• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : MEKANISME PENGHIMPUNAN DAN PENDAYAGUNAAN

B. Mekanisme Penyaluran Zakat pada LAZNAS BSM

4. Prosentase Penyaluran Zakat pada LAZNAS BSM

Berikut adalah tabel realisasi penyaluran zakat yang dilaksanakan oleh LAZNAS BSM delapan bulan terakhir, berdasarkan laporan keuangan periode 1 Januari – 1 September 2010, sebagai berikut :

Tabel 4

Jumlah dan Prosentase Penyaluran Zakat periode 1 Januari – 1 September 2010

No Jenis Program Jumlah Dana Prosentase

1 Mitra Umat 1,743,026,596.26 29,5 %

2 Didik Umat 1,176,955,875.00 20 %

3 Simpati Umat 2,985,865,639.50 50,5 %

Prosentase Penyaluran Zakat pada LAZNAS BSM umat, periode 1 Januari - 1 September 2010

Mitra umat; 29,50% Didik Umat; 20% Simpati umat; 50,50% Mitra umat Didik Umat Simpati umat

Dari tabel dan diagram di atas, dapat kita ketahui bahwa prosentase penyaluran zakat pada LAZNAS BSM periode Januari – September didominasi oleh program simpati umat sebesar 50,5 %, kemudian program mitra umat 29,5% dan program didik umat sebesar 20%. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas dana zakat yang disalurkan oleh LAZNAS BSM untuk hal yang bersifat konsumtif, hanya 29,5% dari dana zakat tersebut yang disalurkan untuk hal yang bersifat produktif atau untuk pengembangan usaha mustahik.

Menurut Manajer Pendayagunaan LAZNAS BSM Dedi Zulkarnaen, hal ini terjadi karena beberapa sebab, yaitu: Pertama, karena kondisi negara kita yang banyak bencana. Kedua, karena biaya yang dibutuhkan sangat besar setiap penanggulangan bencana, atau istilah LAZNAS BSM adalah kondisi kegawat daruratan. Jadi yang membuat program Simpati umat menghabiskan dana besar

69

adalah karena dana penanggulangan bencana itu cukup besar walaupun terjadinya hanya beberapa kali.5

C. Pemberdayaan dana zakat bagi pengembangan masyarakat pada LAZNAS BSM

1. Profil Usaha “Mitra Umat”

Di antara usaha-usaha yang mendapat dana dari LAZNAS BSM, Ada beberapa usaha yang mendapat pendampingan langsung dari pengurus LAZNAS BSM dan ada yang tidak mendapat pendampingan. Hal ini terjadi karena keterbatasan SDM yang dimiliki LAZNAS BSM. Menurut Dedi Zulkarnaen, Bagian Pendayagunaan LAZNAS BSM, usaha yang dibina antara lain berada di daerah Bogor, Sukabumi dan Bandung. Letak yang jauh menjadi hambatan tersendiri bagi Peneliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi tentang usaha tersebut, Saya menghubungi Ibu Nunung Nurhasanah (36) melalui telepon, dia adalah salah seorang pengurus usaha budi daya jamur tiram yang berada di daerah Bogor

Budi daya jamur tiram adalah usaha yang didirikan dan dibina oleh LAZNAS BSM yang berada di Kampung Pasir Angin, Leuwimalang. Wilayah yang letaknya dekat dengan Gunung Geulis ini telah berdiri sejak tahun 2008. Awalnya, daerah ini hanya berupa lahan kosong yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat,

5

lebih bagi warga sekitar.

Dengan 3 orang pengurus inti, usaha jamur ini membagi karyawannya menjadi 4 bagian (kelompok), yaitu:

a. Bagian Baklok (media tanam) b. Bagian Inkubasi (pembibitan)

c. Bagian Laboratorium (pembuatan bibit) d. Bagian Panen

2. Metode Pendampingan

Sebagaimana telah diuraikan, bahwa model LAZNAS BSM memiliki 2 cara dalam menyalurkan zakat untuk program mitra umat, yaitu : mendirikan usaha dan

membiayai usaha. Untuk pendirian usaha, sebagaimana yang telah dipraktekkan

dengan pendirian usaha budidaya jamur, LAZNAS BSM mengirim 1 orang tenaga ahli untuk terjun ke lapangan agar usaha jamur ini berjalan dengan lancar dan dapat terus berkembang, sedangkan yang dilakukan pengurus pusat LAZNAS BSM adalah mengontrol kinerja, mencarikan solusi atas kendala-kendala yang dihadapi, dan memberikan bimbingan-bimbingan yang dibutuhkan oleh mereka. Menurut Ibu Nunung, biasanya mereka datang ke tempat ini 1 kali setiap 1 atau 2 minggu.

Dan untuk pembiayaan usaha mustahik, tidak ada pendampingan yang dilakukan oleh pengurus pusat LAZNAS BSM. Pendampingan diserahkan sepenuhnya kepada cabang-cabang dan mitra-mitra kerja yang mengajukan pembiayaan usaha untuk mustahik tersebut. Itu berarti, jika mustahik mendapat

71

pembiayaan untuk usaha tanpa melalui cabang atau mitra kerja LAZNAS BSM, maka Ia tidak mendapat bimbingan sama sekali. Ini menjadi tugas bagi LAZNAS BSM untuk membina mereka agar tujuan zakat untuk mengentaskan kemiskinan dapat terealisasi.

3. Hasil dan Manfaat

Pada awalnya, usaha budi daya jamur tiram ini hanya memiliki 4-10 karyawan dengan upah Rp. 8000,- – 9000,- perhari, yang dihasilkan dari usaha ini juga baru berkisar pada angka kiloan, yaitu 1-10 kg perhari. Tetapi, saat ini usaha tersebut telah memiliki karyawan yang berjumlah ± 80 orang dengan upah Rp.10.000,- bagi perempuan dan Rp.15.000,- bagi laki-laki. Dengan 8 kubung (rumah tempat budi daya) yang dimiliki saat ini dengan ukuran masing-masing 23 M × 14 M, tiap kubung berisi 40 ribu bag lock (media tanam) jamur yang dihasilkan sudah mencapai 5 atau 6 kwintal, bahkan bisa mencapai 1 ton perhari, dengan harga Rp.7.700 - Rp.8000 perkilo penghasilan yang didapat saat ini telah mencapai Rp. 4.000.000 - Rp. 5.000.000 perhari, bahkan bisa lebih banyak.

Untuk pemasarannya, biasanya ada 5 suplier yang datang setiap harinya ke tempat ini. Jadi mereka tidak kesulitan lagi dalam memasarkan jamur yang mereka hasilkan. Karena jamur itu tidak tahan lama, hanya kuat sekitar 3 hari. Jika satu hari tidak terjual maka kualitasnya menjadi kurang bagus. Selain diambil oleh suplier, hasil dari jamur tersebut juga diolah menjadi produk jadi yaitu “kripik kamur” dan dipasarkan ke berbagai daerah.

sudah ada rencana untuk memperluas lagi lahan yang ada hingga mencapai lebih dari 1 hektar. Selain bimbingan dalam rangka memajukan usaha, masyarakat sekitar pun mendapat bimbingan dalam berbagai hal yang menjadi kebutuhan mereka, seperti tata cara menyelenggarakan berbagai acara dengan baik, dan sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat sekitar merasa sangat terbantu dengan hadirnya LAZNAS BSM di daerah mereka.

D. Analisis Peluang & Kendala Pola Pendayagunaan Dana Zakat Pada LAZNAS BSM

1. Analisis SWOT Penyaluran Zakat pada LAZNAS BSM

a. Strength (Kekuatan)

Lembaga perlu melihat terlebih dahulu kekuatan yang dimiliki, sekalipun kekuatan ini tidak sepenuhnya merupakan keunggulan bersaing. Yang penting bagi lembaga adalah memiliki kekuatan yang relatif besar untuk faktor mikro dibandingkan dengan pesaingnya. Kekuatan yang dimiliki LAZNAS BSM adalah:

1) Sumber dana dari Bank Syariah Mandiri, walaupun kedua lembaga tersebut memiliki sistem yang terpisah tetapi keduanya memiliki kesepakatan (MoU) yang menyatakan bahwa zakat perusahaan PT.Bank Syariah Mandiri dan pegawainya dikelola oleh LAZNAS BSM

73

2) Banyaknya cabang pembantu (jaringan). Jaringan LAZNAS BSM adalah seluruh kantor cabang Bank Syariah Mandiri dan Lembaga-lembaga yang bekerja sama dengan LAZNAS BSM. Sekarang jumlahnya cukup banyak dan tersebar di seluruh Indonesia.

3) SDM yang berkualitas, para amil yang berada di LAZNAS BSM adalah tenaga-tenaga profesional yang memiliki latar belakang berbeda-beda dan memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi. Dan semuanya dapat bekerjasama sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

4) ATM 24 jam. Muzakki dapat membayarkan zakatnya di seluruh ATM BSM atau dengan mentransfer ke rekening BSM.

b.Weaknesses (Kelemahan)

Selain kekuatan yang dimiliki, Lembaga Amil Zakat (LAZ) juga harus merinci apa saja kelemahan-kelemahannya. Hal ini penting, agar dapat diatasi terlebih dahulu atau minimal bisa diminimalisir sebelum Lembaga Amil Zakat (LAZ) terjun di area persaingan.

Kelemahan yang dimiliki LAZNAS BSM adalah :

1) Sumber dana yang sedikit, saat ini LAZNAS BSM yang memiliki 3 sumber utama penggalangan zakat yaitu : PT. Bank Syariah Mandiri, pegawainya dan nasabahnya. Belum ada kerja sama dengan lembaga

memiliki minimal 10 sumber pengalangan dana.

2) Kurangnya SDM. Jumlah amil di LAZNAS BSM sedikit, jadi banyak program-program yang kurang efektif karena tidak ada yang bertanggung jawab secara langsung

3) kurang promosi ke masyarakat, hal ini mengakibatkan banyak masyarakat yang tidak mengetahui keberadaan LAZNAS BSM.

c. Opportunities (Peluang)

Peluang Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah area yang menarik untuk kegiatan pemasaran Lembaga Amil Zakat (LAZ), di mana lembaga ini akan meraih keunggulan dalam bersaing. Peluang yang dimiliki LAZNAS BSM adalah :

1) Potensi zakat yang cukup besar

2) Kesadaran masyarakat untu membayar zakat tengah membaik

3) Memiliki UU yang mendukung.

d. Threaths (Kendala)

Kendala adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kinerja LAZNAS BSM Umat, diantaranya adalah :

1) Banyaknya pesaing, seiring dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat akan ajaran agama Islam yang ditunjukkan dengan

75

tumbuhnya lembaga-lembaga ekonomi syariah, maka zakat sebagai suatu kewajiban yang harus dijalankan pun ikut berkembang. Sehingga tumbuh kembangnya Lembaga Amil Zakat pun tidak bisa dihindarkan.

2) Kurangnya partisipasi masyarakat, karena muzakki itu adalah umat muslim atau masyarakat, maka hubungan antara Lembaga Amil Zakat dan mereka pun harus dibina.

3) Tidak adanya peta wilayah mustahik yang dijadikan pedoman dalam penyaluran zakat agar penyalurannya lebih efektif

4) Lemahnya pengawasan, karena jumlah amil yang terbatas, sehingga dalam pemberdayaan belum dapat melakukan pembinaan dan pendampingan secara maksimal kepada mustahik dalam kegiatan usahanya.

Dengan melakukan analisis SWOT, maka suatu lembaga diharapkan dapat :

1) Mengembangkan metode penggalangan dana yang dibangun di atas kekuatan lembaga LAZNAS BSM

2) Menghindari atau mengatasi kelamahan-kelemahan yang dimiliki

3) Meraih peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan

4) Mengembangkan cara-cara untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul

Tabel 5

Analisis SWOT pendayagunaan zakat

STRENGHTS (KEKUATAN) WEAKNESSES (KELEMAHAN) IFAS EFAS

1. Sumber dana pasti dari BSM 2. Banyaknya jaringan 3. SDM yang berkualitas 4. Memiliki fasilitas ATM 24 jam 1. Kurang kerjasama dengan perusahaan 2. Kurangnya SDM 3. Kurangnya promosi ke masyarakat OPPORTUNITIES (PELUANG) STRATEGI S+O STRATEGI W+O

1. Potensi zakat yang besar 2. Kesadaran masyarakat tentang zakat membaik 3. Memiliki UU yang mendukung 1. Meningkatkan sosisalisasi dan inovasi 2. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan 1. Menambah pegawai 2. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain 3. Mengadakan pelatihan THREATHS (KENDALA) STRATEGI S+T STRATEGI W+T 1. Banyaknya pesaing 2. Kurang partisipasi masyarakat dalam penghimpunan 3. Tidak adanya peta

wilayah mustahik

1. Memberikan pelayanan terbaik 2. Memaksimalkan

fungsi jaringan dan cabang-cabang

1. Melibatkan ormas-ormas Islam 2. Meningkatkan

77

Melalui mekanisme koleksi data akan menghasilkan beberapa temuan/identifikasi yang berupa daftar panjang di tiap aspek SWOT yang ada, dengan kedalaman informasi yang berbeda-beda dan bervariasi, maka temuan-temuan tersebut perlu kiranya untuk disamakan persepsinya di antara stakeholder, yaitu dengan cara menyusun setiap temuan yang ada pada masing-masing aspek SWOT, seperti tabel berikut ini :

Tabel 6

Hasil identifikasi analisis SWOT

Bobot

No Aspek SWOT Hasil Identifikasi A B C

1. Kekuatan

1. Sumber pendanaan dari BSM 2. Banyaknya jaringan 3. SDM yang berkualitas √ √ √ 2. Kelemahan

1. Kurang kerjasama dengan perusahaan

2. Kurangnya SDM

3. Kurangnya sosialisasi √

3. Peluang 2. Kesadaran masyarakat tentang zakat membaik

3. Memiliki UU yang mendukung

4. Kendala

1. Banyaknya pesaing

2. Kurang partisipasi masyarakat dalam penghimpunan

3. Tidak adanya peta wilayah mustahik

Keterangan: kategori bobot A adalah paling berpengaruh / signifikan, demikian selanjutnya sampai bobot C sebagai ukuran yang paling rendah

Berdasarkan pendekatan tersebut, kita dapat menentukan berbagai kemungkinan yang dapat diambil oleh LAZNAS BSM dalam hal strategi-strategi yang dapat diambil dalam menghimpun dan menyalurkan zakat, yaitu:

1. Meningkatkan sosialisasi dan inovasi

79

3. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain

4. Mengadakan pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar tentang zakat

5. Memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat

6. Mengoptimalkan fungsi jaringan cabang-cabang di daerah

7. Melibatkan ormas-ormas Islam dalam penggalangan maupun penyaluran zakat

79

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mekanisme penghimpunan zakat pada LAZNAS BSM ada tiga cara, yaitu: Melalui Kantor cabang BSM, mesin ATM BSM dan SMS Banking BSM. Sedangkan mekanisme penyaluran zakat pada LAZNAS BSM itu ada dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Langsung maksudnya LAZNAS BSM menyalurkan zakat langsung kepada para mustahik, baik dengan cara LAZNAS BSM mendatangi mereka maupun mereka yang datang ke kantor LAZNAS BSM. Dan tidak langsung maksudnya ialah LAZNAS BSM bekerjasama dengan mitra-mitra kerjanya seperti BMT-BMT maupun yayasan-yayasan dalam menyalurkan zakat kepada para mustahik.

2. Pola pemberdayaan dana zakat pada LAZNAS BSM dilakukan dengan tiga program, yaitu : Mitra umat, untuk pemberdayaan ekonomi. Didik Umat, untuk peningkatan pendidikan. Dan Simpati Umat, untuk memenuhi kebutuhan hidup mustahik. Dalam hal pemberdayaan ekonomi, LAZNAS BSM memiliki 2 cara dalam menyalurkannya, yaitu: dengan mendirikan usaha dan membiayai usaha. LAZNAS BSM mendirikan usaha budi daya jamur tiram di daerah Bogor sejak tahun 2008. Untuk usaha yang mendapat pembiayaan, saat ini LAZNAS BSM sudah tidak melakukan pendampingan kepada mereka secara langsung, hal ini disebabkan oleh minimnya SDM yang

80

ada. Jadi saat ini pendampingan kepada mustahik yang mendapat dana untuk usaha dilakukan oleh cabang-cabang atau BMT-BMT yang bekerja sama dengan LAZNAS BSM. Dan akad yang dilakukan LAZNAS BSM kepada cabang-cabang atau BMT-BMT yang menjadi mitranya adalah dalam bentuk

“Hibah”. Adapun akad mitra tersebut kepada mustahik itu diserahkan

sepenuhnya kepada mereka karena mereka yang melakukan pembinaan.

3. Dari hasil analisa SWOT terhadap pendayagunaan zakat pada LAZNAS BSM dapat disimpulkan bahwa peluang yang ada bagi LAZNAS BSM, yaitu : Potensi zakat yang besar karena mayoritas warga Indonesia adalah muslim, kesadaran masyarakat tentang zakat tengah membaik dan lembaga zakat telah memiliki UU yang mendukung. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi adalah banyaknya pesaing atau lembaga-lembaga zakat yang lain, kurang partisipasi masyarakat dalam penghimpunan dan tidak adanya peta wilayah mustahik.

B. Saran

1. LAZNAS BSM sebaiknya menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga atau perusahaan-perusahaan lain dalam hal penggalangan dana agar mendapat hasil yang maksimal dan dapat berkembang lebih baik lagi. Agar manfaatnya dirasakan oleh masyarakat secara lebih luas.

hal menyalurkan zakat kepada masyarakat. Baik dalam pemetaan wilayah mustahik maupun dalam penentuan prioritas penanggulangan. agar terjadi pemerataan kepada para mustahik dan para mustahik mendapat hak-haknya dan agar supaya kemiskinan di Indonesia dapat dientaskan.

3. LAZNAS BSM harus memiliki hubungan yang intens dengan para mustahik yang diberdayakan, khususnya yang mendapat dana Mitra Umat. Baik dengan menambah pegawai maupun dengan memanfaatkan mitra-mitra kerja yang ada untuk membina dan mengawasi usaha mereka. Agar tujuan kemandirian umat dapat tercapai di masyarakat.

4. Data mustahik harus diklasifikasi kepada kelompoknya masing-masing, agar jelas perbedaan antara mustahik atau bukan serta dapat diketahui kelompok mustahik mana yang mendominasi dalam hal penerimaan zakat sehingga hal ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan prioritas dalam hal penyaluran zakat.

82

DAFTAR PUSTAKA

Aflah, Kuntoro Noor dan Tajang, Mohd. Nasir, Zakat & Peran Negara. Jakarta: FOZ, 2006.

Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial; Dari soal lingkungan hidup, asuransi hingga

ukhuwah, Cet.III. Bandung: Mizan,1995.

Al-Jaziri, Abdurrahman, Fiqih Empat Mazhab,bab 4. Penerjemah Chatibul Umam, dkk. T.tp., Darul Ulum press, 1996.

Amelia Fauzia, dkk. Filantropi Islam dan keadilan Sosial. Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

Asy-Syarbani, Syamsuddin Muhammad bin al-Khotib, Mugnil Muhtaj, Juz 1. Beirut: Dar El-Fikr, 2003.

Badriadi, Lili, dkk. Zakat & Wirausaha. Jakarta: CED, 2005.

Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Mu’jam Mufahras Lil Alfazh Qur’an

al-Karim. Kairo: Daar al-Hadits, 2001.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT Syaamil Cipta Media, 2004

Djajuli, Akhmad dan Djanwari, Yadi. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam perekonomian modern. Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

______________ dan Tanjung, Hendri. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Hasan, M.Ali, Masail Fiqhiyah, cet.4. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003. Hawkin, Joyce M. Kamus Dwi Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. Oxford,

Erlangga,1996.

Hejazziey, Djawahir. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah & Hukum, 2007.

Kurniawati, Kedermawanan kaum muslimin; Potensi dan Realita Zakat masyarakat

______________, Risalah Zakat. Jakarta. 2003.

Mas’udi, Masdar F, dkk. Reinterpretasi Pendayagunaan Zakat. Jakarta: PIRAMEDIA, 2004.

Mufraini, M. Arif, Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana, 2006.

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab. Penerjemah Masykur A.B, dkk -Cet.19-. Jakarta: Lentera, 2007.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS, 2008.

Qadir, Abdurrachman, Zakat dalam dimensi sosial dan mahdhah. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2001.

Qhardawi, Yusuf, Fiqh Zakat, juz I, Cet.4. Beirut: Muassasah al-Risalah, 1997.

______________, Hukum Zakat: studi komparatif mengenai status dan filsafat zakat

berdasarkan Qur’an dan Hadis. Penerjemah Salman Harun, dkk. Bogor:

Pustaka Litera AntarNusa, 1996.

Sabiq, Syaikh as-Sayyid, Panduan Zakat. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005. Shihab, Quraisy, Tafsir Al-Misbah, vol.5. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Subagyo. Metodologi Penulisan dan Penelitian. Jakarta: Fajar,tth.

Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang: UIN-Malang Press, 2007. Widodo, Hertanto dan Kustiawam, Teten, Akuntansi & Manajemen Keuangan Untuk

Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2001.

IMZ, “Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Sipil Kelola Zakat:Kunci Sukses Berdayakan Ummat” artikel diakses pada 16 Nopember 2010 dari http://imz.or.id/new/events/336/sinergi-pemerintah-dan-masyarakat-sipil-kelola-zakat/

84

FOZ, “Profil Forum Zakat ”, diakses pada 20 Nopember 2010 dari http://www.forumzakat.net/index.php?act=latarbelakang

LAZNAS BSM Umat, “Laporan Keuangan”, artikel diakses pada 12 Nopember 2010 dari http://laznasbsm.or.id/index.php?option=com_phocadownload&view=cat egory&id=1&Itemid=5

PIRAC, “Survei Perilaku Menyumbang Masyarakat” artikel diakses pada 16 Nopember 2010 dari http://pirac.org/teliti_RT.htm

Raharjo,Budi, “Menyalurkan Zakat melalui Bank Syariah”, diakses pada 21 Nopember 2010 dari http://www.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/berita/10/06/30/122481

Wikipedia, “Penelitian Lapangan” artikel diakses pada 25 Nopember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_lapangan

Arif Irwansyah, “Penerapan Pasar Uang Antarbank Syariah Pada Bank Bukopin Unit Usaha Syariah,” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Jabatan : Wakil Direktur LAZNAS BSM Umat

Alamat kantor : Wisma Mandiri lantai II, Jl. MH. Thamrin No.5 Jakarta No. Telp : 081513956225

1. Bagaimana latar belakang berdirinya BSM ?

Jawab : Lembaga Amil Zakat BSM (LAZNAS BSM) lahir dari kesadaran tulus untuk meningkatkan kepedulian terhadap penderitaan saudara sesama muslim. Kemiskinan yang kian meningkat, lapangan kerja yang sempit, bencana alam yang melanda berbagai daerah yang melahirkan ribuan pengungsi, anak-anak putus sekolah dan minimnya perhatian terhadap para janda tua dan kaum jompo menjadi titik tolak berdirinya LAZNAS BSM.

2. Apa visi dan misi BSM ? Jawab :

Visi LAZNAS BSM:

Menjadi lembaga pemberdayaan umat yang terpercaya. Misi LAZNAS BSM:

1. Berperan aktif dalam penghimpunan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf Umat

serta menyalurkannya untuk kesejahteraan Umat.

2. Senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik sebagai identitas LAZ yang

profesional.

3. Melaksanakan kegiatan dengan keterbukaan dan berpegang teguh pada

ketentuan Syariah Islam.

Jawab : Program LAZNAS BSM Umat ada 3, yaitu : Mitra Umat, untuk pertahanan ekonomi. Didik Umat untuk Pemdidikan dan Simpati Umat untuk memenuih kebutuhan hidup masyarakat yang kurang mampu

4. Bagaimana LAZNAS BSM Umat melakukan penggalanangan dana?

Jawab : Dengan bekerja sama dengan PT. Bank Syariah Mandiri. Jadi sumber utama dana LAZNAS BSM Umat adalah 1. zakat perusahaan Bank Syariah Mandiri, 2. Zakat dari gaji karyawan Bank Syariah Mandiri, 3. Nasabah (funding;deposito, tabungan) Bank Syariah Mandiri, 4.masyarakat umum (ATM) 5. Dengan sistem dan pendekatan apa yang bapak/ibu lakukan. Apakah sudah

efektif, ?

Jawab : Sangat efektif, karena lembaga lain kesulitan mencari dana, sedangkan LAZNAS BSM Umat punya sumber yang pasti yaitu zakat perusahaan yang jumlah cukup besar

6. Dan bagaimana cara evaluasi terhadap pelaksanaan penggalangan dana.?

Jawab : Evaluasi itu begini, disini kan ada dewan pembina. Mereka yang selalu mengkritisi, jadi evaluasi itu banyak kita terima dari mereka, disamping juga evaluasi-evaluasi bulanan yang rutin kita lakukan.

7. Apakah LAZNAS BSM Umat melakukan dengan sinergi dengan lembaga lain dalam hal penggalangan dana ?

Jawab : Tidak, tidak ada kerjasama dengan lembaga lain dalam hal penggalangan dana selain kepada Bank Syariah Mandiri

8. Apakah bapak/ibu melihat lembaga amil zakat lain, sebagai saingan atau mitra.? Jawab : Zakat ini kan sebuah peradaban,kita sebagai umat islam harus mengembangkan itu. Tolak ukurnya kan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk membayar zakat dan itu harus kita dorong. Jadi kalau muncul LAZ-LAZ yang lain itu saya rasa bukan saingan. Semacam saling menguntungkan bagi kita dalam hal berlomba-lomba dalam kebaikan atau hal yang positif. Jadi semakin banyak LAZ yang muncul tidak menjadi masalah bagi LAZNAS BSM Umat, malah menjadi motivasi untuk memberikan inovasi yang lebih baik bagi masyarakat.

9. Apa yang menjadi penyebab mereka tertarik pada lembaga ini, sehingga mereka membayarkan zakat/infak dan shadaqahnya di sini.?

Jawab :

Dengan membuat program – program yang menarik yang sifatnya

memberdayakan masyarakat

Informasi balik (transparancy) kepada masyarakat, dengan membuat laporan

bulanan dan tahunan, melalui buletin yang disebarkan ke cabang-cabang Bank Syariah mandiri

11.Siapa saja umumnya mereka yang membayar zakat di sini?

Jawab : 1. Perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri, 2. Pegawainya, 3. Nasabahnya, 4. Masyarakat umum

12.Umumnya cara pembayaran dengan cara apa? Jawab : Melalui rekening

13.Bagaimana bapak/ibu melihat fenomena penghimpunan zakat saat ini, yang terkesan besaing antara satu laz dengan laz lain?

Jawab : Menurut saya, itu adalah berlomba-lomba dalam kebaikan, dan itu

Dokumen terkait