• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji Karyawan Tetap Pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji Karyawan Tetap Pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PROSEDUR PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI KARYAWAN TETAP PADA PT. PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU Oleh:

SUSANI AMALIA 052600143

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk

Menyelesaikan Studi pada Program Diploma III

Administrasi Perpajakan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

Nama : Susani Amalia

NIM : 052600143

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Prosedur Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji Karyawan Tetap Pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu

Ketua Progran Studi Ka. Jasa SDM Diploma III Dosen Pembimbing Field P.Susu

Administrasi Perpajakan

(Drs.H.M.Husni Thamrin Nst.M.Si) (Dra. Elita Dewi, MSP) (Sukardi) NIP. 131.930.631 NIP. 131.568.389 NIP. 501221

Diketahui, Dekan FISIP USU

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, dengan segenap kerendahan hati, penulis

mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan

hidayah-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan

yang berjudul “Prosedur Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji

Karyawan Tetap Pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu” yang dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

Politik Universitas Sumatera utara.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang sempurna yang

disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman penulis,

sehingga dengan besar hati penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang

bersifat membangun penulisan laporan yang lebih baik lagi.

Laporan ini dibuat oleh penulis berdasarkan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu dan tentunya tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan

(4)

3. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya dan memberikan masukan kepada penulis untuk

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Sukardi selaku Kepala Jasa SDM Field P.Susu yang telah

memberikan izin, kesempatan bagi penulis dalam melaksanakan Praktik

Kerja Lapangan Mandiri.

5. Bapak Syahrul Irawadi yang telah banyak membantu dan memberi

dukungan kepada penulis dalam melakukan riset di PT. Pertamina.

6. Ibu Maida Rusti dan Bang Turi yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan informasi kepada penulis dalam melaksanakan Praktik

Kerja Lapangan Mandiri.

7. Teristimewa untuk Mama dan Papa yang telah memberikan kasih

sayangnya dan menjadi kekuatan bagi penulis dalam menyelesaikan

laporan ini semoga San bisa memberikan yang terbaik yang diinginkan

Mama dan Papa.

8. Bang Ai, Kak itha, Bang Inal dan Kak Nanda yang selalu memberikan

motivasi, perhatian, dan kasih sayang yang cukup kepada penulis.

9. Yaya’, Ade, Intan makasi banyak atas doa, dukungan moga kita tetep

(5)

10. Teman-teman kelas C khususnya Uni, Fasta, Donik, Masrah, Tyas, Ana,

Lidya, Bg Green semoga kita bisa saling mengingat satu sama lain, dan

teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhirnya kepada pihak yang telah memberi bantuan yang tak ternilai harganya ini,

penulis mengucapkan terima kasih. Setiap perbuatan akan kembali kepada siapa yang

melakukan perbuatan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, Juni 2008

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………...…..i

DAFTAR ISI ………...iv

DAFTAR TABEL ………...….vii

DAFTAR GAMBAR ………...…...viii

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ………....…...1

2. Tujuan dan Manfaat ………...…….…...3

3. Ruang Lingkup ………...…....5

4. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri …………...…...…....5

5. Metode Pengumpulan Data ………...…6

6. Sistematika Penulisan Laporan ………...…...7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Singkat Perusahaan ……..………...…...….….9

2. Visi dan Misi Perusahaan…...………...…..13

3. Struktur Organisasi...………...….….13

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK 1. Dasar Hukum...…………...………….…26

2. Pengertian-Pengertian dalam Perpajakan ………...…27

3. Subjek dan Objek...31

(7)

5. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21...35

6. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21...36

7. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21...37

8. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21...38

9. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final...39

10. Hak dan Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21...40

11. Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan...42

12. Penghitungan PPh Pasal 21...43

13. Penghasilan Tidak Kena Pajak...50

14. Tarif Pajak...52

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI. 1. Prosedur Pengenaan PPh Pasal 21 Terutang Atas Karyawan Tetap pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu ……….…...53

2. Dampak Prosedur Pengenaan PPh Pasal 21 Terutang Atas Karyawan PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu……….….…...54

(8)

4. Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21

Terhadap Penghasilan Karyawan Tetap...…...58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ………...……….……...67

2. Saran ...………...…….………...68

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekapitulasi Pekerja PT. Pertamina EP Region Sumatera

Field Pangkalan Susu Bulan Mei 2008...………..25

Tabel 3.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak...……….51

Tabel 3.3 Tarif Pajak...………...52

Tabel 4.4 Rekapitulasi Bukti Setor PPh Pasal 21 PT. Pertamina EP

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dewasa ini lebih dari separuh penerimaan negara disumbangkan dari sektor

pajak. Sektor pajak masih menjadi prioritas yang utama di Indonesia sebagai sarana

untuk mensukseskan dan melancarkan pembangunan nasional yang berlangsung

secara terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Menurut undang-undang No.28

Tahun 2007 tentang Tata Cara Ketentuan Umum Perpajakan pada Pasal 1 angka 1

Pajak didefinisikan sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Kebutuhan akan biaya dari pembangunan menuntut dana yang tidak sedikit

jumlahnya, maka dari itu penerimaan negara dari sektor migas tidak dapat lagi lebih

banyak diharapkan. Dengan demikian, pemerintah menetapkan bahwa pelaksanaan

pembangunan bertumpu pada dana berasal dari dalam negeri dan penerimaan dalam

pembayaran pajak.

Pemungutan pajak yang dilakukan pemerintah harus sesuai dengan asas

keadilan sehingga besarnya pajak yang dibebankan sesuai dengan objek yang dimiliki

(12)

ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia yang dikonsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak

yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun (Supranomo, 2005, 23).

Dari tahun ke tahun pajak penghasilan masih menjadi nomor satu dalam

perkembangan penerimaan negara dari sektor pajak. Pajak penghasilan pasal 21 (PPh

21) salah satu pajak yang dipungut dan/atau dipotong oleh pihak ketiga atau pemberi

kerja atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam

negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan .

Pertamina merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

karyawannnya dikukuhkan sebagai wajib pajak orang pribadi karena penghasilan

karyawan tetapnya diatas Penghasilan Kena Pajak (PTKP) yaitu Rp 13.200.000 per

tahun.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

mempelajari, memahami, dan mendalami bagaimana sebenarnya mekanisme

(prosedur) perpajakan khususnya pajak penghasilan yang dikenakan bagi karyawan

dalam suatu perusahaan, dan karena belakangan ini pajak merupakan bahan/topik

pembicaraan yang sangat penting untuk dibahas dan dipelajari oleh siapa saja di

dalam meningkatkan penerimaan negara maka Laporan ini saya beri judul:

(13)

2. Tujuan dan Manfaat PKLM 1. Tujuan PKLM

1. Untuk mengetahui prosedur pengenaan dan penghitungan Pajak Penghasilan

yang terutang pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu.

2. Untuk mengetahui banyaknya karyawan tetap pada PT. Pertamina EP Region

Sumatera Field Pangkalan Susu yang menjadi wajib pajak.

3. Untuk mengetahui komponen penghasilan kotor dan komponen pengurang

yang berhak diterima karyawan tetap PT. Pertamina EP Region Sumatera field

Pangkalan Susu sehubungan dengan PPh Pasal 21 yang terutang.

4. Untuk menilai perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang atas karyawan

PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu dengan ketentuan

yang berlaku.

5. Untuk mendapatkan data-data, lampiran-lampiran, dan dokumentasi lainnya

yang dibutuhkan di dalam penulisan.

2. Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmunya secara langsung pada bidang yang

ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang dipelajari selama

(14)

2. Meningkatkan wawasan dan pengalaman serta mengembangkan keterampilan

dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam masalah di bidang pajak

yang akan dijadikan modal penting untuk bekerja di perusahaan.

3. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap

pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap,

kemampuan, keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan perusahaan.

4. Memperdalam dan meningkatkan ketrampilan serta kreatifitas dalam bidang

perpajakan seiring dengan adanya undang-undang perpajakan yang

sewaktu-waktu dapat berubah.

b. Bagi Perusahaan

1. Menjalin hubungan yaitu berupa kerjasama yang harmonis antara lembaga

pendidikan dengan dunia usaha. Dengan adanya riset di perusahaan akan

mendapat gambaran tenaga-tenaga ahli yang akan lahir yang kelak mereka

butuhkan.

2. Mempromosikan image perusahaan.

c. Bagi Fakultas

1. Untuk menjalin hubungan baik antara Fakultas dengan Perusahaan.

2. Upaya melakukan revisi kurikulum guna meningkatkan pendidikan.

3. Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana kualitas teori

yang diberikan bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu yang berada

(15)

3. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam hal ini penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada PT.

Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu. Adapun yang menjadi ruang

lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah menyangkut prosedur penghitungan

Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan tetap beserta langkah-langkah yang

ditempuh dalam pengenaan dan penghitungan yang dikenakan pada seluruh karyawan

tetap PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu.

4. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Sebagai bekal melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis

sebelumnya telah menyusun beberapa tahapan dan cara-cara yang akan dilakukan

dalam kegiatan pengambilan data. Adapun tahapan tersebut mencakup:

a. Persiapan

a. Penulis melakukan pengenalan objek yang akan di bahas.

b. Mengajukan Judul Laporan Praktik Kerja Lapangan kepada Ketua Jurusan.

c. Menyusun Proposal Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk diajukan

ke tempat dilaksanakan riset.

d. Memohon surat pernyataan riset ke PT. Pertamina EP Region Sumatera

Pangkalan Susu.

b. Studi Literatur

(16)

c. Observasi Lapangan

Dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek PKLM itu sendiri.

d. Pengumpulan Data

Penulis mendapatkan data yang diperlukan tentang prosedur penghitungan pajak penghasilan atas gaji karyawan tetap PT. Pertamina Region Sumut EP

Pangkalan Susu.

e. Analisis Data dan Evaluasi

Pada tahap ini penulis akan menganalisa data yang telah didapat dan mencoba mengevaluasinya. Sehingga nantinya dapat ditarik kesimpulan yang dapat

memberikan gambaran kondisi perusahaan serta kaitannya terhadap PPh pasal 21

yang harus dibayarkan.

5. Metode Pengumpulan Data

Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktek Kerja

Lapangan Mandiri ini maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Interview

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan pedoman wawancara secara

langsung kepada personil perusahaan baik kepada supervisor pembimbing maupun

(17)

b. Observasi

Penulis membuat daftar observasi mengenai data yang didapat sebagai bahan

perbandingan, dan juga menyertakan daftar dokumentasi perusahaan berupa

lampiran-lampiran dan formulir yang berkaitan dengan PPh.

c. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan data dengan melakukan studi dokumentasi misalnya

dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti Keputusan

Direktorat Jendral Pajak, Peraturan Pemerintah, lampiran – lampiran, formulir –

formulir, dan lain-lain.

6. Sistematika Penulisan Laporan

Untuk lebih mempermudah penulisan Tugas Akhir, penulis terlebih dahulu

membuat uraian garis-garis besar laporan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat,

Ruang lingkup, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan

laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Bab ini berisikan mengenai sejarah singkat , struktur organisasi, uraian

(18)

BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK

Bab ini berisikan mengenai ketentuan – ketentuan yang berlaku. Objek dan

subjeknya, cara penghitungan, pendaftaran dan penilaian.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Bab ini berisikan tentang penganalisaan dan evaluasi yang penulis lakukan

terhadap data-data yang didapat.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas analisa dan evaluasi

yang telah dilakukan oleh penulis.

(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

!. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. PERTAMINA PERSERO Pangkalan Susu merupakan salah satu Badan

Usaha Milik Negara di bidang pertambangan minyak dan gas (MIGAS). Perusahaan

ini berada sekitar 110 km sebelah Barat Laut kota Medan atau sekitar 24 km arah

Barat kota Pangkalan Berandan adalah merupakan lapangan minyak dan gas bumi

tertua dalam catatan sejarah Pertambangan dan Industri Perminyakan Indonesia, yaitu

sejak struktur Telaga Said ditemukan pada tanggal 31 Juli 1876 oleh Aeilko Janszoon

Zijlker, ahli perkebunan tembakau “Deli Tobacco Maatschappij” yang berkebangsaan

Belanda itu. Setelah memperoleh konsensi dari Sultan Langkat (Musa) pada tanggal 8

Agustus 1883, Zijlker yang telah menghimpun dana dari beberapa temannya di

Negeri Kincir Angin itu melaksanakan pengeboran sumur minyak pertama di Telaga

Tiga.

Sementara itu Pertamina Lapangan EP (Eksplorasi & Produksi) Pangkalan

Susu yang berdasarkan SK Direksi No dua wilayah KPTS – 070 / C0000 / 94-S8

tanggal 11 Mei 1994 telah diganti sebutannya menjadi Asset Pangkalan Susu adalah

merupakan salah satu dari dua wilayah operasional Pertamina DOH NAD –

(20)

Pangkalan Susu berkedudukan di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera

Utara. Tapi kini dikenal dengan sebutan Area Operasi Pangkalan Susu.

Sampai dengan tahun 1998 telah dibor sebanyak 988 sumur di wilayah Area

Pangkalan Susu yang tersebar di 37 struktur tercatat sebanyak 97 sumur yang

berproduksi, 237 sumur ditangguhkan dan 654 sumur berstatus ditinggalkan.

Sementara wilayah kerja Pertamina Area Operasi Hulu Pangkalan Susu di

Provinsi Sumatera Utara tercatat seluas sekitar 14.211,74 Km2, termasuk di dalamnya

wilayah Kabupaten Langkat yang dikuasai oleh Pertamina ada seluas 8.377.586,37

m2 sisanya berada di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Madya Binjai. Cadangan

migas Area Operasi Pangkalan Susu berada di dalam cekungan Sumatera Utara.

Cekungan ini merupakan cekungan Tersier yang di belahan Timur Laut dibatasi

Paparan Sunda, di sebelah Selatan dibatasi Busur Asahan dan di sebelah Barat Daya

dibatasi Pegunungan Bukit Barisan.

Sementara untuk kelancaran pengiriman minyak dan gas bumi dari

sumur-sumur migas yang bertebaran di struktur-struktur produktif sampai ke Tank Meter

dan tempat penampungan di Tank Yard, Bukit Khayangan, Pangkalan Susu yang

nantinya akan disalurkan ke kilang BBM UP-I Pangkalan Berandan dan kilang

lainnya, termasuk pengiriman gas untuk Perusahaan Listrik Negara (PLN),

Perusahaan Gas Negara (PGN) dan sebagainya, di Area Operasi Pangkalan Susu

terdapat sebanyak 6 (enam) Stasiun Pengumpul / Stasiun Kompressor (SP/SK) yang

dilengkapi dengan 32 unit kompressor dari berbagai jenis dan ukuran.

(21)

struktur-struktur yang ada di Area Operasi Rantau, Aceh Tamiang, dan dari struktur-struktur di Area

Operasi Pangkalan Susu untuk disimpan di Tank Yard, Bukit Khayangan, Pangkalan

Susu atau langsung dikirim ke kilang BBM di Pangkalan Berandan atau dikapalkan

ke kilang BBM di Cilacap / Lawi-lawi.

Pelabuhan Minyak Pangkalan Susu yang dibangun oleh Belanda pada tahun

1898 adalah merupakan pelabuhan pengekspor minyak tertua di Indonesia yang

peraiannya tidak dapat dimasuki oleh Tanker berukuran besar, maka dibangun Single

Bouy Mooring di lepas pantai Teluk Haru, kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten

Langkat, Sumatera Utara, yang miniaturnya dapat dilihat dalam bentuk Tugu di tepi

jalan raya lintas Sumatera, tepatnya di Simpang Tiga Pangkalan Susu Desa Lubuk

Kasih, Kecamatan Berandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang

merupakan satu-satunya jalan masuk ke kota Pangkalan Susu (Pusat Perkantoran

Pertamina Area Operasi Pangkalan Susu).

Perlindungan lingkungan menjadi prioritas utama Pertamina untuk

menanganinya secara serius, dan ini memang sudah menjadi komitmen Pertamina

sejak dibentuknya Badan Koordinator Lindungan Lingkungan (BKLL) pada tanggal

7 Juni 1973. Pembentukan BKLL dapat juga diartikan sebagai deklarasi komitmen

kegiatan industri perminyakan nasioanal.

Sejalan dengan adanya kebijakan restrukturisasi yang implementasinya telah

melahirkan Surat Keputusan Direksi No.: KPTS-070/C0000/94 – S8 tanggal 11

Maret 1994, maka terhitung mulai 1 April 1995 struktur organisasi Pertamina DOH

(22)

Lapangan, dan sebutan Kepala Lapangan kemudian diganti sebutannya menjadi

Manager Asset yang tugas operasionalnya membawahi wilayah kerja Pertamina Asset

Hulu Pangkalan Susu di Sumatera Utara dan berkantor di Pangkalan Susu. Sedangkan

kantor induknya berada di Rantau, Aceh Tamiang yang dikenal dengan sebutan

Pertamina Daerah Operasi Hulu Rantau atau biasanya disingkat dengan

PERTAMINA DOH RANTAU.

Ketika stuktur baru terbentuk berdasarkan SK Dirut Pertamina

No.Kpts-004/C00000/2001-SO tanggal 11 Januari 2002, maka sebutan Manager Asset diganti

menjadi Manager Area Operasi, dan sebagai Top Manajemen di Area Operasi

Pangkalan Susu yang membawahi fungsi Perencanaan Operasi, Operasi Poduksi,

Work Over & Well service dan Pemeliharaan. Sedangkan fungsi – fungsi lainnya

seperti, Pml Top/Aip, KK/LL, Utilities, Infokom, Pergudangan, SDM, Keuangan,

Sekuriti dan Hupmas secara administrasi tunduk kepada Manager masing-masing

baik yang berkedudukan di Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh

Darussalam maupun di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Sejalan dengan diterbitkannya Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang

Minyak dan Gas Bumi 23 November 2001 dan diberlakukannya Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk

Perusahaan Pertamina menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) pada tanggal 18

Juni 2003, maka melalui Akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH tanggal 17 September

2003, Pertamina telah resmi berubah statusnya dari BUMN menjadi Perusahaan

(23)

2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi : Menjadi unit usaha hulu migas terbaik di Pertamina EP.

Misi : Mengelola kegiatan bisnis di bidang hulu migas secara profesional,

kompetitif dengan menerapkan good oil & gas engineering practices, berwawasan

lingkungan dan memberikan nilai tambah bagi stakeholders.

3. Struktur Organisasi

Organisasi adalah salah satu modal yang akan menciptakan sistem saling

mempengaruhi antar kelompok dan individu yang bekerja sama untuk mencapai

tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengawasan yang teratur

dan intensif dari pimpinan agar aktifitas PT. PERTAMINA PERSERO dapat

diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu

alat yang mempengaruhi keefektifan pengawasan yang dilakukan oleh pimpinana

ialah struktur organisasi.

Struktur organisasi merupakan penyajian kerangka yang menunjukkan

seluruh kegiatan unutk pencapaian suatu organisasi, hubungan fungsi-fungsi serta

wewenang dan tanggung jawab masing-masing pemegang jabatan yang ada dalam

fungsi-fungsi tersebut.

Adapun struktur organisasi oganisasi yang diterapkan oleh PT. PERTAMINA

(24)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA PERSERO Sumber : PT. PERTAMINA PERSERO

Field Manager

Assisten Manager Operasi Produksi Assisten Manager

Perencanaan dan Engeenering

Assisten Manager Work Over dan Well

service

Staf Administrasi MIGAS Kepala Terminal

dan Loading Kepala Operasi

Distrik II Kepala Operaasi

Distrik I

Assisten Manager Layanan Operasi Assisten Manager

Pemeliharaan

(25)

Sesuai dengan struktur organisasinya, sebagaimana yang telah diuraikan

sebelumnya, maka untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing

bagian dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Field Manager

a. Merencanakan, menerapkan, merealisasikan, mengevaluasi Rencana Kerja

(RK) dan anggaran secara efektif untuk mendukung pencapaian sasaran yang

telah ditetapkan.

b. Mengkoordinir kegiatan engineering untuk optimalisasi produksi sumur migas

agar mencapai sasaran produksi yang telah ditetapkan.

c. Mengkoordinir dan mengendalikan operasi produksi, pengelolaan fasilitas

produksi, operasi penyaluran migas serta mengusahakan kuantitas dan kualitas

migas sesuai dengan permintaan konsumen.

d. Mengkoordinir optimalisasi peralatan Work Over, Well Service dan

penyediaan peralatan lifting sumur migas.

e. Mengkoordinir dan mengoptimalkan pekerjaan pemeliharaan fasilitas

produksi dan fasilitas umum, penyediaan utilasi listrik, gas dan air dan

pekerjaan Top-Sop untuk menunjang kelancaran operasi produksi.

f. Mengkoordinir operasional pengelolaan air terproduksi dalam upaya

meningkatkan produksi dan zero discharge.

g. Membina hubungan yang harmonis dengan Stakeholder untuk menciptakan

lingkungan kerja yang kondusif dan memotivasi, memberdayakan,

(26)

h. Menjamin penyelengaraan opeasi produksi Field Pangkalan Susu secara

efektif, efisien, aman, sehat, ramah lingkungan dan sesuai SOP serta Standar

good Oil & Gas Practices.

2. Kepala HSE

a. Merencanakan, mengembangkan dan mengawasi atas penerapan, pencatatan

prosedur seta kebijakan dan peraturan perundangan serta peraturan

perusahaan dalam aspek HSE.

b. Mengoordinir, melaksanakan dan mengevaluasi rencana kerja dan anggaran

bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lindungan Lingkungan dan

Inspeksi untuk menunjang kegiatan operasi produksi.

c. Merencanakan dan melaksanakan pembinaan SDM di lingkungan HSE untuk

meningkatkan kompetensi dan profesionalisme.

d. Mengkoordinir, merealisasikan dan mengevaluasi kebutuhan sarana peralatan

HSE.

e. Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan lindungan lingkungan, keselamatan

dan kesehatan kerja dan inspeksi peralatan operasional yang berkaitan dengan

undang-undang, ketetapan, peraturan dan standarisasi.

f. Mengkoordinir dan mengawasi serta mengevalusi pelaksanaan pelatihan

aspek HSE kepada pekerja, pekarya, dan mitra usaha.

g. Mengidentifikasi, mengevaluasi dan menganalisa serta memberi saran

dampak bahaya yang akan timbul, pada setiap kegiatan operasional (bila

(27)

h. Mengkoordinir pelaporan, pemeiksaan, pengujian, pemantauan dan perijinan

dari instansi pemerintah yang berkaitan dengan aspek HSE.

i. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan inspeksi peralatan /

fasilitas produksi dan uji material.

j. Implementasi kebijakan HSE, baik tingkat region maupun field.

k. Mensosilisasikan aspek HSE kepada seluruh pekerja dan pekarya melalui

pembinaan di semua fungsi untuk meningkatkan kesadaran HSE.

l. Memberikan informasi dan rekomendasi kepada atasan mengenai aspek HSE.

m. Menerapkan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Sistem Manajemen

HSE di field dan pelaksanaan tindak lanjutnya.

n. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat

dan kesiapan sarana penanggulangannya.

o. Melaksanakan koordinasi dan membina hubungan yang harmonis dengan

Instansi terkait dan masyarakat sekitar daerah kegiatan.

3. Sekretaris

a. Membantu Field Manager dalam hal merencanakan rapat.

b. Mengurus arsip-arsip direktur, mengadakan jadwal dan mengatur jadwal dan

mengatur waktu pertemuan yang akan diadakan oleh Field Manager.

4. Assisten Manager Perencanaan dan Engineering

a. Mengkoordinir, merencanakan dan mengevaluasi produksi sumur-sumur

existing untuk perencanaan optimalisasi produksi.

(28)

c. Mengkoodinir Well History dan MRPW (monthly report per well).

d. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi RK, rencana biaya operasi

dan biaya investasi fungsi Field secara teknis dan ekonomis yang reliable dan

achievable.

e. Mengkoordinir pembuatan dan monitoring realisasi dan closed out AFE dilua

Asset-0 Field Pangkalan Susu.

f. Menyelenggarakan, mengevaluasi dan mengendalikan penggunaan Anggaran

Operasi dan Kapital fungsi Field secara efektif dan efisien.

g. Menyelenggarakan dan mengevaluasi administrasi arus migas serta

administrasi umum operasi produksi.

5. Assisten Manager Operasi Produksi

a. Mengkoordinir kegiatan operasi produksi dari kepala sumur sampai ke sales

point secara aman, efektif dan efisien.

b. Menentukan rencana kerja operasi meliputi upaya-upaya strategi pencapaian

sasaran existing dengan meminimalkan Low & Off, usaha-usaha optimasi

produksi serta mengupayakan sumur berproduksi secara optimal sesuai

performance sumur.

c. Mengkoodinir, mengelola dan mengoperasikan seluruh fasilitas produksi,

mencari solusi permasalahan fasilitas produksi meliputi fasilitas sumur, sistem

penyaluran, proses dehydrasi / treatment migas dan penampungan serta

(29)

d. Mengkoordinir pengelolaan fasilitas uji produksi dan pelaksanaan pekerjaan

uji produksi untuk sumur-sumur bor baru (EPT) dan existing.

e. Mengupayakan kualitas migas sesuai dengan persyaratan konsumen.

f. Mengoptimalisasi sistem saluran minyak dengan cara melakukan utilisasi

sistem transportasi minyak sebagai ”Common Use Facilities” bersama Mitra

Usaha.

g. Mengkoordinir dan mengoptimalisasi pemanfaatan gas untuk gas lift dan

penjualan ke konsumen sehingga mengarah ke zero flare gas.

h. Merencanakan, mengendalikan, merealisasikan dan evaluasi anggaran operasi

produksi untik mendukung pencapaian sasaan poduksi.

i. Mengkoordinasi dan memonitor kegiatan operasional poduksi mitra usaha

JOB dan TAC.

j. Mengkoordinir pelaksanaan administrasi arus migas.

6. Kepala Distrik I

a. Mengoordinir, mengawasi, mengoptimasi pelaksanaan operasi produksi di

stuktur Paluh Tabulan Timar dan Paluh Tabulan Barat.

b. Mengkoordinir, mengawasi, mengoptimasi pelaksanaan operasi produksi

sumur-sumur migas dari sumur sampai dengan SP.

c. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan individual test sumur-sumur.

d. Mengkoordinir, mengawasi pelaksanaan proses pengiriman produksi minyak

dari stasiun pengumpul ke Pusat Penampungan Produksi (PPP) dan produksi

(30)

e. Mengatasi permasalahan operasi produksi dari problem-problem yang timbal

untuk meminimalkan low dan off sumur.

f. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasi produksi sesuai

dengan Standar Operasi Produksi (SOP) dan kaidah HSE.

g. Mengatur dan menetukan pola operasional produksi meliputi proses

pemisahan fluida dan gas di separator dan pengaturan pengelompokan sumur.

7. Kepala Distrik II

a. Mengkoordinir, mengawasi, merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan

operasi produksi di struktur Gebang/Securai dan Hamparan Perak/Wampu.

b. Mengkoordinir, mengawasi, mengoptimasi pelaksanaan operasi produksi

sumur-sumur migas dari sumur sampai dengan SP.

c. Mengkoodinir dan mengawasi pelaksanaan individual test sumur-sumur.

d. Mengkoordinir, mengawasi, pelaksanaan proses pengiriman produksi minyak

dai stasiun pengumpul ke PPP dan produksi gas ke TG dan konsumen.

e. Mengatasi permasalahan operasi produksi dari problem yang timbal untuk

meminimalkan low dan off sumur.

f. Mengkoodinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasi poduksi sesuai

SOP dan kaidah HSE.

g. Mengatur dan menentukan pola operacional produksi meliputi proses

pemisahan fluida dan gas di separator dan pengaturan pengelompokan sumur.

8. Kepala Terminal dan Loading

(31)

b. Merencanakan anggaran operasi dan investasi.

c. Melakukan check dan counter check laporan PPP sebelum di distibusikan ke

semua fungsi.

d. Melakukan check dan counter check laporan Hill of Landing (B/L) pada saaat

lifting minyak sebelum didistribusikan ke semua pihak terkait.

e. Menganalisa losses pengiriman minyak dari Own Pertamina, Mitra Usaha ke

PPP serta mencari jalan keluar penyelesaiannya.

f. Mengupayakan teknologi tepat guna yang ekonomis dan efisien untuk

kelancaran operasi.

g. Memeriksa spec minyak-minyak Mitra Usaha yang akan diserahkan ke

Pertamina.

h. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan Mooring dan Unmooring dari

Tanki Terminal ke Kapal Tanker.

i. Mengkoordinir pelaksanaan pencegahan tumpahan minyak di laut dan bahaya

kebakaran sewaktu loading dari Tanki Termianal ke Kapal Tanker.

j. Membuat tentative pemompaan minyak dari SP-SP, mitra usaha ke PPP

P.Susu.

k. Sebagai loading Master pada saat pengapalan minyak.

9. Staf Administasi MIGAS

a. Menyelenggarakan pendataan arus Migas yang memenuhi standard (QAS)

Migas dan key in data arus Migas kedalam SAP agar dapat segera diakses

(32)

b. Menyajikan data laporan harian produksi meliputi pencapaian sasaran

produksi figure stasiun pengumpul, pemompaan, penerimaan figure PPP per

lapangan.

c. Menyajikan data joint report penerimaan minyak di PPP antara Petamina dan

Mitra Kerja.

d. Memonitor jumlah dan kualitas pengiriman minyak own Pertamina dan Mitra

Pertamina di metering akhir PPP/Terminal P.Susu.

10. Assisten Manajer Work Over dan Well Service

a. Mengkoordinir, merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi Rencana

Kerja (RK) dan anggaran untuk menunjang pekerjaan perawatan sumur.

b. Mengkoordinir, merencanakan dan mengendalikan operasional / kineja Hoist

meliputi kerja ulang, reparasi, dan perawatan sumur migas.

c. Mengkoordinir, merencanakan dan mengendalikan operasional dan

pemeliharaan peralatan bawah tanah untuk menunjang kinerja sumur migas.

d. Mengkoordinir, merencanakan dan mengendalikan operasional pendataan

bawah tanah BHP Survey Sonolog – Dynagraph unutk penyelidikan data

bawah tanah dalam upaya optimasi produksi sumur.

e. Implementasi kebijakan HSE.

f. Mengkoordinir pendataan well history sehingga selalu dalam kondisi up date.

11. Assisten Manajer Pemeliharaan

a. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan Perencanaan pemeliharaan

(33)

b. Mengkoodinir dan mengendalikan kegiatan Mekanik terdiri dari perawatan

dan perbaikan hoist, fasilitas produksi dan pemipaan serta kegiatan

perbengkelan.

c. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan Utilities terdiri dari operasional

power plant, water treatment plant, distribusi listrik, air dan gas dan

perbaikan peralatan instrumentasi.

d. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan Topografi – Sipil dalam

menunjang kegiatan operasi eksploitasi dan produksi migas serta fasilitas

umum.

e. Merencanakan, mengkoordinir, mengelola dan mengendalikan RK dan RAB

Pemeliharaan.

f. Mengkoordinir penyusunan RKS dan estimasi pekerjaan sipil, mekanikal dan

elektrikal.

g. Menjamin operasional kegiatan Mekanik, Utilities dan Top/SIP berjalan

secara efektif, efisien, aman, sehat, ramah lingkungan dan sesuai dengan SOP

serta good oil &gas practices.

h. Melaksanakan pembinaan seluruh Pekerja Pemeliharaan di Field dalam upaya

meningkatkan kinerja dan professionalisme Pekerja.

12. Kepala Layanan Operasi

a. Mengkoordinir dan mengevaluasi rencana kerja dan anggaran biaya layanan

(34)

b. Mengupayakan pembinaan hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis

dengan Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Daerah (DPRD), Pers,

masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) , TNI/POLRI dan paa

mitra verja di Field Pangkalan Susu.

c. Merencanakan, menyeleksi, melaksanakan dan mengevaluasi pemohonan

bantuan pihak ketiga (Community Relation) secara efektif dan tepat sasaran

guna kelancaran operasi perusahaan.

d. Mengkoordini dan mengawasi kegiatan formalitas hukum berupa proses

pengurusan legalitas kegiatan lelang/tender, bahan peledak yang melibatkan

pihak ketiga dan instansi berwenang.

e. Menyelesaikan permasalahan sosial (tuntutan masyarakat / demo, pencurian,

dan lain-lain) yang terjadi di lingkungan operasional perusahaan.

f. Mengkoordinir penyelesaian permasalahan hukum dan pertanahan yang

timbal sehubungan pengenaan pajak, retribuís maupun tagihan-tagihan yang

bersumber dari aspek hukum di lingkungan perusahaan.

g. Mengkoordinir dan mengawasi pengurusan ijin-ijin, inventarisasi, negoisasi

dan pembayaran ganti rugi pembebasan tanah.

h. Mengkoordinir pengamanan wilayah kerja Field Pangkalan Susu terhadap

ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun

dari dalam perusahaan.

(35)

j. Memfasilitasi kerjasama antara unsur layanan operasi dengan pihak ketiga

(Kepolisian, Perwakilan Badan Pemeriksaan (BP) MIGAS dan Instansi

terkait) dalam menangani suatu kasus yang tidak dapat diselesaikan sendiri

oleh anggota pengamanan peusahaan.

k. Mengkoordinir dan mengevaluasi laboran harian sebagai bahan laporan

bulanan yang dikirim ke field Manager, Manager Businness Support, Ast

Manager Hukum dan Petanahan, Ast Man sekuriti dan Ast Man Humas.

Jumlah pekerja utama pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu

sebanyak 8 orang, 62 orang jumlah pekerja madya, dan 24 orang jumlah pekerja

biasa. Sehingga total karyawan tetap dari PT. Pertamina EP Region Sumatera Field

Pangkalan Susu untuk bulan Mei 2008 sebanyak 94 orang. Selain karyawan tidak

tetap, PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu juga mempekerjakan

karyawan kontrak atau harian yang disebut pekarya sebanyak 614 orang. Hal tersebut

(36)
[image:36.612.120.531.127.691.2]

Tabel 2.1 : Rekapitulasi Pekerja PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu Bulan Mei 2008

Pekerja No Fungsi

Utama Madya Biasa

Jumlah Pekarya

1 Field Manager 1 - - 1 -

2 Kepala HSE - 5 2 7 18

3 Ast Manager perencanaan & Enginnering

1 6 - 7 12

4 Ast Manager Operasi Produksi

1 9 8 18 103

5 Ast Manager WO &WS

1 4 - 5 28

6 Ast Manager PML

1 7 7 15 143

7 Kepala Layanan Operasi

- 5 1 6 56

8 Kepala Logistik

1 4 1 6 126

9 Kepala Jasa SDM

- 2 1 3 46

10 Kepala Poliklinik

- 3 - 3 32

11 Kepala Keuangan

- 4 - 4 6

12 Laboratorium - 2 - 2 5

13 Data & TI - 1 1 2 13

JUMLAH 6 52 21 79 588

14 Pertagas Area SBU

2 10 3 15 26

GRAND TOTAL 8 62 24 94 614

(37)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK

1. Dasar Hukum

Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang perubahan ke-3 Undang-Undang No.17 Tahun 1983 dan

Undang-Undang No.7 Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan, Keputusan Direktorat

Jenderal Pajak No. Kep 545/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000 sebagaimana

disempurnakan kembali melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.15/PJ/2006

tanggal 23 Februari 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran

dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan

Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.

Sebelum tahun 1983 sistem perpajakan yang berlaku adalah Official

Assesment System yang memberi wewenang yang lebih banyak kepada fiskus. Setelah

tahun 1983 Official Assesment System diubah menjadi Self Assesment System. Dalam

sistem tersebut wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab unutk

menghitung, memperhitungkan dan melaporkan sendiri besarnya jumlah pajak yang

harus dibayar. Dalam pengertian Self Assessment termasuk pula pemberian

kepercayaan dan tanggung jawab kepada para pemberi kerja untuk menghitung,

memperhitungkan, memotong, membayar dan melaporkan sendiri banyak jumlah

pajak yang harus dan disetor atas penghasilan Orang Pribadi sehubungan dengan

(38)

Dengan berlakunya Self Assesment System tidak menutupi kemungkinan

adanya Wajib Pajak yang melakukan penghindaran pajak atau bahkan penggelapan

pajak. Maka untuk menghindari tejadinya hal di atas, Ketentuan Perpajakan diatur /

ditata lebih terperinci berupa pasal-pasal di dalam undang-undang.

2. Pengertian-Pengertian dalam Perpajakan

Berdasarkan Ketentuan Umum Perpajakan Undang-Undang Nomor 28 tahun

2007 terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam perpajakan diantarannya:

1. Pajak adalah sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib

pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

3. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau

badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam

tahun pajak.

4. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

Perundang-undangan Perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban Perpajakan,

(39)

5. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha maupuan yang tidak melakukan usaha yang meliputi

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik

Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firms, kongsi,

koperasi, dana pensiun, persekutuan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial

politik, organisasi yang sejenis, lembaga , bentuk usaha tetap, dan bentuk badan

lainnya.

6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang doberikan kepada wajib pajak

sebagai sarana dalam administrasi perpajakan ynag pergunakan sebagai tandai

pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakannya.

7. Masa Pajak adalah jangka waktu lamanya sama dengan 1(satu) bulan takwim atau

jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan Mentri Keuangan paling

lambat 3 bulan takwim.

8. Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim kecuali bila wajib pajak

menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.

9. Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa

pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan

peraturan perundangan-undangan perpajakan.

10. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas

pembayaran pajak termasuk wakil yang menjalankan hak dan kewajiban wajib

(40)

11. Bendahara Pemerintah adalah bendaharawan pemerintah pusat, pemerintah

daerah , instasi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga lainnya dan kedutaan

besar Republik Indonesia diluar negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan,

honorarium dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerja, jasa atau kegiatan.

12. Pemberi Kerja adalah orang pribadi, badan ataupun kerjasama operasi yang

merupakan induk, cabang, perwakilan atau unit perusahan, termasuk badan yang

dikecualikan sebagai pemotong pajak sesuai ketentuan yang berlaku yang

membayar atau yang teruatang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan

pembayaran lain dengan nama apapun kepada karyawan sebagai imbalan

sehubungan dengan pekejaan, jasa atau kegiatan yang dibutuhkan termasuk juga

organisasi internasional.

13. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan ataupun pembayaran pajak, objek pajak, harta dan

kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

14. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untukm suatu masa pajak.

15. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah suatu tahunan pajak atau bagian tahun

pajak.

16. Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas Negara

melalui kantor pos dan atau bank badan usaha milik Negara dan daerah atau

(41)

17. Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau

sanksi administarsi berupa bunga dan denda.

18. Kredit Pajak untuk penghasilan adalah pajak yang dibayar oleh wajib pajak

dengan pokok pajak terutang dengan penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau

kurang bayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut ditambah

dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri, dikurangi

dengan pengembalian pendahuluan kelebian pajak, yang dikurangkan dari pajak

yang terutang.

19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,

mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan memenuhi

kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuan perudang-undangan perpajakan.

20. Upah Borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar banyaknya

satuan produk yang dihasilkan.

21. Honorarium atau Penghargaan Perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang

diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan.

22. Magang adalah aktivitas memperoleh pengalaman dan atau keterampilan dan atau

keahlian sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.

23. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk

mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,

(42)

berang dan jasa, yang tutup dengan menytusun laporan keuangan berupa neraca

dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir.

3.Subjek dan objek A. Subjek pajak

Berdasarkan UU PPh pasal 2 yang menjadikan subjek pajak adalah :

a. 1) Orang pribadi

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak,

b. Badan;

c. Bentuk Usaha Tetap

Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri

1. Yang dimaksud dengan Subjek Pajak Dalam negeri adalah :

a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada

di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi

yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk

bertempat tinggal di Indonesia;

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;

c. Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2. Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah :

a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

(43)

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3. Bentuk Usaha Tetap

Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Atau

badan yang tidak didirikan dann tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

B. Objek Pajak

Berdasarkan UU PPh pasal 4 yang menjadi objek pajak adalah Penghasilan

yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau di peroleh Wajib

Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

dipakai untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan

dalam bentuk apapun termasuk :

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima

atau diperloleh gaji, upah, upah tunjangan, honorarium, konsumsi, bonus,

(44)

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

c. Laba usaha;

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

(restitusi)

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian

utang;

g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi;

h. Royalti;

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. Penerimaan atau perolehan pembiayaan berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang;

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

m. Selisih karena penilaian kembali aktiva;

n. Premi asuransi;

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotannya yang terdiri

dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan

(45)

4. Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan tergolong sebagai pajak yang subjektif yaitu pajak yang

mempertimbangkan keadaan pribadi Wajib Pajak sebagai faktor utama dalam

pengenaan pajak. Keadaan pribadi Wajib Pajak, yang tercermin pada banyaknya

jumlah komponen penghasilan tidak kena pajak yang dimiliki atau ditanggung Wajib

Pajak yang merupakan salah satu faktor pembeda dalam penentuan besarnya jumlah

pajak penghasilan yang dipotong dan ditanggung dari tiap-tiap Wajib Pajak.

Penghasilan pasal 21 merupakan yang dipungut dan/atau dipotong oleh pihak

ketiga atau pemberi kerja atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak

orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan

kegiatan yang dilakukan, berdasarkan ketentuan Pasal 21 UU No.7 Tahun 1983

tentang PPh sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No.17 tahun

2000, termasuk PPh yang bersifat final dan setoran akhir tahun`(PP 115/00).

Sedangkan pengertian Pajak Penghasilan menurut Dimsky. K. Judiseno

(1996:2) adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang

berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun

pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan

bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Jadi pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak Penghasilan yang

dikenakan atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji,

(46)

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak

dalam negeri.

5. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan UU PPh Pasal 21 pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak

atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan

dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam

negeri, wajib dilakukan oleh :

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi atau badan, termasuk bentuk usaha

tetap, badan atau organisasi internasional yang tidak dikecualikan sebagai

pemotong pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, baik merupakan

induk maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah ,

honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan pekerja atau jasa lain yang

dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

2. Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada pemerintah pusat,

pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga lainnya

dan kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan, jasa,

atau kegiatan;

3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran

(47)

4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan

bebas;

5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan

pelaksanaan suatu kegiatan.

6. Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep 545/PJ/2000 Pasal

3 penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :

1. Pegawai yaitu setiap orang pribadi yang melakukan pekerja berdasarkan suatu

perjanjian atau kesepakatan kerja, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam

jabatan pegawai negeri atau badan usaha milik negara dan daerah;

2. Penerima pensiun yaitu orang pribadi atau ahli waris yang menerima atau

memperoleh imbalan untuk pekerja yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang

pribadi atau ahli waris yang menerima uang pensiun, tabungan hari tua;

3. Penerima honorarium yaitu orang pribadi yang menerima atau memperoleh

imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan atau kegiatan yang dilakukannya;

4. Penerima upah yaitu orang pribadi yang menerima upah harian, mingguan, upah

borongan atau upah satuan;

5. Orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh pengghasilan sehubungan

(48)

7. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep 545/PJ/2000 Pasal

5 penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara

teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk

honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi

bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan

isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,

tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan

pendidikan anak, bea siswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan

penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun;

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan

pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan

cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan

penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap;

c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau

diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau

mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau pemegangan yang

merupakan calon pegawai;

d. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang

pesangon dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan

(49)

e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk

apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang

pribadi dalam negeri;

f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan

honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat

Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain

yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk

janda atau duda dan atau anak-anaknya;

g. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun

yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang

dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak

Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).

8. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep 545/PJ/2000 Pasal

7 penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21 adalah :

1. pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

2. penerimaan dalm bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang

(50)

3. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan

penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja;

4. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil

zakat yang dibentuk dan disahkan oleh Pemerintah.

9. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final

Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final adalah:

1. uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan dan Tunjangan Hari Tua yang dibayarkan

sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja;

2. uang pesangon;

3. hadiah dan penghargaan perlombaan;

4. honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas

dinas luar asuransi;

5. penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama dan apapun

yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI/POLRI

yang bersumber dananya berasal dari keuangan negara atau keuangan daerah

kecuali yang dibayarkan oleh Pegawai Negeri Sipil golongan II-d kebawah dan

(51)

10. Hak dan Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21 1. Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21

1. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau

ke Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

2. Pemotong pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam

rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya ke Kantor Pelayanan Pajak atau ke

kantor penyuluhan pajak setempat.

3. Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21

yang terutang untuk setiap bulan takwim.

4. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke

Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik

Daerah, atau bank-bank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran

selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya.

5. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran sekalipun nihil dengan

menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau

Kantor Penyuluhan Pajak setempat, selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan

takwim berikutnya.

6. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta

maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi

bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun,penerima Jaminan

(52)

7. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 tahunan

kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan, dengan menggunakan

formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 bulan

setelah tahun takwim berakhir.

8. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim,

maka Bukti Pemotongan sebagaimana dimaksud diberikan oleh pemberi kerja

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti

bekerja atau pensiun.

9. Pemotong pajak wajib membuat catatan atau kertas kerja pehitungan PPh pasal 21

untuk masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan dalam

Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja

tersebut selama 10 (sepuluh) tahun sejak berakhirnya tahun pajak yang

bersangkutan.

2. Hak Pemotong PPh Pasal 21

1. Apabila daalm satu bulan takwim terjadi kelebihan penyetoran PPh Pasal 21,

maka kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang

pada bulan berikutnya dalam tahun takwim yang bersangkutan.

2. Pemotong pajak dapat mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka

waktu penyampaian SPT. Permohonan tersebut diajukan secara tertulis

selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya dengan menggunakan

formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak disertai Surat Pernyataan

(53)

takwim yang bersangkutan dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran PPh

Pasal 21 yang terutang.

11. Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan

1. Pada saat seseorang mulai bekerja atau mulai pensiun untuk mendapatkan

pengurangan PTKP, penerima penghasilan harus menyerahkan surat pernyataan

lepada lepada pemotong pajak yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga

pada permulaan tahun takwim atau permulaan menjadi Subjek Pajak Dalam

Negeri.

2. kewajiban tersebut harus dilaksanakan pula dalam hal ada perubahan jumlah

tanggungan keluarga menurut keadaan pada permulaan tahun takwim.

3. Jumlah PPh pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak pada penerima

penghasilan yang padanya dikenakan pemotongan untuk tahun pajak yang

bersangkutan kecuali PPh Pasal 21 tersebut bersifat final.

4. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan sehubungan

dengan pekerjaan dari badan atau perwakilan dari Negara asing dan organisasi

internasional yang dikecualikan sebagai pemotong pajak PPh Pasal 21,

diwajibkan untuk menghitung dan membayar sendiri jumlah pajak penghasilan

yang terutang dalam tahun berjalan dan atas penghasilan tersebut dilaporkan

(54)

12. Penghitungan PPh Pasal 21

1. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur bagi Pegawai Tetap a. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu

dicari seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan,

yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya,

termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.

b. Untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan

Kerja (JKK), premi Jaminan Kematian (JK) dan premi Jaminan Pemeliharaan

Kecelakaan (JPK) yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi

pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan,

asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea

siswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan

asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan

dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pembei kerja kepada pegawai.

c. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara

mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan (yaitu 5% dari

penghasilan bruto, maksimum Rp 1.296.000,00 setahun atau Rp 108.000,00

sebulan), iuran pensuin, iuran Jaminan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh

pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang

pendirinnya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau Badan Penyelenggara

(55)

d. Selanjutnya dihitung penghasilan netto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto

sebulan dikalikan 12

e. Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektifnya sebagai

wajib pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah

bulan Januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan mengalikan

penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang

bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan Desember dan menambahkan

hasilnya dengan penghasilan neto yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya

dalam tahun yang sama yang diperoleh dari pemberi kerja sebelumnya sesuai

dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1),

jira pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain.

f. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal

17 UU PPh sebesar Penghasilan neto setahun dikurangi dengan PTKP.

g. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh

terhadap Penghasilan Kena Pajak selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang

harus dipotong dan disetor ke kas negara.

2. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur bagi Penerima Pensiun Penghitungan PPh Pasal 21 atas uang pensión bulanan yang diterima atau diperoleh

penerima pensiun pada tahun pertama pensiun adalah sebagai berikut:

a. Terlebih dahulu dihitung penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara

(56)

banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan menerima pensionan sampai

dengan bulan Desember;

b. Penghasilan neto pensiun sebagaimana tersebut pada huruf a ditambah dengan

penghasilan neto dalam tahun yang bersangkutan yang diterima atau diperoleh

dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun sesuai dengan

yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun;

c. Untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak, jumlah penghasilan pada huruf b

tersebut dikurangi dengan PTKP, dan selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 atas

penghasilan kena pajak tersebut;

d. PPh Pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan dihitung dengan

cara mengurangi PPh Pasal 21 dalam huruf c dengan PPh Pasal 21 yang terutang

dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun sesuai dengan

yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun;

e. PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan hádala sebesar PPh Pasal 21 seperti

tersebut dalam huruf d dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana dimaksud

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA PERSERO
Tabel 2.1 :   Rekapitulasi Pekerja PT. Pertamina EP Region Sumatera Field
Tabel 3.2: Tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)  Keterangan Setahun
Tabel 3.3: Tentang Tarif Pajak  Lapisan Penghasilan Kena Pajak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia sampel MOCAF seperti penentuan kadar air, kadar abu, kadar amilosa, dan pH dengan analisis kimiawi

Salah satu seniman kuda Renggong Ncep Suharna mengatakan, adapun cara melatih kuda Renggong terdapat beberapa tahapan diantaranya, adaptasi dengan melakukan

Metode yang digunakan dalam pencarian pola adalah memanfaatkan Association Rule Mining dengan Cumulative Support Thresholds yang secara otomatis menghasilkan nilai

102 BKKBN menunjukkan bahwa karyawan dengan masa kerja kurang dari satu tahun merasa puas dengan pekerjaan mereka serta menunjukkan bahwa BKKBN Perwakilan Daerah

3.1.2 Tuliskan data mahasiswa (reguler /non-reguler dan transfer) untuk Program PPG dan program studi lainnya (semua jenjang pendidikan) pada tahun akademik penuh yang terakhir di

Bagian tengah cabang memiliki proporsi polip karang yang berkaitan dengan lo- kasi energi untuk pertumbuhan yang lebih reproduktif (100%) dengan kandungan rataan jumlah telur yang

Sebagai solusi atas permasalahan di atas, perlu dikembangkan sistem informasi yang berbasis fingerprint (sidik jari) pasien untuk mempermudah dan mempercepat

Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa life skill merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat bahagia dalam kehidupan. Life skill adalah