• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penerjemahan

Dalam dokumen TESIS. Oleh BOY HENDRAWAN MANURUNG /LNG (Halaman 30-109)

BAB II Kajian Pustaka

2.3 Prosedur Penerjemahan

2.3 Prosedur Penerjemahan

Vinay dan Darbelnet (2000:84-93) adalah ahli yang pertama mengidentifikasi dua metode umum yang terdiri dari tujuh prosedur dalam menerjemahkan teks sumber ke teks sasaran.

Kedua metode itu adalah metode Langsung dan metode Tidak Langsung atau terjemahan Miring (Oblique). Terjemahan langsung meliputi pinjaman, calque, dan terjemahan harfiah sementara terjemahan miring meliputi transposisi, modulasi, kesetaraan, dan adaptasi.

Menurut Vinay dan Darbelnet (1958:61-64), terjemahan harfiah berarti bahwa pesan bahasa sumber dapat diterjemahkan dengan sempurna ke dalam bahasa sasaran, karena pesan yang berdasarkan kategori paralel atau konsep. Terjemahan Oblique atau Tidak Langsung digunakan ketika ada kesenjangan dalam bahasa target yang harus diisi oleh beberapa arti setara, sehingga makna atau kesan yang sama untuk bahasa sumber dan bahasa target.

Terjemahan Oblique juga harus digunakan ketika bahasa memiliki beberapa perbedaan struktural atau metalinguistik sehingga efek gaya tertentu dapat dialihkan tanpa perubahan semantik leksikal atau radikal. Lebih tepatnya, penerjemah harus beralih ke terjemahan miring jika pesan yang diterjemahkan secara harfiah memiliki arti lain baik dari bahasa sumber, sesuai dengan sesuatu di metalinguistics dari bahasa target tetapi tidak tingkat linguistik yang sama.

Vinay dan Darbelnet (2000:84-93) menyebutkan prosedur terjemahan dapat dibagi menjadi dua antara lain (a) terjemahan harfiah atau langsung, yang mencakup pinjaman, calque, dan terjemahan harfiah, (b) terjemahan miring yang meliputi transposisi, modulasi, kesetaraan, dan adaptasi.

1. Peminjaman atau Borrowing

Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mengatakan bahwa Pinjaman adalah prosedur yang paling sederhana dari semua prosedur penerjemahan. Dalam prosedur pinjaman, BSu dialihkan langsung ke dalam BSa. Prosedur Pinjaman dalam terjemahan tidak selalu dibenarkan oleh adanya kesenjangan leksikal dalam BSa, namun dapat digunakan

sebagai cara untuk mempertahankan warna lokal dari kata tersebut, atau digunakan karena khawatir akan kehilangan beberapa aspek semiotik dan aspek budaya kata jika diterjemahkan

Hockett (1958:402) mengatakan, ““the feature which is imitated is called the model;

the language which is the model occurs, or the speaker of that language, called donor, the language which acquires something new in the process is borrowing language. The process itself called borrowing.” (Ciri – ciri yang ditiru disebut model, bahasa yang terjadi merupakan modus, atau sipembicara bahasa itu, disebut donor, bahasa yang memperoleh sesuatu yang baru dalam proses ini adalah proses pemberian pinjaman. Lehman (1962:213) mengatakan, “The process by which word are imported into a language is known as borrowing.”

(Proses di mana kata diserap ke dalam bahasa yang dikenal sebagai pinjaman.) Ada beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi pada prosedur ini. Pertama, meminjam dengan tidak mengubah bentuk dan makna (kata-kata pinjaman m urni) (Pure loanword), kedua, pinjaman dengan perubahan dalam bentuk, tetapi tanpa mengubah makna (loan mix), dan ketiga, pinjaman ketika bagian dari istilah merupakan bagian asli dan lainnya dipinjam , tapi makna sepenuhnya dipinjam (campuran pinjaman) (Loan Blends). Sebagai contoh:

a. Pinjaman dengan tidak mengubah bentuk dan makna (murni kata-kata pinjaman) atau (Pure loanword),

supermarket – supermarket cybermall – cybermall merger – merger

b. Pinjaman dengan perubahan bentuk tapi tanpa mengubah arti (campuran kata-kata pinjaman) atau (loan mix),

inflation - inflasi

productivity - produktivitas stability - stabilitas

business - bisnis recession - resesi

c. Campuran Pinjaman (pinjaman ketika bagian dari istilah ini asli dan bagian lain dipinjam) (Loan Blends).

fiscal policy - kebijakan fiskal

Corporate strategy - strategi perusahaan Environment economy - lingkungan ekonomi National debt - hutang nasional.

2. Kalke atau Calque

Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mengatakan bahwa calque adalah jenis khusus dari pinjaman dimana bahasa meminjam ungkapan dari yang lain, tapi kemudian masing –masing elemen diterjemahkan sercara harfiah. Vinay dan Darbelnet dalam Venuti membagi prosedur ini menjadi dua bagian: pertama, calque leksikal, yang memperhatikan struktur sintaksis dari kedua, calque struktural, memperkenalkan konstruksi baru ke dalam bahasa. Sebagai contoh:

Functional strategy - strategi fungsional Crisis management - manajemen krisis.

3. Terjemahan Harfiah atau Literal Translation

Vinay dan Darbelnet mengatakan bahwa terjemahan literal atau terjemahan kata demi kata adalah mengalihkan langsung dari teks Bsu sesuai dengan teks gramatikal dan ideomatik BSa di mana tugas penerjemah terbatas untuk mengamati kepatuhan terhadap tingkatan linguistik dari BSa. Pada prinsipnya, terjemahan harfiah adalah solusi unik yang dapat dipakai secara bolak – balik dan lengkap dalam dirinya sendiri. Terjemahan tidak diperlukan untuk membuat perubahan selain memperjelas, seperti yang menyangkut kesesuaian tata bahasa atau akhiran inflektif, misalnya bahasa Inggris "where are you?" Diterjemahkan ke

dalam bahasa Prancis "Ou etes vous?". Prosedur ini paling sering ditemukan dalam terjemahan antara bahasa yang terkait erat, misalnya Perancis-Italia, dan khususnya mereka yang memiliki budaya yang sama.

Terjemahan harfiah adalah salah satu cara penulis untuk terjemahan literal yang baik hanya saja harus ada yang dikorbankan karena persyaratan struktural dan metalinguistik dan setelah memeriksa bahwa makna sepenuhnya dipertahankan. Tapi Vinay dan Darbelnet mengatakan, bahwa para penerjemah dapat menilai terjemahan harfiah menjadi 'tidak dapat diterima' karena: memberikan arti yang berbeda, tidak memiliki makna, tidak alami karena alasan struktural, tidak memiliki ekspresi yang sesuai dalam metalinguistik dari BSa, Sesuai dengan sesuatu pada tingkat bahasa yang berbeda. Sebagai contoh:

unlimited liability - tanggung jawab tak terbalas stock - saham

entrepreneur – wiraswasta.

4. Transposisi atau Transposition

Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mendefinisikan transposisi adalah prosedur yang melibatkan penggantian satu kelas kata dengan kelas kata yang lain tanpa mengubah makna dari pesan atau arti. Dalam terjemahan, ada dua jenis bentuk transposisi:

transposisi wajib dan opsional. Prosedur ini juga merupakan perubahan dalam tata bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran (dari tunggal menjadi jamak; posisi kata sifat, mengubah kelas kata) sebagai contoh:

Standard of living - standar hidup

Balance of trading - neraca perdagangan Limited liability - tanggung jawa terbatas 5. Modulasi atau Modulation

Modulasi adalah variasi dari bentuk pesan, diperoleh dari perubahan sudut pandang.

Hal ini akan mengubah bentuk semantik dan sudut pandang BSu. Dan terjemahan ini juga dapat diterima ketika hasil terjemahan dalam ucapan tata bahasa yang benar, itu dianggap tidak cocok, unidiomatic atau canggung dalam BSa

Sama seperti transposisi, ada dua jenis modulasi, modulasi bebas atau opsional dan modulasi tetap atau wajib. Modulasi tetap dimana penerjemah dengan pengetahuan yang baik dari kedua bahasa bebas menggunakan metode ini, karena mereka akan menyadari frekuensi penggunaan, penerimaan keseluruhan, dan konfirmasi yang diberikan oleh kamus atau tata bahasa dari ekspresi disukai. Sementara modulasi bebas cenderung menuju solusi yang unik, solusi yang bersandar pada kebiasaan pemikiran dan yang diperlukan bukan opsional.

Modulasi bebas cukup sering digunakan atau dirasakan untuk menawarkan satu-satunya solusi, mungkin menjadi tetap. Modulasi tetap juga merupakan jenis modulasi yang mengubah ekspresi SL negatif menjadi ekspresi TL positif. Sebagai contoh

it is not difficult to see him - mudah menjumpainya.

6. Kesetaraan atau Equivalence

Vinay dan Darbelnet menggunakan istilah ini (2000:90) untuk merujuk pada kasus di mana bahasa menggambarkan situasi yang sama dengan metode gaya atau struktural yang berbeda.

Kesetaraan ini sangat berguna dalam menerjemahkan idiom dan peribahasa. Sebagai contoh She is lovely like the morning star - cantik seperti rembulan

We’re in the same boat - senasib

Bookworm - kutu buku

It’s raining cats and dogs - hujan deras 7. Adaptasi atau Adaptation

Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mendefinisikan adaptasi sebagai prosedur yang menciptakan situasi baru untuk menunjukkan kesetaraan situasional. Dan juga

budaya sasaran. Vinay dan Darbelnet menunjukkan bahwa konotasi budaya dari referensi dalam teks bahasa Inggris ke kriket permainan mungkin terbaik diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh referensi ke Tour de France. Adaptasi ini terutama digunakan dalam terjemahan dari buku dan film. Sebagai contoh;

Children of nation - anak segala bangsa A road with no end - jalan tak ada ujung Gone with the wind - hilang tak berkesan

Sebuah penolakan untuk membuat penggunaan adaptasi yang tidak hanya struktural, tetapi juga berkaitan dengan penyajian ide atau pengaturan mereka dalam ayat tersebut, mengarah ke teks yang sempurna benar tapi tetap selalu mengkhianati statusnya sebagai terjemahan oleh sesuatu yang tak dapat dijelaskan dalam batunya , sesuatu yang tidak cukup berdering benar.

2.4 Pergeseran dalam Terjemahan

Catford (1965:73) menyatakan bahwa “shift mean the departure from formal correspondence in the process of going from the source language to the target language.”

Ada dua jenis pergeseran (shifting) dalam penerjemahan menurut Catford, antara lain Level Shift dan Category Shift. Yang dimaksud dengan level shift atau pergeseran tataran bahwa dalam pergeseran ini sebuah BSu yang berada pada tingkat linguistik tertentu memiliki bahasa terjemahan dengan system bahasa yang sepadan dalam tingkat linguistik yang berbeda. Pada umumnya pergeseran ini terjadi pada tingkat leksikal dan gramatikal. Disisi lain category shift lebih mengarah pada terjemahan unbounded dan rank bound atau lebih dikenal dengan istilah normal and free translation atau terjemahan normal dan bebas, dimana

ekuivalensi BSu diatur berdasarkan ketetapan. Istilah terjemahan rank- bound hanya mengacu pada kasus – kasus khusus dimana ekuivalensinya sengaja dibatasi pada barisan bawah kalimat. Sementara itu istilah unbounded translation merupakan terjemahan tak terbatas dimana ekuivalensi penerjemahan dapat terjadi antar kalimat, klausa kata-kata atau morfem. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa category shift atau pergeseran kategori merupakan departure from formal correspondence in translation. (Catford 1965:73).

Catford (1965:73) mengklasifikasikan pergeseran kategori (category shift) menjadi empat bagian. Antara lain (1) structute shift. (2) Class shift (3) unit shift atau rank change dan (4) intra – system shift. Strucrure shift atau pergeseran struktur dianggap sebagai kategori yang paling sering dipakai pada semua tingkat penerjemahan. Lebih lanjut pergeseran struktur (structure shift) dapat dibagi menjadi tiga bagian antara lain: (a) pergeseran pada tingkat kalimat (b) pergeseran pada tingkat klausa dan (c) pergeseran pada tingkat kelompok kata.

Contoh.

Ayah saya pengusaha (Bahasa Sumber) S C

My father is a businessman (Target Language) S V C

Struktur kalimat BSu (SC) memiliki elemen yang berbeda pada struktur kalimat BSa (SVC). Ini menunjukkan bahwa ada terjadinya pergeseran struktur (structure shift) pada tingkat klausa dalam terjemahan diatas.

Class shift merupakan “class shifts as that grouping of members of a given unit which is confined by operation in the structure of the unit next above.” (Catford 1965:73). Pergeseran kelas (Class shift) terjadi ketika kelas kata dari BSu berbeda dengan kelas kata dalam BSa.

Contoh preposisi menjadi konjungsi

After that, I would her home

Setelah kami berbelanja, saya menghantarnya pulang

Selanjutnya pergeseran kategori ketiga adalah pergeseran unit (unit shift). Pergeseran ini hampir sama dengan pergeseran struktur. Namun pergeseran pada tataran ini tingkatan antara BSu dan BSa berbeda. Misalnya dua kata dalam BSu diterjemahkan menjadi satu kata saja dalam BSa.

Contoh dari Frase menjadi kata His father is very ice Ayahnya sangat baik

Dan bagian terakhir dalam pergeseran kategori (category shift) adalah pergeseran intra- system (intra – system shift). Pergeseran pada tataran ini terjadi pada kasus – kasus yang melibatkan system internal pembentukan bahasa dalam terjemahan. Misalnya pembentukan tunggal menjadi jamak. Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut sehingga dalam penerjemahan bentuk tunggal pada BSu menjadi jamak dalam BSa.

Contoh. People often think negative about him.

Orang sering berfikir negatif tentang dia.

2.5 Kalimat Pasif

2.5.1 Definisi Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat dimana subjek dikenai tindakan/ pekerjaan/perbuatan;

berbeda dengan kalimat aktif dimana subjek-lah yang melakukan tindakan/

pekerjaan/perbuatan. Dalam bahasa Indonesia salah satu pembeda kalimat aktif dan kalimat pasif adalah prefiks yang mengawali kata kerja: me- menunjukkan aktif, dan di-/ter- menunjukkan pasif. Secara umum kalimat pasif dibentuk oleh ‘to be’ yang diikuti kata kerja

bentuk ketiga (Past Participle). Bentuk ‘to be’ menyesuaikan dengan pola kalimat yang dimasuki.

2.5.2 Struktur Kalimat Pasif Bahasa Indonesia

Menurut Sneddon ada beberapa cara tata bahasa Indonesia yang tidak menggunakan istilah kalimat aktif dan pasif, namun lebih memfokuskan pada istilah tataran subjek dan objek dalam kalimat. Hal itu dikarenakan adanya beberapa perbedaan antara bentuk susunan kalimat aktif, pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Eropa khususnya bahasa Inggris baik secara struktur maupun fungsi.

Lebih jauh Sneddon (1996:246) mengatakan bahwa “despite the difference, there are also important similarities, and the relationship between the two constructions is often similar to the relationship between active and passive in English, allowing the same terms to be used to describe them.” Susunan bentuk kalimat pasif dapat dideskripsikan dengan istilah transformasi dari bentuk kalimat aktif. Konstruksi kalimat pasif lebih sering didapati dalam bahasa Indonesia dari pada bahasa Inggris. Apabila suatu terjemahan kalimat pasif terlihat tidak wajar, maka terjemahan tersebut lebih sering diterjemahkan dalam bentuk kalimat aktif.

Dalam konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia, posisi orang atau benda yang dibicarakan biasanya dijadikan sebagai Subjek (S) dalam kalimat. Jika ada sebuah pembahasan tentang pelaku atau peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat dalam sebuah kalimat, pelaku akan bertindak sebagai Subjek (S) dalam bentuk kalimat aktif. Umumnya kata kerja aktif transitif memiliki awalan meN-, dimana awalan konstruksi ini disebut atau dikategorikan sebaagai kalimat aktif. Sebaliknya jika fokus perhatian pada orang atau hal yang berkedudukan sebagai subjek namun dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat dalam kalimat maka kalimat tersebut dinyatakan dalam bentuk pasif. Sebuah verba pasif biasanya memiliki awalan di-. Berikut merupakan contoh konstruksi kalimat pasif dimana subjek sebagai pelaku dikenai perbuatan.

Mereka telah menjemput Budi (Aktif) Budi telah dijemput oleh mereka (Pasif)

Sejalan dengan penjelasan diatas, Alwi et al (1998:345-348) dalam buku “Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia” mengatakan bahwa pemasifan dalam baahasa Indonesia dilakukan dengan dua cara (1) menggunakan verba berprefiks di- dan (2) menggunakan verba tanpa prefiks di-. Jika kita menggunakan simbol (S) untuk Subjek, (P) untuk Predikat dan (O) untuk Objek, maka kaidah umum untuk pembentukan kalimat pasif dari kalimat aktif dalam bahasa Indonesia antara lain;

A. Cara Pertama

1 Pertukarkanlah S dengan O

2 Gantilah Prefiks meng- dengan di- pada P

3 Tambahkanlah kata “Oleh” didepan unsur yang tadinya S Contoh:

1. Pak Boy mengangkat seorang asisten baru (Aktif) 2. Seorang asisten baru diangkat pak Boy (Pasif A.2) 3. Seorang asisten baru diangkat oleh pak Boy (Pasif A.3)

Keberterimaan kalimat (Pasif A.2) dan (Pasif A.3) Menunjukkan bahwa kehadiran bentuk ‘oleh’ pada kalimat pasif bersifat manasuka. Akan tetapi, jika verba predikat tidak diikuti langsung oleh pelengkap pelaku (yang sebelumnya subjek kalimat pasif) maka bentuk

‘oleh’ wajib hadir.

Contoh:

4a. Mobil tua itu harus diperbaiki segera oleh Pak Boy. bukan dengan 4b. Mobil tua itu harus diperbaiki segera Pak Boy.

B. Cara Kedua

B.1 Pindahkan O keawal kalimat

B.2 Tanggalkan prefiks meng- pada P

B.3 Pindahkan S ketempat yang tepat sebelum verba.

Contoh:

5. Saya sudah mencuci pakaian itu (Aktif) 5a. Pakaian itu saya sudah cuci (Pasif) 5b. Pakaian itu sudah saya cuci (Pasif)

Jika subjek kalimat aktif transitif berupa Promina persona ketiga atau nama diri yang relative pendek, maka padanan pasifnya dapat dibentuk dengan cara seperti contoh berikut.

6. Mereka akan membersikan ruangan itu (Aktif) 6a. Ruangan itu akan dibersihkan (oleh) mereka (Pasif) 6b. Ruangan itu akan mereka bersihkan (Pasif)

7. Dia sudah mendengar berita duka itu (Aktif) 7a. Berita duka itu sudah didengar (oleh) dia (Pasif) 7b. Berita duka itu sudah dia dengar (Pasif)

8. Ayah telah membeli rumah itu (Aktif) 8a. Rumah itu telah dibeli (oleh) ayah (Pasif) 8b. Rumah itu telah ayah beli (Pasif)

Arti pasif dapat pula bergabung dengan unsur lain seperti unsur ketidaksengajaan.

Jika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif dan dalam kalimat pasif itu terkandung pula pengertian bahwa perbuatan yang dinyatakan oleh verba itu mengandung unsur yang tak sengaja, maka bentuk prefiks yang dipakai untuk verba bukan lagi di-, melaikan ter-.

Perhatikan perbedaan kalimat (a) dan (b) berikut ini.

9a. Penumpang bus itu dilempar keluar

9b. Penumpang bus itu terlempar keluar 10a. Pintu itu ditendang adik

10b. Pintu itu tertendang adik.

Pada kalimat (9a, 10a) menunjukkan bahwa seseorang melakukan perbuatan itu dengan niat dan kesengajaan. Sebaliknya, kalimat (9b, 10b) mengacu kesatu keadaan atau ketidaksengajaan sipelaku perbuataan.

Disamping makna ketidaksengajaan itu, verba pasif yang memakai ter- juga dapat menunjukkan kekodratan; artinya, kita tidak memasalahkan siapa yang melakukan perbuatan tersebut sehingga seolah - olah sudah menjadi kodratlah bahwa sesuatu harus demikian keadaannya. Sebagai contoh perhatikan kalimat yang berikut.

11. Danau Toba terletak di provinsi Sumatera Utara 12. Soal ini terlepas dari rasa senang atau tidak senang

Dan juga, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut.

13. Mereka kena tipu orang .

Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya

berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut.

14. Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.

Kalimat pasif bahasa Indonesia memiliki dua bentuk yang berbeda Dardjowidjojo (1987) menyebutkan dengan istilah “Pasif tipe pertama dan tipe kedua.” Pemilihan jenis kalimat pasif ditentukan oleh subjek (aktor). Ketika suatu kalimat aktif berubah menjadi kalimat pasif, dua hal ini harus dipertimbangkan dalam memutuskan apakah kalimat pasif tersebut digolongkan dalam kalimat pasif tipe pertama atau tipe kedua. Pada kalimat pasif

tipe pertama, subjek buasanya adalah orang ketiga atau yang lebih sering dikenal dengan

“dia” atau “mereka”. Kaidah dari jenis kalimat pertama ini ditetapkan sebagai berikut.

Kalimat aktif:

Subjek (Actor) + meN-Verba + Objek (Patient) Contoh:

Dia menunggu saya.

Anto menulis surat ini.

Seseorang telah mengirimkan bingkisan ini ke rumah.

Kalimat pasif:

Subjek (Patient) + di- Verba + (oleh) + Objek (Actor) Contoh:

Saya ditungguinya/dia/oleh dia.

Surat itu ditulis anto/oleh anto.

Bingkisan ini telah dikirim kerumah.

Pada kalimat pasif tipe kedua, agent berbentuk pronominal atau pronominal pengganti, dimana posisi agent tersebut berada sebelum verba yang tidak memiliki prefiks.

Kaidah dari jenis kalimat pasif tipe kedua ini ditetapkan sebagai berikut.

Subjek (Patient) + Agent + Verba Contoh:

Kami menjemput dia (Aktif) Dia kami jemput (Pasif)

Dalam kaidah kalimat pasif tipe kedua diatas dapat dilihat bahwa tidak ada komponen lain antara agent dan verba. Khususnya dalam komponen frase predikat, yang berfungsi sebagai penanda negative atau temporal berada sebelum agent.

Contoh:

Rumah itu tidak akan kami beli.

Jika agent ‘kami’ deganti dengan aku atau kamu, maka bentuknya berubah menjadi ku- dank kau- seperti contoh berikut.

Rumah itu tidak akan kubeli Rumah itu tidak akan kau beli

Hal ini juga menambahkan bahwa dalam bahasa inggris, konstruksi kalimat pasif memungkinkan sipembicara untuk menghindari penyebutan subjek (actor). Hal ini kadang – kadang diperlukan atau dibutuhkan bilamana subjek (actor) tidak diketahui, tidak jelas, tidak penting atau bahkan dikarenakan tindakan subjek (actor) merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh siapa saja.

Contoh: Rumahnya dibobol kemarin malam Dia disuruh berlari

Permintaannya direalisasikan

Mudah-mudahan segala pelanggarannya diampuni Pembokaran gedung itu dilakukan secara bertahap

Chung (1989) juga menyatakan bahwa “there are two types of passive in Indonesian, namely: a canonical passive and a passive voice which has the surface form of an object topicalization.” Hal ini biasa dijumpai dalam kalimat pasif bahasa Indonesia dimana subjek dan objek langsung tidak ditandai dengan adanya kata depan. Verba transitif memiliki awalan meng- dan hanya terjadi dalam kalimat aktif transitif.

Contoh.

Siska membaca novel itu (Aktif) Novel itu dibaca (oleh) siska (Pasif)

Orang itu memukul siska (Aktif) Siska dipukul (oleh) orang itu (Pasif)

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa objek langsung berubah menjadi subjek dan subjek berubah menjadi objek dengan menambahkan preposisi ‘oleh.’ Dalam pengertian teori diatas dapat dilihat bahwa verba ditandai dengan prefiks di- yang menggantikan prefiks verba transitif meng- disebut dengan istilah kalimat pasif kanonik.

2.5.3 Struktur Kalimat Pasif dalam Bahasa Inggris

Quirk (1972:802) menyatakan bahwa “voice is a grammatical category which makes it possible to view the action of a sentence in two ways without any change in the facts reported.” Hubungan antar kalimat pasif dan pasif melibatkan dua tingkatan tata bahasa, yaitu frase verba dan klausa. Pada tingkatan frase verba, perbedaan antara dua kategori kalimat bahwa kalimat pasif ditandai dengan adanya kata kerja bantu ‘be’ dan kata kerja bentuk ketiga ‘past participle.’ Memang dalam bahasa inggris pola dasar kalimat pasif adalah ‘be + past participle’ dan variasinya tergantung pada bentuk keterangan waktu.

Sementara pada tingkatan klausa, pemasifan kalimat melibatkan penyusunan ulang dari dua elemen klausa dan satu tambahan, dimana subjek aktif dan preposisi ‘oleh’ merupakan pilihan tambahan sebelum objek (agent).

Bahasa Inggris memiliki dua bentuk kalimat yang digunakan untuk menyatakan suatu pikiran. Kedua bentuk kalimat tersebut adalah kalimat aktif dan kalimat pasif. Dalam kalimat aktif subjek melakukan pekerjaan atau melakukan suatu perbuatan. Dengan ciri khas bahwa kata kerja yang digunakan berawalan “me-“. Sedangkan di dalam kalimat pasif, subjek dalam kalimat tersebut tidak melakukan pekerjaan/perbuatan, melainkan dikenai

tersebut berawalan “di-“. Kata kerja yang digunakan dalam kalimat pasif bahasa Inggris adalah: to be + Verb 3 (Past Participle). “Be” itu sendiri dibuat sesuai dengan tense yang digunakan dalam kalimat itu dan disuikan dengan subject kalimat tersebut.

Kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif dengan menjadikan “object” kalimat aktif

Kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif dengan menjadikan “object” kalimat aktif

Dalam dokumen TESIS. Oleh BOY HENDRAWAN MANURUNG /LNG (Halaman 30-109)

Dokumen terkait