• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

3. Prosedur Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Karyawan

Setelah melakukan pengecekan daftar gaji karyawan dan pendaftaran ke

Kantor Pelayanan Pajak, bendahara akan menghitung berapa besar PPh Pasal 21 yang

dikenakan pada tiap-tiap karyawan sesuai dengan gaji dan PTKP yang dimilikinya.

a. Penghitungan PPh Pasal 21 atas karyawan PT. PERTAMINA, terlebih dahulu

dicari seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh karyawan selama

sebulan, yang meliputi seluruh gaji pokok, segala jenis tunjangan dan pembayaran

teratur lainnya, termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.

h. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara

mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan (yaitu 5% dari

penghasilan bruto, maksimum Rp 1.296.000,00 setahun atau Rp 108.000,00

sebulan), iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh

pegawai yang bersangkutan dan biaya-biaya lainnya.

i. Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto

sebulan dikalikan 12.

j. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal

17 UU PPh sebesar Penghasilan neto setahun dikurangi dengan PTKP.

k. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh

terhadap Penghasilan Kena Pajak selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang

harus dipotong dan disetor tiap bulan oleh PT. PERTAMINA sebagai pemotong

pajak bagi karyawannya.

Berikut ini adalah hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh bendaharawan perusahaan

PT. PERTAMINA terhadap seluruh jumlah pembayaran PPh Pasal 21 atas

Tabel 4.4: REKAPITULASI BUKTI SETOR PPH PASAL 21 PT PERTAMINA EP FIELD PKL. SUSU MASA PAJAK TAHUN 2007

NO BULAN NILAI (dalam Rupiah) PERSENTASI

1 JANUARI 129,535,136.0 3,83 % 2 FEBRUARI 193,633,951.0 5,73 % 3 MARET 95,037,474.0 2,81 % 4 APRIL 105,408,247.0 3,12 % 5 MEI 737,304,330.0 21,84 % 6 JUNI 113,372,016.0 3,35 % 7 JULI 251,398,944.0 7,44 % 8 AGUSTUS 212,741,707.0 6,30 % 9 SEPTEMBER 459,774,981.0 13,62 % 10 OKTOBER 174,267,729.0 5,16 % 11 NOPEMBER 142,252,095.0 4,21 % 12 DESEMBER 760,675,286.0 22,53 % TOTAL 3,375,401,896.0 100 %

Sumber : PT. Pertamina EP field P.Susu Bag. Keuangan

Tabel diatas menunjukkan bahwa pembayaran PPh Pasal 21 atas karyawan PT.

Pertamina EP Field Pkl. Susu Masa Pajak Tahun 2007 untuk bulan Desember

memiliki jumlah paling terbesar yaitu Rp 760.675.286,00 atau dengan persentase

22,53%, sedangkan jumlah pembayaran PPh Pasal 21 paling terkecil pada bulan

Maret yaitu sebesar Rp 95.037.474,00 atau dengan persentase 2,81%. Total seluruh

sebesar Rp 3.375.401.896,00 dan akan dilaporkan kembali pada akhir Masa Pajak

dengan menggunakan SPT Tahunan.

4. Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Karyawan Tetap

a. Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Karyawan Tetap yang Menerima Tunjangan Pajak

Dalam hal kepada karyawan diberikan tunjangan pajak, maka tunjangan pajak

tersebut merupakan penghasilan karyawan yang bersangkutan dan ditambahkan pada

penghasilan yang diterimanya.

Contoh Penghitungan:

Bpk. Suherman (status kawin 3 orang anak) bekerja pada PT. Pertamina dengan

memperoleh gaji sebesar Rp 2.500.000,00 sebulan. Kepada Bpk. Suherman diberikan

tunjangan pajak sebesar Rp 25.000,00. Iuran pensiun yang dibayar oleh Bpk.

Suherman adalah sebesar Rp 25.000,00 sebulan.

Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:

Gaji sebulan Rp 2.500.000,00

Tunjangan Pajak Rp 25.000,00

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan

5% x Rp 2.525.000,00 Rp 126.250,00

Maksimum per bulan Rp 108.000,00

2. Iuran Pensiun Rp 25.000,00

Rp 133.000,00

Penghasilan neto sebulan Rp 2.392.000,00

Penghasilan neto setahun

12 x Rp 2.392.000,00 Rp 28.704.000,00

PTKP

- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00

- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00

- tanbahan untuk 3 orang anak Rp 3.600.000,00

Rp 18.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 10.704.000,00

PPh Pasal 21 setahun adalah 5% x Rp 10.704.000,00 = Rp 535.200,00

PPh Pasal 21 sebulan adalah Rp535.200,00: 12 = Rp 44.600,00

Selisih Pajak terutang dengan tunjangan pajak adalah Rp 44.600,00 – Rp 25.000,00 =

Rp 19.600,00 dapat ditanggung oleh pegawai tersebut yaitu dengan dipotongkan dari

penghasilan bulan yang bersangkutan atau ditanggung oleh pemberi kerja/pemotong

Apabila selisih sebesar Rp 19.600,00 tersebut ditanggung oleh pemberi

kerja/pemotong pajak maka jumlah tersebut bukan merupakan biaya yang dapat

dikurangkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak pemberi kerja/pemotong

pajak.

b. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya sebagai Subjek Pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun takwim tetapi baru bekerja pada pertengahan tahun.

Bpk. Agung Pratama bekerja pada PT. Pertamina sebagai pegawai tetap sejak 1

September 2007. Bpk. Agung Pratama menikah tetapi belum mempunyai anak. Gaji

sebulan sebesar Rp 4.000.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar

Rp 75.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2007 adalah sebagai berikut:

Gaji sebulan Rp 4.000.000,00

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan

5% x Rp 4.000.000,00 Rp 200.000,00

Maksimum per bulan Rp 108.000,00

2. Iuran Pensiun Rp 75.000,00

Rp 183.000,00

Penghasilan neto setahun

4 x Rp 3.817.000,00 Rp 15.268.000,00

PTKP

- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00

- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00

Rp 14.400.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 868.000,00

PPh Pasal 21 setahun adalah 5% x Rp 868.000,00 = Rp 43.400,00

PPh Pasal 21 sebulan adalah Rp 43.400,00 : 4 = Rp 10.850,00

c. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan karyawan yang kewajiban pajak subjekifnya sebagai Subjek Pajak dalam negeri dimulai setelah permulaan tahun pajak atau berakhir dalam tahun pajak.

Bpk. Frans Tumbuan (K/3) mulai bekerja 1 September 2007 di PT. Pertamina. Ia

bekerja di Indonesia s.d Agustus 2008. Selama Tahun 2007 menerima gaji per bulan

Rp 6.000.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2007 adalah sebagai berikut:

Gaji sebulan Rp 6.000.000,00

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan

5% x Rp 6.000.000,00 Rp 300.000,00

Rp 108.000,00

Penghasilan neto sebulan Rp 5.892.000,00

Penghasilan neto setahun

12/4 x 4 x Rp 5.892.000,00 Rp 70.704.000,00

PTKP (K/3)

- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00

- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00

- tambahan 3 orang anak

(3 x Rp 1.200.000,00) Rp 3.600.000,00

Rp 18.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 52.704.000,00

PPh Pasal 21 setahun:

- 5% x Rp 25.000.000,00 Rp 1.250.000,00

- 10% x Rp 25.000.000,00 Rp 2.500.000,00

- 15% x Rp 2.704.000,00 Rp 405.600,00

Rp 4.155.600,00

PPh Pasal 21 terutang untuk tahun 2006

4/12 x Rp 4.155.600,00 = Rp 1.385.200,00

PPh Pasal 21 terutang sebulan:

d. Penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap penghasilan karyawati kawin

Dahlia karyawati dengan status menikah tetapi belum mempunyai anak bekerja pada

PT. Pertamina. Dahlia menerima gaji Rp3.000.000,00 sebulan. PT. Pertamina

mengikuti program pensiun dan jamsostek. Perusahaan membayar iuran pensiun

kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, sebesar

Rp40.000,00 sebulan. Dahlia juga membayar iuran pensiun sebesar 30.0000 sebulan,

disamping itu perusahan membayarkan iuran jaminan hari tua karyawannya setiap

bulan sebesar 3,7% dari gaji, sedangkan Dahlia membayar iuran jaminan hari tua

setiap bulan sebesar 2% dari gaji. Berdasarkan surat keterangan Pemda tempat dahlia

bertempat tinggal diketahui bahwa suami tidak mempunyai penghasilan apapun.

Premi jaminan kecelakan kerja dan jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja

dengan jumlah masing-masing sebesar 1% dan 0,3% dari gaji.

Penghitungan PPh pasal 21 :

Gaji sebulan Rp 3.000.000,00

Premi jaminan kecelakan kerja Rp 30.000,00

Premi jaminan kematian Rp 9.000,00

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 3.039.000,00

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan

5% x Rp 3.039.000,00 Rp 151.950,00

2. Iuran Pensiun Rp 30.000,00

3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 60.000,00

Rp 198.000,00

Penghasilan neto sebulan Rp 2.841.000,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp 2.841.000,00 Rp 34.092.000,00

PTKP

- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00

- tambahan karena menikah Rp 1.200.000,00

Rp 14.400.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 19.692.000,00

PPh Pasal 21 setahun adalah 5% x Rp 19.692.000,00= Rp 984.600,00

PPh pasal 21 sebulan Rp 984.600,00 / 12 = Rp 82.050

e. Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 terhadap Penghasilan berupa Bonus, Tunjangan Hari Raya, Premi, dan Penghasilan Sejenis Lainnya yang Sifatnya Tidak Tetap dan Pada Umumnya Diberikan Sekali Saja atau Sekali Setahun

Ana (tidak kawin) bekerja pada PT Pertamina dengan memperoleh gaji sebesar Rp

2.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Ana menerima bonus sebesar

Rp 5.000.000,00. Setiap bulannya Ana membayar iuran pensiun ke dana Pensiun

yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 60.000,00

A. PPh Pasal 21 Atas Gaji dan Bonus (Penghasilan Tidak Teratur dalam setahun)

Gaji setahun (12 x Rp 2.000.000,00) Rp 24.000.000,00

Bonus Rp 5.000.000,00

Penghasilan Bruto Setahun Rp 29.000.000,00

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan

5% x Rp29.000.000,00 Rp 1.450.000,00

Maksimum per bulan Rp 1.296.000,00

2. Iuran Pensiun setahun

12 x Rp 60.000,00 Rp 720.000,00

Rp 2.016.000,00

Penghasilan neto setahun Rp 26.984.000,00

PTKP

- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 13.784.000,00

PPh Pasal 21 terutang = 5% x Rp 13.784.000,00 = Rp 689.200,00

B. PPh Pasal 21 atas Gaji setahun

Gaji setahun (12 x Rp 2.000.000,00) Rp 24.000.000,00

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan

2. Iuran Pensiun setahun

12 x Rp 60.000,00 Rp 720.000,00

Rp 1.920.000,00

Penghasilan neto setahun Rp 22.080.000,00

PTKP

- untuk WP sendiri Rp 13.200.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 8.880.000,00

PPh Pasal 21 terutang = 5% x Rp 8.880.000,00 = Rp 444.000,00

C. PPh Pasal 21 atas Bonus

PPh Pasal 21 atas Bonus adalah:

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapatlah

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosedur penghitungan PPh Pasal 21 atas karyawan PT. Pertamina EP Region

Sumatera Field Pangkalan Susu dapat disimpulkan dengan cara mengumpulkan

komponen penghasilan bruto diantarannya gaji, tunjangan, uang lembur

karyawan selama sebulan, selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan

yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan

komponen pengurang seperti biaya jabatan, iuran pensiun, iuran Jaminan Hari

Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan, kemudian dihitung

penghasilan neto setahun untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak sebagai

dasar penerapan tarif Pasal 17 UU PPh sebesar penghasilan neto setahun

dikurangi dengan PTKP.

2. Berdasarkan prosedur diatas PT. Pertamina EP Region Sumatera Field

Pangkalan Susu telah melaksanakan penghitungan PPh Pasal 21 bagi karyawan

tetapnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak

Penghasilan.

3. Dalam hal melakukan kewajiban perpajakannya PT.Pertamina EP Region

2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan penulis dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengingat peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di

Indonesia sering mengalami perubahan, maka perlu dilakukan sosialisasi

informasi oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak terhadap pihak perusahaan atau

Wajib Pajak sehubungan dengan kebijakan-kebijakan dan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang mengalami perubahan agar tidak terjadi

kesalahpahaman dalam penghitungan pajak.

2. Diharapkan pihak perusahaan agar tetap dapat melakukan perhitungan PPh

Pasal 21 dengan benar dan teliti serta berdasarkan ketentuan peraturan

perundangan-undangan perpajakan yang berlaku sehingga tidak menyebabkan

hal-hal yang tidak diinginkan seperti dikenakan sanksi administrasi ataupun

DAFTAR PUSTAKA

Fidel. 2007. Pembahasan Undang-Undang No.28/2007 Tentang Ketentuan Umum Perpajakan. Citra Umbara, Bandung.

Mardiasmo. 2000. Perpajakan Indonesia Revisi 2002. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Rusjdi, Muhammad. 2006. PPh Pajak Penghasilan. Edisi Ketiga. PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Supramono dan Theresia Woro Damayanti, SE. 2005. Perpajakan Indonesia Mekanisma dan Perhitungan. Andi, Yogyakarta.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 15/PJ/2006 tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-545/PJ/2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.

Undang-Undang No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, Citra Umbara, Bandung.

Dokumen terkait