• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses berkarya adalah rangkaian kerja dalam proses penciptaan karya. Untuk menciptakan karya seni grafis teknik alumunium lithografi ini memerlukan tahapan yang sistematis. Berikut adalah tahapan dalam proses penciptaan karya: 1. Tahap ke-1

Tahap awal dalam pembuatan karya adalah observasi untuk mengumpulkan data berupa foto Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan. Foto dengan berbagai sudut dan suasana ini menjadi bahan referensi untuk penyusun mengolah karya.

Gambar 3.23. Sundial (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

44

Fitri Salam Bhakti, 2014 2. Tahap ke-2

Tahap kedua ialah pembuatan sketsa yang digarap dengan menggunakan

oil pastel, karena oil pastel merupakan tekstur dari teknik alumunium lithografi

ini.

Gambar 3.24. Sketsa I (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.25. Sketsa II (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.26. Sketsa III (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.27. Sketsa 1V (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

46

Fitri Salam Bhakti, 2014

Gambar 3.28. Sketsa V (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.29. Sketsa VI (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3. Tahap ke-3

Tahap ketiga adalah mengampelas plat dengan ampelas. Ini dilakukan agar permukaan plat alumunium bergerigi dan menimbulkan tekstur crayon pada saat dicetak nanti. Ampelas ini bermacam-macam tipe untuk fungsi yang berbeda, pada teknik ini semua tipe bisa dipakai, tergantung tekstur apa yang diinginkan. Penyusun memilih tipe 180C, ampelas ini menghasilkan tekstur tidak terlalu kasar. Selain itu penyusun juga memilih tipe P120A, ampelas yang menghasilkan tekstur sangat kasar. Tekstur ini dapat membedakan karya satu dan selanjutnya, untuk menghasilkan karya

Gambar 3.30. Proses Ampelas pada Plat (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4. Tahap ke-4

Setelah selesai proses ampelas, plat alumunium dibersihkan dengan membasuh plat menggunakan air, supaya plat alumunium ini tidak kotor dan sisa bekas ampelas tidak tertinggal pada plat.

Gambar 3.31. Membersihkan Permukaan Plat dengan Air (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

48

Fitri Salam Bhakti, 2014 5. Tahap ke-5

Plat alumunium yang telah dibersihkan, kemudian ditiriskan hingga kering. Pengeringan ini dilakukan agar permukaan plat dapat digambar pada proses selanjutnya.

Gambar 3.32. Pengeringan Plat Alumunium (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

6. Tahap ke-6

Tahap ke enam dilakukan pemindahan gambar pada kertas roti lalu dipindahkan lagi melalui kertas karbon. Pada kertas roti karena kertas ini transparan dan dapat digunakan untuk mengukur plat pada ukuran gambar yang tersedia, sedangkan kertas karbon berfungsi untuk menggandakan gambar dari kertas roti atau sketsa pada permukaan plat alumunium.

Gambar 3.33. Pemindahan Sketsa Pada Kertas Roti (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.34. Pemindahan Gambar pada Plat Menggunakan Kertas Karbon (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

7. Tahap ke-7

Proses selanjutnya adalah menggambar dengan pensil lemak pada gambar yang sudah dipindahkan. Pensil lemak yang dipilih adalah eye liner padat yang mengandung lemak. Eye liner yang dipakai adalah jenis kosmetik palsu yang beredar di pasaran. Selain harganya murah eye liner ini memiliki kandungan lemak tinggi yang bagus untuk dipakai pada teknik ini namun berbahaya jika digunakan pada kulit, yang akan menimbulkan iritasi jika dipakai terus menerus.

Gambar 3.35. Proses Menggambar Menggunakan Pensil Lemak atau Eye Liner (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

8. Tahap ke-8

Pengolesan Gom Arab pada permukaan plat alumunium yang telah digambar. Gom Arab disini merupakan Gom Arab yang telah diproses melalui

50

Fitri Salam Bhakti, 2014

pelarutan dengan air selama semalam, setelah cair Gom dicampur dengan

Phosporic Acid pada botol kaca. Botol kaca ini membuat cairan ini lebih tahan

lama dibanding menggunakan botol plastik, ini dikarenakan botol kaca lebih kuat dan kedap udara. Larutan gom ini diolesi pada permukaan plat yang telah digambar menggunakan pinsil lemak, larutan ini berfungsi mengubah bagian lemak sensitif terhadap tinta cetak.

Gambar 3.36. Permukaan Plat yang Telah Diolesi Larutan Gom (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

9. Tahap ke-9

Setelah permukaan plat telah diolesi larutan Gom, plat alumunium ini dikeringkan agar larutan ini meresap pada permukaan. Waktu yang dibutuhkan pada proses pengeringan, penyusun membutuhkan waktu 1 hari sampai dengan 2 hari, agar gambar lebih tahan lama untuk sensitif pada tinta cetak ketika dicetak nanti.

Gambar 3.37. Pengeringan Plat Ketika Sudah Diolesi Larutan Gom (Sumber: Dokumentasi Pribadi

10. Tahap ke-10

Permukaan plat yang sudah kering dari larutan Gom, maka gambar yang dibuat dengan pensil lemak tadi dihapus dengan menggunakan terpentin. Karena bagian sensitif lemak pada plat sudah terpisah.

Gambar 3.38. Proses Penghapusan Lemak Dengan Terpentin (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

11. Tahap ke-11

Proses selanjutnya adalah pengolesan bagian gambar pada plat alumunium dengan menggunakan Aspaltum. Aspaltum berfungsi menguatkan bagian sensitif lemak pada tinta cetak.

Gambar 3.39. Proses Pengolesan Aspaltum pada Permukaan Plat (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

52

Fitri Salam Bhakti, 2014 12. Tahap ke-12

Plat alumunium yang telah diolesi Aspaltum sebaiknya didiamkan selama beberapa jam, supaya mendapatkan cetakan yang lebih tahan lama.

Gambar 3.40. Proses Pengeringan Aspaltun pada Plat (Sumber: Dokumentasi Pribadi

13. Tahap ke-13

Proses selanjutnya adalah membersihkan plat alumunium dari larutan gom juga Aspaltun dengan membasuh menggunakan air sampai bersih.

Gambar 3.41. Plat Dibersihkan dengan Menggunakan Air (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

14. Tahap ke-14

Siapkan kaca, roller, dan tinta cetak. Tinta diratakan diatas permukaan kaca dengan menggunakan roller sampai merata. Proses ini dilakukan pada kaca dan roller yang bersih.

Gambar 3.42. Meratakan Tinta Cetak pada Permukaan Kaca (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

15. Tahap ke-15

Sebelum tinta cetak diratakan pada plat alumunium, plat alumunium ini sebaiknya dilembabkan dengan spon basah, agar bagian sensitif lemak dapat menangkap tinta dengan sempurna.

Gambar 3.43. Melembabkan Plat Alumunium dengan Spon Basah (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

54

Fitri Salam Bhakti, 2014 16. Tahap ke-16

Plat yang sudah lembab jangan dibiarkan sampai kering, plat harus segera terkena tinta cetak yang diratakan dengan menggunakan roller. Pada tahap inilah dilakukan pencetakan pada kertas. Plat alumunium diletakan diatas kertas yang sudah diatur ukurannya, lalu dibalikan dengan posisi plat alumunium dibawah kertas. Pada bagian mesin kita harus teliti akan kebersihannya, supaya tidak mengotori kertas, dengan cara menabur bedak atau menyimpan kertas bersih pada bagian bawah kain flannel yang terdapat pada mesin press. Setelah persiapan tersebut sudah siap, maka kertas di press dengan menggunakan mesin press, agar tinta dapat menempel pada kertas.

Gambar 3.44. Mencetak Gambar dengan Mesin Press (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

17. Tahap ke-17

Gambar 3.45. Pengeringan Kertas yang Sudah Dicetak (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

18. tahap ke-18

Proses diatas diulangi kembali untuk pewarnaan selanjutnya. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pewarnaan dari proses pencetakan yang dilakukan yang diambil contoh pada pewarnaan karya ke 5:

Pewarnaan ke-1 Pewarnaan ke-2

Pewarnaan ke-3 Pewarnaan ke-4

56

Fitri Salam Bhakti, 2014

Pewarnaan ke-7 Pewarnaan ke-8

Pewarnaan ke-9 Pewarnaan ke-10

Pewarnaan diatas merupakan pengulangan tahapan pembuatan cetakan. Penulis sengaja memakai satu plat untuk satu warna karena dinilai efektif untuk menambahkan gradasi melalui penumpukan warna .

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Waktu bukan hanya sekedar cara melihat detikan arloji pada dinding yang terus berputar tanpa henti, namun waktu lebih dilihat sebagai kesempatan, uang dan karya yang terus mengukir hidup tiada henti. Waktu juga dapat diperhitungkan sebagai pedoman manusia dalam berinteraksi sosial dan membangun kehidupan di Bumi. Pentingnya waktu menjadi alasan penulis untuk mengembangkannya menjadi sebuah karya Tugas Akhir, dengan menampilkan gedung Sundial Kota Baru Parahyangan menurut fungsinya sebagai jam Matahari yang menunjukan waktu dari pagi sampai sore hari. Penulis mengaplikasikan teknik alumunium lithografi (Alugrafi) pada pembuatan karya ini.

Visualisasi karya Tugas Akhir ini memunculkan warna-warna kontras, terlebih pemilihan warna pada gedung yang diambil dari warna gedung sebenarnya serta pemilihan warna pada langit sebagai pelengkap gedung Sundial Kota Baru Parahyangan. Selain itu penulis juga menambahkan bayangan jarum jam Matahari dengan tujuan memunculkan fungsi jam Matahari. Pengkajian, perenungan dan penyadaran akan waktu penulis visualisasikan ke dalam skripsi penciptaan yang berjudul “Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis sebagai informasi akan jam Matahari, yang pada akhirnya diapresiasi dan menimbulkan tanggapan serta rangsangan untuk terjadinya proses pengkajian, perenungan, dan penyadaran oleh warga masyarakat khususnya.

B. Saran

Seorang kreator harus peka terhadap rangsang dari lingkungannya. Sebagai seorang calon pendidik khususnya di wilayah kesenirupaan sudah seharusnya mengetahui perkembangan dunia seni rupa saat ini serta melakukan inovasi terhadap bidang keilmuannya tersebut.

73

Fitri Salam Bhakti, 2014

Harapan penulis, semoga karya ini dapat diterima dan membantu perkembangan seni khususnya seni grafis serta dapat menambah pengetahuan, wawasan dan dapat memberi motivasi untuk berkarya dengan memanfaatkan media baru yang ada seiring perkembangan zaman, khususnya bagi mahasiswa dan pendidik di bidang kesenirupaan.

Untuk penulis sendiri, dengan berkarya seni grafis teknik cetak datar alumunium lithografi (Alugrafi) ini dapat lebih mengolah rasa dan eksperimen terhadap media berbeda.

Abrams N, H. (1964). The Tamarind Book of Lithography Art and Techniques. Los Angeles: Publishers New York

Dharma, S. (1997). Warna sebagai salah satu Unsur Seni dan Desain. Jakarta: Depdikbud.

Dosen UPI. (2013). Buku Panduan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Bumi Siliwangi. Gie, L. (1983). Garis Besar Estetik. Yogyakarta: Super Sukses.

Kartika, S. (2004). Seni Rupa Modern Bandung. Bandung: Rekayasa Sains. Khazin, M. (2005). Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka.

Kusaka, J. (1979). Alam Semesta dan Cuaca. Jakarta: Tira Pustaka. Sabana, S. (2005). Legenda Kertas. Bandung: Kiblat Buku Utama. Scheder, G. (1977). Perihal cetak mencetak. Yogyakarta: Kanisius. Setyanto, H. (2008). Membaca Langit. Jakarta: Al-Ghurabi.

Sidhi P, I. (2000). Seni Litografi Modern. Jakarta: Galeri Nasional Indonesia. Suganda, H. (2011). Wisata Paris Van Java. Jakarta: Kompas.

Suadi, S. (2000). Setengah Abad Seni Grafis Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Susanto, M. (2001). Diksi Rupa kumpulan istilah seni rupa. Yogyakarta: Kanisus. Wardan, M. (1957). Kitab Falak dan Hisab, Jogjakarta: Toko Pandu.

_____ Bangunan Sundial Kota Baru Parahyangan (online). Tersedia: jurnalonline.itenas.ac.id/index.php/rekakarsa/article/view/45 (13 Februari 2014 jam 07:30)

Definisi Waktu (Online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu ( 04 Maret 2014 6:40)

Jam matahari (Online). Tersedia: http://noeriman213.blogspot.com/2013/05/makalah-laporan-karya-tulis-smp.html (1 Februari 2014 jam 8:02)

_____ Jam Matahari (Online). Tersedia: http://eprints.walisongo.ac.id/1063/ (04 Maret 2014 6:44)

_____ Sundial Kota Baru (Online). Tersedia: http://thebiggestsundial.com/main-exhibits.php?id=13# .(29 September 2013 jam 17:00)

Dokumen terkait