ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional ... 8
F. Hipotesis Penelitian ... 9
G. Metode Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika ... 11
B. Metode Penemuan Terbimbing ... 17
C. Pemahaman Konsep ... 22
D. Kemampuan Penalaran Matematik ... 26
E. Teori Belajar yang Berkaitan dengan Pembelajaran Metode Penemuan Terbimbing 29 F. Pembelajaran Konvensional ... 32
G. Sikap Siswa terhadap Matematika ... 34
H. Penelitian yang Relevan... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 40
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42
C. Waktu dan Tahap Penelitian ... 48
D. Instrumen Penelitian ... 50
E. Pengembangan Bahan Ajar ... 56
F. Teknik Pengumpulan Data... 57
G. Teknik Pengolahan Data ... 57
H. Teknik Analisis Data ... 60
I. Prosedur Penelitian ... 60
B. Hasil Penelitian ... 79 C. Temuan dan Pembahasan... 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 129 B. Saran... ... 130
DAFTAR PUSTAKA ... 133 LAMPIRAN
A. Alat Pengumpul Data B. Data Penelitian C. Foto-foto Penelitian D. Surat-surat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan
menciptakan teknologi pada masa mendatang diperlukan penguasaan matematika
yang kuat sejak dini. Sehingga mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan-kemampuan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pendidikan matematika secara nasional menggambarkan
pentingnya pelajaran matematika mulai dari sekolah dasar sampai sekolah
menengah sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2006 yaitu: (1). Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan
masalah; (2). Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3).
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
(4). Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5). Memiliki sikap menghargai
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu proses pembelajaran yang efektif
dan efisien. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar timbal balik yang berlangsung
secara edukatif. Interaksi atau hubungan timbal balik antar guru dan siswa
merupakan cara utama untuk kelangsungan proses pembelajaran. Perubahan
tingkah laku siswa dapat dilihat pada proses akhir pembelajaran yang mengarah
pada hasil belajar siswa dan tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses
pembelajaran (Sudjana, 2005).
Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan dasar bagi
penerapan konsep matematika pada jenjang selanjutnya. Oleh karena itu,
pembelajaran matematika di sekolah dasar perlu mendapat perhatian dan
penanganan yang serius. Hal ini penting sebab hasil-hasil penelitian masih
menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah dasar masih
belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran matematika pada pendidikan
formal di Indonesia dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap dan
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran matematika. Beberapa
indikator seperti International Mathematical Olympiad (IMO) misalnya masih
menunjukkan hasil yang jauh dari menggembirakan (Siregar, 2009), kemudian
berdasarkan laporan Terends in International Mathematics and Science Study
38 negara dalam kontes matematika pada tingkat internasional. Hal ini dapat
dilihat juga dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang senantiasa masih
rendah dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang lain .
Data yang diperoleh dari UPTD Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kecamatan Rokan IV Koto tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa hasil
belajar matematika rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional (UASBN) dimana rata-rata hasil belajar matematika untuk
SDN di Kecamatan Rokan IV Koto adalah 6,00, berada di urutan terakhir dari
ketiga mata pelajaran yang diujikan. Hal ini merupakan indikator yang
menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa masih rendah.
Agar hasil belajar siswa meningkat perlu adanya perbaikan dalam proses
pembelajaran. Menurut Ruseffendi (2006: 328), selama ini matematika yang
dipelajari siswa di sekolah diperoleh melalui pemberitahuan (dengan cara
ceramah/ekspositori), bacaan, meniru, melihat, mengamati dan sebagainya, bukan
diperoleh melalui penemuan. Hal ini menyebabkan terjadinya berbagai kesalahan
yang dilakukan siswa. Salah satu kesalahan siswa adalah siswa lupa (keliru)
menggunakan rumus yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah. Lebih
lanjut kesalahan disebabkan karena kecenderungan siswa yang hanya menghapal
rumus, bukan memahami bagaimana rumus itu terjadi, sehingga apa yang
dipelajarinya mudah terlupakan. Hal ini berarti bahwa belajar siswa tidak
bermakna, karena tidak didasarkan pada pembelajaran yang baik.
Herman (2004: 37) mengatakan, bahwa pemahaman dalam kegiatan
tidak akan pernah berhenti untuk dibicarakan. Hal ini karena memang matematika
adalah ilmu yang tersusun dari konsep-konsep yang abstrak, hierarkis dan saling
terkait. Jika siswa telah memahami konsep, maka untuk mempelajari konsep
selanjutnya siswa akan merasa lebih mudah. Namun jika siswa tidak memahami
satu konsep saja, maka akan menjadikan siswa kesulitan dalam memahami konsep
yang lain.
Lebih lanjut, Herman (2004: 39) menyatakan bahwa terdapat sejumlah
konsekuensi sebagai dampak dari proses mental yang terjadi apabila pembelajaran
difokuskan pada pemahaman dan pemaknaan. Konsekuensi tersebut adalah
menyokong daya ingat, mengurangi jumlah yang harus diingat, meningkatkan
transfer, mempengaruhi beliefs siswa terhadap matematika.
Selain pemahaman, kemampuan lain yang cukup penting agar siswa
merasa lebih mudah mempelajari matematika adalah penalaran. Penalaran
merupakan sebuah kemampuan yang meliputi: (1) kemampuan menemukan
penyelesaian masalah, (2) kemampuan menarik kesimpulan deduktif, dan (3)
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan antara benda-benda dan ide-ide,
kemudian mempergunakan hubungan itu untuk memperoleh benda-benda atau
ide-ide lain. Penelitian yang dilakukan Wahyudin (1999) menunjukkan bahwa
kemampuan penalaran merupakan salah satu kelemahan siswa dalam
menyelesaikan persoalan atau soal-soal matematik.
Mengingat pentingnya pemahaman konsep dan kemampuan penalaran
bagi siswa dalam mempelajari matematika, maka guru harus menentukan metode
matematika dan mengembangkan kemampuan penalaran matematiknya.
Pembelajaran tersebut harus membudayakan siswa untuk membuat pengertian
melalui penemuan, siswa dapat belajar dengan pengertian agar konsep dan rumus
yang dipelajari dapat dimengerti oleh siswa dan dapat bertahan lama dalam
ingatannya. Salah satu metode yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan
metode penemuan (discovery learning).
Pembelajaran dengan metode penemuan merupakan salah satu cara untuk
menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan. Dalam proses ini siswa
berusaha sendiri menemukan konsep atau rumus dan semacamnya dengan
bimbingan guru. Karena siswa sendiri yang menemukan konsep, rumus dan
semacamnya tentu siswa akan lebih memahami, ingat lebih lama sehingga tidak
akan lupa (keliru) dalam menetapkan rumus yang akan digunakan dalam
menyelesaikan soal.
Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Pada metode penemuan, bentuk akhir dari yang akan
ditemukan itu tidak diketahuinya (Ruseffendi, 2006: 329).
Metode penemuan merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada
siswa, sehingga dalam pelaksanaannya tentu akan memerlukan waktu yang lebih
banyak dibandingkan metode ekspositori. Kemampuan siswa akan sangat
mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan. Untuk mengurangi masalah ini
melalui sedikit ekspositori dan dilakukan dalam bentuk kerja kelompok. Di
samping itu, proses penemuan tersebut juga dilakukan dengan diiringi
petunjuk-petunjuk atau bimbingan dari guru yang selanjutnya disebut metode penemuan
terbimbing.
Studi ini akan meneliti pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
kemampuan penalaran matematik siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka secara umum dapat
dirumuskan pokok permasalahan penelitian sebagai berikut: Apakah pembelajaran
matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa sekolah dasar?
Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing
dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran
matematik siswa sekolah dasar?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep antara siswa
yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematik
antara siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?
4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode
penemuan terbimbing?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menelaah apakah pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan
penalaran matematik siswa sekolah dasar.
2. Menelaah apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep
antara siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
3. Menelaah apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran
matematik antara siswa yang belajar menggunakan metode penemuan
terbimbing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
4. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
metode penemuan terbimbing.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berkaitan dengan
terbimbing dalam mengembangkan pemahaman konsep dan kemampuan
penalaran matematik siswa sekolah dasar sehingga dapat dijadikan acuan bagi
guru dalam mengembangkan kemampuan lainnya yang erat kaitannya dengan
pembelajaran matematika. Memberikan gambaran tingkat pemahaman konsep dan
kemampuan penalaran matematik siswa.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan
definisi operasional sebagai berikut:
1. Metode penemuan terbimbing adalah metode yang mengatur pembelajaran
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahui dengan bantuan dan bimbingan dari guru. Langkah-langkah
metode penemuan terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah
langkah-langkah dari Ibrahim dan Nur (2000: 13) yaitu: (1) orientasi siswa
pada masalah, (2) mengorganisasikan siswa dalam belajar, (3) membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, (4) menyajikan/mempresentasikan
hasil kegiatan, (5) mengevaluasi kegiatan.
2. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami arti/konsep,
situasi serta fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan
menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
dengan tidak mengubah arti. Pemahaman konsep yang dimaksud penulis dalam
dipelajari, menerapkan konsep secara algoritma, merumuskan strategi
penyelesaian, melakukan perhitungan sederhana, mengubah suatu bentuk ke
bentuk lain yang berkaitan dengan bangun ruang, serta mengklasifikasikan
objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan membentuk konsep
tersebut.
3. Kemampuan penalaran matematik adalah kemampuan siswa dalam
mengemukakan argumen logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.
Kemampuan penalaran matematik yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi kemampuan memperkirakan jawaban dan proses solusi serta
kemampuan menyusun argumen yang valid.
4. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing adalah kecenderungan siswa untuk merespon positif atau negatif
terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka hipotesis
penelitiannya adalah:
1. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep antara siswa yang
belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematik antara
siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan
Untuk kepentingan penelitian ini, maka kedua hipotesis tersebut
selanjutnya diuji dan dianalisis menggunakan statistik. Berdasarkan perhitungan
statistik ini, selanjutnya dilakukan analisis dan pembahasan lebih lanjut, sehingga
diperoleh hasil penelitian yang lebih bermakna dan rinci.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain
kelompok kontrol pretes-postes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri atas dua kategori yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes
meliputi pretes dan postes untuk pemahaman konsep dan kemampuan penalaran
matematik, sedangkan instrumen non tes meliputi angket skala sikap, lembar
observasi, dan pedoman wawancara.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan
Hulu, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN dalam Gugus 1 di
Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu yang masing-masing
mewakili kualifikasi sekolah rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan kualifikasi
sekolah dilakukan berdasarkan nilai akreditasi sekolah dan nilai UASBN mata
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi
eksperimen dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini ada
dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen melakukan
pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dan kelompok
kontrol melakukan pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pretes
dan postes, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Sudjana dan Ibrahim
(2009: 44) menyatakan bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah suatu penelitian
yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam
kondisi yang tidak terkontrol secara ketat atau penuh, pengontrolan disesuaikan
dengan kondisi yang ada (situasional). Pada penelitian ini terdapat dua variabel
yaitu variabel bebas dan variabel tidak bebas. Variabel bebas yaitu pembelajaran
matematika dengan metode penemuan terbimbing, sedangkan variabel tidak
bebasnya yaitu pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh
gambaran tentang pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik
siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes
kelompok kontrol tanpa acak (Sudjana dan Ibrahim, 2009) dengan rancangan
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
E O1 X O2
C O1 O2
Ket: O1 = Pretes dan O2 = Postes (tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik)
X = Pembelajaran matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Tanpa acak dipilih dua kelompok dari subjek penelitian yang tersedia, yaitu
dari masing-masing kualifikasi sekolah 2 kelas, selanjutnya subjek yang
terpilih masing-masing sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Memberikan pelatihan kepada guru tentang metode penemuan terbimbing,
dan membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang
bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru, dan
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.
Pelatihan dilaksanakan tanggal 17 sampai dengan 22 Maret 2010.
3. Setiap kelompok diberikan pretes kemudian menentukan nilai rerata dan
simpangan baku dari tiap-tiap kelompok untuk mengetahui kesamaan tingkat
penguasaan kedua kelompok terhadap pemahaman konsep dan penalaran
matematik.
4. Memberikan perlakuan kepada tiap-tiap kelompok, perlakuan yang diberikan
kepada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing sedangkan kepada kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan
[image:14.595.112.514.104.648.2]5. Kemudian kepada setiap kelompok diberikan postes/tes akhir untuk
mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik.
6. Menggunakan uji t, untuk mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman
konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa antara yang
menggunakan pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing dengan yang menggunakan pembelajaran matematika dengan
pendekatan konvensional.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang terletak di pulau
Sumatera. Provinsi Riau memiliki luas area sebesar 8.915.015,09 Hektar.
Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat
Malaka, terletak antara 01o05'00’’ Lintang Selatan sampai 02o25'00’’ Lintang
Utara atau antara 100o00'00’’ Bujur Timur sampai 105o05'00’’ Bujur Timur.
Provinsi Riau memiliki sumber daya alam yang melimpah, dalam bumi
terkandung minyak, nikel dan batu bara sedangkan di alam terbuka terdapat
kebun kelapa, kelapa sawit dan karet. Namun sumber daya alam yang tersedia
belum dapat dikelola dengan maksimal. Salah satu penyebab kurangnya sumber
daya manusia tersebut adalah kurangnya tenaga pengajar yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya. Hal ini mendorong pemerintah
daerah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut dengan
berprestasi untuk me
dalam dan luar negeri
Secara geogra
dilaksanakan termasu
terdiri atas 16 Keca
Rokan IV Koto deng
sekitar ± 300 km dar
IV Koto ini dilakuk
Metode Penemuan T
Kemampuan Penalara
melanjutkan pendidikan ke berbagai perguruan
[image:16.595.116.513.178.604.2]eri.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
grafis, Kabupaten Rokan Hulu tempat di man
suk ke dalam wilayah Provinsi Riau. Kabupat
camatan, salah satu Kecamatan tersebut ada
engan Ibu Kota Kecamatan berada di Rokan.
ari Pekanbaru, Ibu Kota Propinsi Riau. Di Ke
ukan penelitian tentang “Pembelajaran Mate
Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahama
aran Matematik Siswa Sekolah Dasar”.
uan tinggi terbaik
ana penelitian ini
paten Rokan Hulu
adalah Kecamatan
an. Rokan terletak
Kecamatan Rokan
atematika dengan
2. Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri
(SDN) dalam gugus 1 di Kecamatan Rokan IV Koto. Dari sebanyak 28 sekolah,
terlebih dahulu digolongkan sekolah ke dalam tiga kategori, yaitu sekolah dengan
kualifikasi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan urutan hasil perolehan nilai
rata-rata matematika UASBN tahun 2009 dan nilai akreditasi dari masing-masing
sekolah. Dari setiap kualifikasi dipilih satu atau dua sekolah, yaitu: SDN C yang
mewakili sekolah kualifikasi rendah dengan nilai rata-rata 4,44 dan terakreditasi
C; SDN B dan SDN Bk yang mewakili sekolah kualifikasi sedang dengan nilai
rata-rata 5,17 dan 5,21 serta terakreditasi C untuk masing-masing sekolah; SDN A
dan SDN Ak yang mewakili sekolah kualifikasi tinggi dengan nilai rata-rata 6,97
dan 6,35 serta terakreditasi C dan B (UPTD Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kecamatan Rokan IV Koto).
Dari kelima sekolah tersebut ditentukan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah SDN C kelas V-B (sekolah
kualifikasi rendah), SDN B (sekolah kualifikasi sedang), dan SDN A (sekolah
kualifikasi tinggi). Sedangkan kelompok kontrol adalah SDN C kelas V-A
(sekolah kualifikasi rendah), SDN Bk (sekolah kualifikasi sedang), dan SDN Ak
(sekolah kualifikasi tinggi).
SDN C beralamat di desa Rokan Koto Ruang. Nomor Induk Statistik
sekolahnya 101140704009. Sekolah ini mempunyai rombongan belajar sebanyak
9 kelas, kelas 1, 2 dan 5 terdiri atas 2 rombongan belajar (A dan B), kelas 3, 4 dan
19 orang. Pada sekolah ini diambil dua kelas penelitian, yaitu kelas V-B sebagai
kelas eksperimen berjumlah 15 orang siswa (8 siswa laki-laki dan 7 siswa
perempuan) dan kelas V-A sebagai kelas kontrol berjumlah 16 orang siswa (7
siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan). Kedua kelas ini memiliki siswa dengan
karakteristik yang relatif sama, baik dari segi kemampuan (rendah), latar belakang
orang tua (petani, pedagang, Pegawai Negeri Sipil) maupun jenis kelamin (jumlah
siswa laki-laki dan perempuan). Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi
hari. Semua ruang kelas SD dalam kondisi baik. Sekolah ini dipimpin oleh Kepala
Sekolah bergelar sarjana pendidikan. Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh
guru yang semuanya berjumlah 16 orang guru kelas dan guru bidang studi (Pend.
Agama, Olah Raga, Bahasa Inggris). Pendidikan terakhir dari guru-guru belum
semuanya sarjana. Hanya 2 orang yang sudah menamatkan pendidikan sarjananya,
14 orang tamatan D2 PGSD. Untuk guru yang mengajar di kelas VA lulusan D2
PGSD dan kelas VB juga lulusan D2 PGSD.
SDN B beralamat di Jalan Ranah Piang Rokan. Nomor Induk Statistik
sekolahnya 101140602022. Sekolah ini mempunyai rombongan belajar sebanyak
6 kelas, dengan jumlah siswa setiap kelasnya rata-rata 10 orang. Pada sekolah ini
diambil satu kelas penelitian sebagai kelas eksperimen yaitu kelas V dengan
jumlah siswa sebanyak 9 orang (4 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan). Siswa
pada kelas ini memiliki kemampuan yang tergolong ke dalam kategori sedang dan
berasal dari keluarga petani, pedagang dan Pegawai Negeri Sipil. Proses belajar
mengajar dilaksanakan pada pagi hari. Semua ruang kelas dalam kondisi sedang.
Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh guru yang semuanya berjumlah 14
orang guru kelas dan guru bidang studi (Pend. Agama, Olah Raga, Bhs Inggris).
Pendidikan terakhir dari guru-guru belum semuanya sarjana. Hanya 3 orang yang
sudah menyelesaikan pendidikan sarjananya (kepala sekolah dan 2 orang Guru),
dan 8 orang tamatan D2 PGSD, 2 orang tamatan PGA, dan 1 orang tamatan SGO.
Guru yang mengajar di kelas V tamatan D2 PGSD.
SDN Bk beralamat di Jalan Ujung Batu-Rokan Dusun Pasir Rambah Desa
Rokan Timur Kecamatan Rokan IV Koto. Nomor induk sekolahnya
101140602012. Sekolah ini mempunyai rombongan belajar sebanyak 6 kelas,
kelas V yang dijadikan sebagai kelas kontrol terdiri dari satu rombongan belajar,
dengan jumlah siswa 5 orang (3 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan). Siswa
pada kelas ini memiliki kemampuan dengan kategori sedang dan memiliki latar
belakang orang tua sebagai petani, pedagang dan Pegawai Negeri Sipil. Proses
belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari. Semua ruang kelas dalam kondisi
baik. Sekolah ini dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah bergelar Magister
Pendidikan. Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh 12 orang guru kelas dan
guru bidang studi (Pend. Agama, Olah Raga, Bahasa Inggris). Pendidikan terakhir
dari guru-guru belum semuanya sarjana. Terdapat 1 orang tamatan S2 (Kepala
Sekolah), 2 orang guru tamatan S1, 5 orang tamatan D2 PGSD, dan 4 orang
tamatan SMA. Guru yang mengajar di kelas V hanya tamatan SMA.
SDN A beralamat di Jalan Sutan Panglimo Dalam Kelurahan Rokan.
Nomor Induk Statistik sekolah 101140602001. Sekolah ini mempunyai
belajar (A dan B), dan kelas 2, 4, 5 dan 6 yang masing-masing terdiri atas 1
rombongan belajar dengan jumlah siswa setiap kelasnya rata-rata 20 orang, untuk
kelas V yang dijadikan sebagai kelas eksperimen sebanyak 22 orang (12 siswa
laki-laki dan 10 siswa perempuan). Siswa pada kelas ini memiliki kemampuan
yang dikategorikan tinggi dengan latar belakang orangtua sebagai Pegawai Negeri
Sipil, pedagang dan petani. Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari.
Semua ruang kelas dalam kondisi baik. Sekolah ini dipimpin oleh seorang Kepala
Sekolah bergelar sarjana pendidikan. Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh
guru yang semuanya berjumlah 8 orang guru kelas, 8 orang guru bidang studi
(Pend. Agama, Olah Raga, Bhs Inggris). Pendidikan terakhir dari guru-guru
belum semuanya sarjana. Hanya 5 orang yang sudah menamatkan pendidikan
sarjananya (kepala sekolah dan 4 orang Guru), 12 orang tamatan D2 PGSD.
Untuk guru yang mengajar di kelas V, menyelesaikan studi pendidikan sarjananya
di Universitas Terbuka, lulus tahun 2007. Sekarang ia sedang melanjutkan studi
S2 jurusan Teknologi Pendidikan di Universitas Riau.
SDN Ak beralamat di Lubuk Bendahara Timur. Nomor Induk Statistik
sekolah 101140602004. Sekolah ini mempunyai rombongan belajar sebanyak 7
kelas dengan jumlah siswa setiap kelasnya rata-rata 24 orang, untuk kelas V yang
dijadikan sebagai kelas kontrol sebanyak 25 orang (14 siswa laki-laki dan 11
siswa perempuan). Siswa pada kelas ini memiliki kemampuan yang tergolong ke
dalam kategori tinggi dan berasal dari keluarga Pegawai Negeri Sipil, pedagang
dan petani. Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari. Semua ruang
bergelar sarjana pendidikan. Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh guru yang
semuanya berjumlah 11 orang. Pendidikan terakhir dari guru-guru belum
semuanya sarjana. Hanya 2 orang yang sudah menamatkan pendidikan sarjananya
(kepala sekolah dan 1 orang Guru), 7 orang tamatan D2 PGSD, 2 orang tamatan
SMA. Untuk guru yang mengajar di kelas V, menyelesaikan studi pendidikan
sarjananya di D2 PGSD.
C. Waktu dan Tahap Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian mulai dari perencanaan (pembuatan proposal) hingga
penyelesaian laporan penelitian (tesis) dilakukan mulai bulan Desember 2009
sampai dengan Juni 2010. Adapun pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas
eksperimen dengan metode penemuan terbimbing dan di kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional dilakukan mulai tanggal 24 Maret 2010 hingga
tanggal 21 April 2010.
b. Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu: tahap persiapan
penelitian, tahap penelitian, dan tahap analisis data.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap ini diawali dengan kegiatan studi kepustakaan mengenai
pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing, pemahaman
konsep, dan kemampuan penalaran matematik siswa. Kemudian dilanjutkan
dengan dosen pembimbing, mengujicoba instrumen penelitian, mengolah data
hasil ujicoba, membuat rencana pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan
menentukan sekolah tempat penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini, kegiatan diawali dengan memberikan pretes pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa dalam pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik. Setelah
pretes dilakukan, dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran matematika
dengan metode penemuan terbimbing 6 kali pertemuan pada kelompok
eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelompok kontrol. Pada kelompok
eksperimen, selama pembelajaran berlangsung dilaksanakan observasi, bertindak
sebagai observer adalah peneliti.
Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai, dilakukan postes pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Postes bertujuan untuk mengetahui
besarnya peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik
siswa. Selain postes kepada siswa kelompok eksperimen diberikan angket skala
sikap serta dilakukan wawancara kepada guru dan siswa.
3. Tahap Analisis Data
Data-data yang diperoleh selama penelitian dianalisis hingga diperoleh
suatu kesimpulan. Teknik analisis data statistik yang digunakan yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menguji
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan empat macam
instrumen, yang terdiri dari: (a) soal tes pemahaman konsep dan kemampuan
penalaran matematik (b) lembar observasi siswa dan guru, (c) angket skala sikap,
dan (d) pedoman wawancara untuk mengetahui respon siswa dan guru terhadap
metode penemuan terbimbing. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa
tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap ujicoba
instrumen (untuk tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik).
Sebelum soal diujicobakan, peneliti mendiskusikan terlebih dahulu dengan
rekan-rekan S2 angkatan 2008, mahasiswa matematika S3 dan guru matematika kelas VI
SDN 6 Cibogo Bandung, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
Pada awalnya instrumen tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran
matematik diujicobakan secara terbatas kepada 5 orang siswa kelas 6 SD. Naskah
tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik yang diujicobakan
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.2 Kemudian hasilnya dianalisis
menggunakan Anates Versi 4.0.5. Namun berdasarkan hasil analisis tersebut
masih terdapat 2 butir soal yang belum valid, yaitu butir soal nomor 1 dan 2. Hal
ini dikarenakan redaksi soal yang belum bisa dimengerti oleh siswa. Setelah itu
penulis kembali mendiskusikan hal tersebut dengan dosen pembimbing dan
sepakat untuk tetap menggunakan keseluruhan soal tes dengan mengubah redaksi
soal terlebih dahulu. Naskah tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran
matematik setelah direvisi dapat dilihat pada Lampiran 3.3 dan Lampiran 3.4.
matematik diujicobakan di luar kelas subjek penelitian. Kelas yang menjadi
tempat ujicoba instrumen yaitu kelas VI SDN 6 Cibogo Bandung, karena materi
tersebut belum diajarkan di kelas V.
Ujicoba instrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas
tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil
ujicoba instrumen kemudian dianalisis dengan menggunakan program Anates
Versi 4.0.5. Hasil ujicoba tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.5. Berdasarkan
hasil ujicoba di luar kelas penelitian tersebut telah diperoleh bahwa semua butir
soal adalah valid dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian. Setiap
instrumen penelitian ini selanjutnya dibahas sebagai berikut:
a. Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik
Tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik dalam
penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemahaman pada materi Bangun Ruang.
Tes yang digunakan berbentuk soal uraian sebanyak 10 soal dengan maksud untuk
melihat proses pengerjaan yang dilakukan siswa, agar dapat diketahui sejauh
mana siswa memahami materi pelajaran yang diberikan.
Kriteria pemberian skor untuk tes pemahaman konsep berpedoman pada
Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996:
141) yang kemudian diadaptasi. Kriteria skor untuk soal tes pemahaman konsep
Tabel 3.2
Kriteria Skor Pemahaman Konsep
Respon siswa Skor
Tidak ada jawaban/ salah menginterpretasikan. 0
Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah 1
Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti) penggunaan algoritma lengkap, namun mengandung perhitungan yang salah
2
Jawaban hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, namun mengandung sedikit kesalahan.
3
Jawaban lengkap ( hampir semua petunjuk soal diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan dengan benar
4
Diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996: 141)
Pedoman penskoran untuk mengukur kemampuan penalaran matematika
[image:25.595.117.512.153.672.2]diadaptasi dari Carroll (1999) yang disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik
Skor Indikator
0 • Tidak ada jawaban, atau
• Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan, atau • Tidak ada jawaban yang benar
1 • Hanya sebagian penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan
• Mengikuti argumen-argumen logis dalam menyelesaikan soal • Menarik kesimpulan logis dengan benar
2 • Hampir semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan
• Mengikuti argumen-argumen logis dalam menyelesaikan soal • Menarik kesimpulan logis dengan benar
3 • Semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan • Mengikuti argumen-argumen logis dalam menyelesaikan soal • Menarik kesimpulan logis dengan lengkap (jelas) dan benar
1. Validitas butir soal
Pengujian validitas bertujuan untuk melihat tingkat keandalan atau
instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur .
Pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan
antara skor butir soal dengan skor total dengan menggunakan rumus Pearson
Product Moment.
Dengan bantuan program ANATES Versi 4.0.5. dapat diperoleh secara
langsung koefisien korelasi setiap butir soal. Setelah diketahui koefisien korelasi
(rXY), maka langkah selanjutnya adalah mengonsultasikannya dengan nilai r
product moment table pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan
n – 2 . Menurut Muhidin dan Abdurahman (Siregar, 2009), setiap butir soal
dikatakan valid jika nilai rXY lebih besar daripada nilai rtabel. Hasil analisis
validitas tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik disajikan
[image:26.595.116.510.245.659.2]pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Analisis Validitas Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik
Nomor Soal rXY rtabel Keterangan
1 0,502 0,330 Valid
2 0,492 0,330 Valid
3 0,453 0,330 Valid
4 0,433 0,330 Valid
5 0,534 0,330 Valid
6 0,623 0,330 Valid
7 0,796 0,330 Valid
8 0,589 0,330 Valid
9 0,875 0,330 Valid
10 0,886 0,330 Valid
Dari Tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa walaupun koefisien korelasi (rXY)
demikian, semua butir soal dalam tes pemahaman konsep dan penalaran
matematik adalah valid.
2. Reliabilitas butir soal
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketetapan instrumen atau
ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Suatu alat evaluasi
(instrumen) dikatakan baik bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah
suatu tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai
koefisien reliabilitasnya.
Berdasarkan hasil ujicoba reliabilitas butir soal secara keseluruhan diperoleh
koefisien reliabilitas tes sebesar 0,91 yang berarti bahwa tes pemahaman konsep
dan kemampuan penalaran matematik mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi.
3. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
suatu alat evaluasi (tes) dapat membedakan antara siswa yang berada pada
kelompok atas (kemampuan tinggi) dan siswa yang berada pada kelompok bawah
(kemampuan rendah).
Daya pembeda untuk tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran
Tabel 3.5
Analisis Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik
Nomor Soal
Daya Pembeda (%)
Interpretasi Daya Pembeda
1 70,00 Sangat Baik
2 50,00 Sangat Baik
3 56,67 Sangat Baik
4 26,67 Cukup
5 70,00 Sangat Baik
6 75,00 Sangat Baik
7 86,67 Sangat Baik
8 50,00 Sangat Baik
9 80,00 Sangat Baik
10 81,43 Sangat Baik
Dari Tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh soal yang terdapat
pada tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik hanya satu
soal yang mempunyai daya pembeda cukup sedangkan yang lainnya mempunyai
daya pembeda yang sangat baik.
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal diperoleh dengan menghitung persentase siswa
dalam menjawab butir soal dengan benar. Semakin kecil persentase menunjukkan
bahwa butir soal semakin sukar dan semakin besar persentase menunjukkan
bahwa butir soal semakin mudah.
Tingkat kesukaran untuk tes kemampuan pemahaman konsep dan
Tabel 3.6
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik
Nomor Soal
Tingkat Kesukaran (%)
Interpretasi Tingkat Kesukaran
1 38,33 Sedang
2 25,00 Sukar
3 35,00 Sedang
4 20,00 Sukar
5 55,00 Sedang
6 62,50 Sedang
7 46,67 Sedang
8 25,00 Sukar
9 40,00 Sedang
10 40,71 Sedang
Dari Tabel 3.6 dapat disimpulkan bahwa dari sebanyak sepuluh soal tes
pemahaman konsep dan penalaran matematik terdapat tiga soal dengan kategori
soal sukar sedangkan selebihnya merupakan soal dengan kategori soal sedang.
Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran maka tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik
yang telah diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini.
Hasil analisis uji instrumen yang diperoleh dari program ANATES Versi 4.0.5
serta klasifikasi interpretasi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.5.
E. Pengembangan Bahan Ajar
Pembelajaran ditunjang dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk
Lembar Kegiatan Siswa (LKS), yang berisikan tugas-tugas yang harus
diselesaikan oleh siswa. Tugas berbentuk uraian dan berupa soal yang disusun
kemampuan penalaran matematik yang ditentukan dalam penelitian ini. Selain itu,
tugas disusun agar siswa dapat mengerjakan secara bersama-sama dalam
kelompok.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes, lembar observasi,
angket skala sikap, dan wawancara. Data yang berkaitan dengan pemahaman
konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa dikumpulkan melalui tes
(pretes dan postes). Sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam
belajar matematika sebagai akibat pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing, dikumpulkan melalui angket skala sikap, lembar observasi dan
wawancara.
G. Teknik Pengolahan Data
a. Data Hasil Tes Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematik
Data yang diperoleh dari hasil tes selanjutnya diolah melalui tahap sebagai
berikut.
1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem
penskoran yang digunakan.
2. Membuat tabel skor tes hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
3. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
g = e Maks e Post S S S S Pr Pr − −
(Hake dalam Meltzer, 2002)
Keterangan:
SPost = Skor Postes
SPre = Skor pretes
SMaks = Skor maksimum
Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
[image:31.595.114.515.239.636.2]klasifikasi dari Hake dalam Meltzer yaitu:
Tabel 3.7
Klasifikasi N-Gain (g)
Basarnya g Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah Sumber: Hake dalam Meltzer (2002)
Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan
normalitas data dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS versi
17.0
4. Menguji normalitas data skor tes pemahaman konsep dan kemampuan
penalaran matematik menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov Z
5. Menguji homogenitas varians tes pemahaman konsep dan kemampuan
penalaran menggunakan uji Levene.
6. Jika sebaran data normal dan homogen, kemudian dilakukan uji signifikansi
dengan uji t menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Samples
b. Data Hasil Observasi
Data hasil observasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Mengenai yang dilaporkan dalam lembar observasi
adalah sesuatu yang ada dalam keadaan wajar (Ruseffendi, 2005). Namun
demikian tetap ada kelemahannya, yaitu subjektivitas observer, misalnya:
observer dapat bertindak kurang objektif, kurang cekatan, lupa, tidak terawasi,
dan lain-lain.
Tujuan dari lembar observasi tersebut adalah untuk membuat refleksi
terhadap proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih
baik dari pada tindakan pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan skenario
yang telah dibuat. Lebih jauh lagi, lembar observasi ini digunakan juga untuk
mengejar lebih jauh tentang temuan yang diperoleh secara kuantitatif dan
kualitatif.
Dalam penelitian ini dilakukan observasi setiap tindakan, yang dicatat
yaitu aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen. Lembar observasi ini hanya
digunakan pada kelas eksperimen, karena indikator-indikator pengamatan yang
dikembangkan dibuat hanya untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran melalui
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data statistik yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis.
Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0: µ1 = µ2
H1: µ1≠µ2
Uji hipotesis menggunakan uji t dengan menggunakan uji statistikCompare
Mean Independent Samples Test, setelah sebelumnya dilakukan uji Normalitas
dan uji Homogenitas Varians dengan SPSS versi 17.0.
I. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini
dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, disajikan pada Bagan 3.2
Pelaksanaan Pembelajaran Biasa (Konvensional)
Postes
Kesimpulan Studi Kepustakaan
Rancangan Pembelajaran Biasa (Konvensional)
Penyusunan Rancangan Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing
Analisis Data Observasi, angket
skala sikap dan wawancara
Pengumpulan Data
Penyusunan, ujicoba, revisi, dan pengesahan instrumen
Penentuan subjek penelitian
Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik
siswa sekolah dasar.
2. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep antara siswa yang belajar
menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas penemuan terbimbing
mengalami peningkatan pemahaman konsep yang lebih tinggi daripada siswa
pada kelas konvensional.
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematik antara
siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas penemuan
terbimbing mengalami peningkatan kemampuan penalaran matematik yang
lebih tinggi daripada siswa pada kelas konvensional.
4. Sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran
matematika dengan metode penemuan terbimbing. Hal ini terlihat dengan
adanya peningkatan aktivitas siswa yang semakin lama semakin baik selama
konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa yang menuju pada
peningkatan hasil belajar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
Bagi Guru:
1. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di
sekolah-sekolah pada umumnya masih konvensional. Matematika yang
dipelajari siswa di sekolah diperoleh melalui pemberitahuan (dengan cara
ceramah/ekspositori), bacaan, meniru, melihat, mengamati dan sebagainya,
bukan diperoleh melalui penemuan. Hal ini menyebabkan kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep matematika. Siswa cenderung hanya
menghapal konsep, bukan memahami bagaimana konsep itu terjadi, sehingga
apa yang dipelajarinya mudah terlupakan. Bruner (dalam Ruseffendi, 2005)
menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar, salah satunya
melalui metode penemuan. Dengan metode penemuan siswa dapat
menemukan konsep-konsep melalui proses mentalnya sendiri sehingga konsep
tersebut bertahan lama dan mudah diingat, selain itu siswa juga lebih aktif
berpikir dan menggunakan kemampuan penalarannya dalam menemukan
konsep tersebut. Mengingat metode penemuan terbimbing lebih baik dalam
meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik
terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan
penalaran matematik siswa sekolah dasar.
2. Untuk menerapkan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing,
sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan yang matang,
sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana,
dan pemanfaatan waktu yang efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang
oleh hal-hal yang tidak relevan.
b. Bagi Peneliti Lain
1. Bahasan matematika yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya terdiri
dari dua kompetensi dasar yaitu menghitung volume balok dan kubus serta
menentukan jaring-jaring balok dan kubus. Masih terbuka peluang bagi
peneliti lain untuk bereksperimen pada standar kompetensi yang lainnya.
2. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa SDN dalam gugus 1 di Kecamatan
Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu yang jumlah siswanya relatif sedikit.
Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut pada sekolah-sekolah lain yang
jumlah siswanya lebih banyak dengan melakukan pembiasaan terlebih dahulu
terhadap para siswa agar hasilnya lebih maksimal.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep dan kemampuan
penalaran matematik saling berkorelasi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Suherman, dkk (2001) yang menyatakan pembelajaran melalui penemuan
matematik sekaligus. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang hal
ini. Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
pengembangan kemampuan matematik lainnya sehingga diperoleh gambaran
DAFTAR PUSTAKA
Akdon. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk administrasi &
Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta. Pt Reneka Putra.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Asbullah. (2005). Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan di SMPN 29
Pekanbaru. Laporan Field Studi PPS UPI. Tidak diterbitkan.
Atencio, D. J. (2004). “Structured Autonomy or Guided Participation? Constructing Interest and Understanding in a Lab Activity”. Early Childhood Educational
Journal. 31, (4), 233-239.
Bahri, S. (2003). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Pemberian Bahan
Ajar pada Topik Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI. Bandung:
Tidak diterbitkan.
Bell, F. H. (1991). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). Iowa: Wm. C. Brown Company Publisher.
Bisri, A. M. (2008). Sekitar Pembelajaran Efektif. [Online]. Tersedia:
http://pendis.depag.go.id/madrasah/Insidex.php?i_367=at02100015. [26 Maret 2008]
Cai, J., Lane, S., dan Jakabcsin, M. S. (1996). “The Role of Open-Ended Tasks and Holistic Scoring Rubrics: Assessing Students’ Mathematical Reasoning and Communication”. Dalam Portia C. Elliott dan Margaret J. Kenney (Eds.), (h. 137-145). Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.
Carrol, W. M. (1999). “Using Short Questions to Develop and Assess Reasoning”. Dalam Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12. Virginia: NCTM.
Depdiknas. (2006). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Media Pustaka.
Guntur, M. (2004). Efektifitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dalam
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Ekologi siswa Kelas I SMU. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Haji, S. (2004). Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap hasil Belajar
Matematika Sekolah Dasar. Disertasi Doktor pada PPS UPI: Tidak
diterbitkan.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Helmaheri. (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan
Masalah Siswa SLTP Melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think-Talk-Write. Tesis PPS-UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Herman, T. (2004). Mengajar dan Belajar Matematika dengan Pemahaman, Jurnal
Mimbar Pendidikan No.1 Tahun XXIII. Bandung: University Press UPI.
Herman, T. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Desertasi PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Hudoyo, H. (1979). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di
Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.
Hudoyo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Hudoyo, H. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Ibrahim, M., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Kariadinata, R. (2001). Peningkatan Pemahaman dan Kemampuan Analogi
Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif. Tesis UPI Bandung. Tidak
Kardi, S., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA University Press.
Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lutfan. (2008). Teknik Penyajian Discovery [Online]. Tersedia di www.indoskripsi.com.
Ma, X. (1997). “Assessing the Relationship Between Attitude Toward Mathematics and Achievement in Mathematics: A Meta-Analisis”. Journal for Research in
Mathematics Education. 28, (1), 26-47.
Maesarah. (2007). Pembelajaran Penemuan Terbimbing dengan Menggunakan
Tugas Superitem untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis UPI Bandung. Tidak
diterbitkan.
Mandrin, P. A., dan Preckel, D. (2009). “Effect of Similarity-Based Guided Discovery Learning on Conceptual Performance”. Journal of School Science
and Mathematics. 109, (3), 133-145.
Martin, W. G., dan Kasmer, L. (2010). “Reasoning Senses Making”. Dalam Teaching
Children Mathematics, Vol. 16 Issue 5, (h.284-291). United States: NCTM.
Masingila, J. O., dan Wisniowska, E. P. (1996). “Developing and Assessing Mathematical Understanding in Calculus through Writing”. Dalam Portia C. Elliott dan Margaret J. Kenney (Eds.), (h.95-104). Communication in
Mathematics, K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.
Mayer, R. E. (2004). “Should There Be a Three-Strikes Rule Against Pure Discovery Learning? The Case for Guided Methods of Instruction”. Journal of American
Psychologist. 59, (1), 14-19.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relantionship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”. American Journal of Physics. 70, (7).
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Virginia: Reston.
Nirmala. (2009). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan
Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Nurhadi., dan Senduk. (2003). Kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.
Nur, M., dan Wikandari, P, R, (2000). Pengajaran Berpusat Kepada siswa dan
Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Olson, J. C. (2007). “Developing Students’ Mathematical Reasoning: through Games”. Teaching Children Mathematics. 13, (9), 464-471. United States: NCTM.
Padiya. (2008). Model-model Pembelajaran: Pembelajaran Penemuan Terbimbing [Online]. Tersedia di www.e-dukasi.net.
Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa Kelas
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung. Disertasi UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Ritter, S. (2006). “Math Council Seeks Balance Between Fluency and Conceptual Understanding”. Dalam Electronic Education Report. 13, (18), 1-8. Pittsburgh: Carnegie Learning Inc.
Ruseffendi, E. T. (1998). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
(Edisi Revisi). Bandung: Tarsito.
Shadiq, F. (2004). Empat Objek Langsung Matematika Menurut Gagne [Online]. Tersedia di www.fadjar3g.wordpress.com.
Shadiq, F. (2007). Penalaran atau Reasoning Mengapa Perlu Dipelajari oleh Para
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media.
Siregar, S. N. (2009). Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar.
Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Sudihartini, E. (2009). Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematis
Siswa Sekolah Atas Melalui Pembelajaran Menggunakan Teknik
Solo/Superitem.Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Sudjana, W. (1986). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.
Sudjana, N., dkk (1994). Model Pengajaran Berkadar CBSA dalam Bidang Studi IPA
di Sekolah Dasar. Bandung: Jurnal Penelitian Pendidikan Depdikbud.
Sudjana. N. (2002). Metode Statistika. Jakarta: Tarsito.
Sudjana, N., dkk (2004). Kumpulan Materi Pelatihan Metode Penelitian Tingkat
Nasional Bagi Peneliti Dan Calon Peneliti Pendidikan Di Pusat dan Daerah. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sudjana, N., dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suherman, E., dkk. (2001). Startegi Pembelajaran Matematika Komtemporer. JICA. UPI Bandung.
Sukirwan. (2008). Kegiatan Pembelajaran Eksploratif untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis
UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika dengan
Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar-Mengajar. Disertasi IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.
Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan
Penelitian IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.
Sumarmo, U. (1999). Implementasi Kurikulum Matematika 1993 pada Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah. Laporan Penelitian, IKIP Bandung.
Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika. Makalah
disampaikan pada pelatihan Nasional Training of Trainer bagi Guru Bahasa Indonesia dan Matematika SLTP. Bandung.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius.
Suryadi, D., dan Herman, T. (2008). Eksplorasi Matematika. Pembelajaran
Pemecahan Masalah. Jakarta: Karya Duta Wahana.
Suryadi, D. (2005). Penggunan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung dan
Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SLTP.
Disertasi PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Suwangsih, E., dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.
Swaak, J., Jong, T., dan Joolingen, W. (2004). “The Effects of Discovery Learning and Expository Instruction on The Acquisition of Definitional and Intuitive Knowledge”. Journal of Computer Assisted Learning. 20, (4), 225-234.
Syaban, M. (2009). Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa. Bandung: UPI Press.
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. (2002). Kurikulum
Pembelajaran. Bandung: UPI Press.
Trisnadi. (2006). Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman dan Generalisasi Siswa Sekolah Menengah. Tesis
Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika
(Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.
Turmudi. (2008). Taktik dan Srategi Pembelajaran Matematika (Berparadigma
Eksploratif dan Investigatif). Bandung: PT. Leuser Cita Pustaka.
Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan
Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Wassahua. S. (2009). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open-Ended
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
White, P., dan Mitchelmore, M. (1996). “Conceptual Knowledge in Introductory Calculus”. Journal for Research in Mathematics Education. 27, (1), 79-95.