• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Prosedur Pengembangan

Dalam penelitian ini dilihat dari permasalahan peneliti berdasarkan hasil wawancara di SD yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran. Berdasarkan hasil ini peneliti yang digunakan dengan penelitian R & D. Penelitian dan pengembangan (research & development) pada industri merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan produk- produk baru yang dibutuhkan oleh pasar, hampir 4% biaya yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan, bahkan untuk industri farmasi komputer lebih dari 4% Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2010: 408). Dalam bidang sosial dan pendidikan peranan research and development masih sangat kecil, dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan. Unfortunately, R & D still plays a minor role in education. Less than one percent of education expenditures are for this purpose. This is probably one of the main reason why progress in education has lagged far behind progress in other field.

Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk bidang administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah. Padahal banyak produk tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan melalui research dan development.

Penelitian pendidikan dan pengembangan, yang lebih kita kenal dengan istilah Research & Development (R&D). Strategi untuk mengembangkan suatu produk pendidikan oleh Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010: 194) disebut sebagai penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembagan ini kadang kala disebut juga suatu pengembangan berbasis pada penelitian atau disebut juga research-based development. Dalam dunia pendidikan, penelitian pengembangan ini memang hadir belakangan dan merupakan tipe atau jenis penelitian yang relatif baru. Penelitian pengembangan Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010: 194) menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangankan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Penelitian pengembangan pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu model pengembangan berbasisi industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk mendesain produk dan prosedur, yang kemudian secara sistematis dilakukan uji lapangan, dievaluasi, disempurnakan untuk memenuhi kriteria, keefektifan, kualitas, dan standar tertentu.

Pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan karena tujuan pengembangan adalah menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji lapangan kemudian direvisi dan seterusnya. Penelitian pendidikan tidak dimaksudkan untuk menghasilkan produk, melainkan menemukan pengetahuan baru melalui penelitian dasar atau untuk menjawab permasalahan-permasalahan praktis di lapangan melalui penelitian terapan Borg & Gall, (dalam Setyosari, 2010: 199). Berkenaan dengan hal tersebut, banyak proyek-proyek penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pengembangan produk (pendidikan). Perlu dipahami bahwa pengembangan bukanlah sebuah strategi penelitian pengganti penelitian dasar dan terapan. Ketiga strategi tersebut, yaitu penelitian dasar, terapan, dan pengembangan diperlukan untuk mengupayakan perbaikan dalam bidang pendidikan.

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and Development adalah metedo penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut. Langkah- langkah penelitian dan pengembangan yang diperoleh sebagai berikut :

Sugiyono (2015: 298), terdapat 10 langkah yang harus dilaksanakan dalam penelitian research and development. Langkah-langkah pengembangan menurut Sugiyono tersebut dapat dipaparkan dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Langkah –langkah penggunaan Metode Research and Dovelopment

1. Potensi dan masalah: Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian.

2. Mengumpulkan informasi: Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

3. Desain produk: Produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and Development bermacam-macam. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R & D diharapkan meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlah banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar

Potensi dan Masalah Pengumpulan data Desain Produk Validasi Desain Revisi Desain Ujicoba Produk Revisi Produk Ujicoba Pemakaian Revisi Produk Produksi Masal

atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya.

4. Validasi desain: Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional. Karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Desain produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya.

5. Perbaikan desain: Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.

6. Uji coba produk: Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode mengajar baru dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan metode mengajar tersebut, simulasi penggunaan metode mengajar tersebut. Pengujian dilakukan dengan tujuan

untuk mendapatkan informasi apakah metode mengajar baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan metode mengajar yang lama atau yang lain. 7. Setelah melakukan ujicoba produk: Secara terbatas maka dapat diketahui

kinerja produk yang dibuat. Langkah selanjutnya yaitu merevisi desain produk mengenai kelemahan yang didapatkan. Setelah desain produk direvisi maka perlu dilakukannya uji coba produk sesungguhnya.

8. Ujicoba pemakaian: Pada langkah ini dilakukan uji coba produk secara nyata dalam pemakaian produk yang dibuat.

9. Revisi Produk: Setelah melakukan ujicoba pemakaian tentu ada masukan- masukan yang menilai kekurangan yang masih diperbaiki.

10. Produksi Masal: Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang dihasilkan sudah dapat dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi secara masal.

Selain itu Borg and Gall (dalam Sukmadinata 2010: 169) menjelaskan sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan sebagai berikut. a. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).

Langkah pertama ini terdiri dari: pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

b. Perencanaan (planning). Perencanaan ini meliputi rancangan produk yang akan dikembangkan (tujuan penggunaan produk, penggunaan produk, dan deskripsi komponen produk) serta proses pengembangannya.

c. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product) Pada langkah ini, peneliti mengembangkan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi.

d. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Kegiatan uji coba lapangan awal ini dilakukan pada 1 sampai 3 sekolah dengan subjek uji coba antara 6 sampai 12 orang.

e. Merevisi hasil uji coba (main product revision). Pada tahap tahap ini, peneliti memperbaiki dan menyempurnakan hasil uji coba sebelumnya yang dilakukan.

f. Uji coba lapangan (main field testing). Kegiatan uji coba lapangan mencakup lebih banyak sekolah dan subjek uji coba yakni 5 sampai 15 sekolah dan 30 sampai 100 subjek uji coba.

g. Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operasional product revision). Karena sudah melakukan uji coba, maka peneliti perlu menyempurnakan kembali produk yang telah diujicobakan.

h. Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing). Kegiatan uji coba yang ketiga ini sangat luas karena mencakup 10 sampai 30 sekolah dengan melibatkan 40 sampai 200 subjek uji coba. Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Produk yang telah diuji cobakan pada kegiatan uji pelaksanaan lapangan, pada tahap ini akan disempurnakan berdasarkan saran dan komentar yang diberikan oleh subjek uji coba.

i. Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation). Pada tahap terakhir ini, peneliti melaporkan produk yang telah diujicobakan selama beberapa kali kemudian diterbitkan dan disebarkan secara luas untuk mengontrol kualitas.

Prosedur pengembangan penelitian menghasilkan produk pembelajaran berupa media pembelajaran konvensional untuk mata pelajaran IPA pada subtema lingkungan sehat untuk siswa kelas V sekolah dasar. Dalam proses penelitian ini, prosedur pengembangan media ini mengikuti langkah-langkah pengembangan menurut Sugiyono yang akan dibatasi menjadi 5 tahap yaitu: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain. Berdasarkan prosedur pengembangan diatas akan diajukan sesuai dengan penelitian . Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, biaya penelitian, dan juga produk yang akan dikembangkan dan dibuat sebagai pegangan guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Teori yang menyatakan oleh Borg and Gall untuk tahap dalam penelitian hanya 5 tahap pengembangan.

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data Desain Produk Validasi Produk Revisi Produk Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Keempat Tahap Kelima Potensi dan Masalah Analisis Kebutuhan Wawancara Pembuatan Kisi-kisi Angket Konsultasi Dosen Revisi Angket Angket Analisis Kebutuhan Tahap Ketiga Desain Media Pembelajaran Pengumpulan Bahan Pembuatan Media Konvensional Validasi Media

Pakar Media Pembelajaran Guru Kelas V

Bagan 3.2 Desain Penelitian Pengembangan

Tahap pertama, yang akan dilakukan oleh peneliti adalah potensi masalah. Adanya potensi dan masalah, peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan cara mewawancarai langsung dengan guru kelas V Di SD Negeri Kalasan 1. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 14 September 2016 pukul 09:00 di ruangan perpustakaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui fakta dan masalah yang akan terjadi di lapangan, mengenai siswa, untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang tentunya memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki.

Tahap kedua adalah tahap pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada guru. Hasil wawancara tersebut, digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk berupa media pembelajaran konvensional kartu estafet untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Pada tahap ini peneliti akan merancang secara umum terkait dengan media dalam isi, ukuran, dan bentuk media yang akan dihasilkan. tahap untuk memproduksi media pembelajaran konvensional untuk siswa kelas V SD terkait mata pelajaran IPA pada subtema lingkungan sehat.

Tahap ketiga merupakan desain produk dimulai dengan menentukan pembuatan RPP sesuai dengan KI dan KD. Setelah itu, peneliti akan mendesain media pembelajaran konvensional kartu estafet untuk siswa kelas V SD terkait mata pelajaran IPA pada subtema lingkungan sehat yang sesuai dengan materi pokok yang ada dalam RPP sehingga adanya keterkaitan antara satu mata

pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. Selanjutnya peneliti mendesain media yang dibuat dan pengumpulan bahan yang akan dikembangkan oleh peneliti . Setelah bahan-bahan tersedia peneliti akan membuat sesuai dengan desain yang telah dirancang.

Tahap keempat adalah tahap pembuatan instrumen validasi dan melakukan validasi untuk media pembelajaran konvensional yang akan dibuat. Instrumen yang dibuat berupa kuesioner yang akan digunakan untuk validasi produk peneliti oleh pakar media pembelajaran dan guru SD. Kemudian hasil validasi dari pakar media pembelajaran tersebut dijadikan bahan untuk merevisi produk yang akan dikembangkan agar menjadi lebih baik dan memiliki kualitas.

Validasi produk yang akan dikembangkan oleh peneliti akan divalidasi oleh empat validator ahli yang kompeten. Validator ahli tersebut terdiri dari dua dosen dan dua guru kelas IV SD. Validasi produk ini bertujuan untuk memperoleh komentar dan saran da perbaikan serta penilaian produk yang dikembangkan oleh peneliti. Komentar saran dan perbaikan tersebut digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan produk yang akan dikembangkan oleh peneliti.

Tahap kelima merupakan tahap paling akhir yakni revisi produk media pembelajaran konvensional untuk pembelajaran IPA pada subtema lingkungan sehat. Revisi ini dilakukan berdasarkan perbaikan, saran komentar oleh pakar media pembelajaran konvensional dan guru serta dosen pembimbing sehingga menjadi produk yang berkualitas.

Dokumen terkait