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”. American Journal of Physics. 70, (7). NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.
Virginia: Reston.
Nirmala. (2009). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan
Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Nurhadi., dan Senduk. (2003). Kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.
Nur, M., dan Wikandari, P, R, (2000). Pengajaran Berpusat Kepada siswa dan
Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Olson, J. C. (2007). “Developing Students’ Mathematical Reasoning: through Games”. Teaching Children Mathematics. 13, (9), 464-471. United States: NCTM.
Padiya. (2008). Model-model Pembelajaran: Pembelajaran Penemuan Terbimbing [Online]. Tersedia di www.e-dukasi.net.
Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa Kelas
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung. Disertasi UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Ritter, S. (2006). “Math Council Seeks Balance Between Fluency and Conceptual Understanding”. Dalam Electronic Education Report. 13, (18), 1-8. Pittsburgh: Carnegie Learning Inc.
Ruseffendi, E. T. (1998). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
(Edisi Revisi). Bandung: Tarsito.
Shadiq, F. (2004). Empat Objek Langsung Matematika Menurut Gagne [Online]. Tersedia di www.fadjar3g.wordpress.com.
Shadiq, F. (2007). Penalaran atau Reasoning Mengapa Perlu Dipelajari oleh Para
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media.
Siregar, S. N. (2009). Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar.
Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Sudihartini, E. (2009). Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematis
Siswa Sekolah Atas Melalui Pembelajaran Menggunakan Teknik
Solo/Superitem.Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Sudjana, W. (1986). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.
Sudjana, N., dkk (1994). Model Pengajaran Berkadar CBSA dalam Bidang Studi IPA
di Sekolah Dasar. Bandung: Jurnal Penelitian Pendidikan Depdikbud.
Sudjana. N. (2002). Metode Statistika. Jakarta: Tarsito.
Sudjana, N., dkk (2004). Kumpulan Materi Pelatihan Metode Penelitian Tingkat
Nasional Bagi Peneliti Dan Calon Peneliti Pendidikan Di Pusat dan Daerah. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sudjana, N., dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suherman, E., dkk. (2001). Startegi Pembelajaran Matematika Komtemporer. JICA. UPI Bandung.
Sukirwan. (2008). Kegiatan Pembelajaran Eksploratif untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis
UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sukmadinata, N. S. (1998). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika dengan
Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar-Mengajar. Disertasi IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.
Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan
Penelitian IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.
Sumarmo, U. (1999). Implementasi Kurikulum Matematika 1993 pada Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah. Laporan Penelitian, IKIP Bandung.
Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika. Makalah
disampaikan pada pelatihan Nasional Training of Trainer bagi Guru Bahasa Indonesia dan Matematika SLTP. Bandung.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Suryadi, D., dan Herman, T. (2008). Eksplorasi Matematika. Pembelajaran
Pemecahan Masalah. Jakarta: Karya Duta Wahana.
Suryadi, D. (2005). Penggunan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung dan
Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SLTP.
Disertasi PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Suwangsih, E., dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.
Swaak, J., Jong, T., dan Joolingen, W. (2004). “The Effects of Discovery Learning and Expository Instruction on The Acquisition of Definitional and Intuitive Knowledge”. Journal of Computer Assisted Learning. 20, (4), 225-234.
Syaban, M. (2009). Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa. Bandung: UPI Press.
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. (2002). Kurikulum
Pembelajaran. Bandung: UPI Press.
Trisnadi. (2006). Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman dan Generalisasi Siswa Sekolah Menengah. Tesis
Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika
(Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.
Turmudi. (2008). Taktik dan Srategi Pembelajaran Matematika (Berparadigma
Eksploratif dan Investigatif). Bandung: PT. Leuser Cita Pustaka.
Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan
Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Wassahua. S. (2009). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open-Ended
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
White, P., dan Mitchelmore, M. (1996). “Conceptual Knowledge in Introductory Calculus”. Journal for Research in Mathematics Education. 27, (1), 79-95. Wragg, E. C. (1997). Keterampilan Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Grasindo.