BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA
P. Dasar Hukum
Secara garis besar, dasar hukum mengenai Jangka Waktu Pendaftaran Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat terinci sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentun Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009.
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran, Pemberian, dan Pengahapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 62/PJ/2010 Tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 20/PJ/2013.
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. PROSEDUR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK
Pendaftaran Wajib Pajak merupakan permintaan untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagai Identitas dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan (PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data Dan Pemindahan Wajib Pajak).
Adapun Prosedur Pendaftaran Wajib Pajak adalah sebagai berikut:
1.Wajib Pajak mengajukan berkas pendaftaran NPWP dengan menggunakan Formulir Pendaftaran dan Prubahan Data Wajib Pajak beserta persyaratannya kepada Petugas Tempat Pelayanan Terpadu.
2.Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas pendaftaran belum lengkap, maka dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal berkas pendaftaran sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak
sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas pendaftaran kemudian diteruskan kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.
3. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam berkas pendaftaran Wajib Pajak.
4. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu NPWP kemudian menyerahkan kepada Seksi Pelayanan. Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu NPWP diterbitkan dalam rangka dua: Lembar Ke-1: untuk Wajib Pajak
Lembar Ke-2: untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak.
5. Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Surat Keterangan Terdaftar kemudian menyerahkan kepada Seksi Pelayanan (Dalam hal Kepala Seksi Pelayanan sedang melaksanakan tugas luar kantor atau sedang berhalangan karena sebab yang lain, Kartu NPWP tetap diterbitkan, sedangkan Surat Keterangan Terdaftar dapat diberikan menyusul dengan tanggal pada saat dilakukan penandatanganan).
6. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah yang telah ditandatangani, memberi stempel kantor, memisahkan dokumen untuk arsip dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak.
7. Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan Surat Keterangan Terdaftar dan Nomor Pokok Wajib Pajak kepada Wajib Pajak.
8. Proses selesai.
Jangka waktu penyelesaian permohonan tersebut paling lama 1 (satu) hari kerja sejak permohonan pajak diterima secara lengkap atau berkas
pendaftaran melalui Sistem e-Registration diterima di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sepanjang permohonan pendaftaran NPWP diisi secara lengkap. (PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data Dan Pemindahan Wajib Pajak).
Adapun pihak-pihak yang terkait didalam proses pendaftaran wajib pajak adalah:
1. Kepala Seksi Pelayanan,
2. Petugas Pelayanan Terpadu (TPT), 3. Wajib Pajak, dan
4. Pelaksana Seksi Pelayanan.
Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak :
A. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia.
2. Fotokopi Paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.
3. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
B. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas (Pengusaha):
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.
2. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. 3. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
C. Untuk Wajib Pajak Badan :
1. Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap.
2. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing.
3. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yg diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
4. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
D. Untuk Wajib Pajak Badan / Bentuk Usaha Tetap (BUT) :
1. Fotokopi perjanjian kerjasama/ akte pendirian sebagai bentuk kerjasama operasi (Joint Operation).
2. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerjasama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
3. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus perusahaan anggota bentuk kerjasama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing.
4. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yg diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
5. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
E. Untuk Bendahara sebagai Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut pajak : 1. Surat penunjukan sebagai Bendahara.
2. Kartu Tanda Penduduk.
3. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD)
F. Untuk Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha tertentu :
1. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak pusat atau induk. 2. Surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak badan.
3. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yg diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
4. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). Output yang dihasilkan adalah :
1. Bukti Penerimaan Surat (BPS). 2. Surat Keterangan Terdaftar (SKT).
3. Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
B. PROSEDUR PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
Prosedur Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara umum sama dengan prosedur pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Peraturan Direktur Jenderal Pajak No-62/PJ/2010 Tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak, Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak dan/atau Pegusaha Kena Pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No-20/PJ/2013.
Prosedur pengukuhan PKP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak mengajukan berkas permohonan Pengukuhan sebagai PKP dengan Mengunakan Formulir Permohonan Pengukuhan PKP beserta persyaratannya kepada Petugas Tempat Pelayanan Terpadu/Petugas
Pendaftaran Wajib Pajak. (Berkas permohonan dapat pula diterima dari KP2KP dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan melalui KP2KP). 2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu/Petugas KP2KP Pajak menerima berkas
permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas permohonan pengukuhan PKP belum lengkap, berkas tersebut langsung dikembalikan kepada pemohon dan meminta pemohon untuk melengkapi berkas pemohonan. Dalam hal berkas permohonan pengukuhan PKP sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu/Petugas Pendaftaran Wajib Pajak akan mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan pengukuhan PKP. Dalam hal berkas permohonan diterima malalui KP2KP Pertugas Tempat Pelayanan Terpadu/Petugas Pendaftaran Wajib Pajak langsung melakukan prosedur nomor 3.
3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu/ Petugas Pendaftaran Wajib Pajak melakukan penelitian administrasi/ pengecekan untuk mengetahui apakah pemohon sudah dikukuhkan sebagai PKP atau tidak. Dalam hal pemohon sudah dikukuhkan sebagai PKP, KPP tidak mengukuhkan sebagai PKP dan memberitahukan kepada Wajib Pajak dan/atau KP2KP bahwa permohonan Wajib Pajak ditolak.
4. Apabila Wajib Pajak belum dikukuhkan sebagai PKP, maka Pelaksana Seksi Pelayanan Mencatat Konsep Surat Tugas Pembuktian Alamat kemudian menyerahakannya Kepada Seksi Pelayanan.
5. Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Surat Pembuktian Alamat kemudian mengembalikannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.
6. Atas Dasar Surat Tugas Pembuktian Alamat, Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan penelitian lapangan kebenaran alamat dan usaha Wajib Pajak. 7. Berdasarkan hasil penelitian lapangan, Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak
konsep Berita Acara (BA), Hasil Pembuktian Alamat kemudian menyerahkannya kepada Kepala Seksi Pelayanan. Dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti benar, Pelaksana Seksi Pelayanan kemudian mencetak konsep Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Jika alamat PKP tidak benar, Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak surat Penolakan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Konsep Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau konsep Surat Penolakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dicetak rangkap dua, yaitu:
Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak
Lembar ke-2 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak.
8. Pelaksana Seksi Pelayanan menyampaikan konsep Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau Konsep Surat Penolakan Pendafataran Wajib Pajak dan Pelaporan Pengusaha Kena Pajak kepada Kepala Seksi Pelayanan.
9. Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat, Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau Surat Penolakan Pengusaha Kena Pajak kemudian menyerahkan kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.
10.Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah ditandatangani, memberi stempel kantor, memisahakan dokumen untuk arsip dan dokumen yang akan diserahakan kepada Wajib Pajak.
11.Proses Selesai.
Jangka waktu penyelesaian permohonan pengukuhan PKP tesebut paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap. (PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data Dan Pemindahan Wajib Pajak).
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam proses pengukuhan Pengusah Kena Pajak adalah:
1. Kepala Seksi Pelayanan.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)/ Petugas Pendaftaran Wajib Pajak (petugas yang telah ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota).
3. Wajib Pajak.
Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan Pengusaha Kena Pajak :
A. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia atau fotokopi Paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing yang di legalisasi oelh pejabat yang berwenang.
2. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang. 3. Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. 4. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
B. Untuk Wajib Pajak Badan :
1.Fotokopi akta pendirian stau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri, atu surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap, yang di legalisasi oleh pejabat yang berwenang. 2.Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing.
3.Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yg diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
4.Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
5.Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
C. Untuk Wajib Pajak Badan / Bentuk Usaha Tetap (BUT) :
1.Fotokopi perjanjian kerjasama/ akta pendirian sebagai bentuk kerjasama operasi (Joint Operation), yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang. 2.Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk
kerjasama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
3.Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus perusahaan anggota bentuk kerjasama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing.
4.Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yg diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
5.Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Wajib Pajak badan dalam negeri maupun Wajib Pajak badan asing.
6.Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). Sedangkan yang dihasilkan adalah : 1)Bukti Penerimaan Surat (BPS).
2)Surat Tugas Verifikasi Pengukuhan PKP. 3)Berita Acara Verifikasi Pengukuhan PKP.
BAB V PENUTUP
Dari uraian dan pembahasan yang telah penulis kemukakan tentang Prosedur Pendaftaran Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, maka dalam bab terakhir ini penulis akan mencoba menarik beberapa kesimpulan dan mengemukakan saran adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan NPWP.
2. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas termasuk Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas, apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya.
3. Setiap orang yang degan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan dan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun penjara dan pidana paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kuranag dibayar dan paling banayak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sumbangkan terhadap Kantor Pelayanan Pajak adalah sebagai berikut:
1. Perlu ditingkatkannya kedisipilinan dan etos kerja yang baik untuk mencapai kinerja instansi yang berkualitas.
2. Kantor pelayanan pajak harus memberikan penyuluhan yang efektif kepada wajib pajak atau masyarakat agar tidak terjadi kesalahan dan mereka memahami tentang pentingnya membayar pajak.
3. Sebaiknya dilakukan penambahan sumber daya manusia dalam jangka waktu pendek agar penerimaan SPT yang meningkat bisa teratasi.
4. Para petugas pajak dalam pelaksanaan pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi sebaiknya dipertahankan untuk menjaga ketelitian
dan ketertiban, demikian halnya dengan fasilitas drop box sebaiknya terus dilakukan penyempurnaan sesuai dengan perkembangan.
5. Sebagai fasilitas yang baru diterapkan, sebaiknya fasilitas drop box lebih ditingkatkan lagi dari segi penyuluhan ataupun sosialisasinya oleh pihak KPP (Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur) agar meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak terhadap kewajibannya sehingga penerimaan SPT setiap tahunnya jumlahnya bertambah.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Gambaran Umum Objek Lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor
Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sekaligus mendirikan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor PelayananPajak Medan Timur 2. Kantor PelayananPajak Medan Barat
3. Kantor PelayananPajak Medan Kota 4. Kantor PelayananPajak Medan Polonia 5. Kantor PelayananPajak Medan Belawan 6. Kantor PelayananPajak Medan Binjai
Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi jabatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei 2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008.
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Struktur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur terdiri dari 1 (satu) subbagian umum, 9 (sembilan) seksi yang terdiri dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi Pelayanan, Seksi Penagihan, Seksi Pemeriksaan, Seksi Ekstensifikasi dan 4 (empat) Seksi Pengawasan dan Konsultasi, serta 1
(satu) kelompok fungsional. Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur antara lain adalah sebagai berikut: Kepala KPP Pratama Medan Timur : Morland Lumban Tobing, S.E Kepala Sub Bagian Umum : Asep Hendarsyah, S.ST, Ak.M.Si Kepala Seksi PDI : Nurida Dwiningrum, S.E
Kepala Seksi Pelayanan : Hasilonan Sidabutar Kepala Seksi Penagihan : Heri Sitompul
Kepala Seksi Pemeriksaan : Bangkit Cahyono, S.ST, Ak Kepala Seksi Ekstensifikasi : Riris Bagus
Kepala Seksi Waskon I : Romel Lumban Batu, S.E Kepala Seksi Waskon II : Febner Sembiring, S.H
Kepala Seksi Waskon III : Sakti Bonara Daeng Mapoji, S.E Kepala Seksi Waskon IV : Ferdinan Sembiring, S.H
2. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan dan sekarang berpindah alamat di Jalan Suka Mulya Nomor 17A Medan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Repuplik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993. Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, yaitu:
2.1 Kecamatan Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan di sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang atau daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan Tembung ini banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan. Disamping itu banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri rumah tangga seperti pembuatan sepatu.
2.2 Kecamatan Medan Timur
Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi darat antar kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak terdapat usaha industri kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel bubut, showroom serta usaha perdagangan dan jasa.
2.3 Kecamatan Medan Perjuangan
Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya bergerak di sektor perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah maupun kecil. Di Kecamatan Medan Perjuangan terdapat industri-industri kecil seperti perabot rumah tangga, pengolahan kopi, sulaman border, roti/ bika ambon, dan sebagainya.
Gambar II.2
Gambar II.3
Peta Kecamatan Medan Timur