• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pola Makan dengan Status Gizi Pada Anak Murid 9-12 Tahun di Sekolah Dasar Advent 2 di Kecamatan Medan Selayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Pola Makan dengan Status Gizi Pada Anak Murid 9-12 Tahun di Sekolah Dasar Advent 2 di Kecamatan Medan Selayang"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : TAN WEE YEN

110100464

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana

Kedokteran”

Oleh : TAN WEE YEN

110100464

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Berdasarkan laporan United Nations Development Programmed (UNDP),pada tahun 2004, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menduduki peringkat 111 dari 177 negara, lebih rendah dibandingkan dengan peringkat IPM negara-negara lain di Asia Tenggara. Rendahnya IPM di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk. Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan status gizi pada siswa 9-12 tahun SD Advent 2 di kecamatan Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah siswa dari kelas 3-6. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling, dengan total sampel sebanyak 43 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan kuesioner. Analisis data menggunakan program SPSS dengan menggunakan chi-square pada tingkat kemaknaan á = 0,05.

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 23 orang (53,5%) responden yang memiliki pola makan baik, terdapat 3 orang (42,9%) responden yang berstatus gizi kurus, 18 orang (69,2%) responden yang berstatus gizi normal, dan 2 orang (20,0%) responden yang berstatus gizi gemuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan status gizi, dengan nilai (p=0,025).

(5)

ABSTRACT

Based on the report of United Nations Development Programmed (UNDP), in 2004, Human Development Index (HDI) of Indonesia ranked 111 out of 177 countries, so much lower compared to other countries in Asia. The low level of HDI in Indonesia are greatly influence by the lower nutrition status and health of the residents. A healthy and normal child will grow according to its genetic potential. Nevertheless, the growth of a child will also affected by the amount of food intake.

The objective of this research was to find out the relationship between food consumption pattern and the nutrition status of students aged 9-12 in SD Advent 2 in Medan province. This was a cross-sectional research. Populations of this research are those students from standard 3 until standard 6. Samples were taken by the method of consecutive sampling with the total sample size 43 students. Data were collected using questionnaire. Data was analytic using chi-square with the level of significance (α=0,05) with the help of SPSS.

The results showed that out of 23 respondents (53,5%) with a good food consumption pattern, there were 3 respondents (42,9%) with a low nutrition status, 18 respondents (62,9%) with a normal nutrition status, and 2 respondents (20,0%) with a high nutrition status.

The analytic result showed that there is a significance relationship between food consumption pattern with nutritional status, with the value of (p=0,025).

Key word : Food consumption pattern, Nutrition status, Relationship

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat meyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, proposal penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteraan Universitas

Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis serta kepada dosen pembimbing penulisan karya tulis ilmiah ini, dr Indra Wahyudi Tanjung, SpA yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu dan tenaga untuk mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulisan mulai dari awal penyusunan proposal penelitian ini hingga memberikan rekomendasi yang sangat berguna saat pelaksanaan penelitian ini di lapangan nantinya.

Konsep cakupan belajar sepanjang hayat dan pengembangan pengetahuan baru telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul ‘’Hubungan Antara Pola Makan dengan Status Gizi Pada Anak Murid 9-12 Tahun Di Sekolah Dasar Advent 2 Di Kecamatan Medan Selayang’’. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2014, Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan .………... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vii

Daftar Istilah... viii

Daftar Lampiran... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Hipotesa ... 2

1.4.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.1 Tujuan Umum ... 3

1.4.2 Tujuan Khusus ... 3

1.5.Manfaat Penelitian ... 3

1.5.1 Bagi Profesi Kedokteraan ... 3

1.5.2 Bagi Guru ... 3

1.5.3 Bagi Peneliti ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Anak Sekolah Dasar ... 4

2.2.Pengertian Gizi ... 5

2.2.1 Pengertian Status Gizi... ... 5

2.3.Masalah Gizi ... 6

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 6

2.4.Pola Makan ... 8

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan ... 8

2.5.Metode Pengukuran Konsumsi Makanan ... 9

2.6.Angka Kecukupan Gizi (AKG) ... 10

2.7.Penilaian Status Gizi ... 11

2.8.Pengukuran Antropometri ... 12

2.9.Indeks Antropometri ... 13

2.9.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ... 13

2.9.2 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ... 14

2.9.3 Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (BB/TB) ... 15

2.9.4 Klassifikasi Status Gizi ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 19

3.2.Definisi Operasional ... 19

(8)

3.2.2 Status Gizi ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1.Jenis Penelitian ... 21

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.2.1 Waktu Penelitian ... 21

4.2.2 Tempat Penelitian ... 21

4.3.Populasi dan Sampel ... 21

4.3.1 Populasi ... 21

4.3.2 Kriteria Inklusi, Eksklusi ... 21

4.3.3 Sampel ... 22

4.4.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 23

4.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 23

4.4.1.1 Data Primer ... 24

4.4.2 Instrumen Penelitian ... 24

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 25

4.5.1 Analisis Univariat ... 25

4.5.2 Analisis Bivariat ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... . 27

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... . 27

5.2. Hasil Penelitian... .... 27

5.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden... .. 27

5.3. Pembahasan... .. 30

5.3.1.1 Pola Makan Responden... .. 30

5.3.1.2 Status Gizi Responden... .. 30

5.3.2 Pola Makan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... .. 31

5.3.3 Status Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... .. 32

5.3.4 Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi... .. 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... . 34

6.1. Kesimpulan... . 34

6.2 Saran... . 34

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR ISTILAH SDM

UNDP

IPM IMT/U SD URT WHO Depkes RDA AKG IMT BB TB SD DKBM

: Sumber Daya Manusia

: United Nations Development Programme : Indeks Pembangunan Manusia

: Indeks Massa Tubuh menurut Umur : Sekolah Dasar

: Urutan Rumah Tangga : World Health Organization : Departemen Kesehatan

: Recommended Dietary allowances : Angka Kecukupan Gizi

: Indeks Massa Tubuh : Berat Badan

: Tinggi Badan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN LAMPIRAN 2 LEMBAR PERSETUJUAN LAMPIRAN 3 KUESIONER

(12)

ABSTRAK

Berdasarkan laporan United Nations Development Programmed (UNDP),pada tahun 2004, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menduduki peringkat 111 dari 177 negara, lebih rendah dibandingkan dengan peringkat IPM negara-negara lain di Asia Tenggara. Rendahnya IPM di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk. Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan status gizi pada siswa 9-12 tahun SD Advent 2 di kecamatan Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah siswa dari kelas 3-6. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling, dengan total sampel sebanyak 43 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan kuesioner. Analisis data menggunakan program SPSS dengan menggunakan chi-square pada tingkat kemaknaan á = 0,05.

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 23 orang (53,5%) responden yang memiliki pola makan baik, terdapat 3 orang (42,9%) responden yang berstatus gizi kurus, 18 orang (69,2%) responden yang berstatus gizi normal, dan 2 orang (20,0%) responden yang berstatus gizi gemuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan status gizi, dengan nilai (p=0,025).

(13)

ABSTRACT

Based on the report of United Nations Development Programmed (UNDP), in 2004, Human Development Index (HDI) of Indonesia ranked 111 out of 177 countries, so much lower compared to other countries in Asia. The low level of HDI in Indonesia are greatly influence by the lower nutrition status and health of the residents. A healthy and normal child will grow according to its genetic potential. Nevertheless, the growth of a child will also affected by the amount of food intake.

The objective of this research was to find out the relationship between food consumption pattern and the nutrition status of students aged 9-12 in SD Advent 2 in Medan province. This was a cross-sectional research. Populations of this research are those students from standard 3 until standard 6. Samples were taken by the method of consecutive sampling with the total sample size 43 students. Data were collected using questionnaire. Data was analytic using chi-square with the level of significance (α=0,05) with the help of SPSS.

The results showed that out of 23 respondents (53,5%) with a good food consumption pattern, there were 3 respondents (42,9%) with a low nutrition status, 18 respondents (62,9%) with a normal nutrition status, and 2 respondents (20,0%) with a high nutrition status.

The analytic result showed that there is a significance relationship between food consumption pattern with nutritional status, with the value of (p=0,025).

Key word : Food consumption pattern, Nutrition status, Relationship

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan, pendidikan, dan ekonomi merupakan tiga pilar utama penentu kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Laporan United Nations Development Programmed (UNDP) menunjukkan bahwa pada tahun 2004, indeks

pembangunan manusia (IPM) Indonesia menduduki peringkat 111 dari 177 negara, lebih rendah dibandingkan dengan peringkat IPM negara-negara lain di Asia Tenggara. Rendahnya IPM di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk (Dinkes, 2009). Data statistik memperlihatkan banyak persoalan kekurangan gizi yang perlu diselesaikan (Bappenas, 2010). Salah satu faktor penentu pencapaian Millenium Development Goals (MDG) adalah masalah gizi. Oleh karena hal tersebut maka setiap negara secara bertahap harus mampu mengurangi jumlah balita yang bergizi buruk atau kurang gizi sehingga mencapai 15% pada tahun 2015 (UNICEF, 1998).

Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2013, sebanyak 15 provinsi di Indonesia telah digolong sebagai provinsi yang mempunyai status gizi sangat pendek (TB/U). Ini terdiri atas Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Bengkulu, Maluku, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Lampung, dan Papua. Sedangkan secara nasional prevalensi status gizi kurus (IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,2%, terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus.

(15)

Perkembangan bahasa anak usia 9-12 tahun lebih baik dibanding dengan anak usia 7-9 tahun dari segi perbendaharaan kata, pemahaman dan pertuturan (Amanda, 2006). Ini menunjukan bahwa anak usia 9-12 tahun dapat berkomunikasi dengan lebih baik dari anak usia 7-8 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wello (2008) seperti yang dikutipkan oleh Geiby (2013), hasil penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada balita di Semarang. Sedangkan dalam penelitian Geiby dkk juga menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan status gizi pada anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja puskesmas Tompaso kecamatan Tompaso.

Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pendidikan, serta berperan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya, pembangunan kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta ( Depkes RI, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu apakah terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi pada siswa usia 9-12 tahun di Sekolah Dasar (SD) Advent 2 kecamatan Medan Selayang?

1.3 Hipotesa

(16)

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada siswa usia 9-12 tahun di SD Advent 2 kecamatan Medan Selayang.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui pola makan pada siswa usia 9-12 tahun di SD Advent 2. b.Mengetahui status gizi pada siswa usia 9-12 tahun di SD Advent 2.

c. Menganalisis hubungan antara pola makan dengan status gizi pada siswa usia 9- 12 tahun di SD Advent 2.

1.5 Manfaat Penelitian

Mengetahui hubungan antara pola makan dengan status gizi pada anak usia sekolah dasar, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini, yaitu:

1.5.1 Bagi Profesi Kedokteraan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam meningkatkan status gizi dan kewaspadaan pentingnya pola makan yang baik pada anak usia sekolah dasar.

1.5.2 Bagi Guru

Diharapkan informasi ini menjadi dasar pentingnya pendidikan gizi di sekolah, karena status gizi kurang tidak selalu disebabkan oleh ketidakmampuan membeli pangan yang bergizi tetapi dapat juga disebabkan rendahnya pengetahuan dan kesadaran makanan yang bergizi.

1.5.3 Bagi Peneliti

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat dibanding balita, mempunyai sifat individual serta aktif, tidak bergantung dengan orang tua dan mempunyai karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan atau norma. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari anak putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. Anak usia sekolah juga dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga memerlukan asupan makanan yang mengandung gizi seimbang, agar proses tersebut tidak diganggu. Pada usia sekolah selain peran orang tua, kesadaran anak sekolah juga diperlukan karena mereka sudah mampu memilih makanan mana yang d i s u k a i (Almatsier. S, 2004).

Karakteristik anak sekolah dasar seperti : (Moehji, 2003) • Pertumbuhan tidak secepat bayi

• Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal)

• Lebih aktif memilih makanan yang disukai

• Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat

• Pertumbuhan lambat

(18)

2.2 Pengertian Gizi

Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994, nutrition diterjemahkan sebagai “nutrisi” (Zain, 1994).

Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga (Irianto, 2006).

Menurut Almatsier. S (2009), zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun, memelihara jaringan serta mengatur proses-proses jaringan. Gizi merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk perkembangan dan pertumbuhan dalam bentuk dan untuk memperoleh energi, agar manusia dapat melaksanakan kegiatan fisiknya sehari-hari.

2.2.1 Pengertian Status Gizi

(19)

2.3 Masalah Gizi

Indonesia saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, serta adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan (Almatsier. S, 2004).

Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok didalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan kekurangan gizi. Pada kelompok-kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari : (Soekidjo, 2003)

a. Kelompok bayi : 0-1 tahun

b. Kelompok dibawah 5 tahun (balita) : 1-5 tahun c. Kelompok anak sekolah : 6-12 tahun

d. Kelompok remaja : 13-20 tahun e. Kelompok ibu hamil dan menyusui f. Kelompok usia lanjut

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

(20)

1. Penyebab langsung, yaitu : (Soekirman, 2000). a. Asupan makanan

Bila susunan hidangan kebutuhan tubuh baik dari sudut kuantitas atau kualitas, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi sebaik – baiknya. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik dalam kualitas maupun kuantitas akan memberi dampak kesehatan. Gizi yang baik ditentukan oleh terciptanya keseimbangan antara banyaknya jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya zat yang dibutuhkan tubuh. b. Penyakit infeksi yang mungkin diderita

Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam akhirnya dapat menderita kurang gizi. Sebaliknya, anak yang mendapat makanan tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah terserang infeksi, kurang nafsu makan, dan akhirnya berakibat kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung, yaitu : (Alatas, 2011).

a. Ketahanan pangan keluarga, adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga baik secara kuantitas maupun kualitas.

b. Pola pengasuhan anak, meliputi sikap dalam hal berhubungan dengan anak, memberikan makanan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya.

(21)

2.4 Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan juga dikatakan sebagai suatu cara seseorang atau sekelompok orang atau keluarga memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial (Aini, 2013).

Pola makan ini akan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah kebiasaan, kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam dan sebagainya. Selain untuk kekuatan atau pertumbuhan, makanan juga untuk memenuhi rasa lapar, selera, dan juga tempat sebagai lambing yaitu lambang kemakmuran, kekuasaan, ketentraman dan persahabatan. Semua faktor bercampur membentuk suatu ramuan kelompok yang disebut dengan pola konsumsi (Matondang, 2009).

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan

Pemilihan makanan individu sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti : (Khomsan,2003)

1. Jenis Kelamin

(22)

2. Pengetahuan

Menurut Mc Williams (1993) seperti yang dikutipkan oleh Sebayang (2012), kurangnya pengetahuan gizi dapat menimbulkan masalah gangguan nutrisi. Banyak orang yang tidak memahami zat gizi yang terkandung dalam makanan dan fungsi zat gizi tersebut didalam tubuh. Seseorang yang tidak mengerti akan prinsip dasar gizi dan tidak sadar akan gizi yang dikandung dalam makanan dapat mengakibatkan kesulitan dalam memilih makanan yang diperlukan oleh tubuh. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus, maka akan menimbulkan defisiensi, yang akan berpengaruh terhadap status gizi individu tersebut .

Menurut Geisler (2005) seperti yang dikutipkan oleh Sebayang (2012), pada umumnya seseorang dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki asupan yang lebih baik, akan tetapi hanya memberikan pengetahuan, kebiasaan makan belum tentu menjadi lebih sehat. Kurangnya dukungan dari linkungan (teman dan keluarga), sulitnya mendapatkan makanan yang sehat, maupun kendala lainya merupakan hambatan seseorang untuk merubah kebiasaan makannya ke arah yang lebih baik.

3.Teman Sebaya

Teman sebaya juga tidak kurang pentingya dalam mempengaruhi seseorang dalam mengkonsumsi sesuatu makanan. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status (Ali, 2003).

2.5 Metode Pengukuran Konsumsi Makanan

(23)

1. Food Recall 24 jam (24 Hour Food Recall)

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall dilakukan pada saat wawancara dilakukan dan mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Wawancara menggunakan formulir recall harus dilakukan oleh petugas yang telah terlatih. Data yang didapatkan dari hasil recall lebih bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan data kuantitatif maka perlu ditanyakan dalam penggunaan URT (Ukuran Rumah Tangga). Recall dilakukan minimal dua kali dengan tidak berturut-turut (Supariasa, 2001). Menurut Sebayang (2012), jika pengukuran dilakukan hanya satu kali (1x 24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan individu, sehingga recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dengan hari yang tidak berturut-turut.

2.6 Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Angka kecukupan gizi (AKG) atau Recommended Dietary allowances (RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus dipenuhi dari makanan untuk mencakupi hampir semua orang sehat. Untuk Indonesia, AKG yang digunakan saat ini secara nasional adalah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI Tahun 1998. Tujuan utama penyusunan AKG ini adalah untuk acuan perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan individu atau masyarakat (Almatsier. S, 2001).

(24)

2.7 Penilaian Status Gizi

Menurut Irianto (2006), pengukuran status gizi seseorang dapat dilakukan dengan pemeriksaan secara langsung dan secara tidak langsung. Antara pemeriksaan secara langsung seperti berikut :

1) Antropometri 2) Biokimia

3) Klinis 4) Biofisik

Antara pemeriksaan tidak langsung seperti berikut : 1) Survei konsumsi

2) Statistik vital 3) Faktor ekologi

Dari ketujuh cara pengukuran status gizi tersebut pengukuran antropometri merupakan cara yang paling sering digunakan karena memiliki kelebihan yaitu : (Irianto, 2006)

a) Alat mudah diperoleh

b) Pengukuran mudah dilakukan c) Biaya murah

d) Hasil pengukuran mudah disimpulkan e) Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah f) Dapat mendeteksi riwayat masa lalu

(25)

a) Kesalahan yang muncul seperti pada peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan observer (pengukuran, pembacaan, pencatatan)

b) Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi, karena kurang energi protein, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro

c) Membutuhkan data referensi yang relevan

2.8 Pengukuran Antropometri

Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakan cara antropometri, jadi hanya akan dibahas lebih luas mengenai antropometri. Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi dan komposisi tubuh. Beberapa pengukuran antropometri utama yang digunakan anatara lain adalah tinggi badan (TB), berat badan (BB), lingkar lengan (dengan komponen lemak bawah kulit dan otot tulang) dan lipatan lemak bawah kulit.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak bahwa untuk menilai status gizi anak diperlukan standar antropometri yang mengacu pada Standar World Health Organization (WHO) dengan ketentuan sebagai berikut : (Depkes RI, 2011).

1. Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh : umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan.

2. Ukuran panjang badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7cm.

(26)

4. Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).

5. Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).

6. Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely wasted (sangat kurus).

2.9 Indeks Antropometri

Ada beberapa indeks antropometri yang umum dikenal yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).

2.9.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang di konsumsi (Supariasa, 2001). Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti perkembangan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.

(27)

menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status) (Gibson, 2005).

Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain : (Supariasa, 2001).

1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum

2. Mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan

3. Untuk mengukur status gizi akut atau kronis

4. Berat badan dapat berfluktuasi, ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur, alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi

Adapun kekurangan indeks BB/U, antara lain:

1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites

2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering ditaksir secara tidak tepat karena pencatatan umur yang belum baik

3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia 5 tahun

4. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan

2.9.2 Indikator Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

(28)

dengan bertambahnya umur. Pertambahan tinggi atau panjang badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi

terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Penggunaan indikator TB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan

kelemahan.

Kelebihan indikator TB/U yaitu : (Supariasa, 2001).

1. Dapat memberikan gambaran riwayat keadaan gizi masa lampau 2. Dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk

Sedangkan kelemahan indikator TB/U yaitu : (Supariasa, 2001).

1. Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok usia balita

2. Tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini

3. Memerlukan data umur yang sering sulit diperoleh di negara-negara berkembang

4. Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas tidak professional

5. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun

6. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.

2.9.3 Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

(29)

Kelebihan indeks BB/TB adalah : (Matondang, 2007) 1. Tidak memerlukan data umur

2. Dapat membedakan proposi badan (gemuk, normal dan kurus) Kelemahan indeks BB/TB adalah : (Matondang, 2007)

1. Membutuhkan dua macam alat pengukur

2. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/ tinggi badan terutama pada kelompok balita

2.9.4 Klasifikasi Status Gizi

(30)

No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d < -2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d < -2 SD Pendek - 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d < -2 SD Kurus - 2 s/d +2 SD Normal

[image:30.595.115.550.123.586.2]

> +2 SD Gemuk

(31)

No Indeks yang digunakan Interpretasi

BB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++ Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

2 Normal Normal Normal Normal

Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang

Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang

3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal Tinggi Rendah Tinggi Obese

[image:31.595.113.489.153.535.2]

Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Tabel 2: Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U,BB/TB )

(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : 1. Variabel Bebas ( Independent Variable)

Kondisi munculnya variabel terikat dalam penelitian ini adalah pola makan. 2. Variabel Terikat ( Dependent Variable )

Variabel yang terpengaruh atau berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah status gizi.

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Asupan Energi

• Deskripsi : Total konsumsi energi dari makanan dan minuman yang responden responden konsumsi selama tiga hari

• Cara Ukur : Recall 3x24 jam (tidak berturut-turut) • Alat Ukur : Kuesioner recall

• Skala Ukur : Ordinal • Kriteria Penelitian :

1. Pola makan buruk, jika asupan energi < 90% dari standar kebutuhan (< 1890kkal).

Pola Makan Status Gizi Anak Usia

(33)

2. Pola makan baik, jika asupan energi 90% -110% dari standar kebutuhan ( 1890kkal – 2310kkal ).

3. Pola makan lebih, jika asupan energi ≥ 110% dari standar kebutuhan ( ≥ 2310 kkal).

3.2.2 Status Gizi

• Deskripsi : Keadaan gizi seseorang berdasarkan indeks massa tubuh yang diukur dengan cara berat badan dalam satuan kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (m²).

• Cara Ukur : Mengukur berat badan dan tinggi badan. Berdasarkan Z-Skor atau Standard Deviation Score (Skor Simpang Baku) untuk berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Dengan rumus :

Z-Skor = Nilai Individu Subjek- Nilai Median Baku Rujukan

Nilai Simpangan Baku Rujukan

• Alat Ukur : Berat badan menggunakan timbangan injak digital(seca) dengan ketelitian 0.1kg. Tinggi badan Menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1cm.

• Kriteria Penilaian :

1. Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) a. Sangat kurus : bila Z-Skor terletak < -3SD b. Kurus : bila Z-Skor terletak -3 s/d <-2 SD c. Normal : bila Z-Skor terletak -2 s/d 2 SD d. Gemuk :bila Z-Skor terletak >2 SD

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat desain cross sectional yaitu dengan cara pendekatan, atau pengumpulan data sekaligus pada

satu saat / point time approach. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2014. 4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Advent 2 Kecamatan Medan Selayang.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak murid usia 9-12 tahun di SD Advent 2 yang berjumlah 76 orang.

4.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi adalah sebagai berikut :

a. mampu berkomunikasi dengan baik. b. siswa yang bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut :

a. siswa yang sakit atau dirawat di rumah sakit. b. siswa yang menjalani terapi diet .

c. siswa yang menderita penyakit kronis (>2 bulan) d. siswa yang mengisi kuesioner dengan tidak lengkap

4.3.3 Sampel

(35)

semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang dibutuhkan terpenuhi. Consecutive sampling ini merupakan jenis non probability sampling yang paling

baik, mudah, dan sering digunakan dalam penelitian klinis. a. Besar Sampel

Untuk mengetahui besarnya sampel yang akan digunakan pada penelitian ini maka dapat digunakan dengan rumus :

n = N. Z21-α/2 p. (1-p) ____________________

(N-1) d2 + Z21-α/2 p. (1-p) Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z = nilai Z pada derajat kemaknaan (95% = 1,96)

p = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (ditetapkan sebesar 0,1)

N = jumlah populasi (anak murid usia 9-12 tahun yang berjumlah 76 orang)

n = 76 x (1,96)² x 0,5 x (1-0,5)

_________________________________

(76-1) x (0,1)² + (1,96)² x 0,5 x (1-0,5) = 42,7

Dengan demikian besar sampel yang diperlukan adalah 42,7 orang, dibulatkan menjadi 43 orang.

(36)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. 4.4.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di SD Advent 2 dengan beberapa prosedur, sebagai berikut :

1. Peneliti membuat kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

2. Peneliti meminta perizinan kepada pihak sekolah untuk mengadakan penelitian.

3. Setelah mendapatkan persetujuan, kemudian peneliti membagikan lembar kuesioner kepada responden.

4. Peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, manfaat serta prosedur penelitian.

5. Apabila responden bersedia mengikuti kegiatan penelitian, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar pernyataan persetujuan (Informed Consent).

6. Sebelum kegiatan pengisian kuesioner dan responden diberikan kesempatan untuk bertanya apa yang belum jelas atau tidak dipahami dalam kuesioner. 7. Setelah responden mengerti tentang penelitian, maka peneliti membagikan

kuesioner kepada responden.

8. Selama kegiatan pengisian kuesioner, responden dapat langsung menanyakan pada peneliti.

9. Setelah semua pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh responden, maka peneliti mengumpulkan kembali kuesioner penelitian tersebut dan diperiksa kembali kelengkapannya.

4.4.1.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari anak murid usia 9-12 tahun secara langsung melalui wawancara dan pengukuran. Data ini dapat diperoleh dengan menggunakan metode :

(37)

Dilakukan dengan menanyakan secara langsung dengan alat ukur kuesioner kepada anak murid kelas 3-6 untuk memperoleh data mengenai pola makan seharian.

b. Pengukuran

Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan injak digital (seca) dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 0,1kg. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan microtoise yang memiliki ketelitian 0,1 cm. Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score).

4.4.2 Instrumen Penelitian

a. Kuesioner food recall 24 jam yang digunakan untuk mengumpulkan data pola konsumsi makanan. Perhitungan nilai kalori makanan memerlukan beberapa intrumen antara lain:

1) Daftar komposisi bahan makanan (DKBM)

DKBM merupakan tabel yang memuat berbagai jenis bahan makanan beserta kandungan gizinya. Kandungan gizi yang terbaca dalam DKBM merupakan kandungan setiap 100 gram bahan makanan.

2) Ukuran Rumah Tangga (URT)

URT merupakan daftar bahan makanan yang diukur menggunakan 1 sendok, 1 gelas, 1 potong, 1 butir, 1 biji yang diubah dalam satuan gram.

3) Nutrisurvey

(38)

b. Alat pengukur berat badan, yaitu timbangan injak digital (seca) dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 0,1kg.

c. Alat pengukur tinggi badan menggunakan microtoise yang memiliki ketelitian 0,1 cm.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Terdapat 4 tahapan pengelohan data yang harus dilakukan yaitu editing (pemeriksaan data), coding (pemberian kode), entry (pemasukan data), dan cleaning (pembersihan data).Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS dengan analisis statistic secara univariat, bivariat.

4.5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu mendeskripsikan setiap variable penelitian maupun karakteristik subjek dalam bentuk distribusi frekuensi.

4.5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis antara variable bebas dan variable terikat, dalam hal ini untuk membuktikan hubungan antara pola makan dengan status gizi melalui pengujian statistik. Uji statistik yang digunakan yaitu chi-square pada

tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) dengan bantuan komputer.Kemudian

pengambilan keputusan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Advent 2 yang terletak di Jalan Dr. Mansyur Gang Berkat no.9 Medan. SD Advent 2 ini dibuka sejak tahun 1965. SD ini memiliki total 12 orang guru dan pegawai, dan sebanyak 124 siswa. Fasilitas SD ini terdiri dari ruang kuliah, ruang laboratorium, ruang komputer, ruang guru, kantin, mushola, perpustakaan dan lapangan olah raga.

5.2. Hasil Penelitian

5.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Gambaran hasil penelitian yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pola makan, status gizi pada anak murid 9-12 tahun di SD Advent 2.

[image:39.595.108.516.486.707.2]

1. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Responden

Tabel 5.1 Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur

9 12 27,9

10 8 18,6

11 11 25,6

12 12 27,9

Total 43 100,0

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

13 30

30,2 69,8

(40)

Dalam penelitian ini, sebanyak 43 orang siswa yang terpilih sebagai responden. Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan bahwa kelompok usia responden terbanyak dari penelitian ini adalah usia 9 tahun dan 12 tahun yaitu sebanyak 12 orang (27,9%), diikuti dengan kelompok umur 11 tahun sebanyak 11 orang (25,6%). Kelompok usia yang paling rendah adalah kelompok usia 10 tahun yaitu sebanyak 8 orang (18,6%). Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 30 orang (69,8%), sedangkan laki-laki hanya dijumpai sebanyak 13 orang (30,2%).

[image:40.595.106.516.339.563.2]

2. Deskripsi Pola Makan Dan Status Gizi Responden

Tabel 5.2 Distribusi Pola Makan dan Status Gizi (BB/TB) Responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Pola Makan Buruk Baik Lebih 0 23 20 0 53,5 46,5

Total 43 100,0

Status Gizi (BB/TB) Kurus Normal Gemuk 7 26 10 16,3 60,5 23,3

Total 43 100,0

(41)
[image:41.595.113.506.180.304.2]

3. Deskripsi Pola Makan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Pola Makan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Pola Makan

Total

baik Lebih

n % n % n % Laki-laki 5 21,7 8 40,0 13 30,2 Perempuan 18 78,3 12 60,0 30 69,8 Total 23 100,0 20 100,0 43 100,0

Berdasarkan tabel 5.3, menunjukkan bahwa responden laki-laki yang memiliki pola makan lebih yaitu sebanyak 8 orang (40,0%), diikuti dengan pola makan baik sebanyak 5 orang (21,7%). Responden perempuan yang memiliki pola makan yang baik sebanyak 18 orang (78,3%) lebih banyak dibandingkan dengan pola makan lebih sebanyak 12 orang (60,0%).

4. Deskripsi Status Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.4 Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Status Gizi (BB/TB)

Total Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n % Laki-laki 3 42,9 6 23,1 4 40,0 13 30,2 Perempuan 4 57,1 20 76,9 6 60,0 30 69,8 Total 7 100,0 26 100,0 10 100,0 43 100,0

[image:41.595.111.507.494.631.2]
(42)

sebanyak 20 orang (76,9%), diikuti dengan status gizi gemuk sebanyak 6 orang (60,0%), dan status gizi kurus sebanyak 4 orang (57,1%).

[image:42.595.107.528.213.352.2]

5. Tabulasi Silang Pola Makan Dengan Status Gizi Tabel 5.5 Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Pola

Makan

Status Gizi (BB/TB)

Total P Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n % Baik 3 42,9 18 69,2 2 20,0 23 53,5

0,025 Lebih 4 57,1 8 30,8 8 80,0 20 46,5

Total 7 100,0 26 100,0 10 100,0 43 100,0

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki status gizi normal dengan pola makan baik adalah paling banyak yaitu sebanyak 18 orang (69,2%), diikuti oleh status gizi kurus dengan pola makan baik sebanyak 3 orang (42,9%), status gizi gemuk dengan pola makan baik sebanyak 2 orang (20,0%). Sedangkan sebanyak 8 orang (30,8%) yang memiliki status gizi normal dengan pola makan lebih, 8 orang (80,0%) yang memiliki status gizi gemuk dengan pola makan lebih, dan 4 orang (57,1%) yang memiliki status gizi kurus dengan pola makan lebih. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan status gizi (BB/TB) dengan nilai signifikan p=0,025 (p<0,05).

5.3. Pembahasan

5.3.1.1 Pola Makan Responden

(43)

konsumsi makanan yang didapat dari kuesioner food recall 3x24 jam dengan bantuan NutriSurvey dan seterusnya membandingkannya dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Dari tabel 5.2 dilihat bahwa responden dengan pola makan yang baik (53,5%) lebih banyak dibanding dengan pola makan yang lebih yaitu dengan persentase 46,5%. Tidak dijumpai responden dengan pola makan yang buruk. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan pada anak usia sekolah dasar di SDS Kartika Siliwangi 5 Cimahi dimana hanya terdapat 1 orang (3,1%) dengan pola makan kurang, sedangkan sebanyak 21 orang (65.6%) dengan pola makan baik (Setiawan, 2011).

5.3.1.2 Status Gizi Responden

Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakan cara antropometri dengan indikator Berat Badan menurut Tingggi Badan (BB/TB). Pertambahan berat badan anak akan seiring dengan pertumbuhan tingginya dalam keadaan normal. Pengukuran antropometri yang terbaik menurut Soekirman (2000) adalah menggunakan indikator BB/TB karena ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Menurut PERSAGI (2004) yang dikutip oleh Isdaryanti (2007), klasifikasi status gizi berdasarkan (BB/TB) terdiri atas status gizi sangat kurus, kurus, normal dan gemuk. Untuk menentukan klasifikasi status gizi responden, berat badan dan tinggi badan responden

diukur. Kemudian hasil dimasukkan ke kurva CDC 2000 untuk menentukan z-score yang digunakan sebagai ambang batas kategori.

(44)

5.3.2 Pola Makan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pola makan akan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah jenis kelamin, pengetahuan, dan teman sebaya. Dari tabel 5.3 dapat didapat bahwa kebanyakan laki-laki mempunyai pola makan yang lebih (40,0%). Sedangkan kebanyakan perempuan mempunyai pola makan yang baik (78,3%). Hal ini sesuai dengan teori dimana pria mengkonsumsi lebih banyak makanan karena melakukan lebih banyak aktifitas fisik dibanding perempuan. Hal ini menyebabkan kebutuhan energi laki-laki lebih banyak dari pada perempuan (Brown, 2005).

5.3.3 Status Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa mayoritas responden laki-laki (23,1%) dan perempuan (76,9%) mempunyai status gizi yang normal. Hasil penelitian ini didukung oleh laporan Riskesdas 2010 dimana mayoritas laki-laki dan perempuan mempunyai status gizi normal dengan persentase 76,2% dan 81,1%. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan makanan sehari-harinya sehingga mempunyai status gizi normal.

5.3.4 Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi

Dari tabel 5.5, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan pola makan baik umumnya mempunyai status gizi normal yaitu sebanyak 18 orang (69,2%). Siswa dengan pola makan lebih umumnya dengan status gizi normal (30,8%) dan gemuk (80,0%%). Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p=0,025 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan status gizi.

(45)

gizi juga terjamin, maka berat badan dan tinggi badan akan berkembang mengikuti pertumbuhan umur. Tetapi perlu diingatkan bahwa status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang lain seperti penyakit infeksi yang diderita,

ketahanan pangan keluarga dan sanitasi lingkungan. Faktor aktivitas fisik anak juga berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut. Ada anak yang melakukan aktivitas ringan seperti membaca buku, menonton televisi, dan ada juga yang melakukan aktivitas berat seperti berlari, melompat dan

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pola makan siswa SD Advent 2 pada umumnya dalam kategori baik dan lebih. Siswa dengan pola makan baik (53,5%) lebih banyak dibanding dengan pola makan lebih (46,5%). Tidak dijumpai siswa dengan pola makan buruk.

2. Sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai status gizi yang normal yaitu 60,5%. Namun masih ditemui siswa dengan status gizi kurus (16,3%) dan status gizi gemuk (23,3%).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan status gizi pada siswa SD Advent 2 dengan hasil uji statistik yang diperoleh nilai (p=0,025)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan :

1. Bagi pihak sekolah, perlu memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi siswa dan memberikan pengetahuan kepada siswa tentang pentingnya mengkonsumsi makan yang bergizi.

2. Bagi siswa, harus memperhatikan pola konsumsi makanan yang dikonsumsi setiap hari agar beraneka ragam dan sesuai dengan aktifitas di sekolah.

3. Bagi Instansi Kesehatan, perlu mengadakan penyuluhan baik di tingkat sekolah maupun masyarakat umum terkait gizi seimbang dan beberapa faktor yang terkait dengan status gizi.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita, 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Almatsier Sunita , 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 3ed. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Almatsier Sunita, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Aini Misdar , 2013. Pola Makan Dan Status Gizi Balita Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Dan Daerah Trandas Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Agnes Natalia Sebayang, 2012. Gambaran Pola Konsumsi Makanan Mahasiswa Di Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Alatas Sarah Salim , 2011 Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) Dan Hubungannya Dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian Di Yayasan

Kampungkids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009, Fakultas Kedokteraan

Universitas Indonesia.

Ali Khomsan , 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Amanda C. Bradone, Sara J. Salkind, Robert Michnick Golinkoff, Kathy Hirsh Pasek, 2006. Language development. In G. Bear & K. Minke (Eds.),

Children’s needs III: Understanding and addressing the developmental needs of children

Bappenas, 2010. Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(48)

Depkes RI, 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Depkes RI, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta

Depkes RI, 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi

Masyarakat, Jakarta

Depkes RI, 2011. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Available at: http://gizi.depkes.go.id/wp.../buku-sk-antropometri-2010.pd..

Dinkes Kesehatan Kabupaten Luwu Utara, 2009. Tentang Gizi Buruk, Faktor-Faktor Terjadinya Gizi Buruk. Available at:

[Accessed: 8 Mei 2014]

http://www.luwuutara.go.id/

Erni Purwani, 2013. Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi anak Usia 1 Sampai 5 Tahun Di Kabunan Taman Pemalang, Falkultas Ilmu Keperawatan dan

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang. [ Accessed 1 April 2014]

Geiby Waladow, Sarah M. Warouw & Julian V. Rottie, 2013. Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso, Fakultas Kedokteraan Universitas

Sam Ratulangi Manado.

Gibson RS, 2005. Principles of Nutritional Assessment, 2nd ed. Oxford University Press

(49)

Isdaryanti Christien, 2007. Asupan Energi Protein, Status Gizi, Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan, Fakultas Kedokteraan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Irianto Djoko Pekik , 2006. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1998 Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi

Matondang Masitah, 2007. Status Gizi Dan Pola Makan Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Yayasan Muslimat R.A Al-lttihadiyah Medan Tahun 2007,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Moehji S. Imu Gizi, 2003. Penanggulangan Gizi Buruk.Jakarta : Papas Sinar Siranti.

Riset Kesehatan 2010 (Riskesdas) Badan Penelitian Dan Perkembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Soekidjo Notoatmodjo , 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cet-2. Jakarta : EGC Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Santoso, Soegeng dan Ranti, Annel, S, 2004. Kesehatan dan Gizi. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Supariasa Nyoman, 2001 Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

(50)

Yanti M.Makalew, Sherly E.S. Kawengian, Nancy S.H. Malonda 2013. Hubungan Antara Asupan Energi Dan Zat Gizi Dengan Status Gizi Anak

Sekolah Dasar Kelas 4 dan Kelas 5 SDN 1 Tounelet Dan SD Katolik St.

Monica Kecamatan Langowan Barat. Fakultas Kesehatan Masyarat

Universitas Sam Ratulangi.

(51)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN Dengan hormat,

Saya, Tan Wee Yen mahasiswa Fakultas Kedokteraan Universitas Sumatera Utara (FK USU) angkatan 2011. Saat ini, saya sedang menjalankan penelitian dengan judul ‘’Hubungan Antara Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Anak Murid Usia 9-12 Tahun Di Sekolah Dasar Advent 2 Di Kecamatan Medan Selayang’’. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pendidikan di Fakultas Kedokteraan USU.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada siswa usia 9-12 tahun di SD Advent 2. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Saudara untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, saya akan meminta Saudara untuk mengisi kuesioner penelitian. Proses pengambilan data akan dipandu saya. Jika Saudara bersedia, persilahkan Saudara menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawan Saudara.

Identitas pribadi Saudara sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, saudara dapat bertanya langsung pada saya. Atas perhatian dan kesediaan saudara menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(52)

Lampiran 2

Lembar Persetujuan Saya yang bertanda dibawah ini,

Nama :

Tempat/Tanggal Lahir :

Alamat :

Telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai penelitian ini yang berjudul ‘’Hubungan Antara Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Anak Murid Usia 9-12 Tahun Di Sekolah Dasar Advent 2 Di Kecamatan Medan Selayang’’. Oleh karena itu, saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Demikian persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Hormat Saya,

(53)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI

KECAMATAN MEDAN SELAYANG Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kelas :

(54)

Formulir Food Recall 24 jam Hari ke : Pertama

Tanggal :_____________

Waktu Makan Nama Makanan Bahan Makanan

Jenis

Banyaknya

URT Gram*

Pagi Jam :

Siang Jam :

Malam Jam :

(55)

Formulir Food Recall 24 jam Hari ke : Kedua

Tanggal :_____________

Waktu Makan Nama Makanan Bahan Makanan

Jenis

Banyaknya

URT Gram*

Pagi Jam :

Siang Jam :

Malam Jam :

(56)

Formulir Food Recall 24 jam Hari ke : Ketiga

Tanggal :_____________

Waktu Makan Nama Makanan Bahan Makanan

Jenis

Banyaknya

URT Gram*

Pagi Jam:

Siang Jam:

Malam Jam:

(57)

Lampiran 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tan Wee Yen

Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 1 Februari 1991

Agama : Buddha

Alamat :No 7, Jalan 3, Taman Aman, Sepang Selangor, Malaysia.

Riwayat Pendidikan : 1. SJK (C) Wah Lian 1998 2. SMK Sungai Pelek 2004 3. Inti International University College 2009 4. Fakultas Kedokteran USU 2011 Riwayat Organisasi : 1. Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia

(58)

Lampiran 5

No Respoden Umur Jenis Kelamin Tinggi Badan Berat Badan z-score Status Gizi Asupan Energi Pola Makan

1 1 2 131.0 48.0 4.73 4 3341.9 3

2 1 2 118.5 23.0 0.73 3 3112.6 3

3 1 2 131.0 22.0 -2.10 2 3256.0 3

4 1 1 132.6 31.0 0.71 3 2231.3 2

5 1 1 131.0 22.7 -2.06 2 2557.0 3

6 1 2 127.9 27.0 0.38 3 2144.4 2

7 1 2 125.4 27.0 0.83 3 2033.5 2

8 1 2 135.5 35.0 0.82 3 3062.9 3

9 1 1 135.0 24.0 -2.15 2 3350.4 3

10 1 2 124.7 19.7 -2.03 2 3316.0 3

11 1 2 133.0 35.0 1.30 3 2230.0 2

12 1 1 118.0 26.0 2.02 4 2181.9 2

13 2 2 126.5 28.0 0.91 3 2276.4 2

14 2 2 128.3 29.0 0.84 3 2182.0 2

15 2 2 138.0 40.0 1.29 3 2204.9 2

16 2 2 129.0 30.0 0.97 3 2261.3 2

17 2 2 125.6 32.0 2.31 4 3085.9 3

18 2 1 134.5 43.0 3.24 4 3054.7 3

19 2 2 145.0 39.0 0.64 3 2040.6 2

20 2 2 133.7 39.0 3.92 4 3598.2 3

(59)

22 3 2 138.0 48.0 3.41 4 4434.5 3

23 3 2 143.0 58.5 2.17 4 3077.2 3

24 3 2 131.0 22.2 -2.03 3 2072.9 2

25 3 2 133.5 28.5 -0.36 3 1913.1 2

26 3 1 137.0 40.0 -0.18 3 2708.2 3

27 3 2 136.0 31.0 0.04 3 2309.0 2

28 3 2 148.0 43.0 0.73 3 1996.8 2

29 3 2 151.0 48.0 1.09 3 2593.1 3

30 3 2 150.3 46.0 0.93 3 3100.0 3

31 3 2 137.0 35.0 0.43 3 2285.6 2

32 4 2 143.0 39.0 0.15 3 2122.2 2

33 4 1 145.0 40.0 0.13 3 2810.0 3

34 4 1 140.0 30.0 -0.93 3 2227.0 2

35 4 1 143.0 40.0 0.83 3 2870.0 3

36 4 2 136.0 24.0 -2.16 2 1989.6 2

37 4 1 133.4 23.0 -2.11 2 2301.3 2

38 4 2 152.0 48.0 0.20 3 2059.7 2

39 4 1 144.0 38.0 2.01 4 3115.3 3

40 4 2 140.0 40.0 1.36 3 3166.8 3

41 4 2 138.0 45.0 2.79 4 2207.0 2

42 4 1 140.0 47.0 2.71 4 3394.0 3

(60)

Keterangan :

(61)
(62)

Statistics nama

responden

umur responden

jenis kelamin responden

N Valid 43 43 43

Missing 0 0 0

1. Umur Responden

Umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 12 27.9 27.9 27.9

10 8 18.6 18.6 46.5

11 11 25.6 25.6 72.1

12 12 27.9 27.9 100.0

Total 43 100.0 100.0

2. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 13 30.2 30.2 30.2

Perempuan 30 69.8 69.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

3. Tingkat Energi Konsumsi

Tingkat energi konsumsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

(63)

(>2310)

Total 43 100.0 100.0

4. Status Gizi responden

Status gizi responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurus 7 16.3 16.3 16.3

normal 26 60.5 60.5 76.7

gemuk 10 23.3 23.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent jenis kelamin

responden * Tingkat energi konsumsi

43 100.0% 0 .0% 43 100.0%

1. Tingkat Energi Konsumsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden * Tingkat energi konsumsi Crosstabulation Tingkat energi konsumsi

Total pola makan

baik (1890-2310)

(64)

kelamin

responden %

within Tingkat energi konsu msi

21.7% 40.0% 30.2%

Perempuan Count 18 12 30

% within Tingkat energi konsu msi

78.3% 60.0% 69.8%

Total Count 23 20 43

% within Tingkat energi konsu msi

100.0% 100.0% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N

Perce nt jenis kelamin responden

* Satus gizi responden

43 100.0% 0 .0% 43 100.0

(65)

Jenis kelamin responden * Status gizi responden Crosstabulation Satus gizi responden

Total kurus normal gemuk

jenis kelamin responden

Laki-laki Count 3 6 4 13

% within Satus gizi responden

42.9% 23.1% 40.0% 30.2%

Perempuan Count 4 20 6 30

% within Satus gizi responden

57.1% 76.9% 60.0% 69.8%

Total Count 7 26 10 43

% within Satus gizi responden

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Tingkat energi

konsumsi * Satus gizi responden

(66)

3. Hubungan Pola Makan Terhadap Status Gizi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 7.416a 2 .025

Likelihood Ratio 7.736 2 .021

N of Valid Cases 43

Tingkat energi konsumsi * Status gizi responden Crosstabulation Satus gizi responden

Total kurus normal gemuk

Tingkat energi konsumsi pola makan baik (1890-2310)

Count 3 18 2 23

% within Satus gizi responden

42.9% 69.2% 20.0% 53.5%

pola makan lebih (>2310)

Count 4 8 8 20

% within Satus gizi responden

57.1% 30.8% 80.0% 46.5%

Total Count 7 26 10 43

% within Satus gizi responden

(67)

HASIL PERHITUNGAN KALORI DARI NUTRYSURVEY Hari/Tanggal Nama

Makanan

Bahan Makanan Jumlah Kalori(Kal) Bahan

Makanan

Banyaknya

URT gram

Minggu (26/10/14)

Pagi:

nasi putih beras 1 gls 125 162.5 telur dadar Telur ayam 1 btr 60 112.2 susu Susu bubuk

skim

1 gls 50 17.5 tempe

goreng

kacang keledai 3 ptg 75 252.8

Siang :

nasi putih beras 1 gls 125 162.5 ayam

goreng

ayam 1ptg 50 166.0

bakso goreng

tepung 4 biji 60 222.0 Malam :

nasi putih beras 1 gls 125 162.5 cumi-cumi cumi-cumi 2 ptg 128 188.2 pergedel kentang 2 biji 20 54.6 ayam

goreng

ayam 1 ptg 50 166.0

Jumlah kalori: 1666.8 Senin

(27/10/14)

Pagi :

Roti roti 2 ptg 40 109.6

telur mata sapi

telur ayam 1btr 60 114.6 Siang :

nasi putih beras 1 gls 125 162.5 ayam

goreng

ayam 2 ptg 100 332.0

Tumis Kankung

sayur 1 porsi 50 46

Malam :

soto ayam soto ayam 1 porsi 65 70.2 nasi putih beras 1 gls 125 162.5

Bayam bayam 1 porsi 50 6.0

Jumlah kalori : 1003.4 Selasa

(28/10/14)

Pagi :

roti susu roti 3 ptg 60 183.6

(68)

Siang :

mie bakso mie 1 porsi 100 141.0 Malam :

nasi putih beras 1 gls 140 182.0 Paha ayam

goreng

ayam 1 ptg 50 107.0

Gambar

Tabel 1: Penilaian  Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB
Tabel 2: Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri     (BB/U,TB/U,BB/TB )
Tabel 5.1 Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Responden
Tabel 5.2 Distribusi Pola Makan dan Status Gizi (BB/TB) Responden
+3

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu menyampaikan kualitas jasa yang baik sangat penting bagi perusahaan jasa, khususnya penyedia jasa internet karena akan meningkatkan persepsi

pengembangan pada Kampung Pesindon. Pada tahun 2011, Kampung Pesindon ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata batik di Kota Pekalongan yang mengalami perubahan

Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan positif, bila nilai satu variabel.. ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila

Walaupun hanya dengan pengaruh bacaan salat sepatah kata, yang bisa, akhirnya selesailah sang Piatu menguburkan mayat anak itu.. Ia pun telah berhasil menahan diri dari

Skala yang pertama mengungkap motivasi berprestasi dengan 40 item, skala yang kedua mengungkap interaksi sosial dengan 42 item, dan skala yang ketiga dalam penelitian

Saran dari penelitian ini adalah SMA Harapan 3 Medan sebaiknya melaksanakan program pelayanan kesehatan sesuai dengan keinginan siswa dan bagi peneliti lain yang tertarik

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaturan pidana maksimum dihubungkan dengan tindak pidana asusila berdasarkan KUHP dan untuk mengetahui

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bentuk pertunjukan Tari Kembar Mayang sebagai legitimasi yang digunakan pada acara pembukaan Tradisi Suran yang disakralkan oleh