• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEPAILITAN PADA PERUSAHAAN PT TELKOMSEL,

B. Prosedur Permohonan Pailit PT Telkomsel, Tbk

Pasal 1 angka (7) UU No. 37 Tahun 2004 secara tegas menentukan bahwa : “Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum.” Permohonan pernyataan pailit harus diajukan ke Pengadilan Niaga yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitor. Kedudukannya

adalah sebagai berikut :51

49Ibid. 50 Ibid. 51

1. Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan dan atau diatur dalam Undang-Undang ini, diputuskan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitor.

2. Dalam hal debitor telah meninggalkan wilayah Republik Indonesia,

Pengadilan yang berwenang menetapkan Putusan atas pernyataan pailit adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir debitor.

3. Dalam hal debitor adalah persero suatu firma, Pengadilan yang daerah

hukumnya meliputi tempat kedudukan firma tersebut juga berwenang untuk memutuskan.

4. Dalam hal debitor tidak bertempat kedudukan dalam wilayah negara

Republik Indonesia tetapi menjalankan profesi atas usahanya dalam wilayah negara Republik Indonesia, Pengadilan yang berwenang memutuskan adalah Pengadilan yang hukumnya meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat debitor menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia.

5. Dalam hal debitor merupakan badan hukum, maka kedudukan hukumnya

adalah sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasarnya.

Permohonan pernyataan pailit harus diajukan oleh seorang Advokat (Pasal 7 UU No. 37 Tahun 2004). Prosedur permohonan pernyataan pailit sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 6 adalah sebagai berikut :52

1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan ;

52Ibid

2. Panitera mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan, dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani Pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran ;

3. Panitera wajib menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi

institusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), (4) dan ayat (5) jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat tersebut ;

4. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua

Pengadilan Negeri paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan ;

5. Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah tanggal permohonan

pernyataan pailit didaftarkan, pengadilan mempelajari permohonan dan menetapkan hari sidang ;

6. Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan

dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan ;

7. Atas permohonan debitor dan berdasarkan alasan yang cukup, Pengadilan

dapat menunda penyelenggaraan sidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) sampai dengan paling lama 25 (dua puluh lima) hari terhitung sejak tanggal permohonan didaftarkan ;

Berdasarkan Pasal 6 UU No. 37 Tahun 2004 diketahui bahwa prosedur

permohonan pernyataan pailit memiliki timeframe yang sangat singkat yang

berbeda dengan peraturan Kepailitan yang lama.53

Kerangka waktu prosedur permohonan pernyataan pailit secara terperinci

dijabarkan dalam Pasal 8 UUK, yaitu :54

1. Pengadilan :

a. Wajib memanggil debitor, dalam hal permohonan pernyataan pailit

diajukan oleh kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, atau Menteri Keuangan ;

b. Dapat memanggil kreditor, dalam permohonan pernyataan pailit yang

diajukan oleh debitor dan terdapat keraguan bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah terpenuhi.

2. Pemanggilan terhadap debitur dilakukan oleh Jurusita dengan surat kilat

tercatat paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum sidang pemeriksaan pertama diselenggarakan ;

3. Pemanggilan adalah sah dan dianggap telah diterima oleh debitur, jika

dilakukan oleh jurusita sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ;

4. Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau

keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi ;

53Ibid, hlm 69. 54Ibid

5. Putusan atas permohonan pernyataan pailit didaftarkan ;

6. Putusan atas permohonan pernyataan pailit sebagaiman dimaksud dalam

ayat (5) wajib memuat pula :

a. Pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan

dan/atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili ; dan

b. Pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari Hakim anggota

atau Ketua Majelis.

7. Putusan atas permohonan pernyataan pailit yang memuat secara lengkap

pertimbangan hukum yang mendasari Putusan tersebut harus diucap dalm ‘sidang terbuka’ dan ‘dapat dilaksanakan terlebih dahulu’, meskipun terhadap putusan itu diajukan suatu upaya hukum.

Apabila seluruh pernyataan untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi semuanya, maka pengadilan akan memberikan putusannya. Tetapi, apabila ternyata harta pailit tidak cukup untuk membayarkan biaya kepailitan tersebut, maka Pengadilan atas usul Hakim Pengawas dan setelah mendengar panitia kreditor sementara apabila ada, sertasetelah memanggil secara sah atau mendengarkan dari pihak debitur, dapat memutuskan pencabutan pernyataan pailit.55

Tujuan utama dalam suatu proses di muka Pengadilan adalah untuk memperoleh putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap. Akan tetapi setiap keputusan yang dikeluarkan oleh Hakim, belum tentu dapat menjamin kebenaran

55

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Kepailitan. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), hlm 58.

secara yuridis, karena putusan itu tidak lepas dari kekeliuran dan kehilafan, bahkan tidak mustahil bersifat memihak. Agar kekeliuran dan kehilafan itu dapat diperbaiki, maka demi tegaknya kebenaran dan keadilan, terhadap putusan Hakim itu dimungkinkan untuk diperiksa ulang. Cara yang tepat untuk mewujudkan

kebenaran dan keadilan itu adalah dengan melaksanakan upaya hukum.56

UU No. 37 Tahun 2004 UU Kepailitan dan PKPU sebenarnya tidak ada diatur tentang upaya hukum secara banding. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan dari UU No. 37 Tahun 2004, terhadap suatu perkara kepailitan tidak dapat diajukan suatu banding tetapi langsung mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Pasal 11 UU No. 37 Tahun 2004 mengatur tentang kasasi ke Mahkamah Agung, yaitu :

Terhadap suatu putusan pencabutan pernyataan pailit tersebut dapat pula diajukan suatu kasasi dan/atau peninjauan kembali. Apabila setelah pencabutan pernyataan pailit diucapkan diajukan kembali permohonan pernyataan pailit, maka debitor atas permohonan wajib membuktikan bahwa ada cukup harta untuk membayar biaya kepailitan berdasarkan Pasal 19 UU No. 37 Tahun 2004.

57

1. Upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan atas permohonan

pernyataan pailit, adalah kasasi ke Mahkamah Agung.

2. Permohonan Kasasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan dalam

jangka waktu paling lambat 8 (delapan) hari tentang sejak tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan, dengan mendaftarkannya pada Panitera Pengadilan yang telah memutuskan permohonan pernyataan pailit.

56

Munir, Fuady. Hukum Pailit 1998 dalam Teori dan Praktik, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hlm.20.

57

3. Permohonan Kasasi yang sebagaimana dimaskud dalam ayat (2), selain dapat diajukan oleh Debitor dan Kreditor yang merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama, juga dapat diajukan oleh kreditor lain yang bukan merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama yang tidak puas terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit.

4. Panitera mendaftar permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang

bersangkutan diajukan, dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani Panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran.

Mengenai permohonan kasasi terdapat dalam Pasal 12 ayat (1) dan (2) UUK yang mengatakan bahwa Pemohon Kasasi wajib menyampaikan kepada Panitera Pengadilan memori kasasi pada tanggal permohonan kasasi didaftarkan. Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pihak termohon kasasi paling lambat 2 (dua) hari setelah permohonan kasasi didaftarkan.

Pasal 12ayat (3) menjelaskan bahwa, termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada Panitera Pengadilan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah tanggal termohon kasasi menerima memori kasasi sebagaimana dimaksud ayat (2) dan Panitera Pengadilan wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lambat 2 (dua) hari setelah kontra memori kasasi diterima. Pasal 12 ayat (4), panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi, memori kasasi, dan kontra memori kasasi beserta berkas perkara yang bersangkutan kepada Mahkamah Agung paling lambat 14 (empat belas) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima.

Pasal 13 ayat (1)yang menentukan bahwa Mahkamah Agung harus mempelajari permohonan kasasi dan menetapkan hari sidang paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Pasal 13 ayat (2), sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.

Pasal 13 ayat (3), putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Pasal 13 ayat (4), putusan atas permohonan kasasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Pasal 13 ayat (5), dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara anggota dengan ketua majelis maka perbedaan pendapat tersebut wajib dimuat didalam putusan kasasi.

Pasal 13 ayat (6), panitera pada Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan kasasi kepada Panitera pada Pengadilan Niaga paling lambat 3 (tiga) hari setelah tanggal putusan atas permohonan kasasi diucapkan. Pasal 13 ayat (7), jurusita pengadilan wajib menyampaikan salinan putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat ke (5) kepada pemohon kasasi, termohon kasasi, kurator, dan Hakim Pengawas paling lambat 2 (dua) hari setelah putusan kasasi diterima.

Undang-Undang memberikan ruang untuk terbentuknya Pengadilan Khusus yang berada di bawah lingkungan Peradilan Umum dengan syarat bahwa pembentukan pengadilan khusus tersebut ditetapkan melalui UU. Pembentukan

Pengadilan Niaga ini menunjukkan bahwa sejarah Peradilan di Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup berarti. Dari segi struktur organisasi, kedudukan Pengadilan Niaga merupakan bagian khusus didalam Pengadilan

Umum.58

Adapun prosedur pernyataan pailit pada kasus PT. Telkomsel adalah sebagai berikut :

Tujuan utama terbentuknya Pengadilan Niaga ini adalah agar dapat menjadi sarana hukum bagi penyelesaian hutang piutang diantara pihak yaitu debitur dan kreditur secara cepat, adil, terbuka, dan efektif, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan penyelenggaraan kegiatan usaha dan kehidupan perekonomian pada umumnya. Selain itu sebagai upaya untuk mengembalikan kepercayaan kreditur asing dalam proses penyelesaian utang piutang swasta.

59

1. Permohonan pernyataan pailit diajukan oleh kuasa hukum PT. Prima Jaya

Informatika yaitu Kanta Cahya, S.H., kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

2. Panitera, Maryati, S.H.,M.H., telah mendaftarkan permohonan pernyataan

pailit pada tanggal 12 Juli 2012 , dan kepada pemohon pailit yaitu PT. Prima Jaya Informatika diberikan tanda terima tulis yang ditandatangani Pejabat yang berwenang pada tanggal 12 Juli 2012.

3. Panitera, Maryati, S.H.,M.H., telah menyampaikan permohonan pernyataan

pailit kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 16 Juli 2012.

58Ibid. hlm 21. 59

4. Tanggal 19 Juli 2012, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mempelajari permohonan tersebut dan menetapkan tanggal sidang.

5. Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan

pada tanggal 8 Agustus 2012.

Namun, pihak Telkomsel mengajukan Kasasi terhadap Prima Jaya

Informatika. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :60

1. Upaya hukum yang dapat dilakukan Telkomsel terhadap Putusan atas

permohonan pernyataan pailit, adalah dengan mengajukan permohonan Kasasi ke Mahkamah Agung.

2. Permohonan Kasasi yang diajukan oleh pihak Telkomsel dilakukan pada

tanggal 15 September 2012 berdasarkan surat kuasa khusus yang diajukan kepada Mahkamah Agung.

3. Permohonan Kasasi diajukan oleh pihak Telkomsel, yang sebelumnya

adalah sebagai Termohon Pailit (debitur) dari Prima Jaya Informatika.

4. Panitera telah mendaftarkan permohonan Kasasi pada tanggal 15 September

2012, dan kepada Pemohon Kasasi (Telkomsel) diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh Panitera.

Dokumen terkait