• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS ISI KESESUAIAN ATAU KETIDAKSESUAIAN PENERAPAN L/C EKSPOR-IMPOR DI PT BANK MUAMALAT,Tbk,

DENGAN FATWA DSN NO 34 DAN

B. Prosedur pengajuan pembiayaan L/C Ekspor-Impor di PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk.

Secara umum strategi pembiayaan tahun 2009 lebih diarahkan pada perbaikan kualitas daripada upaya ekspansi. Strategi ini untuk mengantisipasi berbagai ketidak pastian yang muncul akibat situasi ekonomi yang sepenuhnya belum kondusif. Pembiayaan lebih difokuskan pada sektor yang tidak berisiko tinggi. Kebijakan untuk menurunkan FDR juga merupakan alasan lain untuk tidak terlalu ditumbuhkannya pembiayaan. Pembiayaan terhadap pasar domestik diharapkan menjadi penopang pertumbuhan pembiayaan, karena pasar global masih berisiko.

Dengan strategi di atas, pembiayaan mampu tumbuh 8,66% atau meningkat dari Rp 10.517,86 miliar menjadi Rp 11.428,01 miliar. FDR juga berhasil diturunkan dari 104.41% menjadi 85.82%. Piutang jual beli mencapai Rp 4.589,96 miliar, turun dibanding posisi tahun 2008 yang besarnya Rp 4.994,47 miliar. Salah satu penyebab menurunnya piutang jual beli adalah karena menurunnya piutang jual beli di sektor pertanian sebesar 35,97% dari Rp 111,99 miliar menjadi Rp 71,71 miliar tahun 200934.

34

Pembiayaan mudharabah tercatat Rp 1.398,86 miliar atau turun 28,01% dibanding posisi tahun 2008 yang sebesar Rp 1.943,16 miliar dan berkontribusi terhadap 12.24% total pembiayaan. Penurunan ini didorong oleh turunnya pembiayaan pada sektor jasa dan usaha. Pembiayaan pada sektor ini turun 27,51% dari Rp 1.647,49 miliar menjadi Rp 1.194,31 miliar pada tahun 2009. Sektor jasa dan usaha berkontribusi 85,38% terhadap total pembiayaan mudharabah.

Sementara itu, pertumbuhan pembiayaan tahun 2009 didominasi oleh pembiayaan musyarakah yang mencapai Rp 4.602,19 miliar atau naik 49,54% dibanding posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 3.077,60 miliar. Peningkatan pembiayaan musyarakah ini didorong oleh pertumbuhan yang cukup besar pada sektorekonomi jasa dan usaha. Pembiayaan musyarakah pada sektor ini meningkat dari Rp 1.436,69 miliar menjadi Rp 2.003,90 miliar atau naik 39,48%. Sektor jasa dan usaha berkontribusi cukup besar terhadap total pembiayaan musyarakah yakni sebesar 43,54%. Selain itu, sektor transportasi pun memiliki pertumbuhan yang cukup besar, yaitu dari Rp 152,26 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 621,55 miliar atau meningkat lebih dari 308,21%. Pembiayaan qardh tumbuh 64,30% menjadi Rp 306,41 miliar dan berkontribusi terhadap 2,68% total pembiayaan. Sedangkan pembiayaan ijarah mengalami peningkatan 67,89% menjadi Rp 548,87 miliar dan berkontribusi terhadap 4,64% total pembiayaan. Dimasa yang akan datang strategi pembiayaan akan lebih diarahkan untuk menggarap bisnis ritel, terutama denganmenjadikan sektor

UMKM sebagai primadona. Sektor ini selain menjanjikan lebih terdiversifikasinya risiko, juga menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi.

Dari penjelasan di atas, bisa terlihat bahwa porsi pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) lebih besar daripada piutang jual beli. Hal ini mencerminkan adanya semangat untuk menumbuhkan pembiayaan dengan skema profit-sharing yang dianggap memberikan benefit lebih besar terhadap pembangunan ekonomi dan masyarakat karena lebih mengedepankan prinsip keadilan dan kesetaraan.

Prosedur pembiayaan adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan. Persetujuan pembiayaan kepada setiap nasabah harus dilakukan melalui proses penilaian yang obyektif terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan obyek pembiayaan, sehingga memberikan keyakinan kepada semua pihak yang terkait, bahwa nasabah dapat memenuhi segala kewajibannya sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu yang disepakati.35

Adapun prosedur pembiayaan transaksi perdagangaan ekspor-impor melalui Letter of Credit (L/C) pada Bank Muamalat Indonesia36, baik untuk nasabah perorangan maupun kolektif adalah sebagai berikut :

1. Pemohon : Nasabah harus memiliki line Fasilaitas terlebih dahulu di Bank Muamalat Indonesia sebelum mengajukan pembiayaan.

35 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h.

217. 36

2. Permohonan : nasabah yang membutuhkan atau permohonan yang diajukan oleh divisi marketing (Inisiasi) setelah dilakukan observasi langsung. Yang dilengkapi dengan data-data pada persyaratan sebagai alat analisis.

3. Data pendukung yang diperlukan : Data-data berikut disiapkan oleh pemohon sebagai alat analisis pihak bank untuk menentukan keputusan atas proposal yang diajukan yaitu:

a. Legalitas pribadi/ usaha : Nasabah melengkapi permohonannya dengan surat izin usaha, NPWP, riwayat badan usaha atau data-data manajemen.

b. Laporan keuangan : Mencakup neraca, laporan rugi/laba dan arus kas.

c. Data jaminan : Bila dipandang perlu nasabah dapat menyertakan data atau akte dari aktiva yang yang akan dijaminkan.

d. Proyeksi Cash Flow : Data ini diperlukan oleh pejabat bank sebagai dasar pula untuk menentukan besarnya nisbah dan juga prospek dari usaha tersebut.

Bila data-data ini telah terpenuhi oleh nasabah, maka pejabat bank dapat melakukan analisa yang kemudian dapat dijadikan rujukan untuk menentukan keputusan.

1) Analisis Awal Pihak Bank : Selain data-data dari nasabah, pihak Bank dalam hal ini Administration group (yang termasuk didalamnya Account officer) bekerjasama denganFinance Support Group, mengadakan penilaian tehadap proposal pembiayaan sehingga memenuhi kriteria dan persyaratannya. Account officer memproses calon debitur dalam

keandalannya (kelayakannya), sedangkan Finance support Group dari segi keabsahannya, seperti kebenaran lampiran, usaha maupun penggunaan pembiayaan.

2) Analisis Lanjutan Pejabat Bank : Laporan yang telah dibuat oleh Account officer, kemudian dianalisa kembali oleh Finance Support Group. Analisa-analisa yang dilakukan adalah :

3) Analisis Keuangan : Finance Support Group akan menganalisa laporan keuangan nasabah dengan memperhatikan pendapat Akuntan (bila ada) seperi neraca, cash flowdan laporan rugi/laba.

4) Analisis Usaha/ Industri : Analisa tentang kegiatan yang akan dibiayai, kelayakan usahanya dengan memperhatikan kriteria dari Bank Muamalat, seperti kehalalan usaha yang tidak menyimpang dari ajaran agama.

5) Analisis Manajemen : Analisa mengenai tingkat penjualan, keuntungan atau kerugian serta pemasaran.

6) Analisa Yuridis Usaha : Seperti surat izin usaha dan struktur organisasi perusahaan.

7) Analisis Karakter : Berkaitan dengan tingkat keimanan nasabah, sifat dan karakter nasabah.

Setelah analisa-analisa diatas selesai maka Finance Support Group, dapat menarik suatu kesimpulan atas pengajuan proposal nasabah.

a) Jika kesimpulan dari analisis adalah kelayakan atas proposal nasabah maka Account officer (dalam hal ini mewakili Administration Group) dengan Finance Support Group akan meminta persetujuan pembiayaan pada Komite Pembiayaan (Credit Comitte Member) yaitu komite yang terdiri dari Administration Group, Finance Support Group, Finance & Administration Director (kepala cabang atau dewan direksi yang membawahi urusanAdministration and Financing Director)

b) Apabila Komite Pembiayaan telah menyetujui, maka Administration Group akan membuat Offering Letter (Persetujuan Prinsip Bersyarat) atau akad.

c) Bila nasabah menyetujui akad tersebut maka dilanjutkan dengan pengikatan pembiayaan dan jaminan dihadapan Notaris sekaligus penandatanganan akad/ perjanjian dengan disaksikan Ulama.

d) Setelah akad/ perjanjian telah ditandatangani maka pihak bank akan melakukan pembayaran kepada pihak esportir atas permintaan importir terkait dengan penjualan barang tersebut.

e) Monitoring: Bagian Finance Support Group ataupun Account officer melakukan pengawasan/ monitoring untuk memantau pembiayaan sampai waktu jatuh tempo berakhirnya perjanjian Letter of Credit ( L/C ) Ekspor. f) Untuk pembiayaan jenisSight L/C biasanya berkisar 5 hari, setelah 5 hari maka pembiayaan yang diberikan harus segera dikembalikan. Dan untuk jenis pembiayaan Usance L/C biasanya waktunya 180 hari, setelah 180 hari

pembiayaan yang diberikan tersebut sudah harus dikembalikan ke Bank

Dokumen terkait