• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIK DAN HIPOTESIS

3. Prosedur-prosedur

Menurut J. S. Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, prosedur adalah cara mengerjakan suatu pekerjaan menurut tingkat-tingkatnya. Untuk mengoperasikan bank secara baik dan teratur, bank memerlukan suatu sistem dan prosedur guna menyatukan seluruh transaksi yang terjadi di dalam operasi bank, baik itu transaksi yang bersifat domestic transaction atau foreign transaction. Sistem dan prosedur itu menyeragamkan prosedur kerja di seluruh cabang bank yang bersangkutan serta mengatur kelancaran operasional yang terjadi di kantor cabang maupun kantor pusat secara keseluruhan.

a. Prosedur Menyimpan

Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Dana untuk membiayai operasinya dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Disamping itu, untuk membiayai operasinya dana dapat pula

diperoleh dengan modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham (Kasmir, 2005:61).

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998: “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”.

Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.

1) Simpanan Giro

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Yang mempunyai simpanan giro adalah nasabah pemegang rekening giro, baik itu berupa perorangan maupun perusahaan.

a) Prosedur Pembukaan Rekening

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi nasabah giro di bank adalah sebagai berikut:

(1) Mempunyai referensi dari nasabah giro yang rekeningnya aktif atau surat referensi dari pimpinan cabang lain atau juga calon nasabah giro tersebut dikenal baik oleh pimpinan

cabang bersangkutan terutama mengenai bonafiditasnya.

(2) Tidak termasuk ke dalam daftar hitam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

(3) Menyerahkan copy bukti diri bagi nasabah giro perorangan.

(4) Menyerahkan copy akte pendirian perusahaan, SIUP, maupun surat keterangan lain bagi nasabah giro perusahaan.

(5) Ijin usaha bagi perusahaan (bagi WNA harus dilengkapi dengan anggaran dasar yang dilegalisasi oleh Notaris di luar negeri dan diketahui Kedubes RI setempat).

(6) Dewasa dan berakal sehat, serta tidak berada di bawah pengampunan (curatele).

b) Prosedur Penyetoran Dana

Prosedur penyetoran dana ke suatu rekening giro nasabah bisa diperoleh melalui dua cara, yaitu: (1) Secara tunai

Untuk penyetoran yang dilakukan secara tunai tidak akan menimbulkan masalah karena dalam hal ini uang disetor tunai melalui kasir bank.

(2) Melalui cheque dan bilyet giro

Penyetoran dana yang diperoleh dari cheque

maupun bilyet giro dari bank bersangkutan atau bank yang lain, maka terlebih dahulu perlu diperiksa keabsahan dari cheque atau bilyet giro tersebut oleh teller penerimanya. c) Prosedur Penarikan Dana

Penarikan dana ke suatu rekening giro nasabah harus memperhatikan jumlah dana yang tersedia pada rekening tersebut. Bila terjadi penarikan dana yang melebihi saldo yang ada, maka perlu dilakukan otorisasi terhadap warkat penarikan tersebut dari pejabat bank yang berwenang. Demikian pula untuk rekening-rekening yang berada di bawah pengawasan khusus.

Untuk penarikan dana ke rekening giro ini, maka teller/kasir menyerahkan slip Formulir Penyediaan Dana ke seksi giro untuk dibukukan ke rekening bersangkutan. Apabila penarikan tersebut mempunyai dana yang cukup tersedia, maka bagian seksi giro membubuhkan tanda tangan sebagai

approval pembayaran itu. Penarikan dana juga dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya adalah

melalui cheque dan bilyet giro. Bila penarikan dilakukan melalui warkat-warkat ini, maka perlu diteliti lebih dahulu keabsahan warkat maupun tanda tangan dari warkat yang bersangkutan.

2) Simpanan Tabungan

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Pembukaan rekening, penyetoran dana, dan pengambilan dana tabungan menganut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a) Prosedur Pembukaan Rekening

(1) Nasabah mengisi Formulir Aplikasi Permohonan Pembukaan rekening tabungan. Pengajuan formulir ini merupakan permintaan seseorang untuk membuka rekening tabungan. (2) Pada saat penyerahan aplikasi tersebut, oleh

petugas customer service diberikan buku tabungan yang berisikan data dana simpanan dan contoh tanda tangannya. Oleh petugas seksi tabungan kemudian diberikan nomor

rekening tabungan terhadap nasabah bersangkutan.

b) Prosedur Penyetoran Dana

(1) Penyetoran uang dilakukan dengan mempergunakan Formulir Bukti Setoran Tabungan rangkap tiga, baik untuk setoran tunai, kliring, mapun pemindahbukuan. Masing-masing lembar tersebut mempunyai kegunaan:

ƒ Lembar pertama (asli) untuk dikirim ke bagian pembukuan.

ƒ Lembar kedua untuk arsip teller penerima setoran.

ƒ Lembar ketiga untuk nasabah penyetor. (2) Untuk penyetoran uang ke suatu nomor

rekening tertentu boleh dilakukan oleh siapapun juga dengan syarat membawa buku tabungan dari rekening bersangkutan.

(3) Pada saat penyetoran ke rekening tabungan ini dilakukan, maka dibuatlah jurnal sebagai berikut:

ƒ Penyetoran tunai: Dr : Nasabah

Cr : Tabungan

ƒ Penyetoran dengan cheque bank lain: Dr : Kliring

Cr : Tabungan

ƒ Pemindahbukuan dari rekening giro atau deposito: Dr : Giro Cr : Tabungan atau: Dr : Deposito Cr : Tabungan c) Prosedur Pengambilan Dana

(1) Untuk pengambilan dana ke rekening tabungan digunakan Slip Pengambilan Tabungan. Dalam prosedur ini perlu disebutkan dengan jelas nama dan nomor rekening tabungan yang dimaksud, serta jumlah dana yang hendak ditarik.

(2) Dalam prosedur pengambilan ini harus disertai dengan buku tabungan dari rekening tersebut. (3) Apabila pengambilan dana hendak dilakukan

oleh orang lain, maka harus disertakan Surat Kuasa pada pengambilan tersebut.

(4) Perlu dilakukan pengecekan terhadap tanda tangan yang tertera di buku tabungan tersebut dengan tanda tangan yang dibubuhkan dalam Slip Pengambilan atau Surat Kuasa bersangkutan.

(5) Nasabah diminta membubuhkan tanda tangan di balik formulir pengambilan tersebut sebagai tanda terima dari penerimaan uang.

(6) Terhadap pengambilan dana ini dilakukan penjurnalan sebagai berikut:

Dr : Tabungan Cr : Nasabah

3) Simpanan Deposito (Simpanan Berjangka)

Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

Prosedur penerbitan dan pencairan simpanan deposito (simpanan berjangka) menganut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a) Prosedur Penerbitan Simpanan Deposito (Simpanan Berjangka)

(1) Nasabah menyerahkan Formulir Permohonan Aplikasi Penempatan Simpanan Berjangka

yang telah diisi lengkap berikut uang tunainya atau warkat yang lain bila penyetoran itu dilakukan tidak secara tunai.

(2) Apabila penempatan dana ini dilakukan tidak dengan uang tunai, maka perlu terlebih dahulu dikonfirmasikan apakah dana dari cheque itu tersedia serta apakah cheque itu masih berlaku efektif.

(3) Masing-masing lembar aplikasi berangkap tiga itu digunakan sebagai berikut:

ƒ Lembar pertama untuk diserahkan ke seksi deposito guna bukti pembuatan bilyet deposito.

ƒ Lembar kedua untuk arsip teller.

ƒ Lembar ketiga untuk diserahkan kepada nasabah sebagai bukti penempatan dana simpanan berjangka.

(4) Berdasarkan formulir lembar pertama (asli) tersebut, seksi deposito membuat tanda bukti simpanan berjangka (rangkap tiga) atau disebut juga sebagai bilyet deposito, yang masing-masing lembar diperuntukkan bagi:

ƒ Lembar pertama (asli) untuk deposan sebagai tanda bukti simpanan berjangka.

ƒ Lembar kedua untuk diserahkan ke bagian pembukuan.

ƒ Lembar ketiga untuk file bagian deposito guna arsip dan registrasi.

(5) Bilyet deposito tersebut berisikan data-data sebagai berikut:

ƒ Nilai nominal dari deposito

ƒ Nomor urut bilyet deposito

ƒ Nomor sandi deposito

ƒ Nama deposan

ƒ Tanggal jatuh tempo

ƒ Bunga deposito yang berlaku

ƒ Jangka waktu deposito

ƒ Jenis mata uang deposito

(6) Tanda bukti simpanan berjangka berikut buku registernya memerlukan tanda tangan dari pejabat bank yang berwenang sebagai bukti pengesahannya.

b) Pencairan Simpanan Deposito (Simpanan Berjangka)

(1) Pada saat sebuah simpanan berjangka jatuh tempo, lembar asli bilyet deposito yang diserahkan oleh nasabah untuk dicocokkan dengan struk yang ada dalam buku register arsip dari bilyet deposito tersebut.

(2) Apabila deposito tersebut hendak dicairkan oleh nasabah secara tunai, maka lembar asli tanda bukti simpanan berjangka dibubuhi cap lunas sebagai tanda untuk pembayaran tunai tersebut.

(3) Sedangkan, bila deposito itu hendak diperpanjang secara otomatis, maka perlu dibuat Nota Perpanjangan terhadap deposito tersebut. Nota Perpanjangan ini rangkap tiga dengan perincian sebagai berikut:

ƒ Lembar pertama, yaitu lembar asli, untuk diserahkan kepada nasabah bersangkutan.

ƒ Lembar kedua, yaitu lembar laporan, untuk file bagian deposito.

ƒ Lembar ketiga, yaitu lembar pengawasan, untuk diserahkan kepada bagian Audit/control.

b. Prosedur Meminjam (Kredit)

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Langkah-langkah dalam prosedur perkreditan yang harus ditangani oleh bank antara lain (Thomas Suyatno, 2003:69-87):

1) Permohonan Kredit

Permohonan fasilitas kredit mencakup:

a) Permohonan baru untuk mendapatkan suatu jenis fasilitas kredit.

b) Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

c) Permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang telah berakhir jangka waktunya.

d) Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan,

perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.

Permohonan kredit dinyatakan lengkap apabila pemohon telah mengisi Daftar Isian Permohonan Kredit serta menyerahkan persyaratan-persyaratan lainnya yang digunakan dalam pengajuan permohonan kredit.

2) Penyidikan dan Analisis Kredit

Yang dimaksud dengan penyidikan (investigasi) kredit adalah pekerjaan yang meliputi:

a) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur. b) Pengumpulan data yang berhubungan dengan

permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern.

c) Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.

d) Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.

Yang dimaksud dengan analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:

a) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik keuangan maupun nonkeuangan untuk mengetahui kemungkinan

dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.

b) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.

Setiap permohonan kredit harus diadakan penyidikan dan analisis. Pekerjaan penyidikan dilakukan oleh petugas yang berfungsi sebagai penyidik kredit, sedangkan pekerjaan analisis dilakukan oleh kredit analisis.

3) Keputusan atas Permohonan Kredit

Yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit.

Wewenang dalam pengambilan kredit terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a) Wewenang kepala bagian kredit/cabang

Sampai dengan jumlah permohonan dalam jenis kredit yang ditentukan oleh direksi/kantor pusat, kepala bagian kredit/kepala cabang diberi wewenang untuk memutuskan permohonan dalam batas-batas tertentu tanpa mengusulkan terlebih dahulu kepada kantor pusat.

b) Wewenang direksi/kantor pusat

Direksi/kantor pusat memberikan keputusan permohonan fasilitas kredit yang dilakukan oleh bagian kredit/cabang setelah mengadakan penilaian permohonan fasilitas kredit yang diusulkan.

c) Direksi/kantor pusat dengan Bank Indonesia

Tentang jenis-jenis kredit yang menurut ketentuan memerlukan persetujuan dari Bank Indonesia, terlebih dahulu kantor pusat akan meneruskan permohonan kredit tersebut kepada Bank Indonesia.

Bagian kredit atau cabang memutuskan untuk mengusulkan permohonan kredit kepada direksi/kantor pusat, maka dalam surat usulan harus dimuat minimal data sebagai berikut:

a) Informasi mengenai nasabah selengkapnya

Informasi yang dimaksud terutama mengenai perilaku/karakter nasabah, kemampuan dan pengalaman berusaha dan hal-hal yang mencerminkan kepribadian serta kemampuan nasabah/calon nasabah sebagai ukuran dari sebagian sumber dan daya pelunasan kreditnya.

b) Aktivitas usaha nasabah

Seluruh keterangan mengenai aktivitas usaha nasabah, misalnya rencana pembelian dan penjualan serta realisasi pembelian dan penjualan.

c) Jaminan

d) Laporan keuangan (financial statement)

Harus disertakan neraca dan perhitungan rugi/laba yang paling mutakhir dan sejauh mungkin diusahakan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Pada umumnya usul-usul kredit jangka pendek berjumlah besar dan diaudit oleh akuntan publik (dengan unqualified opinion) yang telah terdaftar dan mempunyai izin. Semuanya merupakan syarat yang harus dipenuhi. Hasil analisis cabang (dari neraca dua periode) harus dicantumkan dalam surat usul.

e) Proyeksi arus kas (cash flow projection)

Untuk jenis-jenis kredit yang sifatnya aflopend

(seperti kredit industri konstruksi, kredit musiman, kredit investasi dan kredit lainnya yang sifatnya transaksional atau berangsuran dengan jangka tertentu), surat usul tersebut secara mutlak harus disertai dengan cash flow projection, sehingga dapat disusun jadwal waktu (time schedule) pelunasannya secara baik. Untuk kredit produksi proyeksi ini hanya berfungsi sebagai alat pembantu dalam menentukan kebutuhan maksimal nasabah modal kerja.

f) Aktivitas rekening

Calon nasabah/nasabah yang memiliki rekening (giro dan atau pinjaman), harus menguraikan juga mengenai aktivitas rekening antara lain: saldo tertinggi, terendah dan saldo rata-rata tiap bulan serta indikasi aktivitas rekening berupa jumlah/frekuensi mutasi debet dan kreditnya.

4) Penolakan Permohonan Kredit

Penolakan permohonan dapat terjadi: a) Oleh bagian kredit atau cabang

Penolakan ini adalah untuk permohonan kredit yang nyata-nyata dianggap oleh bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan.

b) Oleh bagian kredit atau cabang setelah mendapat keputusan penolakan Direksi.

5) Persetujuan Permohonan Kredit

Persetujuan permohonan kredit adalah keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam pelaksanaan persetujuan tersebut, maka biasanya ditegaskan terlebih dahulu syarat-syarat fasilitas kredit dan prosedur yang harus ditempuh oleh nasabah. Langkah-langkah yang harus diambil antara lain: a) Surat penegasan persetujuan permohonan kredit

kepada pemohon. b) Pengikatan jaminan.

c) Penandatanganan perjanjian kredit. d) Penandatanganan surat aksep. e) Informasi untuk bagian lain. f) Pembayaran bea meterai kredit.

g) Pembayaran provisi kredit atau commitment fee.

h) Asuransi barang jaminan. i) Asuransi kredit.

6) Pencairan Fasilitas Kredit

Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh bank. Dalam prakteknya, pencairan kredit ini berupa pembayaran dan/atau pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman atau fasilitas lainnya.

7) Pelunasan Fasilitas Kredit

Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian kredit.

Dokumen terkait