• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4: PEMBAHASAN

4.1 Proses Audit Secara Umum

4.1 Proses Audit Secara Umum

Proses audit laporan keuangan PT PQR (Persero) yang dilakukan oleh RSM AAJ Associates berdasarkan pada RSM Audit Methodology yang disusun dengan mengacu kepada International Standards of Auditing (ISA) dan RSM Quality Assurance and Risk Containment Policies. RSM Quality Assurance and Risk Containment Policies merupakan serangkaian pedoman dan peraturan bagi para auditor RSM AAJ Associates dalam mendesain suatu sistem pengendalian kualitas audit yang andal dan efektif. RSM Audit Methodology juga mempertimbangkan karakteristik bisnis dan risiko yang dihadapi klien.

Tahapan-tahapan proses audit dalam RSM Audit Methodology tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan fase pengauditan yang dijabarkan oleh Arens et al., (2009). RSM Audit Methodology membagi proses pengauditan ke dalam lima fase sebagai berikut:

1. Penerimaan dan peninjauan kembali atas klien (Client acceptance and re-evaluation)

Dalam fase ini auditor harus melakukan penilaian dan peninjauan atas klien baru atau untuk pengauditan yang baru pertama kali dilakukan (first time audit), peninjauan kembali untuk klien lama, dan meninjau kesepakatan perikatan audit antara auditor dan klien.

2. Perencanaan awal dan perencanaan audit (Preplanning and planning) Dalam fase ini auditor harus memahami seperti apa karakteristik bisnis, pengendalian internal, dan sistem informasi serta teknologi yang dimiliki oleh klien. Auditor juga harus melakukan penilaian atas risiko-risiko yang dihadapi klien seperti risiko-risiko bisnis dan risiko-risiko terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraud).

3. Pekerjaan lapangan untuk transaksi, akun, dan pengungkapan (Fieldwork – Transactions, accounts, and disclosures)

Fase ini menekankan pada prosedur yang harus dilakukan oleh auditor untuk mendapatkan keyakinan memadai atas transaksi, saldo akun, serta pengungkapan informasi keuangan yang dilakukan oleh klien. 4. Pekerjaan lapangan untuk entitas secara keseluruhan (Fieldwork –

Entity-wide program)

Fase ini mencakup peninjauan kepatuhan atas hukum dan regulasi yang berlaku, peristiwa setelah tanggal neraca, komitmen dan kontijensi, serta risalah rapat.

5. Penyelesaian dan pelaporan (Completion and reporting)

Dalam fase ini auditor harus melakukan evaluasi salah saji yang teridentifikasi selama audit, prosedur analitis akhir, evaluasi penyajian dan pengungkapan laporan keuangan, serta menyusun dan mengkomunikasikan management letter dan opini auditor atas laporan keuangan.

Tabel 4.1 – Perbandingan Proses Pengauditan antara Teori Arens dengan RSM Audit Methodology

Fase RSM Audit Methodology Fase Arens et al., (2009) 1 Penerimaan dan peninjauan

kembali atas klien

1 Perencanaan dan desain pendekatan audit

2 Perencanaan awal dan perencanaan audit

3 Pekerjaan lapangan untuk transaksi, akun, dan pengungkapan

2 Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi

3 Pengujian prosedur analitis dan pengujian rincian saldo

4 Pekerjaan lapangan untuk entitas secara keseluruhan (entity-wide program)

4 Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit

5 Penyelesaian dan pelaporan

41

Tabel 4.1 menjabarkan perbandingan antara fase pengauditan menurut RSM Audit Methodology dan teori menurut Arens et al., (2009). Menurut RSM Audit Methodology, proses pengauditan dimulai dari fase penerimaan dan peninjauan ulang atas di mana auditor harus melakukan evaluasi atas klien dan perikatan audit yang akan disepakati bersama.

Fase selanjutnya adalah perencanaan awal dan perencanaan audit di mana auditor harus memahami karakteristik bisnis, pengendalian internal, sistem informasi, teknologi, serta risiko yang dihadapi oleh klien. Informasi-informasi yang didapat dari langkah-langkah tersebut akan sangat bermanfaat bagi auditor dalam penetapan nilai materialitas yang akan digunakan dalam kertas kerja pengauditan. Fase pertama dan kedua tersebut sesuai dengan fase pertama pengauditan yang dijabarkan oleh Arens et al, (2009), yakni fase perencanaan dan desain pendekatan audit. Rangkaian tahapan tersebut sesuai dengan konsep yang dijabarkan oleh Arens et al, (2009), di mana tahapan-tahapan itu akan berujung pada pengembangan rencana dan program audit yang efektif dan efisien.

Fase ketiga dari RSM Audit Methodology berfokus pada prosedur pekerjaan lapangan (fieldwork) khususnya untuk transaksi, saldo akun, dan pengungkapan. Fase tersebut sama dengan cakupan fase kedua dan ketiga dari proses audit menurut Arens et al, (20009), yang terdiri dari pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian rincian saldo. Dalam fase ketiga ini, auditor harus melakukan pengujian atas pengendalian internal, prosedur analitis, pengambilan sampel, dan pengujian substantif serta rincian saldo yang memadai.

Fase keempat dari RSM Audit Methodology adalah pekerjaan lapangan untuk lingkup entitas secara keseluruhan (fieldwork – entity-wide program). Pekerjaan lapangan ini dilakukan sejalan dengan pekerjaan lapangan pengauditan atas transaksi, akun, dan pengungkapan. Fase ini mencakup peninjauan kepatuhan atas hukum dan regulasi yang berlaku, peristiwa setelah tanggal neraca, komitmen dan kontijensi, serta risalah rapat. RSM Audit Methodology mengelompokkan prosedur-prosedur tersebut ke dalam fase tersendiri sementara Arens memasukkan beberapa prosedur serupa ke dalam

fase terakhirnya yakni penyelesaian dan penerbitan laporan audit. RSM Audit Methodology mengelompokkan fase tersendiri untuk pekerjaan lapangan lingkup entitas secara keseluruhan dengan pertimbangan bahwa dengan begitu auditor dapat berfokus pada kondisi entitas secara keseluruhan dan melakukan prosedur audit untuk fase ini secara komprehensif. Fase ini dilakukan bersamaan dengan fase ketiga (pekerjaan lapangan untuk transaksi, akun, dan pengungkapan) agar auditor dapat segera memiliki informasi penting dan krusial terkait entitas secara keseluruhan yang berpotensi mempengaruhi kinerja pekerjaan lapangan.

Fase pengauditan yang terakhir menurut RSM Audit Methodology adalah fase penyelesaian dan pelaporan. Langkah-langkah dalam fase ini kurang lebih sama dengan fase terakhir (penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit) yang dituturkan oleh Arens et al, (2009). Dalam fase ini, RSM Audit Methodology menyatakan bahwa auditor sebaiknya melakukan peninjauan atas salah saji dan bukti audit yang teridentifikasi selama proses audit. Auditor juga harus meninjau apakah penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan tersebut telah memenuhi standar akuntansi keuangan. Hasil dari peninjauan tersebut menjadi bahan pertimbangan penting dalam menyusun opini laporan keuangan dan poin-poin untuk disertakan dalam management letters.

Secara garis besar, fase pengauditan menurut RSM Audit Methodology telah sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh Arens et al, (2009). Proses pengauditan yang diterapkan RSM Audit Methodology secara keseluruhan memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan dan memiliki kesesuaian dengan teori yang ada. Hanya saja RSM Audit Methodology menekankan pentingnya penerimaan dan peninjauan kembali atas klien (Client Acceptance and Re-evaluation) dan pekerjaan lapangan untuk entitas secara keseluruhan (Fieldwork – Entity-wide Program) dengan mengelompokkan masing-masing prosedur yang terkait ke dalam satu fase khusus yang terpisah dari fase lainnya.

Kedua fase tersebut diklasifikasikan tersendiri dengan pertimbangan bahwa masing-masing prosedur dalam fase tersebut perlu dilakukan secara fokus dan komprehensif namun tetap saling bersinergi dengan fase lainnya

Dokumen terkait