• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses dan Hasil Penelitian

1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Pendidikan Karakter Bersahabat melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning.

a. Data Awal Penelitian (Pra Tindakan)

Pada tanggal 13 Mei 2016 pukul 07.00-07.30 WIB peneliti mengumpulkn data awal (pratindakan). Subyek yang digunakan adalah siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 29 orang dan ada 1 siswa yang tidak hadir. Pengumpulan data dilakukan dengan Tes Karakter Bersahabat sebagai data pretest dan Self Assesment Scale karakter Bersahabat sebagai data pratindakan.

Peneliti bersama mitra kolaboratif memperkenalkan diri kepada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi. Peneliti juga memberikan informasi kepada siswa bahwa akan ada Layanan Bimbingan klasikal sebanyak 3 kali pertemuan. 1 minggu akan dilaksanakan 1 kali Bimbingan Klasikal di kelas tersebut.

Setelah peneliti selesai memberikan informasi, peneliti memberikan Tes Karakter Bersahabat dan Self Assesment Scale kepada

85

siswa untuk diisi. Data pretest dan pratindakan direfleksikan untuk tindakan siklus I.

b. Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Peneliti menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dan materi layanan bimbingan klasikal dengan topik “Aku Berharga”, menyiapkan self Assesment Scale, lembar observasi dan alat dokumentasi.

2) Tahap Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung pada Jumat, 13 Mei 2016 pukul 07.30-09.00 WIB di ruang kelas VII B SMP Aloysius Turi. Jumlah siswa yang hadir pada siklus I sebanyak 29 orang dan yang tidak hadir 1 orang. Pada pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti membuat rinciankegiatan sebagai berikut.

a) Kegiatan Awal

Peneliti mengawali aktivitas dengan mengajak siswa untuk berdoa agar proses bimbingan berjalan dengan lancar. Peneliti membuka bimbingan dengan salam hangat dan memberikan pengantar singkat tentang topik bimbingan. Peneliti juga menjelaskan kepada siswa bahwa siswa yang aktif bertanya dan aktif mengungkapkan pendapat akan mendapatkan kertas berwarna, setelah mendapatkan kertas berwarna siswa menuliskan namanya di kertas tersebut dan pada akhir kegiatan dikembalikan

86

untuk dimasukkan ke dalam celengan yang dibawa oleh peneliti. Siswa juga diberi penjelasan bahwa celengan akan dibuka pada pertemuan terakhir, bagi siswa yang mendapatkan kertas terbanyak, terbanyak kedua, dan terbanyak ketiga akan diberi hadiah oleh peneliti. Hal ini dilakukan peneliti untuk memacu siswa agar aktif dalam mengikuti bimbingan. Setelah memberikan penjelasan singkat, peneliti mengajak siswa melakukan ice

breaking dengan bermain “KyoToBoSi”. Tujuan dilakukan ice breaking tersebut agar hubungan antara peneliti dengan siswa menjadi lebih akrab.

b) Kegiatan Inti

Peneliti membagikan selembar kertas HVS dan meminta siswa untuk mengeluarkan alat tulis sebagai alat untuk bermain “Menggambar Jari”. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang dalam satu kelompok. Peneliti meminta siswa untuk menggambar telapak tangan kirinya dan menegaskan kepada siswa bahwa gambar tidak perlu diberi nama. Peneliti meminta siswa untuk menuliskan salah satu pengalaman bahagia dalam gambar ibu jari, pengalaman sedih dalam gambar jari telunjuk, sifat buruk yang ada pada diri dalam gambar jari tengah, sifat yang disukai pada teman dalam gambar jari manis, sifat yang tidak disukai pada teman dalam gambar jari kelingking, dan dalam gambar telapak tangan dituliskan salah satu hal positif

87

dalam diri. Setelah siswa menuliskan pengalamannya pada gambar telapak tangan, peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan dalam kelompaknya masing-masing. Peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif menukarkan gambar yang telah terkumpul dalam masing-masing kelompok. Lalu peneliti meminta kesediaan siswa untuk membacakan gambar yang diperolehnya. Setelah beberapa siswa membacakan gambar, peneliti juga memberikan beberapa pertanyaan, “Apakah kamu mengalami kesulitan dalam menuliskan hal-hal yang kamu alami dalam gambar telapak tangan?”, “Apakah kamu merasa malu ketika gambar telapak tanganmu diketahui oleh temanmu?Mengapa?”, Apakah kamu dapat menerima yang dituliskan temanmu dalam gambar telapak tangan yang kamu terima?”, ”Apa yang kamu rasakan ketika membacakan tulisan yang ada pada gambar telapak tangan milik temanmu?”.

Permainan di atas mengajak siswa untuk mengenal dan memahami apa yang ada pada dirinya. Siswa yang sebelumnya tidak pernah memikirkan pengalaman sedih, pengalaman bahagia, sifat buruk yang ada dalam diri, sifat yang disukai pada teman, sifat yang tidak disuakai pada teman, dan hal positif pada diri, menjadi memikirkan hal tersebut dan berproses didalamnya. Dengan diwajibkannya siswa untuk menuliskan berbagai hal dalam telapak tangannya maka siswa akan mengingat-ingat.

88

Pertanyaan yang diberikan peneliti kepada siswa, semakin memperkuat proses siswa untuk mengenal dan memahami apa yang ada pada dirinya. Permainan tersebut sebagai proses

experiencing (mengalami) dalam siklus model experiential learning. Siswa diajak mengalami sebuah permainan yang mempunyai makna tentang penerimaan diri.

Aktivitas selanjutnya adalah mengajak siswa memaknai pengalaman ketika menggambar dan membacakan gambar milik temannya. Siswa membagikan hasil refleksi pengalamannya dengan mengungkapkan makna secara lisan dibalik permainan tersebut. Makna dalam permainan tersebut seperti, “sebenarnya setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri- sendiri, maka tidak perlu malu ketika kekurangan tersebut diketahui oleh orang lain. Namun yang perlu dilakukan adalah berbenah diri, dengan berbenah diri seseorang akan semakin merasa berharga”. Aktivitas tersebut sebagai proses membagikan pengalaman pada siswa lainnya.

Selanjutnya peneliti memberikan materi “Belajar Menghargai Diri dengan Apa yang Kita Miliki”. Materi diberikan agar siswa lebih memahami apa itu konsep diri negatif, apa itu konsep diri negatif, dan bagaimana cara menghargai diri sendiri. Peneliti menyampaikan informasi secara singkat menggunakan media PPT. Peneliti juga merumuskan kesimpulan tentang

89

seluruh rangkaian bimbingan. Lalu peneliti meminta semua siswa untuk menuliskan lembar refleksi pada lembar refleksi untuk mengetahui hasil belajar siswa dan niat siswa untuk diwujudkan dalam perilaku nyata. Perwujudan dalam perilaku nyata pada model eksperiensial adalah menerapkan.

c) Kegiatan Penutup

Peneliti membagikan kisah bergambar berjudul “Jangan Tutupi Kekurangan dan Kelebihan” sebagai bahan bacaan ringan dan memberikan Self Assesment Scale. Siswa mengisi Self Assesment Scale sebagai gambaran hasil bimbingan siklus I. Kemudian peneliti menutup bimbingan dengan doa.

3) Tahap Observasi

Observasi peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif yaitu rekan peneliti. Berdasarkan observasi, siswa sangat semangat dalam mengikuti bimbingan, hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang tertawa saat mengikuti bimbingan. Namun peneliti juga menemukan beberapa siswa yang ngobrol dengan teman saat bimbingan dan tidak fokus dalam mengikuti bimbingan. Tabel hasil pengamatan siklus I dapat dilihat pada grafik 4.5.

4) Tahap Evaluasi dan Refleksi Siklus I.

Tahap ini dilakukan pengolahan data hasil Self Assesment Scale, dan observasi perilaku siswa untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian tindakan siklus

90

berikutnya. Hasil refleksi dan evaluasi dengan mitra kolaboratif pada siklus I ini adalah masih ada siswa yang skor skala penilaian diri berkategori sedang sebanyak 17 siswa. Jumlh siswa berkategori sedang tersebut 3 dari sebelumnya 14 siswa pada pra tindakan. Pada tahap pra tindakan ada siswa yang skornya berkategori rendah berjumlah 3 orang, namun di tahap siklus I siswa yang skornya berkategori rendah sudah tidak ada, artinya bahwa pemahaman siswa telah naik pada pada kategori sedang.

Peneliti juga melihat peran aktif siswa dalam bimbingan masih belum optimal, terbukti dari hasil observasi di atas menunjukkan bahwa masih ada siswa yang ngobrol dengan teman saat bimbingan dan tidak fokus dalam mengikuti bimbingan. Oleh sebab itu peneliti belum merasa puas dengan hal tersebut. selanjutnya peneliti melakukan perbaikan pada siklus II.

c. Siklus II

1) Tahap Perencanaan

Peneliti menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dan materi layanan bimbingan klasikal dengan topik “Menghargai Orang Lain”, menyiapkan Self Assesment Scale, lembar observasi dan alat dokumentasi.

91 2) Tahap Pelaksanaan Tidakan

a. Kegiatan Awal

Peneliti memberikan salam yang ramah dan semangat kepada siswa. Peneliti juga meminta kesediaan salah satu siswa untuk memimpin doa. Lalu, peneliti memberikan penjelasan singkat tentang topik bimbingan.

b. Kegiatan Inti

Peneliti mengajak siswa untuk bermain permainan “Terserang Nuklir”. Peneliti memastikan semua siswa siap melaksanakan permainan. Peneliti meminta siswa untuk mengeluarkan alat tulis atau HP sebagai alat untuk mencata, namun berhubung siswa dilarang membawa HP di kelas maka semua siswa mencatat menggunakan selembar kertas dan alat tulis.

Peneliti memberikan narasi secara singkat “Bayangkan bahwa kamu tinggal di sebuah pulau. Pulau tesebut nyaman, tentram, damai, dan membuat kamu betah untuk tinggal di pulau itu, namun kondisi itu berubah setelah negara api menyerang pulaumu. Sekarang kamu berada di posisi yang sulit. Sudah sekian lama pulau yang kamu tempati diserang oleh musuh. Keadaan semakin memburuk setelah kamu mengetahui pulaumu akan diserang oleh nuklir. Sebagai pemegang kendali, kamu diperintahkan untuk menyelamatkan 5 orang dari 15 orang yang

92

tersisa dari serangan nuklir. Ingat, kamu hanya bisa menyelamatkan 5 orang karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk menyelamatkan semuanya”.

Peneliti meminta siswa untuk mencermati dan mencatat berbagai latar belakang orang yang diselamatkan, diantaranya ahli siasat perang, ahli nuklir, petani (ahli pangan), dokter, ibu hamil, anak kecil, bapak yang ditunggu kedatangannya oleh anaknya di suatu tempat, politikus hebat, guru besar (akademisi), perempuan, perwira TNI, Prajurit, Tokokh agama (pendeta, ustad, romo, dan lain sebagainya), tenaga ahli pengelola sumber daya alam, dan perawat. Peneliti menegaskan bahawa persepsi siswalah yang menkongkritkan 15 latarbelakang orang yang akan diselamatkan tersebut.

Setelah masing-masing siswa memutuskan siapa saja yang diselamatkan, peneliti meminta siswa untuk memberikan alasan dari setiap jawabannya. Lalu peneliti meminta siswa untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdari dari 5 orang. Selanjutnya peneliti meminta kelompok memutuskan orang yang akan diselamatkan berdasarkan keputusan kelompok.

Proses permainan di atas yang berbentuk diskusi juga dapat disebut sebagai proses mengalami. Selanjutnya peneliti meminta salah satu siswa dari masing-masing kelompok untuk membagikan hasil diskusinya. Ketika salah satu perwakilan

93

kelompok membagikan hasil diskusinya di depan kelas, peneliti mempersilahkan dan memperbolehkan kelompok lain untuk menyanggah maupun mendukung hasil diskusi tersebut. Peneliti juga menuliskan hasil diskusi masing-masing kelompok dipapan tulis, hal tersebut dilakukan peneliti agar siswa semakin mengerti bahwa masing-masing orang itu memiliki persepsi dan pendapatnya sendiri-sendiri.

Peneliti memberikan penguatan dan kesimpulan dengan memutarkan video “Two choice”. Video tersebut mengungkapkan

bahwa orang dapat menjadi baik dengan menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain, maka peneliti menyimpulkan bahwa orang tidak mungkin menghargai orang lain jika belum menghargai dirinya sendiri. Setelah kesimpulan, harapannya siswa dapat menghargai dirinya sendiri dan menghargai orang lain.

c. Kegiatan Penutup

Peneliti membagikan kisah bergambar berjudul “Menghargai Orang Lain” sebagai bahan bacaan ringan dan memberikan Self Assesment Scale. Siswa mengisi Self Assesment Scale sebagai gambaran hasil bimbingan siklus II. Kemudian peneliti menutup bimbingan dengan doa.

94 3) Tahap Observasi

Observasi perilaku siswa dilakukan oleh mitra kolaboratif yaitu 1 rekan peneliti. Observer tersebut bertugas mengamati dan menuliskan hasil observasi terhadap perilaku siswa selama proses bimbingan di dalam kelas berlangsung. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa bimbingan lebih efektif dibandingkan dengan siklus I. Hal tersebut terlihat dari menurunnya jumlah siswa yang ngobrol dengan teman saat bimbingan berlangsung, menaiknya jumlah siswa yang aktif bertanya, dan menurunnya jumlah siswa yang tidak fokus.

4) Tahap Evaluasi dan Refleksi

Tahap ini dilakukan pengolahan data hasil Self Assesment Scale , dan observasi perilaku siswa untuk memperoleh hasil yang akurat dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian tindakan siklus selanjutnya. Tahap ini pula peneliti telah melakukan perbaikan siklus I yaitu dengan membuat permainan yang menarik dan dari permainan itu mengharuskan siswa berdiskusi dengan siswa lain serta memancing siswa untuk aktif menyampaikan pendapat. Sehingga pada siklus II jumlah frekuensi menyampaikan pendapat siswa meningkat.

Data Self Assesment Scale mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki skor berkategori sedang jumlahnya menurun dari 17 siswa pada siklus I menjadi 13 siswa di siklus II, sedangkan siswa

95

yang memiliki skor berkategori tinggi meningkat dari 13 pada siklus I menjadi 17 pada siklus II. Hasil observasi juga mengungkapkan masih banyak siswa yang tidak menghargai teman saat berpendapat, sehingga perlu dilakukan pada siklus III agar jumlah frekuensi siswa tidak menghargai teman menurun. Kondisi tersebut bagi peneliti sudah cukup baik, akan tetapi peneliti tetap harus melakukan perbaikan agar peningkatan karakter bersahabat siswa pada siklus III semakin maksimal.

d. Siklus III

1) Tahap Perencanaan

Peneliti menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dan materi layanan bimbingan klasikal dengan topik “Gaul It’s Oke”, menyiapkan Self Assesment Scale, lembar observasi dan alat dokumentasi.

2) Tahap Pelaksanaan Tidakan a. Kegiatan Awal

Peneliti memberikan salam yang ramah dan semangat kepada siswa. Peneliti juga meminta kesediaan salah satu siswa untuk memimpin doa. Lalu, peneliti memberikan penjelasan singkat tentang topik bimbingan. Secara singkat peneliti juga memberikan pengantar singkat mengenai topik bimbingan.

96 b. Kegiatan Inti

Peneliti membuka aktivitas bimbingan dengan memberikan salam yang hangat dan dilanjutkan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Peneliti memberikan materi topik bimbingan mengenai “Etika Pergaulan” dengan menggunakan media presentasi. Saat peneliti sampai pada slide

“perbedaan reaktif denga proaktif”, peneliti memberikan permaianan yang bernama “Masukkan Tubuh dalam Kertas HIVS”. Peneliti membagikan selembar kertas HVS kosong kepada siswa.

Kemudian peneliti meminta siswa untuk menyobeknya menjadi dua bagian sama besar. Setelah sisa sudah menyobek kertasnya, peneliti bertanya kepada siswa “Apakah sekepal tangan saya bisa masuk kedalam kertas ini?”, tanpa pikir panjang siswa menjawab “Ya, jelas bisa”. Lalu peneliti melakukan demonstrasi kepada siswa dengan cara memasukkan tangan kedalam setengah kertas HVS tersebut. tidak lupa peneliti juga meminta siswa untuk melakukannya.

Selanjutnya peneliti bertanya kembali kepada siswa “Apakah seluruh tubuh kita dapat masuk kedalam sisa setengah kertas HVS ini?”, ada siswa yang hanya diam dan terlihat bingung namun ada juga yang percaya bahwa hal itu tidak mungkin bisa dilakukan. Rekasi siswa yang beragam tersebut

97

membuat peneliti meminta siswa untuk mencobanya terlibih dahulu. Peneliti memperbolehkan siswa untuk saling bekerja sama dalam memecahkan persoalan ini.

Banyak siswa yang meminta kertas kembali kepada peneliti, hal ini dikarenakan mereka gagal namun termotivasi untuk memecahkan persoalan. Setelah beberapa menit berlalu, ada beberapa siswa yang mampu memecahkan masalahnya yaitu dengan cara milipat dan menyobek kertas secara meliuk-liuk. Cara itu pun ditirukan oleh siswa yang lainnya. Melalui permainan ini peneliti menjelaskan mengenai perbedaan antara pribadi yang reaktif dengan proaktif

Permainan selanjutnya adalah bergaul dengan kelemahan dan kelebihanku. Peneliti membagikan kertas kelebihan diri berwarna biru dan kelemahan diri berwarna merah. Peneliti membagi siswa menjadi tiga kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari sepuluh orang. Peneliti memberikan instruksi kepada siswa untuk menempelkan kertas kelebihan diri pada anggota tubuh yang dianggapnya paling kuat, begitu juga dengan menempelkan kertas merah pada bagian yang dianggapnya lemah.

Setelah itu, peneliti meminta siswa untuk menempelkan kekurangannya di tubuh kelebihan temannya. Kemudian peneliti meminta siswa untuk berjalan dengan posisi saling menempel.

98

Didapatkan bahwa ada beberapa siswa yang canggung bahkan tidak mau menempelkan anggota tubuhnya dengan anggota tubuh temannya. Pengalaman inilah yang diproses pada bagian refleksi

Setelah melakukan permainan bergaul dengan kelemahan dan kelebihanku, siswa diajak untuk membagikan hasil pengalamannya. Siswa membagikan pengalamannya dengan apa adanya, sehingga siswa semakin memahami bahwa dalam pergaulan siswa harus memperhatikan etika yang ada.

c. Kegiatan Penutup

Peneliti membagikan lembar Self Assesment Sca le, Tes Hasil Pndidikan Karakter Bersahabat dan kisah bergambar berjudul “Gaul = Rajin Membaca”. Siswa mengisi Self Assesment Scale dan Tes Hasli Pndidikan Karakter Bersahabat sebagai gambaran hasil bimbingan siklus III dan posttest. Peneliti juga menghitung jumlah siswa yang aktif untuk diberikan kenang- kenangan. Kemudian peneliti menutup bimbingan dengan doa. 3) Tahap Observasi

Observasi perilaku siswa dilakukan oleh mitra kolaboratif yaitu 1 rekan peneliti. Observer tersebut bertugas mengamati dan menuliskan hasil observasi terhadap perilaku siswa selama proses bimbingan di dalam kelas berlangsung. Hasil observasi pada siklus III menunjukkan bahwa jumlah siswa yang pasif dalam mengikuti bimbingan menurun, jumlah siswa yang percaya diri naik, jumlah

99

siswa yang tidak fokus turun, jumlah siswa yang tidak menghargai teman turun, jumlah siswa yang semangat dan tertawa meningkat. Hasil observasi dapat dilihat pada grafik 4.5.

4) Tahap Evaluasi dan Refleksi

Tahap ini dilakukan pengolahan data hasil observasi perilaku siswa dan skala minat siswa untuk memperoleh data yang akurat. Hasil evaluasi dan refleksi pada siklus III ini adalah layanan bimbingan klasikal pada siklus III terlaksana dengan cukup memuaskan. Siswa bersemangat mengikuti kegiatan dan fokus mengikuti kegiatan. Akan tetapi suasana kurang kondusif mengingat ruang yang dipakai pada siklus ini adalah laboratorium dan lebih luas dari kelas yang biasa digunakan.

2. Peningkatan Karaker Bersahabat melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter.

Capaian rata-rata skor karakter bersahabat jika kita melihat dengan ketentuan 02 – 01, maka capaian rata-rata skor siswa mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu 3,07 poin.

Penelitian ini menggunakan Tes Karakter Bersahabat. Data Tes Karakter Bersahabat itu bersumber dari hasil tes sebelum implementasi (pretest) dan tes sesudah implementasi (posttest). Capaian rata-rata skor karakter bersahabat dapat dilihat pada grafik 4.1 sebagai berikut.

100

Grafik 4.1 Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Bersahabat Siswa Antara Pretest dan Posttest

Peneliti juga mendapatkan hasil distribusi peningkatan karakter bersahabat antara sebelum dan sesudah implementasi pendidikan karakter sebagai berikut.

Tabel 4.1

Distribusi Peningkatan Karakter Bersahabat

Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter Rentang

Skor Kategori

Pretest Posttest Selisih

F % F % F % >68 Sangat Tinggi 9 30% 7 23% -2 7% 59-68 Tinggi 9 30% 18 60% 9 30% 43-58 Sedang 10 33% 5 17% -5 17% 32-42 Rendah 2 7% 0 0% -2 7% <32 Sangat Rendah 0 0% 0 0% 0 0%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes karakter bersahabat sebelum tindakan (pretest) capaian skor siswa berkategori rendah berjumlah 2 siswa atau 7%, capaian siswa berkategori sedang berjumlah 10 siswa atau 33%, capaian siswa berkategori tinggi

60,53 63,60 59,00 59,50 60,00 60,50 61,00 61,50 62,00 62,50 63,00 63,50 64,00

Pre test Post test

101

berjumlah 9 siswa atau 30%, sedangkan capaian siswa berkategori sangat tinggi berjumlah 9 atau 30%. Hasil karakter bersahabat sesudah tindakan (posttest) capaian skor berkategori rendah menurun dan jumlahnya menjadi 0. Capaian skor berkategori sedang juga menurun dan jumlahnya menjadi 5 atau 17%. Lalu untuk capaian skor berkategori tinggi menaik dan jumlahnya menjadi 18 atau 60%. Sedangkan capain skor berkategori sangat tinggi menurun dan jumlah 7 atau 23%. Hasil data sebelum dan sesudah tindakan memiliki selisih tiap kategorinya, kategori rendah memiliki selisih (-2), kategori sedang memiliki selisih (-5). Lalu meskipun kategori sangat tinggi memiliki selisih (-2), pendidikan karakter bersahabat tetap dikatakan berhasil karena selisih capain skor dengan kategori tinggi adalah (+10).

Selain penyajian data distribusi peningkatan karakter bersahabat di atas, penelitian ini juga memperoleh data komposisi sebaran subyek. Data tersebut berdasarkan capaian skor pendidikan karakter bersahabat antara pretest dan posttest sebagai berikut.

102

Grafik 4.2 Komposisi Sebaran Subyek Berdasarkan Capaian Skor Karakter Bersahabat Antara Pretest dan Posttest.

Grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa capaian skor siswa antara sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) rata-rata mengalami kenaikan. Peningkatan capaian skor setiap siswa terlihat dari garis berwarna hijau pada grafik 4.2 di atas.

3. Peningkatan Karakter Bersahabat Antar Siklus Melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning.

Peneliti telah memperoleh data kuesioner Self Assesment Scale

dari menghimpun data setiap akhir siklus dalam implementasi pendidikan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi. 72 44 69 46 73 76 76 59 55 57 43 62 63 61 52 41 62 47 77 76 47 74 57 62 65 65 77 58 33 67 72 61 64 59 67 71 70 69 61 62 56 65 67 61 54 52 62 59 69 70 56 68 59 66 65 65 70 64 57 67 0 17 -5 13 -6 -5 -6 10 6 5 13 3 4 0 2 11 0 12 -8 -6 9 -6 2 4 0 0 -7 6 24 0 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

103

Grafik 4.3 Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Bersahabat Siswa Pada Setiap Siklus

Berdasarkan grafik peningkatan rata-rata skor karakter bersahabat di atas memperlihatkan bahwa mulai pra tindakan hingga siklus III capaian rata-rata skor siswa meningkat 4,83 poin. Hal tersebut membuktikan bahwa implementasi pendidikan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning efektif dan dapat meningkatkan karakter bersahabat siswa.

Teknik yang digunakan oleh peneliti adalah teknik pengkategorisasian menurut Azwar. Berikut gambaran distribusi peningkatan karakter bersahabat pada setiap siklus implementasi pendidikan karakter. 56,17 58,37 60,03 61 53,00 54,00 55,00 56,00 57,00 58,00 59,00 60,00 61,00 62,00

PRA TINDAKAN SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III Series1

104 Tabel 4.2

Distribusi Peningkatan Karakter Bersahabat pada Setiap Siklus Implementasi Pendidikan Karakter

Rentang

Skor Kategori

Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III

F % F % F % F % >68 Sangat Tinggi 5 17% 0 0% 0 0% 3 10% 59-68 Tinggi 8 27% 13 43% 17 57% 20 67% 43-58 Sedang 14 47% 17 57% 13 43% 7 23% 32-42 Rendah 3 10% 0 0% 0 0% 0 0% <32 Sangat Rendah 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Data distribusi peningkatan karakter bersahabat di atas memperlihatkan bahwa mulai pra tindakan hingga siklus III capaian skor siswa mengalami peningkatan. Capaian skor siswa dengan kategori tinggi mengalami peningkatan jumlah siswa, pada pra tindakan berjumlah 8 siswa dan pada siklus III menjadi berjumlah 20. Sedangkan capaian skor siswa dengan kategori sedang dan rendah mengalami penurunan. Meskipun capaian skor siswa dengan kategori sangat tinggi terlihat menurun yaitu dari 5 siswa menjadi 3 siswa, tetap saja kondisi tersebut

Dokumen terkait