• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa Remaja dalam Media Jejaring Sosial Facebook

2.2 Proses Morfologis

2.2.1.1 Proses Morfofonemik

2.2.1.1.3 Proses Hilangnya Fonem

Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan nasal/, misalnya meN- + lerai menjadi melerai; peN- + lerai menjadi pelerai; meN- + rusak menjadi merusak; peN- + rusak menjadi perusak; meN- + wakil menjadi mewakili; peN- + waris menjadi pewaris; meN- + yakin menjadi meyakinkan; peN- + lupa menjadi pelupa; dan sebagainya.

Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir /er/, misalnya ber- + rantai menjadi berantai, ber- + ternak menjadi beternak; per- + raga menjadi peraga; ter- + rasa menjadi terasa; dan sebagainya.

Fonem-fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan dengan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu, misalnya meN- + pakai menjadi memakai; meN- + tulis menjadi menulis; peN- + pakai menjadi pemakai; meN- + karang menjadi mengarang; peN- karang menjadi pengarang, dan sebagainya.

2.2.2 Abreviasi (Pemendekan)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:3) abreviasi adalah pemendekan bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap; bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti kata atau frasa. Hal yang senada dikemukakan oleh Arifin & Junaiyah (2009), abreviasi merupakan proses morfologis yang berupa penanggalan satu atau beberapa satuan kata atau kombinasi kata, sehingga membentuk kata baru. Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan..

Sejalan dengan pendapat Arifin dan Junaiyah, Kridalaksana (1993:1) menyatakan bahwa abreviasi merupakan proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian dari kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata. Abreviasi ini menyangkut penyingkatan, pemenggalan, akronimi, kontraksi, lambang huruf.

Berdasarkan pendapat para linguis di atas penulis berkesimpulan abreviasi adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Pemendekan merupakan proses yang cukup produktif dan terdapat hampir pada semua bahasa. Produktifnya proses pemendekan ini karena keinginan untuk menghemat tempat (tulisan) dan tentu juga ucapan. Dalam bahasa Indonesia pemendekan ini menjadi sangat produktif adalah karena bahasa Indonesia seringkali tidak mempunyai kata untuk menyatakan suatu konsep yang agak pelik.

Sebagaimana diuraikan di atas, abreviasi terdiri dari berbagai jenis, yaitu:

(1) Pemenggalan, yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian kata atau leksem, seperti prof. (profesor), bu (Ibu), pak (Bapak), dan sebagainya.

(2) Kontraksi, yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata atau leksem dasar atau gabungan kata atau leksem dasar, seperti tak (dari tidak), takkan (dari tidak akan), berdikari (dari berdiri di atas kaki sendiri), dan sebagainya;

(3) Akronim, yaitu pembentukan kata melalui penggabungan huruf-huruf awal urutan kata atau bagian tertentu dari kata-kata yang berurutan, misalnya kata raker (rapat kerja), rapim (rapat pimpinan), polwan (polisi wanita), dan sebagainya;

(4) Penyingkatan, yaitu salah satu proses pemendekan berupa huruf atau gabungan huruf, yang dieja huruf demi huruf, seperti KKN (Kuliah Kerja Nyata), DKI Ddaerah Khusus Ibukota), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat, dsb. (dan sebagainya), dll. (dan lain-lain).

(5) Lambang huruf, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, atau unsur, seperti kg (kilogram), g (gram), dan sebagainya.

Seperti yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini membahas tentang ragam bahasa remaja dalam media jejaring sosial Facebook, pada bab ini juga akan dibahas beberapa teori yang berhubungan dengan ragam bahasa remaja dan penjelasan mengenai media jejaring sosial serta sejarah Facebook itu sendiri. Teori- teorinya adalah sebagai berikut:

2.3Peran Bahasa dalam Masyarakat

Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup manusia. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antarsesamanya sejak berabad-abad silam. Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau

bangsa. Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya.

Bahasa bersifat manasuka (arbitrer). Oleh karena itu, bahasa sangat terkait dengan budaya dan sosial ekonomi suatu masyarakat penggunanya. Hal ini memungkinkan adanya diferensiasi kosakata antara satu daerah dengan daerah yang lain.

Bahasa tidak terlepas dari perkembangan budaya manusia. Bahasa berkembang sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Bahasa dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi di dalam masyarakat. Sehingga, bahasa dapat disebut sebagai cermin zamannya.

Sumarsono dan Partana dalam Sosiolinguistik (2006) menyatakan bahwa bahasa sebagai produk sosial atau produk budaya. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan manusia. Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa berfungsi sebagai wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, dan sebagai wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Keraf (1991) yang menyatakan bahwa bahasa apabila ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi sebagai (1) alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2) alat komunikasi, (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) alat untuk mengadakan kontrol sosial.

Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri dipergunakan untuk mengkespresikan segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan penuturnya. Ungkapan pikiran dan perasaan manusia dipengaruhi oleh dua hal yaitu oleh keadaan pikiran dan perasaan itu sendiri. Ekspresi bahasa lisan dapat dilihat dari mimik,

lagu/intonasi, tekanan, dan lain-lain. Ekspresi bahasa tulis dapat dilihat dengan diksi, pemakaian tanda baca, dan gaya bahasa. Ekspresi diri dari pembicaraan seseorang memperlihatkan segala keinginannya, latar belakang pendidikannya, sosial, ekonomi. Selain itu, pemilihan kata dan ekspresi khusus dapat menandai indentitas kelompok dalam suatu masyarakat.

Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi kultural. Bahasa sebagai fungsi sosial adalah sebagai alat perhubungan antaranggota masyarakat. Sedangkan sebagai aspek kultural, bahasa sebagai sarana pelestarian budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini meliputi segala aspek kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan bahasa sebagai alat untuk memperlancar proses sosial manusia.

Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dari uraian ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia.

2.4Ragam Bahasa Remaja

Dokumen terkait