• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Oleh BOY HENDRAWAN MANURUNG /LNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Oleh BOY HENDRAWAN MANURUNG /LNG"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT PASIF DALAM NOVEL

LASKAR PELANGI KE DALAM BAHASA INGGRIS THE RAINBOW TROOPS

TESIS

Oleh

BOY HENDRAWAN MANURUNG 117009011/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

(2)

ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT PASIF DALAM NOVEL

LASKAR PELANGI KE DALAM BAHASA INGGRIS THE RAINBOW TROOPS

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

BOY HENDRAWAN MANURUNG 117009011/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

(3)

Judul Tesis : Analisis Terjemahan Kalimat Pasif Dalam Novel

Laskar Pelangi Ke Dalam Bahasa Inggris The Rainbow Troops

Nama Mahasiswa : Boy Hendrawan Manurung Nomor Pokok : 117009011

Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Kajian Terjemahan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Roswita Silalahi, M.Hum) (Dr. Muhizar Muchtar, M.S)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)

Tanggal lulus: 16 Agustus 2013

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Roswita Silalahi, M.Hum Anggota : 1. Dr. Muhizar Muchtar, M.S

2. Dr. Syahron Lubis, M.A 3. Dr. T. Thyrhaya Zein M.A 4. Prof. T. Silvana Sinar M.A, Ph.D

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

“ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT PASIF DALAM NOVEL

LASKAR PELANGI KE DALAM BAHASA INGGRIS THE RAINBOW TROOPS”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 16 Agustus 2013 Penulis,

Boy Hendrawan Manurung

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan desain kualitatif dengan analisis deskriptif. Data penelitian adalah kalimat pasif bahasa Indonesia berserta terjemahannya dalam bahasa Inggris sebagaimana digunakan dalam novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh Hirata (2008) dan terjemahannya The Rainbow Troops yang diterjemahkan oleh Kilbane (2009). Ada tiga masalah dalam penelitian ini: (1) Bagaimanakah konstruksi terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops, (2) Pergeseran apa saja yang terjadi pada terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops. (3)Prosedur penerjemahan apakah yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops. Berdasarkan hal tersebut di atas, tujuan utama dari penelitian ini adalah menjawab ketiga rumusan permasalahan yang dikaji. Langkah – langkah dan prosedur mencari jawaban terhadap ketiga pertanyaan mencakup: (1) sumber data, (2) metode dan teknik pengumpulan data yang terdiri dari metode observasi dan teknik pencatatan, (3) metode dan teknik analisis data. Hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, kalimat – kalimat pasif yang dapat diidentifikasi dalam bahasa Indonesia yang diawarkan oleh Sneddon (1996) kebanyakan ditandai dengan konstruksi prefiks di- (prefiks di- + kata kerja dasar + agen frasa; prefiks di- + kata kerja dasar +akhiran + agen frasa; dan beberapa kalimat pasif ditandai dengan prefiks ter- (prefiks ter- (prefiks ter- + kata kerja dasar/ kata sifat/kata benda) dan hasil analisis data jelas menunjukkan bahwa kebanyakan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia yang ditandai baik dengan penambahan prefiks di- (di- + kata kerja dasar dan di- + kata kerja dasar + akhiran) dan awalan ter- (ter +kata kerja dasar/kata sifat/kata benda) yang juga diterjemahkan menjadi kalimat pasif dalam hahasa Inggris (be + kata kerja III + agen frasa tersurat atau tersirat dan sisanya diterjemahkan menjadi kalimat aktif. Hasil penelitian ini jelas membuktikan bahwa kebanyakan kalimat pasif dalam bahasa sumber tetap dipertahankan pasif dan hanya beberapa yang dirubah menjadi kalimat aktif. Kedua dalam menerjemahkan kalimat pasif bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, pergeseran atau perubahan bentuk yang mengacu pada Catford (2000) tak dapat dihindari terutama pada tataran gramatikal yang menyangkut tenses sebab bahasa Inggris mengenal tenses, sedangkan bahasa Indonesia tidak. Nyaris semua kalimat pasif dalam bahasa Indonesia yang dibentuk dengan: (1) awalan di- + kata kerja dasar; (2) awalan di- + kata kerja dasar + akhiran; dan (3) awalan ter- (awalan ter- + kata kerja dasar/kata sifat/kata benda) diterjemahkan ke dalam bentuk lampau dengan pola: (1) be + kata kerja III atau (2) S + P ( kata kerja II) + O. Ketiga, Prosedur penerjemahan mengacu pada Vinay &

Darbelnet (2000) pada penerjemahan kalimat pasif lebih didominasi oleh prosedur penerjemahan harfiah sebanyak 65 kalimat (78,38%), kemudian prosedur modulasi yang terdapat pada 13 kalimat (15,66%) dan prosedur transposisi yang terdapat pada 5 kalimat (6,03%).

Kata Kunci : Kalimat pasif, Pergeseran (Shift) dan Prosedur penerjemahan

(7)

ABSTRACT

This study is conducted based on qualitative research design with descriptive analysis. The data are passive construction in Indonesian and English as used in the novel Laskar Pelangi written by Hirata (2008) and its translation The Rainbow Troops translated by Kilbane (2009). There are three research problems namely; (1) How the passive constructions found in the novel of Laskar Pelangi and its translation The Rainbow Troops, (2) What types of shifts occur from SL to TL in translating passive constructions from Indonesia into English, (3) What types of procedure used by translator in translating passive constructions from Indonesia to English. Based on the problems, the main objectives of the study are to answer the three research problems under study. The steps and procedures of discovering the answers of the three research problems are shown under the discussion of research method which includes: (1) the data source, (2) method and technique of collecting the data consisting of observation method and note-taking technique; (3) method and technique of analyzing the data. The results of the data analysis are summed up as follows. First, among the passives, in Indonesian which can be identified in SL offered by Sneddon (1996) most are marked by prefix di- (prefix di- + verb base + agent phrase; prefix di- + verb base + suffix + agent phrase); several marked by prefix ter- to adjective and noun (prefix ter- + verb base / adjective/noun) and there more passives not marked either by prefix di- or ter-. And the results of data analysis clearly show that most passives are marked by the attachment of both prefix di- (di + verb base and di + verb base + suffix) and prefix ter- (ter- + verb and ter + adjective/noun) which are also translated into passive in English (be + past participle) + stated or implied agent by phrase and the rest are translated into actives. This clearly reveals that some passives in SL are retained, namely translated into passives in English and some others are translated into actives. Second, in translating Indonesian passives into English shifts referred to Catford (2000) inevitably take place on grammatical level, above all, on the aspect of tense, since English has several tenses whereas Indonesian does not. Nearly all Indonesian passive voices which are formed by: (1) prefix di- + Verb base data; (2) prefix di- + Verb base + Suffix; and (3) prefix ter- + verb base/Adjective/noun which are translated into past tense with either (1) Be + Past participle or (2) S + P (Verb II) + O). Third, translation procedure referred to Vinay & Darbelnet (2000) that translating passive construction seems to be dominated by literal translation procedure namely 65 sentences (78,31%), the modulation procedure 13 sentences (15,66%) and transposition procedure 5 sentences (6,03%).

Key words: passive construction, shifts, and translation procedure

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolongan-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga penulis dapat selesai dengan tepat waktu. Penulisan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk penyempurnaan penulisan tesis ini.

Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc, (CTM), Sp.A(K).

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Erman Munir M.Sc.

3. Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai penguji, Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D, dan Sekretaris Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara, Ibu Dr. Nurlela, M.Hum yang telah memberikan arahan dan dukungan kepada penulis.

4. Pembimbing, Ibu Dr. Roswita Silalahi, M.Hum, sebagai Pembimbing I dan Bapak Dr.

Muhizar Muchtar, M.S, sebagai Pembimbing II yang telah mengarahkan, membantu, dan mendampingi penulis sejak dari awal sampai selesai penulisan tesis ini.

5. Penguji Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A yang telah

(9)

6. Manager Program konsentrasi terjemahan Ibu Dra. Hayati Chalil M.Hum yang telah memberikan motivasi, masukan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

7. Keluarga yang saya cintai khususnya kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda R. Manurung dan Ibunda A. Parhusip S.Pd, Abanganda saya tercinta Dapot Parulian

Manurung dan istri serta Kakakanda yang tercinta Fitriana Susanti Manurung S.S dan suami yang telah memberi dukungan baik moral, doa, finansial dan motivasi. Atas dukungan mereka tercinta, penulis dapat selesai dengan tepat waktu.

8. Teman - teman kuliah khususnya Translation Studies (2011) B’Demetrius, Supriyadi, B’Ganda, Merry, B’Bertova, P’Ismail, K’Irfah, K’Tedty, K’Hani, Apraisman, Sofia, Ratih and Zai (buat novelnya) yang selalu mengingatkan dan menolong penulis dalam penyelesaian tesis ini.

9. Lora Ekana Nainggolan S.E yang telah memberikan dukungan moral kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dan tak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa dan semoga tesis ini dapat bermanfaat kepada pembaca.

Medan, Agustus 2013 Penulis,

BOY HENDRAWAN MANURUNG

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………i

ABSTRACT………...ii

KATA PENGANTAR………iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR SINGKATAN………...vii

DAFTAR TABEL………... viii

DAFAR GAMBAR………ix

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Batasan Masalah Penelitian ... 8

1.6 Klarifikasi Makna Istilah ... 8

BAB II Kajian Pustaka 2.1 Definisi Penerjemahan ... 9

2.2 Jenis Penerjemahan ... 11

2.3 Prosedur Penerjemahan ... 13

2.4 Pergeseran dalam Penerjemahan... 19

2.5 Kalimat Pasif ... 21

2.5.1 Definisi Kalimat Pasif ... 21

2.5.2 Struktur Kalimat Pasif Bahasa Indonesia ... 21

2.5.3 Struktur Kalimat Pasif Bahasa Inggris ... 28

2.6 Novel ... 33

2.7 Penelitian Relevan ... 34

2.8 Kerangka Berpikir ... 39

BAB III Metode Penelitian 3.1 Metode Penelitian ... 41

3.2 Data dan Sumber Data ... 41

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 43

(11)

BAB IV Paparan Data dan Temuan Penelitian

4.1 Pengantar ... 45

4.2 Paparan Data ... 45

4.2.1 Analisis kalimat pasif BSu dan terjemahannya dalam BSa menjadi konstruksi kalimat pasif + to infinitive ... 46

4.2.2 Analisis kalimat pasif BSu dan terjemahannya dalam BSa menjadi konstruksi kalimat pasif + by agent ... 48

4.2.3 Analisis kalimat pasif BSu dan terjemahannya dalam BSa menjadi konstruksi kalimat pasif + agent by implied ... 49

4.2.4 Analisis kalimat pasif BSu dan terjemahannya dalam BSa menjadi konstruksi kalimat aktif ... 53

4. 3 Kalimat pasif prefiks di- dalam BSu diterjemahkan menjadi kalimat pasif dalam BSa ... 57

4.4 Kalimat pasif prefiks di- dalam BSu diterjemahkan menjadi kalimat pasif dalam BSa ... 68

4.5 Analisis Pergeseran (Shift) kalimat pasif ke dalam bahasa Inggris ... 72

4.6 Analisis Prosedur penerjemahan kalimat pasif ke dalam bahasa Inggris ... 76

4.7 Temuan Penelitian ... 84

BAB IV Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN DATA ... 91

(12)

DAFTAR SINGKATAN BSu : Bahasa Sumber

BSa : Bahasa Sasaran TSu : Teks Bahasa Sumber TSa : Teks Bahasa Sasaran LP : Laskar Pelangi TRT : The Rainbow Troops

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

(13)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Hal

Tabel 2.1 Struktur kalimat aktif dan kalimat pasif dalam bahasa Inggris………… 32 Tabel 4.1 Data kalimat Pasif dalam BSu diterjemahkan menjadi kalimat pasif

+ to Infinitive dalam BSa……… 46 Tabel 4.2 Data kalimat Pasif dalam BSu diterjemahkan menjadi kalimat pasif + by (agentt) dalam BSa………. 48 Tabel 4.3 Data kalimat Pasif dalam BSu diterjemahkan menjadi kalimat pasif

+ agent by implied dalam BSa……… 49 Tabel 4.4 Data kalimat Pasif dalam BSu diterjemahkan menjadi kalimat aktif

dalam BSa………... 53 Tabel 4.5 Kalimat pasif pola (di- + kata kerja dasar + sufiks (-lah, -nya, -kan))

diterjemahkan menjadi be + Past Participle + To Infinitive... 58 Table 4.6 Kalimat pasif pola (di- + kata kerja dasar + sufiks (-kan, -lah, -i) yang

diterjemahkan menjadi Be + Past Participle +agentt phrase by (stated).. 58 Tabel 4.7 Kalimat pasif pola (di- + kata kerja dasar + sufiks (-kan,- lah, -i) yang

diterjemahkan menjadi Be + Past Participle +agentt phrase (implied)… 59 Tabel 4.8 Kalimat pasif pola (di- + kata kerja dasar + sufiks (-kan,- lah, -i) yang

diterjemahkan menjadi S + P + O (konstruksi kalimat pasif dalam BSu di terjemahkan menjadi konstruksi kalimat aktif dalam BSa)……… 60 Tabel 4.9 Kalimat pasif pola (ter- + kata sifat ) yang diterjemahkan menjadi be +

Past Participle……… 69 Tabel 4.10 Kalimat pasif pola (ter- + kata kerja dasar) yang diterjemahkan menjadi

konstruksi kalimat aktif……….. 70

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Tabel Judul Hal

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir……….. 40

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan desain kualitatif dengan analisis deskriptif. Data penelitian adalah kalimat pasif bahasa Indonesia berserta terjemahannya dalam bahasa Inggris sebagaimana digunakan dalam novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh Hirata (2008) dan terjemahannya The Rainbow Troops yang diterjemahkan oleh Kilbane (2009). Ada tiga masalah dalam penelitian ini: (1) Bagaimanakah konstruksi terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops, (2) Pergeseran apa saja yang terjadi pada terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops. (3)Prosedur penerjemahan apakah yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops. Berdasarkan hal tersebut di atas, tujuan utama dari penelitian ini adalah menjawab ketiga rumusan permasalahan yang dikaji. Langkah – langkah dan prosedur mencari jawaban terhadap ketiga pertanyaan mencakup: (1) sumber data, (2) metode dan teknik pengumpulan data yang terdiri dari metode observasi dan teknik pencatatan, (3) metode dan teknik analisis data. Hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, kalimat – kalimat pasif yang dapat diidentifikasi dalam bahasa Indonesia yang diawarkan oleh Sneddon (1996) kebanyakan ditandai dengan konstruksi prefiks di- (prefiks di- + kata kerja dasar + agen frasa; prefiks di- + kata kerja dasar +akhiran + agen frasa; dan beberapa kalimat pasif ditandai dengan prefiks ter- (prefiks ter- (prefiks ter- + kata kerja dasar/ kata sifat/kata benda) dan hasil analisis data jelas menunjukkan bahwa kebanyakan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia yang ditandai baik dengan penambahan prefiks di- (di- + kata kerja dasar dan di- + kata kerja dasar + akhiran) dan awalan ter- (ter +kata kerja dasar/kata sifat/kata benda) yang juga diterjemahkan menjadi kalimat pasif dalam hahasa Inggris (be + kata kerja III + agen frasa tersurat atau tersirat dan sisanya diterjemahkan menjadi kalimat aktif. Hasil penelitian ini jelas membuktikan bahwa kebanyakan kalimat pasif dalam bahasa sumber tetap dipertahankan pasif dan hanya beberapa yang dirubah menjadi kalimat aktif. Kedua dalam menerjemahkan kalimat pasif bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, pergeseran atau perubahan bentuk yang mengacu pada Catford (2000) tak dapat dihindari terutama pada tataran gramatikal yang menyangkut tenses sebab bahasa Inggris mengenal tenses, sedangkan bahasa Indonesia tidak. Nyaris semua kalimat pasif dalam bahasa Indonesia yang dibentuk dengan: (1) awalan di- + kata kerja dasar; (2) awalan di- + kata kerja dasar + akhiran; dan (3) awalan ter- (awalan ter- + kata kerja dasar/kata sifat/kata benda) diterjemahkan ke dalam bentuk lampau dengan pola: (1) be + kata kerja III atau (2) S + P ( kata kerja II) + O. Ketiga, Prosedur penerjemahan mengacu pada Vinay &

Darbelnet (2000) pada penerjemahan kalimat pasif lebih didominasi oleh prosedur penerjemahan harfiah sebanyak 65 kalimat (78,38%), kemudian prosedur modulasi yang terdapat pada 13 kalimat (15,66%) dan prosedur transposisi yang terdapat pada 5 kalimat (6,03%).

Kata Kunci : Kalimat pasif, Pergeseran (Shift) dan Prosedur penerjemahan

(16)

ABSTRACT

This study is conducted based on qualitative research design with descriptive analysis. The data are passive construction in Indonesian and English as used in the novel Laskar Pelangi written by Hirata (2008) and its translation The Rainbow Troops translated by Kilbane (2009). There are three research problems namely; (1) How the passive constructions found in the novel of Laskar Pelangi and its translation The Rainbow Troops, (2) What types of shifts occur from SL to TL in translating passive constructions from Indonesia into English, (3) What types of procedure used by translator in translating passive constructions from Indonesia to English. Based on the problems, the main objectives of the study are to answer the three research problems under study. The steps and procedures of discovering the answers of the three research problems are shown under the discussion of research method which includes: (1) the data source, (2) method and technique of collecting the data consisting of observation method and note-taking technique; (3) method and technique of analyzing the data. The results of the data analysis are summed up as follows. First, among the passives, in Indonesian which can be identified in SL offered by Sneddon (1996) most are marked by prefix di- (prefix di- + verb base + agent phrase; prefix di- + verb base + suffix + agent phrase); several marked by prefix ter- to adjective and noun (prefix ter- + verb base / adjective/noun) and there more passives not marked either by prefix di- or ter-. And the results of data analysis clearly show that most passives are marked by the attachment of both prefix di- (di + verb base and di + verb base + suffix) and prefix ter- (ter- + verb and ter + adjective/noun) which are also translated into passive in English (be + past participle) + stated or implied agent by phrase and the rest are translated into actives. This clearly reveals that some passives in SL are retained, namely translated into passives in English and some others are translated into actives. Second, in translating Indonesian passives into English shifts referred to Catford (2000) inevitably take place on grammatical level, above all, on the aspect of tense, since English has several tenses whereas Indonesian does not. Nearly all Indonesian passive voices which are formed by: (1) prefix di- + Verb base data; (2) prefix di- + Verb base + Suffix; and (3) prefix ter- + verb base/Adjective/noun which are translated into past tense with either (1) Be + Past participle or (2) S + P (Verb II) + O). Third, translation procedure referred to Vinay & Darbelnet (2000) that translating passive construction seems to be dominated by literal translation procedure namely 65 sentences (78,31%), the modulation procedure 13 sentences (15,66%) and transposition procedure 5 sentences (6,03%).

Key words: passive construction, shifts, and translation procedure

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya disebut Bahasa Sumber (BSu), sedangkan teks yang disusun oleh penerjemah disebut Teks Sasaran (TSa) dan bahasanya disebut Bahasa Sasaran (BSa).

Larson (1998:3) menyatakan “Translation consists of transferring the meaning of the source language into the receptor language. This is done by going from the form of the first language to the form of a second language by the way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must be held constant. Only the form changes.”

(Penerjemahan maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah.)

Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih padanan kata bukanlah pekerjaan yang mudah bagi seorang penerjemah. Untuk itu seorang penerjemah harus mampu menggunakan strategi penerjemahan dalam mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih padanan kata dari BSu ke dalam BSa. Sebagai seorang penerjemah, sebelum menerjemahkan diharuskan mengetahui hasil terjemahan itu untuk siapa (audience design) dan untuk tujuan apa (need analysis), sehingga penerjemah dapat menentukan metode

(18)

penerjemahan yang paling tepat untuk dilakukan. Setelah itu, seorang penerjemah harus mengetahui langkah – langkah penerjemahan yang disebut sebagai prosedur penerjemahan (Hoed 2006: 67). Prosedur penerjemahan merupakan tindakan atau cara kerja yang dilakukan guna mengatasi masalah perbedaan – perbedaan antara BSu dan BSa baik pada segi kaidah tata bahasa maupun segi maknawi bahasa yang terjadi pada proses penerjemahan (Machali 2009:91). Istilah prosedur dibedakan dari metode. Prosedur adalah cara penerjemahan sebuah kalimat yang menggambarkan urutan serangkaian tindakan. Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada satuan penerapannya. Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks sedangkan prosedur penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan bahasa yang lebih kecil seperti klausa, frasa dan kata. Hal ini menekankan bahwa seorang penerjemah sebagai orang yang memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan dari BSu tidak hanya sekedar memahami BSu dengan baik, tetapi juga memiliki kemampuan atau kompetensi dalam menemukan kesepadanan terdekat dalam BSa. Itu berarti bahwa seorang penerjemah harus mampu menghasilkan produk terjemahan alami yang melibatkan pergeseran dan perubahan bentuk dalam BSa.

Pergeseran dan perubahan struktur dari satu bentuk ke dalam bentuk yang lain merupakan hal yang lazim terjadi dalam penerjemahan. Untuk memperoleh tingkat naturalisasi, konstruksi kalimat pasif sering diterjemahkan ke dalam konstruksi kalimat aktif atau sebaliknya. Hal ini sering didapati dalam terjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggris, karena bahasa Indonesia memiliki ciri khas yang khusus dalam susunan kalimatnya.

Sneddon (2000:22) menyatakan bahwa often passive is natural construction in Indonesia where a passive translation into English will sound very artificial or clumsy. (Seringnya sebuah kalimat pasif merupakan konstruksi yang wajar di dalam bahasa Indonesia tetapi terjemahanya ke dalam bahasa Inggris terlihat menjadi tidak alami.) Tidak sedikit orang Indonesia berbicara dalam bentuk kalimat pasif yang memiliki susunan kalimat objek,

(19)

predikat, dan subjek (OPS) menghilangkan subjek dan objek. Hal ini dilakukan dengan tujuan memambah rasa hormat, keseponan, dan kenyamanan terhadap sebuah pernyataan atau pertanyaan, ketika subjek dalam konteks tidak diketahui atau tidak dikenal atau tersirat.

Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia untuk menawarkan bantuan kepada orang lain, ucapannya adalah Bisa dibantu? diterjemahan secara literal menjadi Can be helped?.

Terjemahan Can be helped terdengar tidak alami dalam bahasa Inggris, namun frasa ini akan terdengar lebih alami bilamana diterjemahkan menjadi Can I help you? Pembicara menyebutkan I dalam bahasa Inggris sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak disebutkan namun bermakna tersirat.

Ketika membahas tentang seseorang atau suatu benda biasanya dinyatakan lewat subjek dari sebuah klausa atau kalimat. Dan jika kita membahas tentang pelaku pada kalimat maka pelaku tersebut disebut sebagai subjek dan menggunakan kata kerja bentuk aktif. Kata kerja transitif dalam bahasa Inggris biasanya berbentuk aktif, tetapi dapat pula terjadi dalam kalimat pasif. Dalam bahasa Inggris lebih banyak konstruksi kalimat pasif dibentuk dari kata kerja bantu be yang diikuti oleh kata kerja bentuk ketiga past participle, sedangkan konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia lebih banyak ditandai dengan prefiks di + kata kerja dasar.

Berdasarkan penjelasan di atas, secara jelas disampaikan bahwa pada dasarnya penerjemahan adalah perubahan struktur bentuk kata, frasa, klausa dan kalimat. Bentuk - bentuk ini merupakan struktur awal dari sebuah bahasa yang biasanya dapat dilihat dalam bentuk tulisan dan didengar dalam bentuk perkataan. Larson (1998:3) menyatakan:

in translation the form of the source language (SL) is replaced by the form of the receptor language (RL).This replacement of form necessarily consists of studying the lexicon, grammatical structure, communication situation, and cultural context of the source language text, analyzing it in order to determine its meaning, and reconstructing the same meaning using the lexicon and grammatical structure which are appropriate in RL and its

(20)

(Menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks BSu, menganalisis teks BSu untuk menemukan maknanya, dan mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam BSa dan konteks budayanya.) Oleh karena itu, proses yang efektif dan efisien dalam terjemahan konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia ke bahasa Inggris tidak hanya sekedar mengubah bentuk leksikal dan tata bahasa (gramatikal) dengan tepat tetapi juga mampu mengubah pemilihan bentuk konteks budaya dengan tepat pula.

Konstruksi kalimat dalam bahasa Indonesia cenderung lebih fokus pada hasil tindakan.

Sebagai contoh, Saya akan dijemputnya yang secara literal dapat diterjemahkan I would be picked up by her (Sneddon, 2000:21). Kalimat I would be picked up by her terdengar tidak alami dalam bahasa Inggris; kalimat ini akan terdengar lebih alami bilamana diterjemahkan menjadi She would pick me up. Konstruksi kalimat aktif dalam bahasa Inggris lebih umum karena fokus perhatiannya adalah pelaku yang melaksanakan tindakan tersebut. Disisi lain untuk memperoleh kealamiahan terjemahan, konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia sering kali diterjemahkan menjadi konstruksi kalimat aktif dalam bahasa Inggris. Sebagai contoh Kalimat pasif berikut sangat terdengar alami dalam bahasa Indonesia, tetapi tidak dapat diterjemahkan menjadi kalimat pasif dalam bahasa Inggris. Anaknya sendiri tidak pernah dicarikannya jodoh bentuk kalimat pasif yng diterjemahkan menjadi kalimat aktif dalam bahasa Inggris “She has never looked for a marriage partner for her own child.” (Sneddon, 1996: 255)

KBBI (2007:788) menyatakan novel adalah sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel sebagai salah satu jenis karya sastra merupakan bagian dari bahasa tulis yang perkembangannya tidak luput dari kreatifitas pengarangnya dan kondisi sosial pada zamannya. Wujud dari kreatifitas pengarang tergambar dari unsur- unsur kebahasaan dari novel tersebut melalui gaya bahasa dan latar belakang budaya pengarangnya. Hal

(21)

dan diperlukan kehati – hatian serta keseriusan untuk mendapatkan hasil terjemahan karya sastra yang alami.

Laskar Pelangi merupakan salah satu novel yang memiliki ciri kebahasaan tersendiri ditulis oleh novelis Indonesia, Andrea Hirata (2008) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The rainbow Troops oleh Angie Kilbane (2009). Dalam proses menerjemahkan novel tersebut ke dalam bahasa Inggris khususnya menerjemahkan kalimat pasif, Angie Kilbane sebagai penerjemah juga mengakui bahwa tidak mudah baginya untuk menerjemahkan novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris seperti yang dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Translating this master piece was no easy task. It took seven months. I worked on it at home, in taxis, at cafes, on airplanes, in airports during lunch at school. I worked it on Java, Bali, Sumatera and Belitong; in Singapore, America, Malaysia and South Korea. This translation has been its fair share of places. Some parts were easier than others, and I had a lot of help along the way.

One thing that was very important and difficult to master was conveying the correct emotion in English in the same way Andrea conveyed it in the Indonesian version. Along with trying to tap into universal emotions, the overall construction of irony in the book was one of the biggest challenges in taking on the translation. (Angie Kilbane – Jakarta, October 4th, 2009).

Salah satu fenomena yang dijumpai dalam terjemahan novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops khususnya dalam menerjemahkan kalimat pasif dari BSu ke dalam BSa. Dalam proses menerjemahkan kalimat pasif dari BSu, kadang kala penerjemah tidak mempertahankan terjemahan kalimat pasif dalam BSa tetapi lebih memilih untuk menerjemahkan kalimat pasif tersebut menjadi kalimat aktif. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil terjemahan yang lebih alami dan tidak kaku dalam BSa. Sebagai contoh dalam novel Laskar Pelangi dan terjemahannya The Rainbow Troops ditemukan kalimat dengan menggunakan konstruksi kalimat pasif seperti; Tapi Borek dan Kucai didudukan berdua bukan karena mereka mirip tetapi karena sama sama susah diatur, diterjemahkan menjadi But Borek and Kucai were seated together not because they looked alike, but because they were both difficult to control.

(22)

Konstruksi kalimat pasif, pergeseran dan prosedur penerjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh novelis Indonesia, Andrea Hirata (2008) ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops yang diterjemahkan oleh Angie Kilbane (2009) layak untuk dibahas dan dianalisis karena konstruksi kalimat pasif dalam novel ini tidak hanya diterjemahkan dari kalimat pasif menjadi kalimat pasif tetapi juga dapat ditemukan bahwa kalimat pasif dapat diterjemahkan ke dalam kalimat aktif untuk membuat pesan yang disampaikan terdengar lebih alami dalam BSa.

Selain konstruksi kalimat pasif, terdapat beberapa alasan tertentu dalam penentuan novel Laskar Pelangi dan terjemahannya The Rainbow Troops sebagai sumber data antara lain: (1) Novel Laskar Pelangi dan terjemahannya The Rainbow Troops merupakan novel inspiratif karena ceritanya bertemakan mulai dari pendidikan, ekonomi, prestasi, juga percintaan, mampu menginspiri banyak orang. Novel ini sarat akan pesan moral atau hikmah tertentu yang bisa diambil oleh pembaca sehingga pembaca merasa mendapat suatu dorongan dan motivasi untuk melakukan hal yang lebih baik. (2) Ketersediaan novel asli dan terjemahannya di pasar. (3) Kepopuleran novel tersebut dengan melihat jumlah cetak ulangnya sejak pertama sekali penerbitan sampai cetakan kedua puluh menjelang laporan penelitian ini. (4) Catatan mengenai novel – novel yang menjadi Best seller di dalam dan luar negeri cukup banyak dan (5) Jumlah serta ragam penghargaan dan apresiasi positif yang diberikan pada novel tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1 Bagaimanakah konstruksi terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops?

(23)

2 Pergeseran apa saja yang terjadi pada terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops?

3. Prosedur penerjemahan apa saja yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1 Mengidentifikasi konstruksi terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops.

2 Mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops.

3 Mengidentifikasi beberapa prosedur penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops.

1.4 Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam bidang ilmu kajian terjemahan yang tertuang dalam karya sastra sehingga bermanfaat bagi usaha pengembangan teori – teori mengenai disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan teori linguistic dan terjemahan dalam penggunaan dan penerjemahan kalimat pasif bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris.

2. Manfaat praktis

(24)

a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai acuan agar menerjemahkan kalimat pasif khususnya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris menjadi lebih baik.

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah hasil penelitian dan pengetahuan tentang terjemahan kalimat pasif yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops.

1.5 Batasan Masalah Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada terjemahan sebagai produk, khususnya kalimat pasif yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops sebagai objek penelitian dan pergeseran serta prosedur penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan novel tersebut.

1.6 Klarifikasi Makna Istilah.

1. Bahasa Sumber (BSu) dan Bahasa Sasaran (BSa). Bahasa sumber merujuk pada bahasa yang diterjemahkan yaitu Bahasa Indonesia, sedangkan Bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi tujuan penerjemahan yaitu Bahasa Inggris.

2. Teks Sumber (TSu) dan Teks Sasaran (TSa). Teks sumber merujuk pada teks yang diterjemahkan yaitu teks berbahasa Indonesia, sedangkan Teks sasaran adalah teks yang menjadi tujuan penerjemahan yaitu Bahasa Inggris.

3. Konstruksi merupakan komposisi, struktur kata atau frasa disusun dalam sebuah kalimat pasif

4. Kalimat Pasif merupakan susunan kata – kata yang terdiri dari unsur (SPO) dimana subjek dari kalimat itu dikenai suatu tindakan.

5. Pergeseran (Shift) adalah perubahan linguistik yang terjadi antara Teks sumber (TSu) dan Teks target (TSa) dalam penerjemahan.

(25)

6. Prosedur adalah tindakan atau langkah yang ditempuh dalam melakukan proses penerjemahan.

7. Novel adalah sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setipa pelaku.

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penerjemahan

Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Ada beberapa definisi penerjemahan yang dikemukakan oleh banyak ahli bahasa. Nida and Taber (1982:12) menyatakan “translating consists of reproducing in the receptor language, the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.” (Penerjemahan mengungksapkan kembali pesan dalam BSu kedalam BSa dengan menggunakan kesepadanan yang wajar dan terdekat baik ditinjau dari segi makna maupun gaya.)

Catford (1965:20) menyatakan “Translation as the replacement of textual material in one language by equivalent textual materian in another language.” (Penerjemahan merupakan p enggantian teks dalam BSu dengan teks yang sepadan dalam BSa.) Bell (1991:5) menyatakan “Translation is the expression in a certain language preserving semantic and stylistic equivalences.” (Penerjemahan merupakan bentuk padanan BSu ke dalam BSa yang mencakup makna (semantik) dan stilistik).

Larson (1998:3) menyatakan bahwa “Translation consists of transferring the meaning of the source language into the receptor language.”(Penerjemahan adalah mengalihkan

(26)

6. Prosedur adalah tindakan atau langkah yang ditempuh dalam melakukan proses penerjemahan.

7. Novel adalah sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setipa pelaku.

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penerjemahan

Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Ada beberapa definisi penerjemahan yang dikemukakan oleh banyak ahli bahasa. Nida and Taber (1982:12) menyatakan “translating consists of reproducing in the receptor language, the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.” (Penerjemahan mengungksapkan kembali pesan dalam BSu kedalam BSa dengan menggunakan kesepadanan yang wajar dan terdekat baik ditinjau dari segi makna maupun gaya.)

Catford (1965:20) menyatakan “Translation as the replacement of textual material in one language by equivalent textual materian in another language.” (Penerjemahan merupakan p enggantian teks dalam BSu dengan teks yang sepadan dalam BSa.) Bell (1991:5) menyatakan “Translation is the expression in a certain language preserving semantic and stylistic equivalences.” (Penerjemahan merupakan bentuk padanan BSu ke dalam BSa yang mencakup makna (semantik) dan stilistik).

Larson (1998:3) menyatakan bahwa “Translation consists of transferring the meaning of the source language into the receptor language.”(Penerjemahan adalah mengalihkan

(27)

makna dalam BSu ke BSa.) Hal itu terlihat dari “consists of transferring the meaning”

sehingga dalam menerjemahkan teks, seorang penerjemah harus memiliki gaya bahasa, bentuk situasi komunikasi dan latar belakang konteks budaya yang baik terhadap BSu dan BSa.

Menurut Newmark (1981:7) juga memberikan definisi penerjemahan bahwa

“translation is an attempt to replace a written message and/or statement in one language by the same message and/or statement in another language.”(penerjemahan merupakan upaya untuk menggantikan pesan tertulis dan / atau pernyataan dalam satu bahasa dengan pesan yang sama dan / atau pernyataan ke dalam bahasa lain). Larson (1998:3) menyatakan bahwa

“Translation consists of studying the lexicon, grammatical structure, communication situation and culture context of the source language text, analyzing it in order to determine its meaning and the reconstruction this same meaning using the lexicon and grammatical structure which are appropriate in the receptor language and its cultural context.”

(Menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks BSu, menganalisis teks BSu untuk menemukan maknanya, dan mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam BSa dan konteks budayanya.) Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah proses pengalihan makna dari teks BSu ke dalam teks BSa dengan memperhatikan kesesuaian leksikon, struktur gramatikal dan konteks budaya di dalam BSu dan BSa sehingga pesan yang dimaksud oleh penulis dapat disampaikan kepada pembaca.

Menerjemahkan harus dilakukan secara totalitas yang berarti bahwa dalam menemukan kesepadanan dan kesewajaran yang terdekat harus berdasarkan gaya bahasa dan konteks budaya serta batasan situasional sehingga hasil terjemahan tersebut lebih bersifat

(28)

alami dalam BSa. Fokus dalam menerjemahkan adalah menggantikan makna suatu teks BSu dengan padanan makna yang sesuai dalam BSa.

Bell (1991:11) menyatakan bahwa “a good translation should be that in which the merit of the original work is so completely transfused into another language, as to be as distinctly apprehended, and as strongly felt, by a native of the country to which that language belongs, as it is by those who speak the language of the original work.” Definisi ini menyarankan bahwa ada tiga hukum yang seharusnya diadopsi dengan baik dalam proses penerjemahan antara lain; Bahwa penerjemah seharunya memberikan catatan gagasan lengkap dari pekerjaan yang asli. Bahwa gaya dan cara penulisan seharunya memiliki karakter yangs ama dari bentuk aslinya. Dan bahwa pernerjemah memiliki kebebasan dari karangan aslinya.

2.2 Jenis Penerjemahan

Basnet dan Guire (1988:14) membagi jenis penerjemahan ke dalam tiga kategori, yaitu (1) penerjemahan dalam bahasa yang sama (intrealingual translation atau rewording) yang merupakan interpretasi lambing – lambing verbal dengan menggunakan lambing – lambing lain dalam bahasa yang sama, (2) penerjemahan dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain (interlingual translation atau translation proper), dan (3) penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam media lain seperti gambar, music dan lain – lain (intersemiotic translation atau transmutation)

Berkaitan dengan penerjemahan dalam bahasa yang sama (intrealingual translation atau rewording), misalnya pada situasi seorang anak yang sedang belajar berbahasa. Anak tersebut belum menguasai kosa kata, ketika dia mendengar atau menemukan kata yang belum dimengerti, dia akan bertanya kepada orang lain. Misalnya dia akan bertanya kepada orang yang paling dekat dengannya, yaitu ibunya. Kemudian ibunya menjelaskan kata yang dia

(29)

tidak mengerti dengan menggunakan kata yang lebih sederhana sesuai dengan pola pikir anaknya sehingga anaknya dapat mengerti. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan terhadap kata tersebut, atau memberikan sinonimnya. Sebenarnya ibu tersebut telah melakukan penerjemahan untuk anaknya.

Selanjutnya dapat dijelaskan mengenai penerjemahan dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain (interlingual translation atau translation proper), yang merupakan jenis penerjemahan yang lebih dikenal, yaitu menerjemahkan dari BSu ke dalam BSa, misalnya suati teks dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Dapat diberikan contoh kata rumah I diterjemahkan menjadi ihouse atau home.

Jenis penerjemahan yang ketiga penerjemahn dari bahasa tulisan ke dalam media lain seperti gambar, music dan lain – lain (intersemiotic translation atau transmutation), misalnya dari bahasa Braille diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Disamping itu Suryawinata (1989:3) berpendapat bahwa penerjemahan dibagi menjadi empat jenis yaitu:

1. Penerjemahan menurut tujuannya, terdiri atas a. Penerjemahan Praktis

Penerjemahan ini sangat mementingkan ketepatan (accuracy), misalnya penerjemahan dokumen – dokumen teknis.

b. Penerjemahan Estetis – Puitis

Dalam penerjemahan ini yang diutamakan adalah emosi, perasaan dan dampak afektif, seperti misalnya penerjemahan puisi.

c. Penerjemahan Etnografi

Penerjemahan ini lebih mengutamakan penyajian konteks budaya dalam BSu ke dalam jkonteks budaya BSa

d. Penerjemahan Linguistik

(30)

Penerjemahan ini lebih mengutamakan ekuivalensi atau kesepadanan kebahasaan dari BSu ke dalam BSa

2. Penerjemahan dilihat dari hasil akhir penerjemahan, terdiri atas;

a. Penerjemahan Harfiah, yaitu penerjemahan kata demi kata dalam teks aslinya.

b. Penerjemahan yang disebut alih bahasa, yaitu penerjemahan yang derajat kesetiaannya 60% - 70%

c. Saduran, yaitu penerjemahan yang hanya mengambil ide – ide pokok BSu, sedangkan penulisnya bebas memakai ungkapannya sendiri.

d. Penerjemahan Dinamis yaitu penerjemahan mencari padanan atau ekuivalensi yang sedekat mungkin dengan teks aslinya dalam BSu tidak kata demi kata atau kalimat demi kalimat, tetapi harus memperhatikan makna teks secara keseluruhan.

3. Penerjemahan dilihat dari materinya yang diterjemahkan, contohnya penerjemahan teks- teks ilmu pengetahuan, seni budaya dan sebagainya.

4. Penerjemahan dilihat dari media penyampaian pesan, penerjemahan yang dilakukan secara lisan maupun tulisan.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Nida dan Taber (1969:67) yang membagi juga penerjemahan menjadi dua bagian besar yang sederhana, yaitu hanya ke dalam penerjemahan yang harfiah dan penerjemahan yang dinamis. Dari pendapat para ahli diatas, dapat ditemukan bahwa terdapat beragam pembagian penerjemahan dengan berbagai kategori tergantung pada bentuk, tujuan dan hasil akhir yang diinginkan dari hasil teks yang akan diterjemahkan.

2.3 Prosedur Penerjemahan

(31)

Vinay dan Darbelnet (2000:84-93) adalah ahli yang pertama mengidentifikasi dua metode umum yang terdiri dari tujuh prosedur dalam menerjemahkan teks sumber ke teks sasaran.

Kedua metode itu adalah metode Langsung dan metode Tidak Langsung atau terjemahan Miring (Oblique). Terjemahan langsung meliputi pinjaman, calque, dan terjemahan harfiah sementara terjemahan miring meliputi transposisi, modulasi, kesetaraan, dan adaptasi.

Menurut Vinay dan Darbelnet (1958:61-64), terjemahan harfiah berarti bahwa pesan bahasa sumber dapat diterjemahkan dengan sempurna ke dalam bahasa sasaran, karena pesan yang berdasarkan kategori paralel atau konsep. Terjemahan Oblique atau Tidak Langsung digunakan ketika ada kesenjangan dalam bahasa target yang harus diisi oleh beberapa arti setara, sehingga makna atau kesan yang sama untuk bahasa sumber dan bahasa target.

Terjemahan Oblique juga harus digunakan ketika bahasa memiliki beberapa perbedaan struktural atau metalinguistik sehingga efek gaya tertentu dapat dialihkan tanpa perubahan semantik leksikal atau radikal. Lebih tepatnya, penerjemah harus beralih ke terjemahan miring jika pesan yang diterjemahkan secara harfiah memiliki arti lain baik dari bahasa sumber, sesuai dengan sesuatu di metalinguistics dari bahasa target tetapi tidak tingkat linguistik yang sama.

Vinay dan Darbelnet (2000:84-93) menyebutkan prosedur terjemahan dapat dibagi menjadi dua antara lain (a) terjemahan harfiah atau langsung, yang mencakup pinjaman, calque, dan terjemahan harfiah, (b) terjemahan miring yang meliputi transposisi, modulasi, kesetaraan, dan adaptasi.

1. Peminjaman atau Borrowing

Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mengatakan bahwa Pinjaman adalah prosedur yang paling sederhana dari semua prosedur penerjemahan. Dalam prosedur pinjaman, BSu dialihkan langsung ke dalam BSa. Prosedur Pinjaman dalam terjemahan tidak selalu dibenarkan oleh adanya kesenjangan leksikal dalam BSa, namun dapat digunakan

(32)

sebagai cara untuk mempertahankan warna lokal dari kata tersebut, atau digunakan karena khawatir akan kehilangan beberapa aspek semiotik dan aspek budaya kata jika diterjemahkan

Hockett (1958:402) mengatakan, ““the feature which is imitated is called the model;

the language which is the model occurs, or the speaker of that language, called donor, the language which acquires something new in the process is borrowing language. The process itself called borrowing.” (Ciri – ciri yang ditiru disebut model, bahasa yang terjadi merupakan modus, atau sipembicara bahasa itu, disebut donor, bahasa yang memperoleh sesuatu yang baru dalam proses ini adalah proses pemberian pinjaman. Lehman (1962:213) mengatakan, “The process by which word are imported into a language is known as borrowing.”

(Proses di mana kata diserap ke dalam bahasa yang dikenal sebagai pinjaman.) Ada beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi pada prosedur ini. Pertama, meminjam dengan tidak mengubah bentuk dan makna (kata-kata pinjaman m urni) (Pure loanword), kedua, pinjaman dengan perubahan dalam bentuk, tetapi tanpa mengubah makna (loan mix), dan ketiga, pinjaman ketika bagian dari istilah merupakan bagian asli dan lainnya dipinjam , tapi makna sepenuhnya dipinjam (campuran pinjaman) (Loan Blends). Sebagai contoh:

a. Pinjaman dengan tidak mengubah bentuk dan makna (murni kata-kata pinjaman) atau (Pure loanword),

supermarket – supermarket cybermall – cybermall merger – merger

b. Pinjaman dengan perubahan bentuk tapi tanpa mengubah arti (campuran kata-kata pinjaman) atau (loan mix),

inflation - inflasi

productivity - produktivitas stability - stabilitas

(33)

business - bisnis recession - resesi

c. Campuran Pinjaman (pinjaman ketika bagian dari istilah ini asli dan bagian lain dipinjam) (Loan Blends).

fiscal policy - kebijakan fiskal

Corporate strategy - strategi perusahaan Environment economy - lingkungan ekonomi National debt - hutang nasional.

2. Kalke atau Calque

Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mengatakan bahwa calque adalah jenis khusus dari pinjaman dimana bahasa meminjam ungkapan dari yang lain, tapi kemudian masing –masing elemen diterjemahkan sercara harfiah. Vinay dan Darbelnet dalam Venuti membagi prosedur ini menjadi dua bagian: pertama, calque leksikal, yang memperhatikan struktur sintaksis dari kedua, calque struktural, memperkenalkan konstruksi baru ke dalam bahasa. Sebagai contoh:

Functional strategy - strategi fungsional Crisis management - manajemen krisis.

3. Terjemahan Harfiah atau Literal Translation

Vinay dan Darbelnet mengatakan bahwa terjemahan literal atau terjemahan kata demi kata adalah mengalihkan langsung dari teks Bsu sesuai dengan teks gramatikal dan ideomatik BSa di mana tugas penerjemah terbatas untuk mengamati kepatuhan terhadap tingkatan linguistik dari BSa. Pada prinsipnya, terjemahan harfiah adalah solusi unik yang dapat dipakai secara bolak – balik dan lengkap dalam dirinya sendiri. Terjemahan tidak diperlukan untuk membuat perubahan selain memperjelas, seperti yang menyangkut kesesuaian tata bahasa atau akhiran inflektif, misalnya bahasa Inggris "where are you?" Diterjemahkan ke

(34)

dalam bahasa Prancis "Ou etes vous?". Prosedur ini paling sering ditemukan dalam terjemahan antara bahasa yang terkait erat, misalnya Perancis-Italia, dan khususnya mereka yang memiliki budaya yang sama.

Terjemahan harfiah adalah salah satu cara penulis untuk terjemahan literal yang baik hanya saja harus ada yang dikorbankan karena persyaratan struktural dan metalinguistik dan setelah memeriksa bahwa makna sepenuhnya dipertahankan. Tapi Vinay dan Darbelnet mengatakan, bahwa para penerjemah dapat menilai terjemahan harfiah menjadi 'tidak dapat diterima' karena: memberikan arti yang berbeda, tidak memiliki makna, tidak alami karena alasan struktural, tidak memiliki ekspresi yang sesuai dalam metalinguistik dari BSa, Sesuai dengan sesuatu pada tingkat bahasa yang berbeda. Sebagai contoh:

unlimited liability - tanggung jawab tak terbalas stock - saham

entrepreneur – wiraswasta.

4. Transposisi atau Transposition

Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mendefinisikan transposisi adalah prosedur yang melibatkan penggantian satu kelas kata dengan kelas kata yang lain tanpa mengubah makna dari pesan atau arti. Dalam terjemahan, ada dua jenis bentuk transposisi:

transposisi wajib dan opsional. Prosedur ini juga merupakan perubahan dalam tata bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran (dari tunggal menjadi jamak; posisi kata sifat, mengubah kelas kata) sebagai contoh:

Standard of living - standar hidup

Balance of trading - neraca perdagangan Limited liability - tanggung jawa terbatas 5. Modulasi atau Modulation

(35)

Modulasi adalah variasi dari bentuk pesan, diperoleh dari perubahan sudut pandang.

Hal ini akan mengubah bentuk semantik dan sudut pandang BSu. Dan terjemahan ini juga dapat diterima ketika hasil terjemahan dalam ucapan tata bahasa yang benar, itu dianggap tidak cocok, unidiomatic atau canggung dalam BSa

Sama seperti transposisi, ada dua jenis modulasi, modulasi bebas atau opsional dan modulasi tetap atau wajib. Modulasi tetap dimana penerjemah dengan pengetahuan yang baik dari kedua bahasa bebas menggunakan metode ini, karena mereka akan menyadari frekuensi penggunaan, penerimaan keseluruhan, dan konfirmasi yang diberikan oleh kamus atau tata bahasa dari ekspresi disukai. Sementara modulasi bebas cenderung menuju solusi yang unik, solusi yang bersandar pada kebiasaan pemikiran dan yang diperlukan bukan opsional.

Modulasi bebas cukup sering digunakan atau dirasakan untuk menawarkan satu-satunya solusi, mungkin menjadi tetap. Modulasi tetap juga merupakan jenis modulasi yang mengubah ekspresi SL negatif menjadi ekspresi TL positif. Sebagai contoh

it is not difficult to see him - mudah menjumpainya.

6. Kesetaraan atau Equivalence

Vinay dan Darbelnet menggunakan istilah ini (2000:90) untuk merujuk pada kasus di mana bahasa menggambarkan situasi yang sama dengan metode gaya atau struktural yang berbeda.

Kesetaraan ini sangat berguna dalam menerjemahkan idiom dan peribahasa. Sebagai contoh She is lovely like the morning star - cantik seperti rembulan

We’re in the same boat - senasib

Bookworm - kutu buku

It’s raining cats and dogs - hujan deras 7. Adaptasi atau Adaptation

Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mendefinisikan adaptasi sebagai prosedur yang menciptakan situasi baru untuk menunjukkan kesetaraan situasional. Dan juga

(36)

budaya sasaran. Vinay dan Darbelnet menunjukkan bahwa konotasi budaya dari referensi dalam teks bahasa Inggris ke kriket permainan mungkin terbaik diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh referensi ke Tour de France. Adaptasi ini terutama digunakan dalam terjemahan dari buku dan film. Sebagai contoh;

Children of nation - anak segala bangsa A road with no end - jalan tak ada ujung Gone with the wind - hilang tak berkesan

Sebuah penolakan untuk membuat penggunaan adaptasi yang tidak hanya struktural, tetapi juga berkaitan dengan penyajian ide atau pengaturan mereka dalam ayat tersebut, mengarah ke teks yang sempurna benar tapi tetap selalu mengkhianati statusnya sebagai terjemahan oleh sesuatu yang tak dapat dijelaskan dalam batunya , sesuatu yang tidak cukup berdering benar.

2.4 Pergeseran dalam Terjemahan

Catford (1965:73) menyatakan bahwa “shift mean the departure from formal correspondence in the process of going from the source language to the target language.”

Ada dua jenis pergeseran (shifting) dalam penerjemahan menurut Catford, antara lain Level Shift dan Category Shift. Yang dimaksud dengan level shift atau pergeseran tataran bahwa dalam pergeseran ini sebuah BSu yang berada pada tingkat linguistik tertentu memiliki bahasa terjemahan dengan system bahasa yang sepadan dalam tingkat linguistik yang berbeda. Pada umumnya pergeseran ini terjadi pada tingkat leksikal dan gramatikal. Disisi lain category shift lebih mengarah pada terjemahan unbounded dan rank bound atau lebih dikenal dengan istilah normal and free translation atau terjemahan normal dan bebas, dimana

(37)

ekuivalensi BSu diatur berdasarkan ketetapan. Istilah terjemahan rank- bound hanya mengacu pada kasus – kasus khusus dimana ekuivalensinya sengaja dibatasi pada barisan bawah kalimat. Sementara itu istilah unbounded translation merupakan terjemahan tak terbatas dimana ekuivalensi penerjemahan dapat terjadi antar kalimat, klausa kata-kata atau morfem. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa category shift atau pergeseran kategori merupakan departure from formal correspondence in translation. (Catford 1965:73).

Catford (1965:73) mengklasifikasikan pergeseran kategori (category shift) menjadi empat bagian. Antara lain (1) structute shift. (2) Class shift (3) unit shift atau rank change dan (4) intra – system shift. Strucrure shift atau pergeseran struktur dianggap sebagai kategori yang paling sering dipakai pada semua tingkat penerjemahan. Lebih lanjut pergeseran struktur (structure shift) dapat dibagi menjadi tiga bagian antara lain: (a) pergeseran pada tingkat kalimat (b) pergeseran pada tingkat klausa dan (c) pergeseran pada tingkat kelompok kata.

Contoh.

Ayah saya pengusaha (Bahasa Sumber) S C

My father is a businessman (Target Language) S V C

Struktur kalimat BSu (SC) memiliki elemen yang berbeda pada struktur kalimat BSa (SVC). Ini menunjukkan bahwa ada terjadinya pergeseran struktur (structure shift) pada tingkat klausa dalam terjemahan diatas.

Class shift merupakan “class shifts as that grouping of members of a given unit which is confined by operation in the structure of the unit next above.” (Catford 1965:73). Pergeseran kelas (Class shift) terjadi ketika kelas kata dari BSu berbeda dengan kelas kata dalam BSa.

Contoh preposisi menjadi konjungsi

(38)

After that, I would her home

Setelah kami berbelanja, saya menghantarnya pulang

Selanjutnya pergeseran kategori ketiga adalah pergeseran unit (unit shift). Pergeseran ini hampir sama dengan pergeseran struktur. Namun pergeseran pada tataran ini tingkatan antara BSu dan BSa berbeda. Misalnya dua kata dalam BSu diterjemahkan menjadi satu kata saja dalam BSa.

Contoh dari Frase menjadi kata His father is very ice Ayahnya sangat baik

Dan bagian terakhir dalam pergeseran kategori (category shift) adalah pergeseran intra- system (intra – system shift). Pergeseran pada tataran ini terjadi pada kasus – kasus yang melibatkan system internal pembentukan bahasa dalam terjemahan. Misalnya pembentukan tunggal menjadi jamak. Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut sehingga dalam penerjemahan bentuk tunggal pada BSu menjadi jamak dalam BSa.

Contoh. People often think negative about him.

Orang sering berfikir negatif tentang dia.

2.5 Kalimat Pasif

2.5.1 Definisi Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat dimana subjek dikenai tindakan/ pekerjaan/perbuatan;

berbeda dengan kalimat aktif dimana subjek-lah yang melakukan tindakan/

pekerjaan/perbuatan. Dalam bahasa Indonesia salah satu pembeda kalimat aktif dan kalimat pasif adalah prefiks yang mengawali kata kerja: me- menunjukkan aktif, dan di-/ter- menunjukkan pasif. Secara umum kalimat pasif dibentuk oleh ‘to be’ yang diikuti kata kerja

(39)

bentuk ketiga (Past Participle). Bentuk ‘to be’ menyesuaikan dengan pola kalimat yang dimasuki.

2.5.2 Struktur Kalimat Pasif Bahasa Indonesia

Menurut Sneddon ada beberapa cara tata bahasa Indonesia yang tidak menggunakan istilah kalimat aktif dan pasif, namun lebih memfokuskan pada istilah tataran subjek dan objek dalam kalimat. Hal itu dikarenakan adanya beberapa perbedaan antara bentuk susunan kalimat aktif, pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Eropa khususnya bahasa Inggris baik secara struktur maupun fungsi.

Lebih jauh Sneddon (1996:246) mengatakan bahwa “despite the difference, there are also important similarities, and the relationship between the two constructions is often similar to the relationship between active and passive in English, allowing the same terms to be used to describe them.” Susunan bentuk kalimat pasif dapat dideskripsikan dengan istilah transformasi dari bentuk kalimat aktif. Konstruksi kalimat pasif lebih sering didapati dalam bahasa Indonesia dari pada bahasa Inggris. Apabila suatu terjemahan kalimat pasif terlihat tidak wajar, maka terjemahan tersebut lebih sering diterjemahkan dalam bentuk kalimat aktif.

Dalam konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia, posisi orang atau benda yang dibicarakan biasanya dijadikan sebagai Subjek (S) dalam kalimat. Jika ada sebuah pembahasan tentang pelaku atau peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat dalam sebuah kalimat, pelaku akan bertindak sebagai Subjek (S) dalam bentuk kalimat aktif. Umumnya kata kerja aktif transitif memiliki awalan meN-, dimana awalan konstruksi ini disebut atau dikategorikan sebaagai kalimat aktif. Sebaliknya jika fokus perhatian pada orang atau hal yang berkedudukan sebagai subjek namun dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat dalam kalimat maka kalimat tersebut dinyatakan dalam bentuk pasif. Sebuah verba pasif biasanya memiliki awalan di-. Berikut merupakan contoh konstruksi kalimat pasif dimana subjek sebagai pelaku dikenai perbuatan.

(40)

Mereka telah menjemput Budi (Aktif) Budi telah dijemput oleh mereka (Pasif)

Sejalan dengan penjelasan diatas, Alwi et al (1998:345-348) dalam buku “Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia” mengatakan bahwa pemasifan dalam baahasa Indonesia dilakukan dengan dua cara (1) menggunakan verba berprefiks di- dan (2) menggunakan verba tanpa prefiks di-. Jika kita menggunakan simbol (S) untuk Subjek, (P) untuk Predikat dan (O) untuk Objek, maka kaidah umum untuk pembentukan kalimat pasif dari kalimat aktif dalam bahasa Indonesia antara lain;

A. Cara Pertama

1 Pertukarkanlah S dengan O

2 Gantilah Prefiks meng- dengan di- pada P

3 Tambahkanlah kata “Oleh” didepan unsur yang tadinya S Contoh:

1. Pak Boy mengangkat seorang asisten baru (Aktif) 2. Seorang asisten baru diangkat pak Boy (Pasif A.2) 3. Seorang asisten baru diangkat oleh pak Boy (Pasif A.3)

Keberterimaan kalimat (Pasif A.2) dan (Pasif A.3) Menunjukkan bahwa kehadiran bentuk ‘oleh’ pada kalimat pasif bersifat manasuka. Akan tetapi, jika verba predikat tidak diikuti langsung oleh pelengkap pelaku (yang sebelumnya subjek kalimat pasif) maka bentuk

‘oleh’ wajib hadir.

Contoh:

4a. Mobil tua itu harus diperbaiki segera oleh Pak Boy. bukan dengan 4b. Mobil tua itu harus diperbaiki segera Pak Boy.

B. Cara Kedua

B.1 Pindahkan O keawal kalimat

(41)

B.2 Tanggalkan prefiks meng- pada P

B.3 Pindahkan S ketempat yang tepat sebelum verba.

Contoh:

5. Saya sudah mencuci pakaian itu (Aktif) 5a. Pakaian itu saya sudah cuci (Pasif) 5b. Pakaian itu sudah saya cuci (Pasif)

Jika subjek kalimat aktif transitif berupa Promina persona ketiga atau nama diri yang relative pendek, maka padanan pasifnya dapat dibentuk dengan cara seperti contoh berikut.

6. Mereka akan membersikan ruangan itu (Aktif) 6a. Ruangan itu akan dibersihkan (oleh) mereka (Pasif) 6b. Ruangan itu akan mereka bersihkan (Pasif)

7. Dia sudah mendengar berita duka itu (Aktif) 7a. Berita duka itu sudah didengar (oleh) dia (Pasif) 7b. Berita duka itu sudah dia dengar (Pasif)

8. Ayah telah membeli rumah itu (Aktif) 8a. Rumah itu telah dibeli (oleh) ayah (Pasif) 8b. Rumah itu telah ayah beli (Pasif)

Arti pasif dapat pula bergabung dengan unsur lain seperti unsur ketidaksengajaan.

Jika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif dan dalam kalimat pasif itu terkandung pula pengertian bahwa perbuatan yang dinyatakan oleh verba itu mengandung unsur yang tak sengaja, maka bentuk prefiks yang dipakai untuk verba bukan lagi di-, melaikan ter-.

Perhatikan perbedaan kalimat (a) dan (b) berikut ini.

9a. Penumpang bus itu dilempar keluar

(42)

9b. Penumpang bus itu terlempar keluar 10a. Pintu itu ditendang adik

10b. Pintu itu tertendang adik.

Pada kalimat (9a, 10a) menunjukkan bahwa seseorang melakukan perbuatan itu dengan niat dan kesengajaan. Sebaliknya, kalimat (9b, 10b) mengacu kesatu keadaan atau ketidaksengajaan sipelaku perbuataan.

Disamping makna ketidaksengajaan itu, verba pasif yang memakai ter- juga dapat menunjukkan kekodratan; artinya, kita tidak memasalahkan siapa yang melakukan perbuatan tersebut sehingga seolah - olah sudah menjadi kodratlah bahwa sesuatu harus demikian keadaannya. Sebagai contoh perhatikan kalimat yang berikut.

11. Danau Toba terletak di provinsi Sumatera Utara 12. Soal ini terlepas dari rasa senang atau tidak senang

Dan juga, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut.

13. Mereka kena tipu orang .

Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya

berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut.

14. Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.

Kalimat pasif bahasa Indonesia memiliki dua bentuk yang berbeda Dardjowidjojo (1987) menyebutkan dengan istilah “Pasif tipe pertama dan tipe kedua.” Pemilihan jenis kalimat pasif ditentukan oleh subjek (aktor). Ketika suatu kalimat aktif berubah menjadi kalimat pasif, dua hal ini harus dipertimbangkan dalam memutuskan apakah kalimat pasif tersebut digolongkan dalam kalimat pasif tipe pertama atau tipe kedua. Pada kalimat pasif

(43)

tipe pertama, subjek buasanya adalah orang ketiga atau yang lebih sering dikenal dengan

“dia” atau “mereka”. Kaidah dari jenis kalimat pertama ini ditetapkan sebagai berikut.

Kalimat aktif:

Subjek (Actor) + meN-Verba + Objek (Patient) Contoh:

Dia menunggu saya.

Anto menulis surat ini.

Seseorang telah mengirimkan bingkisan ini ke rumah.

Kalimat pasif:

Subjek (Patient) + di- Verba + (oleh) + Objek (Actor) Contoh:

Saya ditungguinya/dia/oleh dia.

Surat itu ditulis anto/oleh anto.

Bingkisan ini telah dikirim kerumah.

Pada kalimat pasif tipe kedua, agent berbentuk pronominal atau pronominal pengganti, dimana posisi agent tersebut berada sebelum verba yang tidak memiliki prefiks.

Kaidah dari jenis kalimat pasif tipe kedua ini ditetapkan sebagai berikut.

Subjek (Patient) + Agent + Verba Contoh:

Kami menjemput dia (Aktif) Dia kami jemput (Pasif)

Dalam kaidah kalimat pasif tipe kedua diatas dapat dilihat bahwa tidak ada komponen lain antara agent dan verba. Khususnya dalam komponen frase predikat, yang berfungsi sebagai penanda negative atau temporal berada sebelum agent.

Contoh:

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi pada kesempatan ini akan dicoba membuat sebuah gambar transparan yang berada di belakang tulisan utama dalam lembar kerja microsoft office word.. Logo transparan

Dari kondisi tersebut penulis mempunyai ide untuk membuat informasi mengenai demam berdarah dengan tampilan yang interaktif dan menyajikan informasi yang lengkap mengenai penyakit

Grafik atau chart pada ms word berfungsi untuk menampilkan diagram dari sebuah data, sehingga kita bisa membaca data dengan melihat grafik tersebut1. Untuk membuat sebuah grafik

PEMBUATAN ANIMASI IKLAN EXXO DENGAN MENGGUNAKAN CORELR.A.V.E 2.0.. HISBULLAH , DEBYO SAPTONO,

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga pasar obligasi diantaranya suku bunga, nilai tukar, coupon rate dan likuiditas obligasi akan dibahas secara mendalam dalam

Ketiga , permintaan masyarakat yang terus meningkat akan tersedianya pendidikan tinggi merupakan pertanda perubahan yang signifikan, patut diimbangi dengan

PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama” (Arikunto, 2010:3).

[r]