LAPORAN TUGAS AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PROSEDUR PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI KARYAWAN TETAP PADA PT. PERTAMINA EP REGION
SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU Oleh:
SUSANI AMALIA 052600143
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Menyelesaikan Studi pada Program Diploma III
Administrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :
Nama : Susani Amalia
NIM : 052600143
Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan
Judul : Prosedur Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji Karyawan Tetap Pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu
Ketua Progran Studi Ka. Jasa SDM Diploma III Dosen Pembimbing Field P.Susu
Administrasi Perpajakan
(Drs.H.M.Husni Thamrin Nst.M.Si) (Dra. Elita Dewi, MSP) (Sukardi) NIP. 131.930.631 NIP. 131.568.389 NIP. 501221
Diketahui, Dekan FISIP USU
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, dengan segenap kerendahan hati, penulis
mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan
hidayah-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
yang berjudul “Prosedur Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji
Karyawan Tetap Pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu” yang dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik Universitas Sumatera utara.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang sempurna yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman penulis,
sehingga dengan besar hati penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang
bersifat membangun penulisan laporan yang lebih baik lagi.
Laporan ini dibuat oleh penulis berdasarkan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu dan tentunya tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan
3. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya dan memberikan masukan kepada penulis untuk
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Sukardi selaku Kepala Jasa SDM Field P.Susu yang telah
memberikan izin, kesempatan bagi penulis dalam melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri.
5. Bapak Syahrul Irawadi yang telah banyak membantu dan memberi
dukungan kepada penulis dalam melakukan riset di PT. Pertamina.
6. Ibu Maida Rusti dan Bang Turi yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan informasi kepada penulis dalam melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri.
7. Teristimewa untuk Mama dan Papa yang telah memberikan kasih
sayangnya dan menjadi kekuatan bagi penulis dalam menyelesaikan
laporan ini semoga San bisa memberikan yang terbaik yang diinginkan
Mama dan Papa.
8. Bang Ai, Kak itha, Bang Inal dan Kak Nanda yang selalu memberikan
motivasi, perhatian, dan kasih sayang yang cukup kepada penulis.
9. Yaya’, Ade, Intan makasi banyak atas doa, dukungan moga kita tetep
10. Teman-teman kelas C khususnya Uni, Fasta, Donik, Masrah, Tyas, Ana,
Lidya, Bg Green semoga kita bisa saling mengingat satu sama lain, dan
teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhirnya kepada pihak yang telah memberi bantuan yang tak ternilai harganya ini,
penulis mengucapkan terima kasih. Setiap perbuatan akan kembali kepada siapa yang
melakukan perbuatan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Medan, Juni 2008
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………...…..i
DAFTAR ISI ………...iv
DAFTAR TABEL ………...….vii
DAFTAR GAMBAR ………...…...viii
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ………....…...1
2. Tujuan dan Manfaat ………...…….…...3
3. Ruang Lingkup ………...…....5
4. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri …………...…...…....5
5. Metode Pengumpulan Data ………...…6
6. Sistematika Penulisan Laporan ………...…...7
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Singkat Perusahaan ……..………...…...….….9
2. Visi dan Misi Perusahaan…...………...…..13
3. Struktur Organisasi...………...….….13
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK 1. Dasar Hukum...…………...………….…26
2. Pengertian-Pengertian dalam Perpajakan ………...…27
3. Subjek dan Objek...31
5. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21...35
6. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21...36
7. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21...37
8. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21...38
9. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final...39
10. Hak dan Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21...40
11. Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan...42
12. Penghitungan PPh Pasal 21...43
13. Penghasilan Tidak Kena Pajak...50
14. Tarif Pajak...52
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI. 1. Prosedur Pengenaan PPh Pasal 21 Terutang Atas Karyawan Tetap pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu ……….…...53
2. Dampak Prosedur Pengenaan PPh Pasal 21 Terutang Atas Karyawan PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu……….….…...54
4. Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21
Terhadap Penghasilan Karyawan Tetap...…...58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ………...……….……...67
2. Saran ...………...…….………...68
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rekapitulasi Pekerja PT. Pertamina EP Region Sumatera
Field Pangkalan Susu Bulan Mei 2008...………..25
Tabel 3.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak...……….51
Tabel 3.3 Tarif Pajak...………...52
Tabel 4.4 Rekapitulasi Bukti Setor PPh Pasal 21 PT. Pertamina EP
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini lebih dari separuh penerimaan negara disumbangkan dari sektor
pajak. Sektor pajak masih menjadi prioritas yang utama di Indonesia sebagai sarana
untuk mensukseskan dan melancarkan pembangunan nasional yang berlangsung
secara terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Menurut undang-undang No.28
Tahun 2007 tentang Tata Cara Ketentuan Umum Perpajakan pada Pasal 1 angka 1
Pajak didefinisikan sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kebutuhan akan biaya dari pembangunan menuntut dana yang tidak sedikit
jumlahnya, maka dari itu penerimaan negara dari sektor migas tidak dapat lagi lebih
banyak diharapkan. Dengan demikian, pemerintah menetapkan bahwa pelaksanaan
pembangunan bertumpu pada dana berasal dari dalam negeri dan penerimaan dalam
pembayaran pajak.
Pemungutan pajak yang dilakukan pemerintah harus sesuai dengan asas
keadilan sehingga besarnya pajak yang dibebankan sesuai dengan objek yang dimiliki
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dikonsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun (Supranomo, 2005, 23).
Dari tahun ke tahun pajak penghasilan masih menjadi nomor satu dalam
perkembangan penerimaan negara dari sektor pajak. Pajak penghasilan pasal 21 (PPh
21) salah satu pajak yang dipungut dan/atau dipotong oleh pihak ketiga atau pemberi
kerja atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan .
Pertamina merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
karyawannnya dikukuhkan sebagai wajib pajak orang pribadi karena penghasilan
karyawan tetapnya diatas Penghasilan Kena Pajak (PTKP) yaitu Rp 13.200.000 per
tahun.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
mempelajari, memahami, dan mendalami bagaimana sebenarnya mekanisme
(prosedur) perpajakan khususnya pajak penghasilan yang dikenakan bagi karyawan
dalam suatu perusahaan, dan karena belakangan ini pajak merupakan bahan/topik
pembicaraan yang sangat penting untuk dibahas dan dipelajari oleh siapa saja di
dalam meningkatkan penerimaan negara maka Laporan ini saya beri judul:
2. Tujuan dan Manfaat PKLM 1. Tujuan PKLM
1. Untuk mengetahui prosedur pengenaan dan penghitungan Pajak Penghasilan
yang terutang pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu.
2. Untuk mengetahui banyaknya karyawan tetap pada PT. Pertamina EP Region
Sumatera Field Pangkalan Susu yang menjadi wajib pajak.
3. Untuk mengetahui komponen penghasilan kotor dan komponen pengurang
yang berhak diterima karyawan tetap PT. Pertamina EP Region Sumatera field
Pangkalan Susu sehubungan dengan PPh Pasal 21 yang terutang.
4. Untuk menilai perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang atas karyawan
PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu dengan ketentuan
yang berlaku.
5. Untuk mendapatkan data-data, lampiran-lampiran, dan dokumentasi lainnya
yang dibutuhkan di dalam penulisan.
2. Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmunya secara langsung pada bidang yang
ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang dipelajari selama
2. Meningkatkan wawasan dan pengalaman serta mengembangkan keterampilan
dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam masalah di bidang pajak
yang akan dijadikan modal penting untuk bekerja di perusahaan.
3. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap,
kemampuan, keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan perusahaan.
4. Memperdalam dan meningkatkan ketrampilan serta kreatifitas dalam bidang
perpajakan seiring dengan adanya undang-undang perpajakan yang
sewaktu-waktu dapat berubah.
b. Bagi Perusahaan
1. Menjalin hubungan yaitu berupa kerjasama yang harmonis antara lembaga
pendidikan dengan dunia usaha. Dengan adanya riset di perusahaan akan
mendapat gambaran tenaga-tenaga ahli yang akan lahir yang kelak mereka
butuhkan.
2. Mempromosikan image perusahaan.
c. Bagi Fakultas
1. Untuk menjalin hubungan baik antara Fakultas dengan Perusahaan.
2. Upaya melakukan revisi kurikulum guna meningkatkan pendidikan.
3. Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana kualitas teori
yang diberikan bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu yang berada
3. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam hal ini penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada PT.
Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu. Adapun yang menjadi ruang
lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah menyangkut prosedur penghitungan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan tetap beserta langkah-langkah yang
ditempuh dalam pengenaan dan penghitungan yang dikenakan pada seluruh karyawan
tetap PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu.
4. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Sebagai bekal melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis
sebelumnya telah menyusun beberapa tahapan dan cara-cara yang akan dilakukan
dalam kegiatan pengambilan data. Adapun tahapan tersebut mencakup:
a. Persiapan
a. Penulis melakukan pengenalan objek yang akan di bahas.
b. Mengajukan Judul Laporan Praktik Kerja Lapangan kepada Ketua Jurusan.
c. Menyusun Proposal Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk diajukan
ke tempat dilaksanakan riset.
d. Memohon surat pernyataan riset ke PT. Pertamina EP Region Sumatera
Pangkalan Susu.
b. Studi Literatur
c. Observasi Lapangan
Dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek PKLM itu sendiri.
d. Pengumpulan Data
Penulis mendapatkan data yang diperlukan tentang prosedur penghitungan pajak penghasilan atas gaji karyawan tetap PT. Pertamina Region Sumut EP
Pangkalan Susu.
e. Analisis Data dan Evaluasi
Pada tahap ini penulis akan menganalisa data yang telah didapat dan mencoba mengevaluasinya. Sehingga nantinya dapat ditarik kesimpulan yang dapat
memberikan gambaran kondisi perusahaan serta kaitannya terhadap PPh pasal 21
yang harus dibayarkan.
5. Metode Pengumpulan Data
Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktek Kerja
Lapangan Mandiri ini maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Interview
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan pedoman wawancara secara
langsung kepada personil perusahaan baik kepada supervisor pembimbing maupun
b. Observasi
Penulis membuat daftar observasi mengenai data yang didapat sebagai bahan
perbandingan, dan juga menyertakan daftar dokumentasi perusahaan berupa
lampiran-lampiran dan formulir yang berkaitan dengan PPh.
c. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data dengan melakukan studi dokumentasi misalnya
dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti Keputusan
Direktorat Jendral Pajak, Peraturan Pemerintah, lampiran – lampiran, formulir –
formulir, dan lain-lain.
6. Sistematika Penulisan Laporan
Untuk lebih mempermudah penulisan Tugas Akhir, penulis terlebih dahulu
membuat uraian garis-garis besar laporan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat,
Ruang lingkup, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Bab ini berisikan mengenai sejarah singkat , struktur organisasi, uraian
BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK
Bab ini berisikan mengenai ketentuan – ketentuan yang berlaku. Objek dan
subjeknya, cara penghitungan, pendaftaran dan penilaian.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Bab ini berisikan tentang penganalisaan dan evaluasi yang penulis lakukan
terhadap data-data yang didapat.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas analisa dan evaluasi
yang telah dilakukan oleh penulis.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
!. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. PERTAMINA PERSERO Pangkalan Susu merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara di bidang pertambangan minyak dan gas (MIGAS). Perusahaan
ini berada sekitar 110 km sebelah Barat Laut kota Medan atau sekitar 24 km arah
Barat kota Pangkalan Berandan adalah merupakan lapangan minyak dan gas bumi
tertua dalam catatan sejarah Pertambangan dan Industri Perminyakan Indonesia, yaitu
sejak struktur Telaga Said ditemukan pada tanggal 31 Juli 1876 oleh Aeilko Janszoon
Zijlker, ahli perkebunan tembakau “Deli Tobacco Maatschappij” yang berkebangsaan
Belanda itu. Setelah memperoleh konsensi dari Sultan Langkat (Musa) pada tanggal 8
Agustus 1883, Zijlker yang telah menghimpun dana dari beberapa temannya di
Negeri Kincir Angin itu melaksanakan pengeboran sumur minyak pertama di Telaga
Tiga.
Sementara itu Pertamina Lapangan EP (Eksplorasi & Produksi) Pangkalan
Susu yang berdasarkan SK Direksi No dua wilayah KPTS – 070 / C0000 / 94-S8
tanggal 11 Mei 1994 telah diganti sebutannya menjadi Asset Pangkalan Susu adalah
merupakan salah satu dari dua wilayah operasional Pertamina DOH NAD –
Pangkalan Susu berkedudukan di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara. Tapi kini dikenal dengan sebutan Area Operasi Pangkalan Susu.
Sampai dengan tahun 1998 telah dibor sebanyak 988 sumur di wilayah Area
Pangkalan Susu yang tersebar di 37 struktur tercatat sebanyak 97 sumur yang
berproduksi, 237 sumur ditangguhkan dan 654 sumur berstatus ditinggalkan.
Sementara wilayah kerja Pertamina Area Operasi Hulu Pangkalan Susu di
Provinsi Sumatera Utara tercatat seluas sekitar 14.211,74 Km2, termasuk di dalamnya
wilayah Kabupaten Langkat yang dikuasai oleh Pertamina ada seluas 8.377.586,37
m2 sisanya berada di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Madya Binjai. Cadangan
migas Area Operasi Pangkalan Susu berada di dalam cekungan Sumatera Utara.
Cekungan ini merupakan cekungan Tersier yang di belahan Timur Laut dibatasi
Paparan Sunda, di sebelah Selatan dibatasi Busur Asahan dan di sebelah Barat Daya
dibatasi Pegunungan Bukit Barisan.
Sementara untuk kelancaran pengiriman minyak dan gas bumi dari
sumur-sumur migas yang bertebaran di struktur-struktur produktif sampai ke Tank Meter
dan tempat penampungan di Tank Yard, Bukit Khayangan, Pangkalan Susu yang
nantinya akan disalurkan ke kilang BBM UP-I Pangkalan Berandan dan kilang
lainnya, termasuk pengiriman gas untuk Perusahaan Listrik Negara (PLN),
Perusahaan Gas Negara (PGN) dan sebagainya, di Area Operasi Pangkalan Susu
terdapat sebanyak 6 (enam) Stasiun Pengumpul / Stasiun Kompressor (SP/SK) yang
dilengkapi dengan 32 unit kompressor dari berbagai jenis dan ukuran.
struktur-struktur yang ada di Area Operasi Rantau, Aceh Tamiang, dan dari struktur-struktur di Area
Operasi Pangkalan Susu untuk disimpan di Tank Yard, Bukit Khayangan, Pangkalan
Susu atau langsung dikirim ke kilang BBM di Pangkalan Berandan atau dikapalkan
ke kilang BBM di Cilacap / Lawi-lawi.
Pelabuhan Minyak Pangkalan Susu yang dibangun oleh Belanda pada tahun
1898 adalah merupakan pelabuhan pengekspor minyak tertua di Indonesia yang
peraiannya tidak dapat dimasuki oleh Tanker berukuran besar, maka dibangun Single
Bouy Mooring di lepas pantai Teluk Haru, kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten
Langkat, Sumatera Utara, yang miniaturnya dapat dilihat dalam bentuk Tugu di tepi
jalan raya lintas Sumatera, tepatnya di Simpang Tiga Pangkalan Susu Desa Lubuk
Kasih, Kecamatan Berandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang
merupakan satu-satunya jalan masuk ke kota Pangkalan Susu (Pusat Perkantoran
Pertamina Area Operasi Pangkalan Susu).
Perlindungan lingkungan menjadi prioritas utama Pertamina untuk
menanganinya secara serius, dan ini memang sudah menjadi komitmen Pertamina
sejak dibentuknya Badan Koordinator Lindungan Lingkungan (BKLL) pada tanggal
7 Juni 1973. Pembentukan BKLL dapat juga diartikan sebagai deklarasi komitmen
kegiatan industri perminyakan nasioanal.
Sejalan dengan adanya kebijakan restrukturisasi yang implementasinya telah
melahirkan Surat Keputusan Direksi No.: KPTS-070/C0000/94 – S8 tanggal 11
Maret 1994, maka terhitung mulai 1 April 1995 struktur organisasi Pertamina DOH
Lapangan, dan sebutan Kepala Lapangan kemudian diganti sebutannya menjadi
Manager Asset yang tugas operasionalnya membawahi wilayah kerja Pertamina Asset
Hulu Pangkalan Susu di Sumatera Utara dan berkantor di Pangkalan Susu. Sedangkan
kantor induknya berada di Rantau, Aceh Tamiang yang dikenal dengan sebutan
Pertamina Daerah Operasi Hulu Rantau atau biasanya disingkat dengan
PERTAMINA DOH RANTAU.
Ketika stuktur baru terbentuk berdasarkan SK Dirut Pertamina
No.Kpts-004/C00000/2001-SO tanggal 11 Januari 2002, maka sebutan Manager Asset diganti
menjadi Manager Area Operasi, dan sebagai Top Manajemen di Area Operasi
Pangkalan Susu yang membawahi fungsi Perencanaan Operasi, Operasi Poduksi,
Work Over & Well service dan Pemeliharaan. Sedangkan fungsi – fungsi lainnya
seperti, Pml Top/Aip, KK/LL, Utilities, Infokom, Pergudangan, SDM, Keuangan,
Sekuriti dan Hupmas secara administrasi tunduk kepada Manager masing-masing
baik yang berkedudukan di Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh
Darussalam maupun di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Sejalan dengan diterbitkannya Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi 23 November 2001 dan diberlakukannya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Pertamina menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) pada tanggal 18
Juni 2003, maka melalui Akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH tanggal 17 September
2003, Pertamina telah resmi berubah statusnya dari BUMN menjadi Perusahaan
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Menjadi unit usaha hulu migas terbaik di Pertamina EP.
Misi : Mengelola kegiatan bisnis di bidang hulu migas secara profesional,
kompetitif dengan menerapkan good oil & gas engineering practices, berwawasan
lingkungan dan memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
3. Struktur Organisasi
Organisasi adalah salah satu modal yang akan menciptakan sistem saling
mempengaruhi antar kelompok dan individu yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengawasan yang teratur
dan intensif dari pimpinan agar aktifitas PT. PERTAMINA PERSERO dapat
diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu
alat yang mempengaruhi keefektifan pengawasan yang dilakukan oleh pimpinana
ialah struktur organisasi.
Struktur organisasi merupakan penyajian kerangka yang menunjukkan
seluruh kegiatan unutk pencapaian suatu organisasi, hubungan fungsi-fungsi serta
wewenang dan tanggung jawab masing-masing pemegang jabatan yang ada dalam
fungsi-fungsi tersebut.
Adapun struktur organisasi oganisasi yang diterapkan oleh PT. PERTAMINA
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA PERSERO Sumber : PT. PERTAMINA PERSERO
Field Manager
Assisten Manager Operasi Produksi Assisten Manager
Perencanaan dan Engeenering
Assisten Manager Work Over dan Well
service
Staf Administrasi MIGAS Kepala Terminal
dan Loading Kepala Operasi
Distrik II Kepala Operaasi
Distrik I
Assisten Manager Layanan Operasi Assisten Manager
Pemeliharaan
Sesuai dengan struktur organisasinya, sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya, maka untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing
bagian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Field Manager
a. Merencanakan, menerapkan, merealisasikan, mengevaluasi Rencana Kerja
(RK) dan anggaran secara efektif untuk mendukung pencapaian sasaran yang
telah ditetapkan.
b. Mengkoordinir kegiatan engineering untuk optimalisasi produksi sumur migas
agar mencapai sasaran produksi yang telah ditetapkan.
c. Mengkoordinir dan mengendalikan operasi produksi, pengelolaan fasilitas
produksi, operasi penyaluran migas serta mengusahakan kuantitas dan kualitas
migas sesuai dengan permintaan konsumen.
d. Mengkoordinir optimalisasi peralatan Work Over, Well Service dan
penyediaan peralatan lifting sumur migas.
e. Mengkoordinir dan mengoptimalkan pekerjaan pemeliharaan fasilitas
produksi dan fasilitas umum, penyediaan utilasi listrik, gas dan air dan
pekerjaan Top-Sop untuk menunjang kelancaran operasi produksi.
f. Mengkoordinir operasional pengelolaan air terproduksi dalam upaya
meningkatkan produksi dan zero discharge.
g. Membina hubungan yang harmonis dengan Stakeholder untuk menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif dan memotivasi, memberdayakan,
h. Menjamin penyelengaraan opeasi produksi Field Pangkalan Susu secara
efektif, efisien, aman, sehat, ramah lingkungan dan sesuai SOP serta Standar
good Oil & Gas Practices.
2. Kepala HSE
a. Merencanakan, mengembangkan dan mengawasi atas penerapan, pencatatan
prosedur seta kebijakan dan peraturan perundangan serta peraturan
perusahaan dalam aspek HSE.
b. Mengoordinir, melaksanakan dan mengevaluasi rencana kerja dan anggaran
bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lindungan Lingkungan dan
Inspeksi untuk menunjang kegiatan operasi produksi.
c. Merencanakan dan melaksanakan pembinaan SDM di lingkungan HSE untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme.
d. Mengkoordinir, merealisasikan dan mengevaluasi kebutuhan sarana peralatan
HSE.
e. Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan lindungan lingkungan, keselamatan
dan kesehatan kerja dan inspeksi peralatan operasional yang berkaitan dengan
undang-undang, ketetapan, peraturan dan standarisasi.
f. Mengkoordinir dan mengawasi serta mengevalusi pelaksanaan pelatihan
aspek HSE kepada pekerja, pekarya, dan mitra usaha.
g. Mengidentifikasi, mengevaluasi dan menganalisa serta memberi saran
dampak bahaya yang akan timbul, pada setiap kegiatan operasional (bila
h. Mengkoordinir pelaporan, pemeiksaan, pengujian, pemantauan dan perijinan
dari instansi pemerintah yang berkaitan dengan aspek HSE.
i. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan inspeksi peralatan /
fasilitas produksi dan uji material.
j. Implementasi kebijakan HSE, baik tingkat region maupun field.
k. Mensosilisasikan aspek HSE kepada seluruh pekerja dan pekarya melalui
pembinaan di semua fungsi untuk meningkatkan kesadaran HSE.
l. Memberikan informasi dan rekomendasi kepada atasan mengenai aspek HSE.
m. Menerapkan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Sistem Manajemen
HSE di field dan pelaksanaan tindak lanjutnya.
n. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat
dan kesiapan sarana penanggulangannya.
o. Melaksanakan koordinasi dan membina hubungan yang harmonis dengan
Instansi terkait dan masyarakat sekitar daerah kegiatan.
3. Sekretaris
a. Membantu Field Manager dalam hal merencanakan rapat.
b. Mengurus arsip-arsip direktur, mengadakan jadwal dan mengatur jadwal dan
mengatur waktu pertemuan yang akan diadakan oleh Field Manager.
4. Assisten Manager Perencanaan dan Engineering
a. Mengkoordinir, merencanakan dan mengevaluasi produksi sumur-sumur
existing untuk perencanaan optimalisasi produksi.
c. Mengkoodinir Well History dan MRPW (monthly report per well).
d. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi RK, rencana biaya operasi
dan biaya investasi fungsi Field secara teknis dan ekonomis yang reliable dan
achievable.
e. Mengkoordinir pembuatan dan monitoring realisasi dan closed out AFE dilua
Asset-0 Field Pangkalan Susu.
f. Menyelenggarakan, mengevaluasi dan mengendalikan penggunaan Anggaran
Operasi dan Kapital fungsi Field secara efektif dan efisien.
g. Menyelenggarakan dan mengevaluasi administrasi arus migas serta
administrasi umum operasi produksi.
5. Assisten Manager Operasi Produksi
a. Mengkoordinir kegiatan operasi produksi dari kepala sumur sampai ke sales
point secara aman, efektif dan efisien.
b. Menentukan rencana kerja operasi meliputi upaya-upaya strategi pencapaian
sasaran existing dengan meminimalkan Low & Off, usaha-usaha optimasi
produksi serta mengupayakan sumur berproduksi secara optimal sesuai
performance sumur.
c. Mengkoodinir, mengelola dan mengoperasikan seluruh fasilitas produksi,
mencari solusi permasalahan fasilitas produksi meliputi fasilitas sumur, sistem
penyaluran, proses dehydrasi / treatment migas dan penampungan serta
d. Mengkoordinir pengelolaan fasilitas uji produksi dan pelaksanaan pekerjaan
uji produksi untuk sumur-sumur bor baru (EPT) dan existing.
e. Mengupayakan kualitas migas sesuai dengan persyaratan konsumen.
f. Mengoptimalisasi sistem saluran minyak dengan cara melakukan utilisasi
sistem transportasi minyak sebagai ”Common Use Facilities” bersama Mitra
Usaha.
g. Mengkoordinir dan mengoptimalisasi pemanfaatan gas untuk gas lift dan
penjualan ke konsumen sehingga mengarah ke zero flare gas.
h. Merencanakan, mengendalikan, merealisasikan dan evaluasi anggaran operasi
produksi untik mendukung pencapaian sasaan poduksi.
i. Mengkoordinasi dan memonitor kegiatan operasional poduksi mitra usaha
JOB dan TAC.
j. Mengkoordinir pelaksanaan administrasi arus migas.
6. Kepala Distrik I
a. Mengoordinir, mengawasi, mengoptimasi pelaksanaan operasi produksi di
stuktur Paluh Tabulan Timar dan Paluh Tabulan Barat.
b. Mengkoordinir, mengawasi, mengoptimasi pelaksanaan operasi produksi
sumur-sumur migas dari sumur sampai dengan SP.
c. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan individual test sumur-sumur.
d. Mengkoordinir, mengawasi pelaksanaan proses pengiriman produksi minyak
dari stasiun pengumpul ke Pusat Penampungan Produksi (PPP) dan produksi
e. Mengatasi permasalahan operasi produksi dari problem-problem yang timbal
untuk meminimalkan low dan off sumur.
f. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasi produksi sesuai
dengan Standar Operasi Produksi (SOP) dan kaidah HSE.
g. Mengatur dan menetukan pola operasional produksi meliputi proses
pemisahan fluida dan gas di separator dan pengaturan pengelompokan sumur.
7. Kepala Distrik II
a. Mengkoordinir, mengawasi, merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan
operasi produksi di struktur Gebang/Securai dan Hamparan Perak/Wampu.
b. Mengkoordinir, mengawasi, mengoptimasi pelaksanaan operasi produksi
sumur-sumur migas dari sumur sampai dengan SP.
c. Mengkoodinir dan mengawasi pelaksanaan individual test sumur-sumur.
d. Mengkoordinir, mengawasi, pelaksanaan proses pengiriman produksi minyak
dai stasiun pengumpul ke PPP dan produksi gas ke TG dan konsumen.
e. Mengatasi permasalahan operasi produksi dari problem yang timbal untuk
meminimalkan low dan off sumur.
f. Mengkoodinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasi poduksi sesuai
SOP dan kaidah HSE.
g. Mengatur dan menentukan pola operacional produksi meliputi proses
pemisahan fluida dan gas di separator dan pengaturan pengelompokan sumur.
8. Kepala Terminal dan Loading
b. Merencanakan anggaran operasi dan investasi.
c. Melakukan check dan counter check laporan PPP sebelum di distibusikan ke
semua fungsi.
d. Melakukan check dan counter check laporan Hill of Landing (B/L) pada saaat
lifting minyak sebelum didistribusikan ke semua pihak terkait.
e. Menganalisa losses pengiriman minyak dari Own Pertamina, Mitra Usaha ke
PPP serta mencari jalan keluar penyelesaiannya.
f. Mengupayakan teknologi tepat guna yang ekonomis dan efisien untuk
kelancaran operasi.
g. Memeriksa spec minyak-minyak Mitra Usaha yang akan diserahkan ke
Pertamina.
h. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan Mooring dan Unmooring dari
Tanki Terminal ke Kapal Tanker.
i. Mengkoordinir pelaksanaan pencegahan tumpahan minyak di laut dan bahaya
kebakaran sewaktu loading dari Tanki Termianal ke Kapal Tanker.
j. Membuat tentative pemompaan minyak dari SP-SP, mitra usaha ke PPP
P.Susu.
k. Sebagai loading Master pada saat pengapalan minyak.
9. Staf Administasi MIGAS
a. Menyelenggarakan pendataan arus Migas yang memenuhi standard (QAS)
Migas dan key in data arus Migas kedalam SAP agar dapat segera diakses
b. Menyajikan data laporan harian produksi meliputi pencapaian sasaran
produksi figure stasiun pengumpul, pemompaan, penerimaan figure PPP per
lapangan.
c. Menyajikan data joint report penerimaan minyak di PPP antara Petamina dan
Mitra Kerja.
d. Memonitor jumlah dan kualitas pengiriman minyak own Pertamina dan Mitra
Pertamina di metering akhir PPP/Terminal P.Susu.
10. Assisten Manajer Work Over dan Well Service
a. Mengkoordinir, merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi Rencana
Kerja (RK) dan anggaran untuk menunjang pekerjaan perawatan sumur.
b. Mengkoordinir, merencanakan dan mengendalikan operasional / kineja Hoist
meliputi kerja ulang, reparasi, dan perawatan sumur migas.
c. Mengkoordinir, merencanakan dan mengendalikan operasional dan
pemeliharaan peralatan bawah tanah untuk menunjang kinerja sumur migas.
d. Mengkoordinir, merencanakan dan mengendalikan operasional pendataan
bawah tanah BHP Survey Sonolog – Dynagraph unutk penyelidikan data
bawah tanah dalam upaya optimasi produksi sumur.
e. Implementasi kebijakan HSE.
f. Mengkoordinir pendataan well history sehingga selalu dalam kondisi up date.
11. Assisten Manajer Pemeliharaan
a. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan Perencanaan pemeliharaan
b. Mengkoodinir dan mengendalikan kegiatan Mekanik terdiri dari perawatan
dan perbaikan hoist, fasilitas produksi dan pemipaan serta kegiatan
perbengkelan.
c. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan Utilities terdiri dari operasional
power plant, water treatment plant, distribusi listrik, air dan gas dan
perbaikan peralatan instrumentasi.
d. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan Topografi – Sipil dalam
menunjang kegiatan operasi eksploitasi dan produksi migas serta fasilitas
umum.
e. Merencanakan, mengkoordinir, mengelola dan mengendalikan RK dan RAB
Pemeliharaan.
f. Mengkoordinir penyusunan RKS dan estimasi pekerjaan sipil, mekanikal dan
elektrikal.
g. Menjamin operasional kegiatan Mekanik, Utilities dan Top/SIP berjalan
secara efektif, efisien, aman, sehat, ramah lingkungan dan sesuai dengan SOP
serta good oil &gas practices.
h. Melaksanakan pembinaan seluruh Pekerja Pemeliharaan di Field dalam upaya
meningkatkan kinerja dan professionalisme Pekerja.
12. Kepala Layanan Operasi
a. Mengkoordinir dan mengevaluasi rencana kerja dan anggaran biaya layanan
b. Mengupayakan pembinaan hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis
dengan Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Daerah (DPRD), Pers,
masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) , TNI/POLRI dan paa
mitra verja di Field Pangkalan Susu.
c. Merencanakan, menyeleksi, melaksanakan dan mengevaluasi pemohonan
bantuan pihak ketiga (Community Relation) secara efektif dan tepat sasaran
guna kelancaran operasi perusahaan.
d. Mengkoordini dan mengawasi kegiatan formalitas hukum berupa proses
pengurusan legalitas kegiatan lelang/tender, bahan peledak yang melibatkan
pihak ketiga dan instansi berwenang.
e. Menyelesaikan permasalahan sosial (tuntutan masyarakat / demo, pencurian,
dan lain-lain) yang terjadi di lingkungan operasional perusahaan.
f. Mengkoordinir penyelesaian permasalahan hukum dan pertanahan yang
timbal sehubungan pengenaan pajak, retribuís maupun tagihan-tagihan yang
bersumber dari aspek hukum di lingkungan perusahaan.
g. Mengkoordinir dan mengawasi pengurusan ijin-ijin, inventarisasi, negoisasi
dan pembayaran ganti rugi pembebasan tanah.
h. Mengkoordinir pengamanan wilayah kerja Field Pangkalan Susu terhadap
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun
dari dalam perusahaan.
j. Memfasilitasi kerjasama antara unsur layanan operasi dengan pihak ketiga
(Kepolisian, Perwakilan Badan Pemeriksaan (BP) MIGAS dan Instansi
terkait) dalam menangani suatu kasus yang tidak dapat diselesaikan sendiri
oleh anggota pengamanan peusahaan.
k. Mengkoordinir dan mengevaluasi laboran harian sebagai bahan laporan
bulanan yang dikirim ke field Manager, Manager Businness Support, Ast
Manager Hukum dan Petanahan, Ast Man sekuriti dan Ast Man Humas.
Jumlah pekerja utama pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu
sebanyak 8 orang, 62 orang jumlah pekerja madya, dan 24 orang jumlah pekerja
biasa. Sehingga total karyawan tetap dari PT. Pertamina EP Region Sumatera Field
Pangkalan Susu untuk bulan Mei 2008 sebanyak 94 orang. Selain karyawan tidak
tetap, PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu juga mempekerjakan
karyawan kontrak atau harian yang disebut pekarya sebanyak 614 orang. Hal tersebut
Tabel 2.1 : Rekapitulasi Pekerja PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu Bulan Mei 2008
Pekerja No Fungsi
Utama Madya Biasa
Jumlah Pekarya
1 Field Manager 1 - - 1 -
2 Kepala HSE - 5 2 7 18
3 Ast Manager perencanaan & Enginnering
1 6 - 7 12
4 Ast Manager Operasi Produksi
1 9 8 18 103
5 Ast Manager WO &WS
1 4 - 5 28
6 Ast Manager PML
1 7 7 15 143
7 Kepala Layanan Operasi
- 5 1 6 56
8 Kepala Logistik
1 4 1 6 126
9 Kepala Jasa SDM
- 2 1 3 46
10 Kepala Poliklinik
- 3 - 3 32
11 Kepala Keuangan
- 4 - 4 6
12 Laboratorium - 2 - 2 5
13 Data & TI - 1 1 2 13
JUMLAH 6 52 21 79 588
14 Pertagas Area SBU
2 10 3 15 26
GRAND TOTAL 8 62 24 94 614
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK
1. Dasar Hukum
Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang perubahan ke-3 Undang-Undang No.17 Tahun 1983 dan
Undang-Undang No.7 Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan, Keputusan Direktorat
Jenderal Pajak No. Kep 545/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000 sebagaimana
disempurnakan kembali melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.15/PJ/2006
tanggal 23 Februari 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.
Sebelum tahun 1983 sistem perpajakan yang berlaku adalah Official
Assesment System yang memberi wewenang yang lebih banyak kepada fiskus. Setelah
tahun 1983 Official Assesment System diubah menjadi Self Assesment System. Dalam
sistem tersebut wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab unutk
menghitung, memperhitungkan dan melaporkan sendiri besarnya jumlah pajak yang
harus dibayar. Dalam pengertian Self Assessment termasuk pula pemberian
kepercayaan dan tanggung jawab kepada para pemberi kerja untuk menghitung,
memperhitungkan, memotong, membayar dan melaporkan sendiri banyak jumlah
pajak yang harus dan disetor atas penghasilan Orang Pribadi sehubungan dengan
Dengan berlakunya Self Assesment System tidak menutupi kemungkinan
adanya Wajib Pajak yang melakukan penghindaran pajak atau bahkan penggelapan
pajak. Maka untuk menghindari tejadinya hal di atas, Ketentuan Perpajakan diatur /
ditata lebih terperinci berupa pasal-pasal di dalam undang-undang.
2. Pengertian-Pengertian dalam Perpajakan
Berdasarkan Ketentuan Umum Perpajakan Undang-Undang Nomor 28 tahun
2007 terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam perpajakan diantarannya:
1. Pajak adalah sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
3. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau
badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak.
4. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
Perundang-undangan Perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban Perpajakan,
5. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupuan yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firms, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, organisasi yang sejenis, lembaga , bentuk usaha tetap, dan bentuk badan
lainnya.
6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang doberikan kepada wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan ynag pergunakan sebagai tandai
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
7. Masa Pajak adalah jangka waktu lamanya sama dengan 1(satu) bulan takwim atau
jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan Mentri Keuangan paling
lambat 3 bulan takwim.
8. Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim kecuali bila wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
9. Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa
pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan
peraturan perundangan-undangan perpajakan.
10. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak termasuk wakil yang menjalankan hak dan kewajiban wajib
11. Bendahara Pemerintah adalah bendaharawan pemerintah pusat, pemerintah
daerah , instasi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga lainnya dan kedutaan
besar Republik Indonesia diluar negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan,
honorarium dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerja, jasa atau kegiatan.
12. Pemberi Kerja adalah orang pribadi, badan ataupun kerjasama operasi yang
merupakan induk, cabang, perwakilan atau unit perusahan, termasuk badan yang
dikecualikan sebagai pemotong pajak sesuai ketentuan yang berlaku yang
membayar atau yang teruatang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan
pembayaran lain dengan nama apapun kepada karyawan sebagai imbalan
sehubungan dengan pekejaan, jasa atau kegiatan yang dibutuhkan termasuk juga
organisasi internasional.
13. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan ataupun pembayaran pajak, objek pajak, harta dan
kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
14. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untukm suatu masa pajak.
15. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah suatu tahunan pajak atau bagian tahun
pajak.
16. Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas Negara
melalui kantor pos dan atau bank badan usaha milik Negara dan daerah atau
17. Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau
sanksi administarsi berupa bunga dan denda.
18. Kredit Pajak untuk penghasilan adalah pajak yang dibayar oleh wajib pajak
dengan pokok pajak terutang dengan penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang bayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut ditambah
dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri, dikurangi
dengan pengembalian pendahuluan kelebian pajak, yang dikurangkan dari pajak
yang terutang.
19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan memenuhi
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan perudang-undangan perpajakan.
20. Upah Borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar banyaknya
satuan produk yang dihasilkan.
21. Honorarium atau Penghargaan Perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang
diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan.
22. Magang adalah aktivitas memperoleh pengalaman dan atau keterampilan dan atau
keahlian sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
23. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
berang dan jasa, yang tutup dengan menytusun laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir.
3.Subjek dan objek A. Subjek pajak
Berdasarkan UU PPh pasal 2 yang menjadikan subjek pajak adalah :
a. 1) Orang pribadi
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak,
b. Badan;
c. Bentuk Usaha Tetap
Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri
1. Yang dimaksud dengan Subjek Pajak Dalam negeri adalah :
a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada
di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia;
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
c. Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak.
2. Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah :
a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
3. Bentuk Usaha Tetap
Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Atau
badan yang tidak didirikan dann tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
B. Objek Pajak
Berdasarkan UU PPh pasal 4 yang menjadi objek pajak adalah Penghasilan
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau di peroleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun termasuk :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperloleh gaji, upah, upah tunjangan, honorarium, konsumsi, bonus,
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
(restitusi)
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembiayaan berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang;
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotannya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
4. Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan tergolong sebagai pajak yang subjektif yaitu pajak yang
mempertimbangkan keadaan pribadi Wajib Pajak sebagai faktor utama dalam
pengenaan pajak. Keadaan pribadi Wajib Pajak, yang tercermin pada banyaknya
jumlah komponen penghasilan tidak kena pajak yang dimiliki atau ditanggung Wajib
Pajak yang merupakan salah satu faktor pembeda dalam penentuan besarnya jumlah
pajak penghasilan yang dipotong dan ditanggung dari tiap-tiap Wajib Pajak.
Penghasilan pasal 21 merupakan yang dipungut dan/atau dipotong oleh pihak
ketiga atau pemberi kerja atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan yang dilakukan, berdasarkan ketentuan Pasal 21 UU No.7 Tahun 1983
tentang PPh sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No.17 tahun
2000, termasuk PPh yang bersifat final dan setoran akhir tahun`(PP 115/00).
Sedangkan pengertian Pajak Penghasilan menurut Dimsky. K. Judiseno
(1996:2) adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang
berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan
bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
Jadi pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak Penghasilan yang
dikenakan atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji,
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
dalam negeri.
5. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Berdasarkan UU PPh Pasal 21 pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak
atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri, wajib dilakukan oleh :
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi atau badan, termasuk bentuk usaha
tetap, badan atau organisasi internasional yang tidak dikecualikan sebagai
pemotong pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, baik merupakan
induk maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah ,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan pekerja atau jasa lain yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
2. Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada pemerintah pusat,
pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga lainnya
dan kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan;
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas;
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
6. Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep 545/PJ/2000 Pasal
3 penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :
1. Pegawai yaitu setiap orang pribadi yang melakukan pekerja berdasarkan suatu
perjanjian atau kesepakatan kerja, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam
jabatan pegawai negeri atau badan usaha milik negara dan daerah;
2. Penerima pensiun yaitu orang pribadi atau ahli waris yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerja yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang
pribadi atau ahli waris yang menerima uang pensiun, tabungan hari tua;
3. Penerima honorarium yaitu orang pribadi yang menerima atau memperoleh
imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan atau kegiatan yang dilakukannya;
4. Penerima upah yaitu orang pribadi yang menerima upah harian, mingguan, upah
borongan atau upah satuan;
5. Orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh pengghasilan sehubungan
7. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep 545/PJ/2000 Pasal
5 penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara
teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk
honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi
bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan
isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,
tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan
pendidikan anak, bea siswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan
penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun;
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan
pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan
cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan
penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap;
c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau
diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau
mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau pemegangan yang
merupakan calon pegawai;
d. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang
pesangon dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan
e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri;
f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan
honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat
Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain
yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk
janda atau duda dan atau anak-anaknya;
g. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun
yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang
dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak
Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).
8. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep 545/PJ/2000 Pasal
7 penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21 adalah :
1. pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
2. penerimaan dalm bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang
3. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan
penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja;
4. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk dan disahkan oleh Pemerintah.
9. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final
Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final adalah:
1. uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan dan Tunjangan Hari Tua yang dibayarkan
sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja;
2. uang pesangon;
3. hadiah dan penghargaan perlombaan;
4. honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas
dinas luar asuransi;
5. penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama dan apapun
yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI/POLRI
yang bersumber dananya berasal dari keuangan negara atau keuangan daerah
kecuali yang dibayarkan oleh Pegawai Negeri Sipil golongan II-d kebawah dan
10. Hak dan Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21 1. Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21
1. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau
ke Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
2. Pemotong pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya ke Kantor Pelayanan Pajak atau ke
kantor penyuluhan pajak setempat.
3. Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21
yang terutang untuk setiap bulan takwim.
4. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke
Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik
Daerah, atau bank-bank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya.
5. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran sekalipun nihil dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Penyuluhan Pajak setempat, selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan
takwim berikutnya.
6. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta
maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi
bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun,penerima Jaminan
7. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 tahunan
kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan, dengan menggunakan
formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 bulan
setelah tahun takwim berakhir.
8. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim,
maka Bukti Pemotongan sebagaimana dimaksud diberikan oleh pemberi kerja
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti
bekerja atau pensiun.
9. Pemotong pajak wajib membuat catatan atau kertas kerja pehitungan PPh pasal 21
untuk masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan dalam
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja
tersebut selama 10 (sepuluh) tahun sejak berakhirnya tahun pajak yang
bersangkutan.
2. Hak Pemotong PPh Pasal 21
1. Apabila daalm satu bulan takwim terjadi kelebihan penyetoran PPh Pasal 21,
maka kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang
pada bulan berikutnya dalam tahun takwim yang bersangkutan.
2. Pemotong pajak dapat mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT. Permohonan tersebut diajukan secara tertulis
selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya dengan menggunakan
formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak disertai Surat Pernyataan
takwim yang bersangkutan dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran PPh
Pasal 21 yang terutang.
11. Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan
1. Pada saat seseorang mulai bekerja atau mulai pensiun untuk mendapatkan
pengurangan PTKP, penerima penghasilan harus menyerahkan surat pernyataan
lepada lepada pemotong pajak yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga
pada permulaan tahun takwim atau permulaan menjadi Subjek Pajak Dalam
Negeri.
2. kewajiban tersebut harus dilaksanakan pula dalam hal ada perubahan jumlah
tanggungan keluarga menurut keadaan pada permulaan tahun takwim.
3. Jumlah PPh pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak pada penerima
penghasilan yang padanya dikenakan pemotongan untuk tahun pajak yang
bersangkutan kecuali PPh Pasal 21 tersebut bersifat final.
4. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan dari badan atau perwakilan dari Negara asing dan organisasi
internasional yang dikecualikan sebagai pemotong pajak PPh Pasal 21,
diwajibkan untuk menghitung dan membayar sendiri jumlah pajak penghasilan
yang terutang dalam tahun berjalan dan atas penghasilan tersebut dilaporkan
12. Penghitungan PPh Pasal 21
1. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur bagi Pegawai Tetap a. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu
dicari seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan,
yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya,
termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.
b. Untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK), premi Jaminan Kematian (JK) dan premi Jaminan Pemeliharaan
Kecelakaan (JPK) yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi
pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan
asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan
dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pembei kerja kepada pegawai.
c. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan (yaitu 5% dari
penghasilan bruto, maksimum Rp 1.296.000,00 setahun atau Rp 108.000,00
sebulan), iuran pensuin, iuran Jaminan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh
pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang
pendirinnya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau Badan Penyelenggara
d. Selanjutnya dihitung penghasilan netto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto
sebulan dikalikan 12
e. Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektifnya sebagai
wajib pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah
bulan Januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan mengalikan
penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang
bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan Desember dan menambahkan
hasilnya dengan penghasilan neto yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya
dalam tahun yang sama yang diperoleh dari pemberi kerja sebelumnya sesuai
dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1),
jira pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain.
f. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal
17 UU PPh sebesar Penghasilan neto setahun dikurangi dengan PTKP.
g. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh
terhadap Penghasilan Kena Pajak selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang
harus dipotong dan disetor ke kas negara.
2. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur bagi Penerima Pensiun Penghitungan PPh Pasal 21 atas uang pensión bulanan yang diterima atau diperoleh
penerima pensiun pada tahun pertama pensiun adalah sebagai berikut:
a. Terlebih dahulu dihitung penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara
banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan menerima pensionan sampai
dengan bulan Desember;
b. Penghasilan neto pensiun sebagaimana tersebut pada huruf a ditambah dengan
penghasilan neto dalam tahun yang bersangkutan yang diterima atau diperoleh
dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun sesuai dengan
yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun;
c. Untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak, jumlah penghasilan pada huruf b
tersebut dikurangi dengan PTKP, dan selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 atas
penghasilan kena pajak tersebut;
d. PPh Pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan dihitung dengan
cara mengurangi PPh Pasal 21 dalam huruf c dengan PPh Pasal 21 yang terutang
dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun sesuai dengan
yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun;
e. PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan hádala sebesar PPh Pasal 21 seperti
tersebut dalam huruf d dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana dimaksud