• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PENGURUSAN IZIN PENDIRIAN DAN PENYIARAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PROPINSI SUMATERA UTARA

A. Kebijaksanaan Perizinan Dalam Hal Penyiaran

TVRI (Televisi Republik Indonesia) adalah stasiun televisi pertama yang mengudara di Indonesia. Pertama siaran pada 17 Agustus 1962, TVRI menjadi salah satu proyek ambisius dari Soekarno yang pada waktu itu menginginkan agar negerinya tidak disebut terbelakang dan ketinggalan zaman, dan TVRI saat itu diproyeksikan untuk menyongsong pelaksanaan Asian Games IV yang merupakan pesta olahraga pertama yang diselenggarakan Indonesia.

pengawasan pada izin siaran karena saat ini ada beberapa lembaga penyiaran khususnya televisi yang sudah melakukan siaran namun belum memilki izin siaran. Dengan adanya pengawasan tersebut maka lembaga penyiaran khususnya televisi yang belum memiliki izin siaran dapat ditertibkan.

Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga negara yang bersifat independen mengatur hal-hal penyiaran yang ada di pusat dan di daerah yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 sebagai wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran. Dalam menjalankan fungsi, tugas, wewenang dan kewajibannya, KPI Pusat diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan KPI Daerah diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.

KPI mempunyai tugas dan kewajiban :

a. menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia;

b. ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran;

c. ikut membangun iklim persaingan yang sehat antar lembaga penyiaran dan industri terkait;

d. memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang; e. menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran; dan

f. menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

Undang-undang Penyiaran No 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia. Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan. Berbeda dengan semangat dalam Undang-undang penyiaran

sebelumnya, yaitu Undang-undang No. 24 Tahun 1997 pasal 7 yang berbunyi "Penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah", menunjukkan bahwa penyiaran pada masa itu merupakan bagian dari instrumen kekuasaan yang digunakan untuk semata-mata bagi kepentingan pemerintah.

Berdasarkan UU No 32 tahun 2002 tentang penyiaran, secara tegas memberi tuntunan kepada setiap penyelenggara penyiaran, bahwa setiap kegiatan penyiaran di Indonesia harus diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945 dengan azas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan dan bertanggung jawab.

Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis adil dan sejahtera serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut di atas, khususnya tentang kemandirian, demokratisasi, rasa keadilan dan fungsi ekonomi serta kebudayaan dalam rangka terbinanya watak dan jati diri bangsa sekaligus terwujudnya semangat otonomi daerah dengan tumbuh dan berkembangnya potensi daerah, maka kehadiran Permen kominfo no 43 tahun 2009 dipandang relevan dalam kondisi saat ini.

Berkaitan dengan hal tersebut, Undang-Undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers, pasal (6) mengamanatkan bahwa pers nasional wajib:

a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.

b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati Kebhinekaan.

c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.

d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.

e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Setiap pendirian Lembaga Penyiaran di Indonesia, apakah Lembaga Penyiaran Publik (LPP) lokal maupun nasional. Lembaga Penyiaran Swasta (LPS), Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK), Lembaga Penyiaran Berlangganan (LPB) harus memenuhi persyaratan perizinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Khusus mengenai tata cara dan Persyaratan Perizinan bagi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik serta Informatika RI.

Ketentuan umum mengenai persyaratan perizinan penyelenggaraan penyiaran dikutip dalam Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 11 tahun 2005 yaitu :

1. Siaran, penyiaran, penyiaran radio, penyiaran televisi, siaran iklan niaga, siaran iklan layanan masyarakat, lembaga penyiaran dan izin penyelenggaraan penyiaran.

2. Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat indipenden, netral, tidak komersial, dan berfungsi memeberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

3. Lembaga penyiaran publik lokal adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah daerah, menyelengarakan kegiatan penyiaran radio atau penyiaran televisi, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berjaringan dengan Radio Republik Indonesia untuk radio dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk televisi.

4. Iuran Penyiaran adalah sejumlah uang yang dibayarkan masyarakat kepada negara sebagai wujud peran serta masyarakat untuk menandai penyiaran publik yang akan dipertanggungjawabkan secara periodik kepada masyarakat.

5. Dewan pengawas adalah organ lembaga penyiaran publik yang berfungsi mewakili masyarakat, pemerintah, dan unsur lembaga penyiaran publik yang menjalankan tugas pengawasan untuk mencapai tujuan lembaga penyiaran publik.

6. Dewan direksi adalah unsur pimpinan lembaga penyiaran publik yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan lembaga penyiaran publik.

7. Pemohon adalah pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah daerah untuk memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal.

8. Programa adalah kegiatan penyelenggaraan siaran yang berisikan serangkaian program acara siaran yang ditujukan kepada khalayak dan wilayah tertentu.

9. Siaran lokal adalah siaran yang ditujukan untuk masyarakat diwilayah jangkauan satu kabupaten/kota sesuai wilayah layanan siaran.

10. Siaran regional adalah siaran yang ditujukan untuk masyarakat di wilayah jangkauan suatu provinsi sesuai wilayah layanan siaran.

11. Siaran nasional adalah siaran yang ditujukan untuk masyarakat di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

12. Siaran internasional adalah siaran yang ditujukan untuk masyarakat yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

13. Klasifikasi acara siaran adalah pengelompokan acara siaran berdasarkan isi siaran yang dikaitkan dengan usia dan khalayak sasaran.

14. Forum rapat bersama adalah suatu wadah koordinasi antara komisi penyiaran Indonesia dan pemerintah di tingkat pusat yang berwenang memutuskan untuk menerima atau menolak permohonan izin penyelenggaraan penyiaran.

15. Pemerintah adalah menteri atau pejabat lainnya yang ditunjuk oleh presiden atau gubernur.

16. Komisi penyiaran Indonesia yang selanjutnya disebut KPI adalah lembaga negara yang bersifat independen yang ada di pusat dan di daerah, sebagai wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran, yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran.

17. Mentri adalah mentri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang komunikasi dan informatika.

Siaran TVRI (Televisi Republik Indonesia) sebagai sub sistem jaringan penyiaran nasional. Harus berperan aktif menyukseskan kedelapan tugas tersebut diatas melalui penyelenggaraan siaran televisi secara profesional dan bertanggung jawab.

Profesional dalam arti bahwa teknik-teknik komunikasi dilaksanakan secara maksimal dalam penyelenggaraan siaran. Demikian pula dalam pengelolaan lembaga radio siarannya.

Bertanggung jawab dalam arti bahwa profesi penyelenggaraan siaran televisi tetap diletakkan dalam kerangka turut memelihara stabilitas nasional.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan lembaga penyiaran publik lokal, baik secara kelembagaan maupun dalam penyelenggaraan penyiarannya, bersifat independen, netral, dan tidak komersial. Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan lembaga penyiaran publik lokal berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta pelestarian budaya bangsa, dengan senantiasa berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan masyarakat dan menjalankan fungsi pelayanan untuk kepentingan masyarakat melibatkan partisipasi publik berupa keikutsertaan di dalam siaran, evaluasi, iuran penyiaran, dan sumbangan masyarakat, sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan lembaga penyiaran publik lokal bertujuan menyajikan program siaran yang mendorong terwujudnya sikap mental masyarakat yang beriman dan bertakwa, cerdas, memperkukuh integrasi nasional dalam rangka membangun masyarakat mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menjaga citra positif bangsa.

Dalam melaksanakan kegiatan Televisi Republik indonesia (TVRI) menyelenggarakan kegiatan penyiaran lokal, regional, nasional dan internasional.TVRI menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan yang menjangkau seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, TVRI cabang meneruskan siaran dari pusat dan menyelenggarakan kegiatan penyiaran sendiri yang bermuatan lokal, untuk menunjang kualitas operasional penyiaran TVRI dapat menyelenggarakan kegiatan siaran iklan dan usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.

Jangka waktu berlakunya izin penyelenggaraan penyiaran untuk Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan lembaga penyiaran publik lokal adalah 10 (sepuluh) tahun, jangka waktu berlakunya izin tersebut diperpanjang secara langsung oleh mentri setelah mendapat laporan dari lembaga penyiaran publik lokal tentang berakhirnya jangka waktu berlakunya izin penyelenggaraan penyiaran.

Biaya perizinan TVRI dan lembaga penyiaran publik lokal wajib membayar biaya izin penyelenggaraan penyiaran dan perpanjangannya serta biaya hak penggunaan frekuensi melalui kas negara. Biaya izin penyelenggaraan penyiaran dan perpanjangan serta biaya hak penggunaan frekuensi ditanggung oleh negara melalui anggaran pendapatan dan belanja negara untuk TVRI, dan melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk lembaga penyiaran publik lokal. Biaya perizinan ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sumber pembiayaan TVRI dan lembaga penyiaran publik lokal berasal dari:

a. Iuran penyiaran.

b. Anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

c. Sumbangan masyarakat.

d. Siaran iklan.

e. Usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.

Penerimaan yang diperoleh dari sumber pembiayaan melalui iuran penyiaran, sumbangan masyarakat, siaran iklan, usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran merupakan penerimaan negara yang dikelola langsung secara transparant untuk membiayai lembaga penyiaran publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Pendirian dan Perizinan Televisi Republik Indonesia (TVRI)

Sebelum Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan dibangun, masyarakat memperoleh informasi aktual melalui mass media yaitu surat kabar dan majalah. Masyarakat juga memperoleh informasi melalui media elektronik yang hanya mengeluarkan gelombang suara, disebut dengan radio. Untuk wilayah Sumatera Utara publikasi informasi

semakin lengkap dengan dibangunnya stasiun pemancar siaran televisi yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI) Stasiun Medan.28

Pembangunan Stasiun TVRI Medan adalah rencana dan perjuangan dari pemerintah Sumatera Utara yaitu: unsur TNI, Pemerintah Daerah, DPRD Sumatera Utara, dan Pertamina, yang menggabungkan diri kedalam satu wadah kepanitiaan “Yayasan Pembangunan TVRI Sumatera Utara” pada tanggal 27 Juni 1967 yang dipimpin oleh Letkol Wahid Lubis dan Ketua Harian adalah Letkol Ridwan Hutagalung. Tujuan dari pembentukan ini adalah panitia yang bertugas dalam pencarian dana pembangunan dan dana untuk pembelian sejumlah alat penyiaran.

Sejumlah pinjaman yang diusahakan oleh panitia akhirnya terkumpul, yaitu sebesar US $ 40.000 dari Ibnu Sutowo pimpinan P.N Pertamina.Dana yang terkumpul ini segera direalisasikan untuk pembelian peralatan pemancar berkapasitas 75 Watt dan peralatan studio sederhana. Panitia juga melakukan peminjaman kepada P.N Pertamina untuk dana pendirian gedung-gedung dan menara pemancar. Bekerja secara intensif selama 45 hari berupa pemasangan Broadcasting Eguipment, Air Conditioning System dan Lighting System (perlengkapan penyiaran dan tower) untuk studio Medan, sehingga tanggal 9 Desember 1970 Stasiun TVRI Medan menyiarkan program pertamanya, dengan jangkauan siarannya diperkirakan meliputi: Kisaran, Tanjung Balai, Tebing Tinggi,

28

Hikma Kusumaningrat, dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori Dan Praktek, Jakarta:

Pangkalan Susu, Pangkalan Brandan, dan Langsa, atau dengan radius siaran mencapai 150 Km dari pusat pemancar yang berada Medan.

Setelah menyelesaikan masa percobaan selama 45 hari dengan siaran pemutaran Film Cerita, maka peralatan TVRI dinyatakan berhasil, sehingga TVRI sudah memulai program penyiarannya setiap hari. Program acara yang ditayangkan Stasiun TVRI Medan sejak tahun 1970 hingga tahun 1975, hanyalah acara yang disusun di Medan sendiri. Pada babakan ini hubungan antara TVRI pusat dengan TVRI yang ada di daerah hanyalah bidang materi siaran.

Pokok siaran selama lima tahun tanpa menggabungkan diri dengan TVRI pusat, Stasiun TVRI Medan memfokuskan dirinya menyiarkan berbagai informasi dan acara yang bernuansa kedaerahan. Acara yang ditayangkan dari TVRI merupakan program yang bertujuan sebagai pendorong proses pembangunan dengan menyuguhkan antara aspirasi rakyat kepada pemerintah dan demikian sebaliknya menyampaikan program pembangunan dari pemerintah kepada masyarakat. Fungsi siaran yang ditujukan sebagai penyambung antara pemerintah dan masyarakat ataupun menghubungkan masyakat dengan masyarakat lainnya diharapkan menjadi pendorong proses perubahan sosial dari masyarakat keterbelakangan informasi semakin terjawab.

Kondisi masyarakat yang semakin kritis dan membutuhkan informasi yang lebih variatif dan mengglobal (lebih beragam dan luas) memaksa pihak TVRI harus mencari program dan cara baru bagaimana

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut akan informasi-informasi berita yang lebih bagus lagi. Bukti masyarakat Sumatera Utara kekurangan informasi terlihat dari beberapa anggota keluarga di Sumatera Utara, terutama yang tinggal di daerah pesisir Sumatera Utara seperti Kabupaten Asahan, Kotamadya Tanjung Balai, dan sebagian kabupaten Langkat lebih memilih siaran yang disalurkan dari negara tetangga Malaysia sebagai alasannya adalah karena siaran TV Malaysia lebih mudah.

TVRI (Televisi Republik Indonesia) merupakan lembaga penyiaran yang telah berdiri dan ditetapkan sebagai lembaga penyiaran publik sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran. TVRI (Televisi Republik Indonesia) berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia dan cabang-cabangnya berada di daerah.

Lembaga penyiaran publik lokal merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atas usul masyarakat. Lembaga penyiaran publik lokal dapat didirikan di daerah provinsi, kabupaten, atau kota dengan kriteria dan persyaratan sebagai berikut:

a. Belum ada stasiun penyiaran Televisi Republik Indonesia (TVRI) di daerah tersebut,

c. Tersedianya sumber daya manusia yang profesional dan sumber daya lainnya sehingga lembaga penyiaran publik lokal mampu melakukan paling sedikit 3 (tiga) jam siaran per hari dengan materi siaran yang proporsional,

d. Operasional siaran diselenggarakan secara berkesinambungan.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) mendapatkan izin penyelenggaraan penyiaran yang berlaku untuk stasiun pusat dan seluruh cabangnya dengan melaporkan secara tertulis tentang keberadaannya dan mengajukan permohonan tertulis kepada mentri. Untuk memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran publik lokal, pemohon mengajukan permohonan izin tertulis kepada mentri melalui komisi penyiaran publik (KPI) dengan mengisi formulir yang disediakan dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang diatur dalam peraturan pemerintah.

Permohonan izin tersebut dikirimkan masing-masing kepada mentri dan komisi penyiaran publik (KPI) dibuat dalam dua rangkap, dengan melampirkan persyaratan administratif, program siaran dan teknik penyiaran sebagai berikut :

a. Latar belakang maksud dan tujuan pendirian serta mencantumkan nama, visi, misi, dan format siaran yang akan diselenggarakan,

c. Uraian tentang struktur organisasi mulai dari unit kerja tertinggi sampai unit kerja terendah, termasuk uraian tata kerja yang melekat pada setiap unit kerja,

d. Uraian tentang waktu siaran, presentase mata acara, pola acara siaran, sumber materi acara, khalayak sasaran,

e. Daftar inventaris sarana dan prasarana yang akan digunakan (termasuk peralatan studio dan pemancar, jumlah dan jenis studio serta perhitungan biaya investasinya)

f. Gambar tata ruang studio dan stasiun pemancar, peta lokasi studio dan stasiun pemancar, wilayah jangkauan, dan wilayah layanannya.

g. Usulan saluran frekuensi dan kontur diagramyang diinginkan.

h. Spesifikasi teknik dan sistem peralatan yang akan digunakan beserta diagram blok sistem peralatan.

Setelah menerima berkas surat permohonan sebagaimana dimaksud diatas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melakukan:

a. Evaluasi kelengkapan persyaratan uji substantif permohonan sesuai dengan kewenangan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),

b. Dengar pendapat dengan pemohon setelah diterimanya berkas permohonan yang telah lengkap.

Apabila persyaratan dan kelengkapan permohonan tidak dipenuhi maka Komisi Penyiaran Publik (KPI) memberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya agar persyaratan tersebut dipenuhi paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan, apabila persyaratan dan kelengkapan tidak dipenuhi dalam waktu tersebut, maka pemohon dianggap mengundurkan diri.

Dalam jangka waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja terhitung sejak dipenuhinya persyaratan dan hasil evaluasi dengar pendapat dengan pemohon, sementara mentri menetapkan jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya atau tidak diterimanya rekomendasi dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),

Mentri menerbitkan keputusan penolakan atau persetujuan izin penyelenggaraan penyiaran sesuai hasil dari kesepakatan dari forum rapat bersama, keputusan penolakan atau persetujuan izin penyelenggaraan penyiaran diterbitkan oleh mentri paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah ada hasil kesepakatan forum rapat bersama.keputusan penolakan atau persetujuan izin penyelenggaraan penyiaran disampaikan kepada pemohon melalui Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

Setelah mendapatkan izin penyelenggaraan penyiaran, Lembaga Penyiaran Publik lokal wajib melalui masa uji coba siaran paling lama 1 (satu) tahun penyiaran, sebelum memperoleh izin tetap penyelenggaraan penyiaran dari mentri, masa uji coba digunakan untuk pelaksanaan

pembangunan infrastruktur, pengurusan proses penetapan frekuensi, pelaksanaan uji coba siaran dan evaluasi penyelenggaraan uji coba siaran.

Setelah melalui masa uji coba dan menyatakan siap untuk dievaluasi, pemohon mengajukan permohonan kepada mentri untuk dilakukan evaluasi penyelenggaraan uji coba siaran, untuk melaksanakan evaluasi penyelenggaraan uji coba siaran dibentuk tim uji coba siaran yang terdiri atas unsur pemerintah dan Komisi Penyiaran Publik (KPI) yang ditetapkan oleh mentri.

Selama masa uji coba siaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal dilarang, Menyelenggarakan siaran iklan, kecuali siaran iklan layanan masyarakat, memungut biaya yang berkenaan dengan penyelenggaraan penyiaran. Kriteria tentang penetapan lulus masa uji coba siaran meliputi : persyaratan administratif, program siaran, dan teknik penyiaran.

Masa uji coba siaran berakhir setelah lembaga Penyiaran Publik Lokal apabila :

a. Dinyatakan lulus oleh tim uji coba siaran karena telah memenuhi kriteria

b. Dinyatakan tidak lulus oleh tim uji coba siaran karena sampai batas waktu 1 (satu) tahun lembaga penyiaran televisi tidak dapat memenuhi kriteria

c. Dinyatakan tidak lulus oleh tim uji coba siaran karena sampai batas waktu 1 (satu) tahun untuk lembaga penyiaran televisi dan diberikan peringatan tertulis sebanyak 2 (dua) kali.

Mentri menerbitkan keputusan izin tetap penyelenggaraan penyiaran paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah uji coba siaran dinyatakan lulus dan mentri mencabut keputusan izin penyelenggaraan penyiaran paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah uji coba siaran dinyatakan tidak lulus, dan kemudian disampaikan kepada pemohon melalui Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penetapan lulus masa uji coba siaran diatur dengan peraturan mentri.

Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 memiliki asas, tujuan, fungsi, dam arah yaitu :

Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.

Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan

perekat sosial. Dalam menjalankan fungsi, penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.

Penyiaran diarahkan untuk :

a. menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa;

c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

d. menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;

e. meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;

f. menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup;

g. mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran;

h. mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi;

i. memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab;

j. memajukan kebudayaan nasional.

Adapun hal-hal yang mendorong pendirian TVRI propinsi Sumatera Utara dikarenakan kebutuhan akan keterbukaan atas informasi

seperti yang terkandung dalam Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik pada Undang-undang Keterbukaan Publik Nomor 14 Tahun 2008.

Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik, informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas. Setiap informasi publik dapat diperoleh setiap pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Informasi publik yang dikecualikan bersifat rahasia yang sesuai dengan Undang-undang, kepatutan dan kepentingan umum yang didasarkan oleh pengujian tentang konsensi yang timbul apabila sesuatu informasi yang diberikan oleh masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan seksama bahwa menutup informasi publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar atau malah sebaliknya.

Undang-undang Keterbukaan Publik Nomor 14 tahun 2008 bertujuan :

a. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan

Dokumen terkait