• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas V SDN dalam Gugus 1 di Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas V SDN dalam Gugus 1 di Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hul"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 8

F. Hipotesis Penelitian ... 9

G. Metode Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika ... 11

B. Metode Penemuan Terbimbing ... 17

C. Pemahaman Konsep ... 22

D. Kemampuan Penalaran Matematik ... 26

E. Teori Belajar yang Berkaitan dengan Pembelajaran Metode Penemuan Terbimbing 29 F. Pembelajaran Konvensional ... 32

G. Sikap Siswa terhadap Matematika ... 34

H. Penelitian yang Relevan... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 40

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42

C. Waktu dan Tahap Penelitian ... 48

D. Instrumen Penelitian ... 50

E. Pengembangan Bahan Ajar ... 56

F. Teknik Pengumpulan Data... 57

G. Teknik Pengolahan Data ... 57

H. Teknik Analisis Data ... 60

I. Prosedur Penelitian ... 60

(2)

B. Hasil Penelitian ... 79 C. Temuan dan Pembahasan... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 129 B. Saran... ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 133 LAMPIRAN

A. Alat Pengumpul Data B. Data Penelitian C. Foto-foto Penelitian D. Surat-surat

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang

mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan

menciptakan teknologi pada masa mendatang diperlukan penguasaan matematika

yang kuat sejak dini. Sehingga mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan-kemampuan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pendidikan matematika secara nasional menggambarkan

pentingnya pelajaran matematika mulai dari sekolah dasar sampai sekolah

menengah sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2006 yaitu: (1). Memahami

konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan

masalah; (2). Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3).

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

(4). Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5). Memiliki sikap menghargai

(4)

dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu proses pembelajaran yang efektif

dan efisien. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar timbal balik yang berlangsung

secara edukatif. Interaksi atau hubungan timbal balik antar guru dan siswa

merupakan cara utama untuk kelangsungan proses pembelajaran. Perubahan

tingkah laku siswa dapat dilihat pada proses akhir pembelajaran yang mengarah

pada hasil belajar siswa dan tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses

pembelajaran (Sudjana, 2005).

Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan dasar bagi

penerapan konsep matematika pada jenjang selanjutnya. Oleh karena itu,

pembelajaran matematika di sekolah dasar perlu mendapat perhatian dan

penanganan yang serius. Hal ini penting sebab hasil-hasil penelitian masih

menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah dasar masih

belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran matematika pada pendidikan

formal di Indonesia dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap dan

pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran matematika. Beberapa

indikator seperti International Mathematical Olympiad (IMO) misalnya masih

menunjukkan hasil yang jauh dari menggembirakan (Siregar, 2009), kemudian

berdasarkan laporan Terends in International Mathematics and Science Study

(5)

38 negara dalam kontes matematika pada tingkat internasional. Hal ini dapat

dilihat juga dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang senantiasa masih

rendah dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang lain .

Data yang diperoleh dari UPTD Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Kecamatan Rokan IV Koto tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa hasil

belajar matematika rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Akhir Sekolah

Berstandar Nasional (UASBN) dimana rata-rata hasil belajar matematika untuk

SDN di Kecamatan Rokan IV Koto adalah 6,00, berada di urutan terakhir dari

ketiga mata pelajaran yang diujikan. Hal ini merupakan indikator yang

menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa masih rendah.

Agar hasil belajar siswa meningkat perlu adanya perbaikan dalam proses

pembelajaran. Menurut Ruseffendi (2006: 328), selama ini matematika yang

dipelajari siswa di sekolah diperoleh melalui pemberitahuan (dengan cara

ceramah/ekspositori), bacaan, meniru, melihat, mengamati dan sebagainya, bukan

diperoleh melalui penemuan. Hal ini menyebabkan terjadinya berbagai kesalahan

yang dilakukan siswa. Salah satu kesalahan siswa adalah siswa lupa (keliru)

menggunakan rumus yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah. Lebih

lanjut kesalahan disebabkan karena kecenderungan siswa yang hanya menghapal

rumus, bukan memahami bagaimana rumus itu terjadi, sehingga apa yang

dipelajarinya mudah terlupakan. Hal ini berarti bahwa belajar siswa tidak

bermakna, karena tidak didasarkan pada pembelajaran yang baik.

Herman (2004: 37) mengatakan, bahwa pemahaman dalam kegiatan

(6)

tidak akan pernah berhenti untuk dibicarakan. Hal ini karena memang matematika

adalah ilmu yang tersusun dari konsep-konsep yang abstrak, hierarkis dan saling

terkait. Jika siswa telah memahami konsep, maka untuk mempelajari konsep

selanjutnya siswa akan merasa lebih mudah. Namun jika siswa tidak memahami

satu konsep saja, maka akan menjadikan siswa kesulitan dalam memahami konsep

yang lain.

Lebih lanjut, Herman (2004: 39) menyatakan bahwa terdapat sejumlah

konsekuensi sebagai dampak dari proses mental yang terjadi apabila pembelajaran

difokuskan pada pemahaman dan pemaknaan. Konsekuensi tersebut adalah

menyokong daya ingat, mengurangi jumlah yang harus diingat, meningkatkan

transfer, mempengaruhi beliefs siswa terhadap matematika.

Selain pemahaman, kemampuan lain yang cukup penting agar siswa

merasa lebih mudah mempelajari matematika adalah penalaran. Penalaran

merupakan sebuah kemampuan yang meliputi: (1) kemampuan menemukan

penyelesaian masalah, (2) kemampuan menarik kesimpulan deduktif, dan (3)

kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan antara benda-benda dan ide-ide,

kemudian mempergunakan hubungan itu untuk memperoleh benda-benda atau

ide-ide lain. Penelitian yang dilakukan Wahyudin (1999) menunjukkan bahwa

kemampuan penalaran merupakan salah satu kelemahan siswa dalam

menyelesaikan persoalan atau soal-soal matematik.

Mengingat pentingnya pemahaman konsep dan kemampuan penalaran

bagi siswa dalam mempelajari matematika, maka guru harus menentukan metode

(7)

matematika dan mengembangkan kemampuan penalaran matematiknya.

Pembelajaran tersebut harus membudayakan siswa untuk membuat pengertian

melalui penemuan, siswa dapat belajar dengan pengertian agar konsep dan rumus

yang dipelajari dapat dimengerti oleh siswa dan dapat bertahan lama dalam

ingatannya. Salah satu metode yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan

metode penemuan (discovery learning).

Pembelajaran dengan metode penemuan merupakan salah satu cara untuk

menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan. Dalam proses ini siswa

berusaha sendiri menemukan konsep atau rumus dan semacamnya dengan

bimbingan guru. Karena siswa sendiri yang menemukan konsep, rumus dan

semacamnya tentu siswa akan lebih memahami, ingat lebih lama sehingga tidak

akan lupa (keliru) dalam menetapkan rumus yang akan digunakan dalam

menyelesaikan soal.

Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran

sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum

diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya

ditemukan sendiri. Pada metode penemuan, bentuk akhir dari yang akan

ditemukan itu tidak diketahuinya (Ruseffendi, 2006: 329).

Metode penemuan merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada

siswa, sehingga dalam pelaksanaannya tentu akan memerlukan waktu yang lebih

banyak dibandingkan metode ekspositori. Kemampuan siswa akan sangat

mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan. Untuk mengurangi masalah ini

(8)

melalui sedikit ekspositori dan dilakukan dalam bentuk kerja kelompok. Di

samping itu, proses penemuan tersebut juga dilakukan dengan diiringi

petunjuk-petunjuk atau bimbingan dari guru yang selanjutnya disebut metode penemuan

terbimbing.

Studi ini akan meneliti pembelajaran matematika dengan menggunakan

metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan

kemampuan penalaran matematik siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka secara umum dapat

dirumuskan pokok permasalahan penelitian sebagai berikut: Apakah pembelajaran

matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan

pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa sekolah dasar?

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing

dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran

matematik siswa sekolah dasar?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep antara siswa

yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa

(9)

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematik

antara siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode

penemuan terbimbing?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menelaah apakah pembelajaran matematika dengan metode penemuan

terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan

penalaran matematik siswa sekolah dasar.

2. Menelaah apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep

antara siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Menelaah apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran

matematik antara siswa yang belajar menggunakan metode penemuan

terbimbing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

4. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

metode penemuan terbimbing.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berkaitan dengan

(10)

terbimbing dalam mengembangkan pemahaman konsep dan kemampuan

penalaran matematik siswa sekolah dasar sehingga dapat dijadikan acuan bagi

guru dalam mengembangkan kemampuan lainnya yang erat kaitannya dengan

pembelajaran matematika. Memberikan gambaran tingkat pemahaman konsep dan

kemampuan penalaran matematik siswa.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan

definisi operasional sebagai berikut:

1. Metode penemuan terbimbing adalah metode yang mengatur pembelajaran

sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya

belum diketahui dengan bantuan dan bimbingan dari guru. Langkah-langkah

metode penemuan terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah

langkah-langkah dari Ibrahim dan Nur (2000: 13) yaitu: (1) orientasi siswa

pada masalah, (2) mengorganisasikan siswa dalam belajar, (3) membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok, (4) menyajikan/mempresentasikan

hasil kegiatan, (5) mengevaluasi kegiatan.

2. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami arti/konsep,

situasi serta fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan

menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

dengan tidak mengubah arti. Pemahaman konsep yang dimaksud penulis dalam

(11)

dipelajari, menerapkan konsep secara algoritma, merumuskan strategi

penyelesaian, melakukan perhitungan sederhana, mengubah suatu bentuk ke

bentuk lain yang berkaitan dengan bangun ruang, serta mengklasifikasikan

objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan membentuk konsep

tersebut.

3. Kemampuan penalaran matematik adalah kemampuan siswa dalam

mengemukakan argumen logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.

Kemampuan penalaran matematik yang dimaksud dalam penelitian ini

meliputi kemampuan memperkirakan jawaban dan proses solusi serta

kemampuan menyusun argumen yang valid.

4. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan

terbimbing adalah kecenderungan siswa untuk merespon positif atau negatif

terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka hipotesis

penelitiannya adalah:

1. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep antara siswa yang

belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematik antara

siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan

(12)

Untuk kepentingan penelitian ini, maka kedua hipotesis tersebut

selanjutnya diuji dan dianalisis menggunakan statistik. Berdasarkan perhitungan

statistik ini, selanjutnya dilakukan analisis dan pembahasan lebih lanjut, sehingga

diperoleh hasil penelitian yang lebih bermakna dan rinci.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain

kelompok kontrol pretes-postes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri atas dua kategori yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes

meliputi pretes dan postes untuk pemahaman konsep dan kemampuan penalaran

matematik, sedangkan instrumen non tes meliputi angket skala sikap, lembar

observasi, dan pedoman wawancara.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan

Hulu, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN dalam Gugus 1 di

Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu yang masing-masing

mewakili kualifikasi sekolah rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan kualifikasi

sekolah dilakukan berdasarkan nilai akreditasi sekolah dan nilai UASBN mata

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi

eksperimen dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini ada

dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen melakukan

pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dan kelompok

kontrol melakukan pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pretes

dan postes, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Sudjana dan Ibrahim

(2009: 44) menyatakan bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah suatu penelitian

yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam

kondisi yang tidak terkontrol secara ketat atau penuh, pengontrolan disesuaikan

dengan kondisi yang ada (situasional). Pada penelitian ini terdapat dua variabel

yaitu variabel bebas dan variabel tidak bebas. Variabel bebas yaitu pembelajaran

matematika dengan metode penemuan terbimbing, sedangkan variabel tidak

bebasnya yaitu pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang

sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan

terbimbing. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh

gambaran tentang pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik

siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes

kelompok kontrol tanpa acak (Sudjana dan Ibrahim, 2009) dengan rancangan

(14)

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

E O1 X O2

C O1 O2

Ket: O1 = Pretes dan O2 = Postes (tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik)

X = Pembelajaran matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Tanpa acak dipilih dua kelompok dari subjek penelitian yang tersedia, yaitu

dari masing-masing kualifikasi sekolah 2 kelas, selanjutnya subjek yang

terpilih masing-masing sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Memberikan pelatihan kepada guru tentang metode penemuan terbimbing,

dan membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang

bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru, dan

pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

Pelatihan dilaksanakan tanggal 17 sampai dengan 22 Maret 2010.

3. Setiap kelompok diberikan pretes kemudian menentukan nilai rerata dan

simpangan baku dari tiap-tiap kelompok untuk mengetahui kesamaan tingkat

penguasaan kedua kelompok terhadap pemahaman konsep dan penalaran

matematik.

4. Memberikan perlakuan kepada tiap-tiap kelompok, perlakuan yang diberikan

kepada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing sedangkan kepada kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan

[image:14.595.112.514.104.648.2]
(15)

5. Kemudian kepada setiap kelompok diberikan postes/tes akhir untuk

mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik.

6. Menggunakan uji t, untuk mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman

konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa antara yang

menggunakan pembelajaran matematika dengan metode penemuan

terbimbing dengan yang menggunakan pembelajaran matematika dengan

pendekatan konvensional.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang terletak di pulau

Sumatera. Provinsi Riau memiliki luas area sebesar 8.915.015,09 Hektar.

Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat

Malaka, terletak antara 01o05'00’’ Lintang Selatan sampai 02o25'00’’ Lintang

Utara atau antara 100o00'00’’ Bujur Timur sampai 105o05'00’’ Bujur Timur.

Provinsi Riau memiliki sumber daya alam yang melimpah, dalam bumi

terkandung minyak, nikel dan batu bara sedangkan di alam terbuka terdapat

kebun kelapa, kelapa sawit dan karet. Namun sumber daya alam yang tersedia

belum dapat dikelola dengan maksimal. Salah satu penyebab kurangnya sumber

daya manusia tersebut adalah kurangnya tenaga pengajar yang memiliki

kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya. Hal ini mendorong pemerintah

daerah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut dengan

(16)

berprestasi untuk me

dalam dan luar negeri

Secara geogra

dilaksanakan termasu

terdiri atas 16 Keca

Rokan IV Koto deng

sekitar ± 300 km dar

IV Koto ini dilakuk

Metode Penemuan T

Kemampuan Penalara

melanjutkan pendidikan ke berbagai perguruan

[image:16.595.116.513.178.604.2]

eri.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

grafis, Kabupaten Rokan Hulu tempat di man

suk ke dalam wilayah Provinsi Riau. Kabupat

camatan, salah satu Kecamatan tersebut ada

engan Ibu Kota Kecamatan berada di Rokan.

ari Pekanbaru, Ibu Kota Propinsi Riau. Di Ke

ukan penelitian tentang “Pembelajaran Mate

Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahama

aran Matematik Siswa Sekolah Dasar”.

uan tinggi terbaik

ana penelitian ini

paten Rokan Hulu

adalah Kecamatan

an. Rokan terletak

Kecamatan Rokan

atematika dengan

(17)

2. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri

(SDN) dalam gugus 1 di Kecamatan Rokan IV Koto. Dari sebanyak 28 sekolah,

terlebih dahulu digolongkan sekolah ke dalam tiga kategori, yaitu sekolah dengan

kualifikasi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan urutan hasil perolehan nilai

rata-rata matematika UASBN tahun 2009 dan nilai akreditasi dari masing-masing

sekolah. Dari setiap kualifikasi dipilih satu atau dua sekolah, yaitu: SDN C yang

mewakili sekolah kualifikasi rendah dengan nilai rata-rata 4,44 dan terakreditasi

C; SDN B dan SDN Bk yang mewakili sekolah kualifikasi sedang dengan nilai

rata-rata 5,17 dan 5,21 serta terakreditasi C untuk masing-masing sekolah; SDN A

dan SDN Ak yang mewakili sekolah kualifikasi tinggi dengan nilai rata-rata 6,97

dan 6,35 serta terakreditasi C dan B (UPTD Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Kecamatan Rokan IV Koto).

Dari kelima sekolah tersebut ditentukan kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah SDN C kelas V-B (sekolah

kualifikasi rendah), SDN B (sekolah kualifikasi sedang), dan SDN A (sekolah

kualifikasi tinggi). Sedangkan kelompok kontrol adalah SDN C kelas V-A

(sekolah kualifikasi rendah), SDN Bk (sekolah kualifikasi sedang), dan SDN Ak

(sekolah kualifikasi tinggi).

SDN C beralamat di desa Rokan Koto Ruang. Nomor Induk Statistik

sekolahnya 101140704009. Sekolah ini mempunyai rombongan belajar sebanyak

9 kelas, kelas 1, 2 dan 5 terdiri atas 2 rombongan belajar (A dan B), kelas 3, 4 dan

(18)

19 orang. Pada sekolah ini diambil dua kelas penelitian, yaitu kelas V-B sebagai

kelas eksperimen berjumlah 15 orang siswa (8 siswa laki-laki dan 7 siswa

perempuan) dan kelas V-A sebagai kelas kontrol berjumlah 16 orang siswa (7

siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan). Kedua kelas ini memiliki siswa dengan

karakteristik yang relatif sama, baik dari segi kemampuan (rendah), latar belakang

orang tua (petani, pedagang, Pegawai Negeri Sipil) maupun jenis kelamin (jumlah

siswa laki-laki dan perempuan). Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi

hari. Semua ruang kelas SD dalam kondisi baik. Sekolah ini dipimpin oleh Kepala

Sekolah bergelar sarjana pendidikan. Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh

guru yang semuanya berjumlah 16 orang guru kelas dan guru bidang studi (Pend.

Agama, Olah Raga, Bahasa Inggris). Pendidikan terakhir dari guru-guru belum

semuanya sarjana. Hanya 2 orang yang sudah menamatkan pendidikan sarjananya,

14 orang tamatan D2 PGSD. Untuk guru yang mengajar di kelas VA lulusan D2

PGSD dan kelas VB juga lulusan D2 PGSD.

SDN B beralamat di Jalan Ranah Piang Rokan. Nomor Induk Statistik

sekolahnya 101140602022. Sekolah ini mempunyai rombongan belajar sebanyak

6 kelas, dengan jumlah siswa setiap kelasnya rata-rata 10 orang. Pada sekolah ini

diambil satu kelas penelitian sebagai kelas eksperimen yaitu kelas V dengan

jumlah siswa sebanyak 9 orang (4 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan). Siswa

pada kelas ini memiliki kemampuan yang tergolong ke dalam kategori sedang dan

berasal dari keluarga petani, pedagang dan Pegawai Negeri Sipil. Proses belajar

mengajar dilaksanakan pada pagi hari. Semua ruang kelas dalam kondisi sedang.

(19)

Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh guru yang semuanya berjumlah 14

orang guru kelas dan guru bidang studi (Pend. Agama, Olah Raga, Bhs Inggris).

Pendidikan terakhir dari guru-guru belum semuanya sarjana. Hanya 3 orang yang

sudah menyelesaikan pendidikan sarjananya (kepala sekolah dan 2 orang Guru),

dan 8 orang tamatan D2 PGSD, 2 orang tamatan PGA, dan 1 orang tamatan SGO.

Guru yang mengajar di kelas V tamatan D2 PGSD.

SDN Bk beralamat di Jalan Ujung Batu-Rokan Dusun Pasir Rambah Desa

Rokan Timur Kecamatan Rokan IV Koto. Nomor induk sekolahnya

101140602012. Sekolah ini mempunyai rombongan belajar sebanyak 6 kelas,

kelas V yang dijadikan sebagai kelas kontrol terdiri dari satu rombongan belajar,

dengan jumlah siswa 5 orang (3 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan). Siswa

pada kelas ini memiliki kemampuan dengan kategori sedang dan memiliki latar

belakang orang tua sebagai petani, pedagang dan Pegawai Negeri Sipil. Proses

belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari. Semua ruang kelas dalam kondisi

baik. Sekolah ini dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah bergelar Magister

Pendidikan. Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh 12 orang guru kelas dan

guru bidang studi (Pend. Agama, Olah Raga, Bahasa Inggris). Pendidikan terakhir

dari guru-guru belum semuanya sarjana. Terdapat 1 orang tamatan S2 (Kepala

Sekolah), 2 orang guru tamatan S1, 5 orang tamatan D2 PGSD, dan 4 orang

tamatan SMA. Guru yang mengajar di kelas V hanya tamatan SMA.

SDN A beralamat di Jalan Sutan Panglimo Dalam Kelurahan Rokan.

Nomor Induk Statistik sekolah 101140602001. Sekolah ini mempunyai

(20)

belajar (A dan B), dan kelas 2, 4, 5 dan 6 yang masing-masing terdiri atas 1

rombongan belajar dengan jumlah siswa setiap kelasnya rata-rata 20 orang, untuk

kelas V yang dijadikan sebagai kelas eksperimen sebanyak 22 orang (12 siswa

laki-laki dan 10 siswa perempuan). Siswa pada kelas ini memiliki kemampuan

yang dikategorikan tinggi dengan latar belakang orangtua sebagai Pegawai Negeri

Sipil, pedagang dan petani. Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari.

Semua ruang kelas dalam kondisi baik. Sekolah ini dipimpin oleh seorang Kepala

Sekolah bergelar sarjana pendidikan. Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh

guru yang semuanya berjumlah 8 orang guru kelas, 8 orang guru bidang studi

(Pend. Agama, Olah Raga, Bhs Inggris). Pendidikan terakhir dari guru-guru

belum semuanya sarjana. Hanya 5 orang yang sudah menamatkan pendidikan

sarjananya (kepala sekolah dan 4 orang Guru), 12 orang tamatan D2 PGSD.

Untuk guru yang mengajar di kelas V, menyelesaikan studi pendidikan sarjananya

di Universitas Terbuka, lulus tahun 2007. Sekarang ia sedang melanjutkan studi

S2 jurusan Teknologi Pendidikan di Universitas Riau.

SDN Ak beralamat di Lubuk Bendahara Timur. Nomor Induk Statistik

sekolah 101140602004. Sekolah ini mempunyai rombongan belajar sebanyak 7

kelas dengan jumlah siswa setiap kelasnya rata-rata 24 orang, untuk kelas V yang

dijadikan sebagai kelas kontrol sebanyak 25 orang (14 siswa laki-laki dan 11

siswa perempuan). Siswa pada kelas ini memiliki kemampuan yang tergolong ke

dalam kategori tinggi dan berasal dari keluarga Pegawai Negeri Sipil, pedagang

dan petani. Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari. Semua ruang

(21)

bergelar sarjana pendidikan. Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh guru yang

semuanya berjumlah 11 orang. Pendidikan terakhir dari guru-guru belum

semuanya sarjana. Hanya 2 orang yang sudah menamatkan pendidikan sarjananya

(kepala sekolah dan 1 orang Guru), 7 orang tamatan D2 PGSD, 2 orang tamatan

SMA. Untuk guru yang mengajar di kelas V, menyelesaikan studi pendidikan

sarjananya di D2 PGSD.

C. Waktu dan Tahap Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian mulai dari perencanaan (pembuatan proposal) hingga

penyelesaian laporan penelitian (tesis) dilakukan mulai bulan Desember 2009

sampai dengan Juni 2010. Adapun pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas

eksperimen dengan metode penemuan terbimbing dan di kelas kontrol dengan

pembelajaran konvensional dilakukan mulai tanggal 24 Maret 2010 hingga

tanggal 21 April 2010.

b. Tahap Penelitian

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu: tahap persiapan

penelitian, tahap penelitian, dan tahap analisis data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap ini diawali dengan kegiatan studi kepustakaan mengenai

pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing, pemahaman

konsep, dan kemampuan penalaran matematik siswa. Kemudian dilanjutkan

(22)

dengan dosen pembimbing, mengujicoba instrumen penelitian, mengolah data

hasil ujicoba, membuat rencana pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan

menentukan sekolah tempat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini, kegiatan diawali dengan memberikan pretes pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa dalam pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik. Setelah

pretes dilakukan, dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran matematika

dengan metode penemuan terbimbing 6 kali pertemuan pada kelompok

eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelompok kontrol. Pada kelompok

eksperimen, selama pembelajaran berlangsung dilaksanakan observasi, bertindak

sebagai observer adalah peneliti.

Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai, dilakukan postes pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Postes bertujuan untuk mengetahui

besarnya peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik

siswa. Selain postes kepada siswa kelompok eksperimen diberikan angket skala

sikap serta dilakukan wawancara kepada guru dan siswa.

3. Tahap Analisis Data

Data-data yang diperoleh selama penelitian dianalisis hingga diperoleh

suatu kesimpulan. Teknik analisis data statistik yang digunakan yaitu statistik

deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menguji

(23)

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan empat macam

instrumen, yang terdiri dari: (a) soal tes pemahaman konsep dan kemampuan

penalaran matematik (b) lembar observasi siswa dan guru, (c) angket skala sikap,

dan (d) pedoman wawancara untuk mengetahui respon siswa dan guru terhadap

metode penemuan terbimbing. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa

tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap ujicoba

instrumen (untuk tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik).

Sebelum soal diujicobakan, peneliti mendiskusikan terlebih dahulu dengan

rekan-rekan S2 angkatan 2008, mahasiswa matematika S3 dan guru matematika kelas VI

SDN 6 Cibogo Bandung, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

Pada awalnya instrumen tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran

matematik diujicobakan secara terbatas kepada 5 orang siswa kelas 6 SD. Naskah

tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik yang diujicobakan

tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.2 Kemudian hasilnya dianalisis

menggunakan Anates Versi 4.0.5. Namun berdasarkan hasil analisis tersebut

masih terdapat 2 butir soal yang belum valid, yaitu butir soal nomor 1 dan 2. Hal

ini dikarenakan redaksi soal yang belum bisa dimengerti oleh siswa. Setelah itu

penulis kembali mendiskusikan hal tersebut dengan dosen pembimbing dan

sepakat untuk tetap menggunakan keseluruhan soal tes dengan mengubah redaksi

soal terlebih dahulu. Naskah tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran

matematik setelah direvisi dapat dilihat pada Lampiran 3.3 dan Lampiran 3.4.

(24)

matematik diujicobakan di luar kelas subjek penelitian. Kelas yang menjadi

tempat ujicoba instrumen yaitu kelas VI SDN 6 Cibogo Bandung, karena materi

tersebut belum diajarkan di kelas V.

Ujicoba instrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas

tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil

ujicoba instrumen kemudian dianalisis dengan menggunakan program Anates

Versi 4.0.5. Hasil ujicoba tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.5. Berdasarkan

hasil ujicoba di luar kelas penelitian tersebut telah diperoleh bahwa semua butir

soal adalah valid dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian. Setiap

instrumen penelitian ini selanjutnya dibahas sebagai berikut:

a. Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik

Tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik dalam

penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemahaman pada materi Bangun Ruang.

Tes yang digunakan berbentuk soal uraian sebanyak 10 soal dengan maksud untuk

melihat proses pengerjaan yang dilakukan siswa, agar dapat diketahui sejauh

mana siswa memahami materi pelajaran yang diberikan.

Kriteria pemberian skor untuk tes pemahaman konsep berpedoman pada

Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996:

141) yang kemudian diadaptasi. Kriteria skor untuk soal tes pemahaman konsep

(25)

Tabel 3.2

Kriteria Skor Pemahaman Konsep

Respon siswa Skor

Tidak ada jawaban/ salah menginterpretasikan. 0

Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah 1

Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti) penggunaan algoritma lengkap, namun mengandung perhitungan yang salah

2

Jawaban hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, namun mengandung sedikit kesalahan.

3

Jawaban lengkap ( hampir semua petunjuk soal diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan dengan benar

4

Diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996: 141)

Pedoman penskoran untuk mengukur kemampuan penalaran matematika

[image:25.595.117.512.153.672.2]

diadaptasi dari Carroll (1999) yang disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik

Skor Indikator

0 • Tidak ada jawaban, atau

• Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan, atau • Tidak ada jawaban yang benar

1 • Hanya sebagian penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan

Mengikuti argumen-argumen logis dalam menyelesaikan soal Menarik kesimpulan logis dengan benar

2 • Hampir semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan

• Mengikuti argumen-argumen logis dalam menyelesaikan soal • Menarik kesimpulan logis dengan benar

3 • Semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan • Mengikuti argumen-argumen logis dalam menyelesaikan soal • Menarik kesimpulan logis dengan lengkap (jelas) dan benar

1. Validitas butir soal

Pengujian validitas bertujuan untuk melihat tingkat keandalan atau

(26)

instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur .

Pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan

antara skor butir soal dengan skor total dengan menggunakan rumus Pearson

Product Moment.

Dengan bantuan program ANATES Versi 4.0.5. dapat diperoleh secara

langsung koefisien korelasi setiap butir soal. Setelah diketahui koefisien korelasi

(rXY), maka langkah selanjutnya adalah mengonsultasikannya dengan nilai r

product moment table pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan

n – 2 . Menurut Muhidin dan Abdurahman (Siregar, 2009), setiap butir soal

dikatakan valid jika nilai rXY lebih besar daripada nilai rtabel. Hasil analisis

validitas tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik disajikan

[image:26.595.116.510.245.659.2]

pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Analisis Validitas Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik

Nomor Soal rXY rtabel Keterangan

1 0,502 0,330 Valid

2 0,492 0,330 Valid

3 0,453 0,330 Valid

4 0,433 0,330 Valid

5 0,534 0,330 Valid

6 0,623 0,330 Valid

7 0,796 0,330 Valid

8 0,589 0,330 Valid

9 0,875 0,330 Valid

10 0,886 0,330 Valid

Dari Tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa walaupun koefisien korelasi (rXY)

(27)

demikian, semua butir soal dalam tes pemahaman konsep dan penalaran

matematik adalah valid.

2. Reliabilitas butir soal

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketetapan instrumen atau

ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Suatu alat evaluasi

(instrumen) dikatakan baik bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah

suatu tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai

koefisien reliabilitasnya.

Berdasarkan hasil ujicoba reliabilitas butir soal secara keseluruhan diperoleh

koefisien reliabilitas tes sebesar 0,91 yang berarti bahwa tes pemahaman konsep

dan kemampuan penalaran matematik mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi.

3. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

suatu alat evaluasi (tes) dapat membedakan antara siswa yang berada pada

kelompok atas (kemampuan tinggi) dan siswa yang berada pada kelompok bawah

(kemampuan rendah).

Daya pembeda untuk tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran

(28)
[image:28.595.114.513.167.627.2]

Tabel 3.5

Analisis Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik

Nomor Soal

Daya Pembeda (%)

Interpretasi Daya Pembeda

1 70,00 Sangat Baik

2 50,00 Sangat Baik

3 56,67 Sangat Baik

4 26,67 Cukup

5 70,00 Sangat Baik

6 75,00 Sangat Baik

7 86,67 Sangat Baik

8 50,00 Sangat Baik

9 80,00 Sangat Baik

10 81,43 Sangat Baik

Dari Tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh soal yang terdapat

pada tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik hanya satu

soal yang mempunyai daya pembeda cukup sedangkan yang lainnya mempunyai

daya pembeda yang sangat baik.

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal diperoleh dengan menghitung persentase siswa

dalam menjawab butir soal dengan benar. Semakin kecil persentase menunjukkan

bahwa butir soal semakin sukar dan semakin besar persentase menunjukkan

bahwa butir soal semakin mudah.

Tingkat kesukaran untuk tes kemampuan pemahaman konsep dan

(29)
[image:29.595.112.513.162.638.2]

Tabel 3.6

Analisis Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik

Nomor Soal

Tingkat Kesukaran (%)

Interpretasi Tingkat Kesukaran

1 38,33 Sedang

2 25,00 Sukar

3 35,00 Sedang

4 20,00 Sukar

5 55,00 Sedang

6 62,50 Sedang

7 46,67 Sedang

8 25,00 Sukar

9 40,00 Sedang

10 40,71 Sedang

Dari Tabel 3.6 dapat disimpulkan bahwa dari sebanyak sepuluh soal tes

pemahaman konsep dan penalaran matematik terdapat tiga soal dengan kategori

soal sukar sedangkan selebihnya merupakan soal dengan kategori soal sedang.

Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran maka tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik

yang telah diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini.

Hasil analisis uji instrumen yang diperoleh dari program ANATES Versi 4.0.5

serta klasifikasi interpretasi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.5.

E. Pengembangan Bahan Ajar

Pembelajaran ditunjang dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk

Lembar Kegiatan Siswa (LKS), yang berisikan tugas-tugas yang harus

diselesaikan oleh siswa. Tugas berbentuk uraian dan berupa soal yang disusun

(30)

kemampuan penalaran matematik yang ditentukan dalam penelitian ini. Selain itu,

tugas disusun agar siswa dapat mengerjakan secara bersama-sama dalam

kelompok.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes, lembar observasi,

angket skala sikap, dan wawancara. Data yang berkaitan dengan pemahaman

konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa dikumpulkan melalui tes

(pretes dan postes). Sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam

belajar matematika sebagai akibat pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing, dikumpulkan melalui angket skala sikap, lembar observasi dan

wawancara.

G. Teknik Pengolahan Data

a. Data Hasil Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik

Data yang diperoleh dari hasil tes selanjutnya diolah melalui tahap sebagai

berikut.

1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem

penskoran yang digunakan.

2. Membuat tabel skor tes hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

3. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

(31)

g = e Maks e Post S S S S Pr Pr − −

(Hake dalam Meltzer, 2002)

Keterangan:

SPost = Skor Postes

SPre = Skor pretes

SMaks = Skor maksimum

Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

[image:31.595.114.515.239.636.2]

klasifikasi dari Hake dalam Meltzer yaitu:

Tabel 3.7

Klasifikasi N-Gain (g)

Basarnya g Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah Sumber: Hake dalam Meltzer (2002)

Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan

normalitas data dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS versi

17.0

4. Menguji normalitas data skor tes pemahaman konsep dan kemampuan

penalaran matematik menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov Z

5. Menguji homogenitas varians tes pemahaman konsep dan kemampuan

penalaran menggunakan uji Levene.

6. Jika sebaran data normal dan homogen, kemudian dilakukan uji signifikansi

dengan uji t menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Samples

(32)

b. Data Hasil Observasi

Data hasil observasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Mengenai yang dilaporkan dalam lembar observasi

adalah sesuatu yang ada dalam keadaan wajar (Ruseffendi, 2005). Namun

demikian tetap ada kelemahannya, yaitu subjektivitas observer, misalnya:

observer dapat bertindak kurang objektif, kurang cekatan, lupa, tidak terawasi,

dan lain-lain.

Tujuan dari lembar observasi tersebut adalah untuk membuat refleksi

terhadap proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih

baik dari pada tindakan pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan skenario

yang telah dibuat. Lebih jauh lagi, lembar observasi ini digunakan juga untuk

mengejar lebih jauh tentang temuan yang diperoleh secara kuantitatif dan

kualitatif.

Dalam penelitian ini dilakukan observasi setiap tindakan, yang dicatat

yaitu aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen. Lembar observasi ini hanya

digunakan pada kelas eksperimen, karena indikator-indikator pengamatan yang

dikembangkan dibuat hanya untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran melalui

(33)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data statistik yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan

statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis.

Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0: µ1 = µ2

H1: µ1≠µ2

Uji hipotesis menggunakan uji t dengan menggunakan uji statistikCompare

Mean Independent Samples Test, setelah sebelumnya dilakukan uji Normalitas

dan uji Homogenitas Varians dengan SPSS versi 17.0.

I. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini

dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, disajikan pada Bagan 3.2

(34)

Pelaksanaan Pembelajaran Biasa (Konvensional)

Postes

Kesimpulan Studi Kepustakaan

Rancangan Pembelajaran Biasa (Konvensional)

Penyusunan Rancangan Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing

Analisis Data Observasi, angket

skala sikap dan wawancara

Pengumpulan Data

Penyusunan, ujicoba, revisi, dan pengesahan instrumen

Penentuan subjek penelitian

Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik

siswa sekolah dasar.

2. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep antara siswa yang belajar

menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas penemuan terbimbing

mengalami peningkatan pemahaman konsep yang lebih tinggi daripada siswa

pada kelas konvensional.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematik antara

siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa

yang memperoleh pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas penemuan

terbimbing mengalami peningkatan kemampuan penalaran matematik yang

lebih tinggi daripada siswa pada kelas konvensional.

4. Sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran

matematika dengan metode penemuan terbimbing. Hal ini terlihat dengan

adanya peningkatan aktivitas siswa yang semakin lama semakin baik selama

(36)

konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa yang menuju pada

peningkatan hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, dapat dikemukakan saran-saran

sebagai berikut:

Bagi Guru:

1. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di

sekolah-sekolah pada umumnya masih konvensional. Matematika yang

dipelajari siswa di sekolah diperoleh melalui pemberitahuan (dengan cara

ceramah/ekspositori), bacaan, meniru, melihat, mengamati dan sebagainya,

bukan diperoleh melalui penemuan. Hal ini menyebabkan kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep matematika. Siswa cenderung hanya

menghapal konsep, bukan memahami bagaimana konsep itu terjadi, sehingga

apa yang dipelajarinya mudah terlupakan. Bruner (dalam Ruseffendi, 2005)

menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar, salah satunya

melalui metode penemuan. Dengan metode penemuan siswa dapat

menemukan konsep-konsep melalui proses mentalnya sendiri sehingga konsep

tersebut bertahan lama dan mudah diingat, selain itu siswa juga lebih aktif

berpikir dan menggunakan kemampuan penalarannya dalam menemukan

konsep tersebut. Mengingat metode penemuan terbimbing lebih baik dalam

meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik

(37)

terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang

dapat diterapkan dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan

penalaran matematik siswa sekolah dasar.

2. Untuk menerapkan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing,

sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan yang matang,

sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana,

dan pemanfaatan waktu yang efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang

oleh hal-hal yang tidak relevan.

b. Bagi Peneliti Lain

1. Bahasan matematika yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya terdiri

dari dua kompetensi dasar yaitu menghitung volume balok dan kubus serta

menentukan jaring-jaring balok dan kubus. Masih terbuka peluang bagi

peneliti lain untuk bereksperimen pada standar kompetensi yang lainnya.

2. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa SDN dalam gugus 1 di Kecamatan

Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu yang jumlah siswanya relatif sedikit.

Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut pada sekolah-sekolah lain yang

jumlah siswanya lebih banyak dengan melakukan pembiasaan terlebih dahulu

terhadap para siswa agar hasilnya lebih maksimal.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep dan kemampuan

penalaran matematik saling berkorelasi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Suherman, dkk (2001) yang menyatakan pembelajaran melalui penemuan

(38)

matematik sekaligus. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang hal

ini. Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

pengembangan kemampuan matematik lainnya sehingga diperoleh gambaran

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk administrasi &

Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta. Pt Reneka Putra.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Asbullah. (2005). Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan di SMPN 29

Pekanbaru. Laporan Field Studi PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Atencio, D. J. (2004). “Structured Autonomy or Guided Participation? Constructing Interest and Understanding in a Lab Activity”. Early Childhood Educational

Journal. 31, (4), 233-239.

Bahri, S. (2003). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Pemberian Bahan

Ajar pada Topik Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI. Bandung:

Tidak diterbitkan.

Bell, F. H. (1991). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). Iowa: Wm. C. Brown Company Publisher.

Bisri, A. M. (2008). Sekitar Pembelajaran Efektif. [Online]. Tersedia:

http://pendis.depag.go.id/madrasah/Insidex.php?i_367=at02100015. [26 Maret 2008]

Cai, J., Lane, S., dan Jakabcsin, M. S. (1996). “The Role of Open-Ended Tasks and Holistic Scoring Rubrics: Assessing Students’ Mathematical Reasoning and Communication”. Dalam Portia C. Elliott dan Margaret J. Kenney (Eds.), (h. 137-145). Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.

Carrol, W. M. (1999). “Using Short Questions to Develop and Assess Reasoning”. Dalam Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12. Virginia: NCTM.

(40)

Depdiknas. (2006). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah Dasar/

Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Media Pustaka.

Guntur, M. (2004). Efektifitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dalam

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Ekologi siswa Kelas I SMU. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Haji, S. (2004). Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap hasil Belajar

Matematika Sekolah Dasar. Disertasi Doktor pada PPS UPI: Tidak

diterbitkan.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Helmaheri. (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan

Masalah Siswa SLTP Melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think-Talk-Write. Tesis PPS-UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Herman, T. (2004). Mengajar dan Belajar Matematika dengan Pemahaman, Jurnal

Mimbar Pendidikan No.1 Tahun XXIII. Bandung: University Press UPI.

Herman, T. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Desertasi PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hudoyo, H. (1979). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di

Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.

Hudoyo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi P2LPTK.

Hudoyo, H. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud.

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Ibrahim, M., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Kariadinata, R. (2001). Peningkatan Pemahaman dan Kemampuan Analogi

Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif. Tesis UPI Bandung. Tidak

(41)

Kardi, S., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA University Press.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Lutfan. (2008). Teknik Penyajian Discovery [Online]. Tersedia di www.indoskripsi.com.

Ma, X. (1997). “Assessing the Relationship Between Attitude Toward Mathematics and Achievement in Mathematics: A Meta-Analisis”. Journal for Research in

Mathematics Education. 28, (1), 26-47.

Maesarah. (2007). Pembelajaran Penemuan Terbimbing dengan Menggunakan

Tugas Superitem untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis UPI Bandung. Tidak

diterbitkan.

Mandrin, P. A., dan Preckel, D. (2009). “Effect of Similarity-Based Guided Discovery Learning on Conceptual Performance”. Journal of School Science

and Mathematics. 109, (3), 133-145.

Martin, W. G., dan Kasmer, L. (2010). “Reasoning Senses Making”. Dalam Teaching

Children Mathematics, Vol. 16 Issue 5, (h.284-291). United States: NCTM.

Masingila, J. O., dan Wisniowska, E. P. (1996). “Developing and Assessing Mathematical Understanding in Calculus through Writing”. Dalam Portia C. Elliott dan Margaret J. Kenney (Eds.), (h.95-104). Communication in

Mathematics, K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.

Mayer, R. E. (2004). “Should There Be a Three-Strikes Rule Against Pure Discovery Learning? The Case for Guided Methods of Instruction”. Journal of American

Psychologist. 59, (1), 14-19.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relantionship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”. American Journal of Physics. 70, (7).

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Virginia: Reston.

(42)

Nirmala. (2009). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan

Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Nurhadi., dan Senduk. (2003). Kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Nur, M., dan Wikandari, P, R, (2000). Pengajaran Berpusat Kepada siswa dan

Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

Olson, J. C. (2007). “Developing Students’ Mathematical Reasoning: through Games”. Teaching Children Mathematics. 13, (9), 464-471. United States: NCTM.

Padiya. (2008). Model-model Pembelajaran: Pembelajaran Penemuan Terbimbing [Online]. Tersedia di www.e-dukasi.net.

Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa Kelas

3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung. Disertasi UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Ritter, S. (2006). “Math Council Seeks Balance Between Fluency and Conceptual Understanding”. Dalam Electronic Education Report. 13, (18), 1-8. Pittsburgh: Carnegie Learning Inc.

Ruseffendi, E. T. (1998). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.

(Edisi Revisi). Bandung: Tarsito.

Shadiq, F. (2004). Empat Objek Langsung Matematika Menurut Gagne [Online]. Tersedia di www.fadjar3g.wordpress.com.

Shadiq, F. (2007). Penalaran atau Reasoning Mengapa Perlu Dipelajari oleh Para

(43)

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media.

Siregar, S. N. (2009). Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan

Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar.

Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sudihartini, E. (2009). Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematis

Siswa Sekolah Atas Melalui Pembelajaran Menggunakan Teknik

Solo/Superitem.Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sudjana, W. (1986). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.

Sudjana, N., dkk (1994). Model Pengajaran Berkadar CBSA dalam Bidang Studi IPA

di Sekolah Dasar. Bandung: Jurnal Penelitian Pendidikan Depdikbud.

Sudjana. N. (2002). Metode Statistika. Jakarta: Tarsito.

Sudjana, N., dkk (2004). Kumpulan Materi Pelatihan Metode Penelitian Tingkat

Nasional Bagi Peneliti Dan Calon Peneliti Pendidikan Di Pusat dan Daerah. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sudjana, N., dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suherman, E., dkk. (2001). Startegi Pembelajaran Matematika Komtemporer. JICA. UPI Bandung.

Sukirwan. (2008). Kegiatan Pembelajaran Eksploratif untuk Meningkatkan

Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(44)

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika dengan

Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar-Mengajar. Disertasi IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan

Penelitian IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (1999). Implementasi Kurikulum Matematika 1993 pada Sekolah Dasar

dan Sekolah Menengah. Laporan Penelitian, IKIP Bandung.

Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika. Makalah

disampaikan pada pelatihan Nasional Training of Trainer bagi Guru Bahasa Indonesia dan Matematika SLTP. Bandung.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius.

Suryadi, D., dan Herman, T. (2008). Eksplorasi Matematika. Pembelajaran

Pemecahan Masalah. Jakarta: Karya Duta Wahana.

Suryadi, D. (2005). Penggunan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung dan

Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SLTP.

Disertasi PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Suwangsih, E., dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.

Swaak, J., Jong, T., dan Joolingen, W. (2004). “The Effects of Discovery Learning and Expository Instruction on The Acquisition of Definitional and Intuitive Knowledge”. Journal of Computer Assisted Learning. 20, (4), 225-234.

Syaban, M. (2009). Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa. Bandung: UPI Press.

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. (2002). Kurikulum

Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

Trisnadi. (2006). Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman dan Generalisasi Siswa Sekolah Menengah. Tesis

(45)

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika

(Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.

Turmudi. (2008). Taktik dan Srategi Pembelajaran Matematika (Berparadigma

Eksploratif dan Investigatif). Bandung: PT. Leuser Cita Pustaka.

Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan

Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Wassahua. S. (2009). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open-Ended

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

White, P., dan Mitchelmore, M. (1996). “Conceptual Knowledge in Introductory Calculus”. Journal for Research in Mathematics Education. 27, (1), 79-95.

Gambar

Tabel 3.1.  Desain Penelitian
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik
Tabel 3.4 Analisis Validitas Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi informasi memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang tugas pokok dan fungsi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, khususnya dalam melaksanakan tugas

Aplikasi yang dibuat ini adalah sebuah aplikasi untuk memantau dan mengontrol data barang yang dijual sehinnga lebih mudah dan cepat dilakukan serta dapat mengetahui rugi

d) Penyusunan Pola Karir akan dilaksanakan mulai Januari s.d. e) Terlaksananya penyertaan Pegawai Negeri Sipil KESDM dalam diklat teknis dan fungsional serta

description to the messages written in the novel ‘The Scarlet letter’ by its author. Nathaniel Hawthorne to

3.7 Pengujian Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Ranting (ramulus) Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) (EERPT) dengan Metode Plantar tes Infra red (IR) 96 nm .... 4.2

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

Dalam Permendknas no. 13 tahun 2007 tentang Kompetens Kepala sekolah/ madrasah bahwa setap kepala sekola/ madrasah harus memenuh lma aspek kompetens yatu keprbadan,

Dengan penyedia layanannya atau yang disebut Intenet Service Provider dapat memenuhi kebutuhan setiap orang yang memerlukan suatu informasi kapan dan dimanapun dengan fasilitas