• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.2. Landasan Teori

2.2.2. Proses Belajar

2.2.2.1. Pengertian Proses Belajar

Istilah belajar yang dimaksud disini adalah belajar dalam arti kata yang sangat umum, bukan hanya menyangkut proses belajar formal yang biasa dilakukan dibangku sekolah, tetapi juga proses belajar yang dilakukan melalui pelatihan-pelatihan ataupu seminar-seminar yang diselenggarakan oleh suatu lembaga pendidikan luar sekolah maupun lembaga pendidikan tinggi, balai pelatihan departemen, atau dinas tertentu. Selain itu, seseorang pemilik juga dituntut memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya, serta belajar dari kebehasilan maupun kegagalan di masa lalu.

Proses belajar, merupakan perubahan yang relatif konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu pengalaman atau latihan (Robbins,1993). Pengertian proses belajar dari sudut pandang psikologi lebih luas dari pengertian masyarakat awam pada umumnya yang menganggap bahwa belajar merupakan aktivitas yang berkaitan dengan

lembaga pendidikan. Dari pengertian diatas ada tiga komponen belajar yaitu pertama, belajar melibatkan adanya perubahan. Perubahan tersebut bisa naik bisa juga turun bagi organisasi. Kedua, perubahan yang terjadi relatif permanen. Perubahan perilaku yang bersifat sementara menunjukkan kegagalan dari proses belajar. Ketiga, definisi terjadi apabila dalam pikiran atau sikap seseorang, jika tidak diikuti oleh adanya perubahan perilaku, maka tidak dapat dikatakan sebagai belajar.

Dengan belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri, juga dari kegagalan maupun keberhasilan para manager dimasa-masa yang lalu adalah merupakan contoh dari proses belajar yang dapat dimanfaatkan oleh para manager dalam menunjang keberhasilan perusahaan dimasa yang akan datang.

Menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich (1996 : 127), belajar merupakan salah satu proses fundamental yang mendasari perilaku. Sebagian besar perilaku dalam organisasi adalah perilaku yang diperoleh dengan belajar. Proses belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana terjadi perubahan perilaku sebagai hasil dari praktek.

Menurut Robbins (1996 : 99), belajar dapat didefinisikan sebagai segala perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Dengan kata lain pengalaman yang merupakan hasil kontak antara manusia dengan lingkungan juga dapat menjadi sarana proses belajar.

Berdasarkan beberapa definisi diatas disimpulkan bahwa belajar adalah proses terjadinya perubahan relatif permanen dari

perilaku-perilaku, baik yang diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan non-formal.

2.2.2.2. Teori Proses Belajar

Teori pembelajaran sosial yaitu orang dapat belajar lewat pengamatan dan langsung serta pentingnya persepsi dalam belajar. Orang-orang menanggapi bagaimana mereka membayangkan dan didefinisikan konsekuensi-konsekuensi, bukan pada konsekuensi objektif itu sendiri (Robbins, 2001: 69).

Pengaruh model bersifat sentral itu sangat penting bagi titik pandang pembelajaran sosial. Pengaruh yang akan dikenakan oleh suatu model pada seseorang individual ada empat proses :

1. Proses-proses perhatian (atentional). Orang hanya belajar dari suatu atau seorang model bila mereka mengenali dan menaruh perhatian pada perwajahannya yang menentukan.

2. Proses-proses penahanan (retensi). Pengaruh suatu model akan tergantung pada betapa baik individu mengingat tindakan model itu setelah model itu lagi mudah tersedia.

3. Proses-proses reproduksi motor. Setelah seseorang menyaksikan sebuah perilaku baru dengan mengamati model itu, pengamatan itu harus diubah menjadi pelaksanaan atau perbuatan.

4. Proses-proses penguatan (reinforcement). Individu-individu akan dimotivasi untuk memperagakan perilaku bermodel juga disediakan rangsangan positif atau ganjaran. Perilaku yang diperkuat itu akan

diberi perhatian yang lebih besar, dipelajari lebih baik,dan dilaksanakan lebih sering.

Menurut Indriyo G (1997:25) ada tiga teori yang menjelaskan proses tentang pola perilaku, yaitu :

1. Pengkondisian Klasik

Adalah jenis pengkondisian dimana tanggapan seseorang terhadap stimulus (rangsangan) tidak selalu tanggap. Studi pengkondisian klasik ini mencoba menggungkapkan tentang keterkaitan stimulus atau rangsngan dengan respon atau tanggapan, dengan melalui proses belajar stimulus yang dikondisikan sehingga dapat mengahasilkan respon yang dikondisikan.

2. Pengkondisian Operan

Menurut pengkondisian operan bahwa perilaku merupakan fungsi dari akibat itu sendiri. Kecenderungan mengulangi suatu perilaku tertentu dipengaruhi oleh penguatan yang disebabkan oleh akibat perilaku tersebut.

3. Pengkondisian sosial

Merupakan suatu proses belajar yang dilakukan melalui suatu pengamatan dan pengalaman yang dialami secara langsung. Proses belajar yang dialami seseorang pada umumnya melalui pengamatan dilakukan terhadap orangtuanya sendiri, guru, teman, atasan, dan orang-orang lain di sekelilingnya. Pengkondisian sosial ini merupakan suatu fungsi dari konsekuensi perilaku tersebut, termasuk juga observasi dan persepsinya dalam belajar.

dengan prestasi tinggi bila mereka melihat suatu kemungkinan (probabilitas) tinggi bahwa usaha-usaha mereka akan mengarah ke prestasi tinggi, suatu probabilitas tinggi prestasi tinggi akan mengarah ke hasil-hasil yang menguntungkan. (Handoko, 2001: 263)

2.2.3. Motivasi

2.2.3.1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi diambil dari istilah latin movere, berarti “pindah“. Dalam konteks sekarang, motivasi adalah proses-proses yang meminta pengarahan, arahan dan menetapkan tindakan sukarela yang mengarah pada tujuan.

Menurut Gibson (1996 : 185), motivasi merupakan konsep yang kita gunakan untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada atau didalam seorang individu yang mengerakkan dan mengarahkan perilaku.

Selanjutnya menurut Indriyo G (1997 : 28), motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Proses timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan.

Sedangkan menurut Handoko (2001 : 251), motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi manajer, karena menurut definisi pemilik harus bekerja dengan dan melalui orang lain.

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa motivasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang memberikan dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan agar dapat tercapai tujuan.

2.2.3.2. Teori Motivasi

Semua tingkah laku manusia pada dasarnya mempunyai motif tertentu, dan motif merupakan tenaga penggerak atau dorongan, keinginan, hasrat yang ada didalam diri manusia untuk melakukan sesuatu atau menyebabkan oranglain berbuat sesesuatu, motif memberi tujuan dan arah pada perilaku seseorang.

Menurut Handoko (1984 : 255), mengatakan bahwa teori-teori motivasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Teori-teori petunjuk (prescpriptive theories), mengemukakan bagaimana memotivasi para karyawan. Teori-teori ini didasarkan atas pengalaman coba-coba.

2. Teori-teori isi (content theories), kadang-kadang disebut teori-teori kebutuhan (need theories) adalah berkenaan dengan pertanyaan “apa penyebab-penyebab perilaku” atau memusatkan pada pertanyaan “apa“dari motivasi.

3. Teori-teori proses (process theories), berkenaan dengan bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan atau menjelaskan aspek “bagaimana“ dari motivasi.

1996: 188), yaitu :

1. Teori Motivasi Kepuasan

Teori kepuasan memusatkan diri pada kebutuhan individu didalam menjelaskan kepuasan kerja, perilaku kerja dan sistem imbalan teori ini menyatakan bahwa definisi kebutuhan didalam diri individu menentukan respon perilaku

a. Teori Hirarki kebutuhan Maslow

Teori Maslow menganggap bahwa orang mencoba memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar sebelum mengarahkan perilaku dalam memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.

1) Fisiologi : Merupakan hirarkhi kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makanan, minuman, tempat tinggal, oksigen, sembuh dari rasa sakit, dll.

2) Keamanan dan keselamatan : kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan untuk kemerdekaan dari ancaman, seperti keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam, jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja, dll.

3) Rasa memiliki, sosial, dan kasih sayang : jika kebutuhan fisologis dan rasa aman telah terpuaskan maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan atas persahabatan, berkelompok, interaksi dan kasih sayang. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok

kerja yang kompak, supervise yang baik, rekreasi bersama. 4) Penghargaan : kebutuhan keinginan untuk dihormati,

dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang. b. Teori ERG- Aldefer

Teori ini mengkategorikan kebutuhan atas :

1) Eksistensi : Kebutuhan eksistensi ini sama dengan kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan eksistensi berupa semua kebutuhan fisiologis dan material dan kebutuhan rasa aman seperti kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan keamanan. Sedangkan dalam organisasi kebutuhan ini termasuk didalamnya seperti upah, kondisi kerja, jaminan sosial, dll.

2) Keterkaitan : kebutuhan akan keterkaitan sama dengan kebutuhan sosial. Kebutuhan akan keterkaitan meliputi semua bentuk kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan hubungan antarpribadi ditempat kerja.

3) Pertumbuhan : kebutuhan pertumbuhan ini meliputi semua kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan potensi seseorang termasuk kebutuhan aktualisasi diri. Kepuasan atas kebutuhan pertumbuhan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu tugas tidak saja ingin menggunakan dan menunjukkan kemampuan secara maksimal tetapi juga untuk dapat mengembangkan kemampuan baru.

c. Teori dua faktor- Herzberg

Penjelasan motivasi kepuasan lainnya dikemukan oleh Frederick Herzbeg (1959), ia mengatakan teorinya pada suatu penelitian pemuasan kebutuhan dan pada dampak terhadap motivasi yang dilaporkan tentang pemuasan di atas 200 ahli teknik dan akuntan. Teori itu disebut sebagai teori motivasi dua faktor, yaitu :

1) Faktor-faktor pemeliharaan (Maintenance factors)

Beberapa kondisi dari suatu pekerjaan terutama menyebabkan ketidakpuasan para pegawai bila kondisi tersebut tidak ada. Herzberg juga mencatat bahwa banyak diantara kondisi itu sering dirasakan oleh para pemilik sebagai faktor yang dapat memotivasi bawahan, tetapi kenyataan kondisi itu lebih potensial sebagai bukan pemuas kalau kondisi tersebut tidak ada. Ini adalah faktor yang membuat orang merasa tidak puas, serangkaian kondisi ekstrinsik ini antara lain : upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat, dengan atasan, maupun dengan bawahan.

2) Faktor-faktor motivasi (Maintenance Factor)

Beberapa kondisi kerja membentuk motivasi dan kepuasan kerja yang tinggi, yang apabila didalam pekerjaan yang akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat dan

baik. Jika kondisi ini tidak ada maka ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkaian kondisi intrisik antara lain: prestasi, pengakuan, tanggungjawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan berkembang.

d. Teori Motivasi Prestasi dari McClelland

David McCllelland dan para peneliti lainnya mengemukakan bahwa ada korelasi positif antara kebutuhan berprestasi dengan prestasi dan sukses pelaksanaan.

McCllelland mengemukakan bahwa kebutuhan prestasi tersebut dapat dikembangkan pada orang dewasa. Orang-orang yang berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karateristik tertentu yang dapat dikembangkan, yaitu :

1) Menyukai pengambilan resiko yang layak (moderat) sebagai fungsi keterampilan, bukan kesempatan, menyukai suatu tantangan dan menginginkan tanggungjwab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.

2) Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi yang layak dan menghadapi resiko yang sudah diperkirakan.

3) Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang telah dikerjakannya.

4) Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan memiliki kemampuan-kemampuan organisasional.

2. Teori Motivasi Proses

Teori ini berguna untuk setiap orang yang mau berusaha dan bekerja keras sesuai dengan harapan. Jika seseorang mempunyai harapan yang tinggi maka semangat kerja bagus namun apabila seseorang harapan kurang maka akan berpengaruh dari menurunkan kualitas kerjanya. Menurut Handoko (1984 : 263) mengatakan bahwa ada 3 macam teori motivasi proses yaitu :

a. Teori pengharapan

Teori pengharapan ini dikemukan oleh Victor Vroom, ia mengatakan bahwa orang dimotivasi untuk bekerja bila mereka mengharapkan usaha-usaha yang ditingkatkan akan mengarahkan ke balas jasa tertentu dan menilai balas jasa sebagai hasil dari usaha-usaha mereka.

b. Teori keadilan

Teori ini mengemukakan bahwa orang akan selalu cenderung membandingkan antara masukan-masukan yang mereka berikan pada pekerjaannya dalam bentuk pendidikan, pengalaman, latihan dan usaha dengan hasil-hasil yang mereka terima, seperti mereka membandingkan balas jasa yang diterima karyawan lain dengan yang diterima dirinya untuk pekerjaan yang sama.

c. Teori pengukuhan

Teori ini didasarkan pada hubungan sebab akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi.

2.2.4. Kepribadian

2.2.4.1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian seseorang tidak sama persis dengan kepribadian orang lain. Kepribadian ini adalah sangat unik. Dengan kepribadian yang dimiliki seseorang, dia dapat memikat orang lain, orang menjadi simpati padanya, orang tertarik dengan pembicaraannya maka orang akan terkesima olehnya. Ada beberapa orang memiliki bersifat pasif dan pendiam, sementara yang lainnya ceria dan agresif. Ketika kita menggambarkan orang dari segi karakteristiknya, seperti pendiam, setia, ambisius, atau suka bergaul, kita mengkategorikan mereka dari segi sifat kepribadian.

Menurut Gibson (1991 : 70), kepribadian adalah pola perilaku dan proses mental yang unik yang mencirikan seseorang, kepribadian seseorang adalah seperangkat karakteristik yang relatip mantap, kecenderungan yang sebagian besar dibentuk oleh faktor-faktor sosial, kebudayaan dan lingkungan, jadi kepribadian disini meliputi karakteristik individu (merupakan ciri khas yang melekat dalam diri seseorang) dan lingkungan (merupakan faktor diluar individu yang dapat mempengaruhi keberadaan individu tersebut).

Menurut Indriyo G (1997 : 18), mengatakan bahwa kepribadian adalah cara seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan oranglain (Robbins 1993). Ada sejumlah teori tentang kepribdian, dan tidak ada suatu teori yang dianggap paling baik. Untuk kondisi tertentu suatu teori mungkin lebih baik dalam menjelaskan perilaku atau meramalkan respon atau tanggapan seseorang.

2.2.4.2. Teori Kepribadian

Menurut Gibson (1996 :157) mengatakan untuk memahami kepribadian dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

1. Pendekatan ciri atau sifat (Trait theories)

Ciri didefinisikan sebagai kecenderungan yang dapat diduga, yang merupakan perilaku berbuat dengan cara yang konsisten dan khas.

2. Teori Psikodinamis ( Psycodinamis Theories )

Menurut Frued adalah susunan personalitas atau kepribadian seseorang itu dapat menjelaskan dengan kerangka ketidaksadaran. Freud menjelaskan bahwa ada tiga hal penting yang berhubungan, dan seringkali berlawanan, tiga hal itu adalah :

a. Identitas Diri

Merupakan bagian dari kepribadian dan tidak sadar, yang menjadi gudang bagi perangsang pokok. Bagian ini bekerja secara tidak rasional, tanpa mempertimbangkan apakah hal-hal

yang diinginkan itu mungkin dapat diterima secara normal atau tidak.

b. Superego

Adalah nilai dari individu termasuk sikap moral yang dibentuk oleh masyarakat.

c. Ego

Berfungsi sebagai penengah dalam pertentangan. Ego mewakili gambaran seseorang mengenai suatu kenyataan fisik dan sosial, suatu gambaran mengenai apa yang akan menimbulkan sesuatu dan hal-hal yang mungkin terjadi dalam dunia yang dialaminya.

3. Teori Humansitik (Humanistic Theories)

Teori menekankan pentingnya cara berpersepsi terhadap dunia mereka dan kekuatan yang mempengaruhinya. Pendekatan Carl Rogers atas pemahaman kepribadian adalah humanistic atau terpusat pada orang. Ia menasehatkan agar kita mendengarkan apa yang dikatakan orang mengenai dirinya sendiri dan memperlihatkan pandangan serta arti dari pengalaman dari orang-orang tersebut. Roger berkeyakinan bahwa perangsang organisme manusia yang paling mendasar adalah tertuju pada perwujudan diri, usaha keras yang terus menerus untuk mewujudkan potensi pada dirinya.

Dokumen terkait