• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses desain ruang terapi autis melalui pendekatan

BAB III PENERAPAN TEMA KE DALAM KASUS PROYEK

3.4 Eksplorasi Penerapan Tema ke Dalam Kasus Proyek

3.4.3 Proses desain ruang terapi autis melalui pendekatan

Proses desain ruang terapi autis memiliki beberapa langkah yang harus dilalui (Tabel 3.2). Yang pertama adalah proses sensoring. Proses sensoring ini memiliki dua aspek di dalamnya, yaitu bagaimana masalah perilaku atau sifat anak autis yang menyimpang dari perilaku anak pada umumnya, dan bagaimana solusi yang dapat diberikan sesuai dengan teori arsitektur secara umum. Teori tersebut terdiri dari tiga aspek yaitu dimensi dan skala, bukaan dan pencahayaan, serta penggunaan warna dan material. Dari proses sensoring, kemudian proses selanjutnnya adalah proses modelling. Di proses ini dijabarkan jenis ruang seperti apa yang dibutuhkan serta kriteria-kriteria yang menyangkut dengan pengaplikasian dari teori arsitektur yang telah dijabarkan di proses sebelumnya. Setelah proses modelling, proses selanjutnya adalah proses actuating. Proses ini adalah proses pengaplikasian ke desain ruang terapi autis.

Tabel 3.2 Proses Desain Ruang Terapi Autis Melalui Pendekatan Desain Cybernetic No Jenis

Terapi

Sensoring Modelling Actuating

Perilaku anak autis Solusi desain menurut teori arsitektur 1 Terapi

Wicara

a. Sulit dalam

mengatakan kebutuhannya. b. Tidak pernah atau

jarang sekali kontak mata. c. Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata. d. Echolalia (mengulangi kata dan kalimat). Dimensi dan skala ruang.

Dibutuhkan ruang dengan dimensi dan skala yang dapat membantu anak untuk memusatkan perhatian pada terapi.

Ruang yang dibutuhkan: ruang terapi One on One.

Konsep ruang:

a. Ruang yang dapat memusatkan perhatian.

b. ruang yang dibutuhkan tidak terlalu besar, cukup untuk satu anak dan satu terapis lengkap dengan meja dan kursi.

c. tidak ada bukaan seperti jendela kaca yang dapat mengganggu konsentrasi ketika sedang melakukan kegiatan terapi.

d. Lay out dibuat berhadapan agar kegiatan terapis dan anak autis untuk melakukan kontak mata, konsentrasi dapat berjalan dengan baik.

e. Sirkulasi ruang sederhana.

f. penggunaan bahanbahan yang tidak mengandung racun, non toksik, aman, tidak licin, bentuk tidak tajam.

g. pencahayaan yang tidak langsung, agar mereka merasa lebih nyaman. h. warna-warna yang dibutuhkan adalah

warna pastel dengan intensitas tidak penuh.

i. Kebutuhan berikutnya adalah rasa nyaman dan hangat dalam ruang, suasana tersebut dapat diciptakan dengan menghadirkan komposisi warna-warna hangat dengan intensitas rendah.

Kapasitas ruang 2 orang: 1 terapis dan 1 anak). Penggunaan skala intim untuk memberikan kesan dekat dan fokus kepada anak dalam melakukan terapi.

Pencahayaan murni pencahayaan buatan memakai sistem indirect lighting.

Penggunaan warna hijau pastel yang memiliki efek psikologis menyeimbangkan energi tubuh, membantu proses penyembuhan.

Penggunaan material vinyl pada lantai karena aman dan meminimalisir luka pada anak.

Pengunaan material akustik ruangan. Bukaan dan

pencahayaan.

Tidak diperlukannya bukaan yang lebar yang dapat mengalihkan perhatian anak dari terapi.

Pencahayaan buatan diperlukan dengan intensitas tertentu sehingga tidak menyilaukan mata anak.

Warna dan Material.

konsep warna interior

yang sesuai dengan karakter anak autis adalah warna-warna

yang dapat meningkatkan konsentrasi, menimbulkan

suasana ruang aman, lembut, dan nyaman. Warna-warna yang digunakan secara psikologis tidak menakutkan, menekan, seperti penggunaan warna hitam. Sedangkan aman dalam warna adalah warnatidak menyilaukan sehingga tidak menyebabkan mata cepat lelah.

2 Terapi Okupasi

a. Kesulitan dalam menanggapi sistem motorik halus tubuh,

seperti susah menggerakkan tangan untuk menulis dan menggambar. Dimensi dan skala ruang.

Dibutuhkan ruang dengan dimensi dan skala yang dapat membantu anak untuk memusatkan perhatian pada terapi.

Bukaan dan pencahayaan.

Tidak diperlukannya bukaan yang lebar yang dapat mengalihkan perhatian anak dari terapi.

Pencahayaan buatan diperlukan dengan intensitas tertentu sehingga tidak menyilaukan mata. anak.

Warna dan material

Konsep warna interior yang sesuai dengan karakter anak autis adalah warna-warna yang dapat

No Jenis Terapi

Sensoring Modelling Actuating

Perilaku anak autis Solusi desain menurut teori arsitektur

meningkatkan konsentrasi, menimbulkan suasana ruang aman, lembut, dan nyaman. Warna-warna yang digunakan secara psikologis tidak menakutkan, menekan, seperti penggunaan warna hitam. Sedangkan aman dalam warna adalah warnatidak menyilaukan sehingga tidak menyebabkan mata cepat lelah.

Penggunaan material-material yang aman untuk anak autis. 3 Terapi Bermain a. Suka benda-benda yang berputar. b. Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama. c. Kecakapan motorik kasar/motorik halus yang tidak seimbang (seperti tidak mau menendang bola namun dapat menumpuk balok- balok). Dimensi dan skala ruang.

Dibutuhkan ruangan yang cukup luas untuk anak leluasa bermain.

Ruang yang dibutuhkan: Ruang Bermain. Konnsep ruang:

a. Penggunaan sudut-sudut ruangan yang sering tidak terpakai sebagai area imajinasi anak.

b. bukaan pencahayaan alami lebih diutamakan.

c. Penggunaan elemen-elemen yang lembut dan dapat meransang sensor fisik dan motorik anak, seperti kursi beanbag, sofa busa, karpet, permainan-permainan seperti ayunan d. ruang kelas imajinatif.

e. Transparansi yang jelas pada ruang sehingga anak merasa aman karena merasa diawasi.

j. warna-warna yang dibutuhkan adalah warna pastel dengan intensitas tidak penuh.

Kapasitas ruang 15 orang: 10 anak dan 5 terapis. Pencahayaan alami berasal dari bukaan-bukaan dan pencahayaan buatan berasal dari sistem indirect lighting.

Penggunaan warna oranye dengan tone warna yang lembut karena memberikan nuansa ceria dan segar, memberi rangsangan kreativitas pada otak. Penggunaan material vinyl, karpet dan busa pada lantai karena aman dan meminimalisir luka pada anak.

Penggunaan transparansi pada sebagian dinding untuk memberikan kesan aman dan merasa diawasi.

Bukaan dan pencahayaan.

Pencahayaan alami lebih diutamakan.

Bukaan luas dan transparan perlu dilakukan yang berguna untuk pengawasan dari luar ruangan. Warna dan

material.

Penggunaan warna yang dapat merangsang perilaku anak untuk mau bergerak dan melakukan permainan sesuai terapi.

Penggunaan material lembut untuk lantai untuk meminimalisir luka

Penggunaan material plastik untuk pera bot dan alat permainan anak.

4 Terapi Sosial

a. Tentrum ā€“ suka mengamuk tanpa ada alas an yang jelas.

b. Sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya.

c. Tertawa tidak pada

Dimensi dan skala ruang.

Dibutuhkan ruangan berkapasitas untuk beberapa anak agar anak dapat melatih kemampuan sosial dan komunikasi.

Ruang yang dibutuhkan: Ruang sosialisasi.

Konsep ruang:

a. Ruang yang dapat memusatkan perhatian.

b. Ruang yang dibutuhkan tidak terlalu besar, cukup untuk 3 anak dan 2

Kapasitas ruang 5 orang: 3 anak 2 terapis.

Penggunaan skala intim untuk memberikan kesan dekat dan focus kepada anak dalam melakukan terapi.

Pencahayaan murni pencahayaan buatan memakai sistem indirect lighting.

Bukaan dan Pencahayaan.

Tidak diperlukannya bukaan yang lebar yang dapat mengalihkan perhatian anak dari terapi.

Pencahayaan buatan diperlukan

No Jenis Terapi

Sensoring Modelling Actuating

Perilaku anak autis Solusi desain menurut teori arsitektur tempatnya.

d. Lebih suka

menyendiri. e. Hiperaktif.

dengan intensitas tertentu sehingga tidak menyilaukan mata anak.

terapis lengkap dengan meja dan kursi.

c. Tidak ada bukaan seperti jendela kaca yang dapat mengganggu konsentrasi ketika sedang melakukan kegiatan terapi.

d. Lay out meja anak dibuat berbentuk huruf ā€˜Uā€™ dengan terapis berada di tengah-tengah mereka agar kegiatan terapis dan anak autis untuk

melakukan kontak mata, konsentrasi dapat berjalan dengan baik.

e. Sirkulasi ruang sederhana.

f. penggunaan bahanbahan yang tidak mengandung racun, non toksik, aman, tidak licin, bentuk tidak tajam.

g. pencahayaan yang tidak langsung, agar mereka merasa lebih nyaman. h. warna-warna yang dibutuhkan adalah

warna pastel dengan intensitas tidak penuh.

i. Kebutuhan berikutnya adalah rasa nyaman dan hangat dalam ruang, suasana tersebut dapat diciptakan dengan menghadirkan komposisi warna-warna hangat dengan intensitas rendah.

Penggunaan warna biru pastel yang memiliki efek psikologis efek menenangkan, memperbaiki kerja penyembuhan.

Penggabungan komposisi warna kuning yang memiliki efek psikologis mengurangi rasa letih, dan perasaan tertekan.

Penggunaan material vinyl dan karpet pada lantai karena aman dan meminimalisir luka pada anak. Pengunaan material akustik ruangan.

Warna dan material.

Penggunaan warna yang dapat merangsang perilaku anak untuk mau bergerak dan melakukan permainan sesuai terapi.

Penggunaan material lembut untuk lantai untuk meminimalisir luka.

Penggunaan material plastik untuk pera bot dan alat permainan anak.

5 Terapi Fisik

a. Tidak peduli

bahaya.

b. Tidak peka terhadap rasa sakit.

Dimensi dan skala ruang.

Dibutuhkan ruangan yang cukup luas untuk peralatan fisioterapi.

Ruang yang dibutuhkan: Ruang fisioterapi.

Konsep Ruang:

a. Bukaan pencahayaan alami lebih diutamakan.

b. Penggunaan elemen-elemen yang lembut dan dapat meransang sensor fisik dan motorik anak, seperti seperti peralatan fisioterapi.

c. ruang kelas imajinatif.

d. Transparansi yang jelas pada ruang sehingga anak merasa aman karena merasa diawasi.

e. warna-warna yang dibutuhkan adalah

Kapasitas ruang 4 orang: 2 terapis 2 anak.

Pencahayaan alami berasal dari bukaan-bukaan dan pencahayaan buatan berasal dari sistem indirect lighting.

Penggunaan warna Kuning dengan tone warna yang lembut karena mengurangi rasa letih, dan perasaan tertekan.

Penggabungan komposisi warna biru pastel yang memiliki efek psikologis efek menenangkan, memperbaiki kerja penyembuhan.

Penggunaan material vinyl pada lantai karena aman dan meminimalisir luka pada anak.

Bukaan dan pencahayaan.

Pencahayaan alami lebih diutamakan.

Bukaan luas dan transparan perlu dilakukan yang berguna untuk pengawasan dari luar ruangan. Warnadan

material

Penggunaan warna yang dapat merangsang perilaku anak untuk mau bergerak dan melakukan permainan sesuai terapi.

Penggunaan material lembut untuk lantai untuk meminimalisir luka.

Penggunaan material plastik untuk pera bot dan alat permainan

No Jenis Terapi

Sensoring Modelling Actuating

Perilaku anak autis Solusi desain menurut teori arsitektur

anak. warna pastel dengan intensitas tidak

penuh. Penggunaan transparansi pada sebagian dinding

untuk memberikan kesan aman dan merasa diawasi.

Sumber: Hasil Analisis, 2013