• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Hirarki Analitik

Dalam dokumen 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Surimi (Halaman 34-43)

5) By-catch, adalah semua hasil tangkapan yang bukan menjadi target operasi (discarded catch ditambah incidental catch)

2.10 Proses Hirarki Analitik

Proses Hirarki Analitik atau Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu analisis yang dapat dipakai dalam pengambilan keputusan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan. Metode ini digunakan dalam memodelkan masalah dan pendapat, dimana permasalahannya telah benar-benar dinyatakan secara jelas, dievaluasi, diperbincangkan dan diprioritaskan untuk dikaji (Saaty 1980). AHP yang disampaikan oleh Saaty (1980) sebagai pengkajian terhadap kondisi nyata tanpa melalui proses penyederhanaan, tetapi mempertahankan model yang kompleks seperti semula. Untuk itu masalah nyata yang kompleks dan tidak terstruktur perlu dilakukan penyusunan beberapa bagian komponen atau perubahan pada struktur bangunan secara hirarki.

Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem, dimana fungsi hirarki antar komponen dan dampaknya pada sistem secara keseluruhan dapat dipelajari. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, semuanya tersusun ke bawah dari suatu puncak (tujuan akhir), kemudian ke suatu sub tujuan (sub objective), kemudian faktor-faktor pendorong (forces) yang mempengaruhi sub tujuan tersebut, serta pelaku (actors) yang memberikan dorongan, selanjutnya ke

tujuan-tujuan pelaku aktor, kebijakan, strategi. Hasil dari strategi tersebut selanjutnya timbul pertanyaan yang berkaitan dengan hirarki ini, bagaimana dan berapa besar suatu faktor individu dari tingkat yang lebih rendah pada hirarki itu mempengaruhi faktor puncak, yaitu tujuan utama, karena pengaruh ini tidak akan seragam bagi semua faktor dan untuk itu perlu dilakukan identifikasi terhadap intensitasnya, atau sering disebut dengan menyusun prioritas (Fewidarto 1996).

Teknik analisis AHP digunakan untuk menemukan pemecahan masalah yang bersifat strategis dengan prinsip kerja yaitu decomposition, comparative judgment, síntesis of priority dan logical consistency.

(1) Decomposition (Dekomposisi), merupakan pemecahan permasalahan yang utuh menjadi beberapa bagian komponennya. Untuk mendapatkan hasil kajian yang teliti diperlukan proses penyusunan komponen pada beberapa tingkatan/hirarki. Tahapan ini mendefinisikan persoalan dengan membagi persoalan tersebut menjadi beberapa unsur. Pembagian dilakukan sampai ke tingkat yang tidak mungkin dilakukan pemecahan lagi, sehingga akan didapat beberapa tingkatan persoalan yang disusun secara terstruktur. Proses tersebut dinamakan hirarki karena memiliki lima tingkatan yaitu fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif.

(2) Comparative Judgment (Perbandingan Komparasi), merupakan penilaian terhadap masalah berdasarkan kepentingan relatif 2 (dua) komponen pada tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian tersebut, merupakan faktor penting dari PHA karena akan berpengaruh terhadap prioritas komponen. Hasil penilaian disajikan dalam bentuk matrix pairwise comparasion. Elemen-elemen pada suatu tingkatan tertentu dinilai kepentingan relatif terhadap elemen lainnya, yang mengacu pada elemen yang dibandingkan dengan jalan meminta pendapat dari pakar. Penilaian dilakukan dengan komparasi berpasangan, yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lain pada setiap tingkatan hirarki secara berpasangan, akhirnya dapat dinilai antar dua elemen secara kuantitaif, yang disajikan dalam matriks komparasi berpasangan.

(3) Síntesis of Priority, merupakan penentuan peringkat beberapa komponen berdasarkan penilaian kepentingan relatif. Penentuan peringkat dilakukan berdasarkan nilai eigen vector pada setiap matrix pairwise comparasion untuk mendapatkan local priority. Untuk mendapatkan global priority harus dilakukan síntesis terhadap local priority. Proses pengurutan berdasarkan kepentingan relatif melalui prosedur síntesis dinamakan priority setting.

(4) Logical Consistency, merupakan proses untuk menjamin semua komponen dikelompokkan secara logis dan dilakukan prioritas secara konsisten sesuai kriteria yang logis. Konsistensi memiliki dua makna, pertama bermakna bahwa obyek serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek yang didasarkan kriteria tertentu. Apabila penilaian tidak konsisten, maka proses diulang untuk memperoleh penilaian yang tepat.

AHP membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflik sebagaimana yang terjadi dalam kondisi nyata dalam usaha mencapai konsensus. Semua problema sistem ini tidak dapat dipecahkan melalui komponen yang terukur seperti keadaan ya dan tidak (1 dan 0). Karena ada kondisi perbedaan kepentingan. AHP mencoba memecahkan masalah dengan cara membandingkan masukan secara berpasangan berdasarkan skala yang dapat membedakan setiap pendapat serta mempunyai keteraturan dalam nilai skala komparasi Saaty : 1 sampai dengan 9 yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Saaty (1993) telah membuktikan bahwa nilai skala komparasi 1 sampai dengan 9 merupakan pengambilan keputusan individual yang baik dalam pendekatan suistem dengan pertimbangan ketelitian yang ditunjukkan pada nilai RMS (Root Means Square) dan MAD (Mean Absolute Deviation).

Tabel 7 Komparasi penilaian berdasarkan skala Saaty

Nilai Keterangan

1 Sama pentingnya

3 Sedikit lebih penting

5 Jelas lebih penting

7 Sangat jelas lebih penting

9 Mutlak lebih penting

2,4,6,8 Jika terjadi keraguan jawaban antara 2 nilai yang berdekatan 1/(1-9) Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9

Dalam analisis menggunakan AHP dilakukan melalui beberapa proses yakni sebagai berikut:

(1) Matriks pendapat individu

Untuk menyusun prioritas dilakukan identifikasi terhadap intensitas masalah yang merupakan faktor dominan. Teknik komparasi berpasangan menerapkan penilaian para pakar berdasarkan skala komparasi berpasangan, sehingga membentuk matriks segi. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan prioritas yang dicari berdasarkan nilai eigen vector dan untuk mendapatkan konsistensi penilaian diukur berdasarkan nilai eigen value.

(2) Matriks pendapat gabungan

Matriks Pendapatan Gabungan merupakan susunan matriks baru yang eleven matriknya gij berasal dari rataan geometrik atau “geometric means” elemen matriks pendapat individu aij yang rasio konsistensinya (CR) memenuhi persyaratan.

(3) Pengolahan horizontal

Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas semua eleven keputusan pada setiap tingkat hirarki. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal adalah 1) perkalian baris 2) perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen 3) perhitungan nilai eigen maksimum 4) perhitungan indeks konsistensi dan 5) perhitungan rasio konsistensi.

(4) Pengolahan vertikal

Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap eleven pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap fokus utama (ultimate goal).

(5) Revisi pendapat

Revisi pendapat dapat dilakukan jika rasio konsistensi pendapat cukup tinggi, dan dianggap konsistensi jika mempunyai nilai sama dengan 0.1, sedangkan nilai akurasi data ditunjukkan dengan nilai RMS dari baris dan perbandingan nilai bobot baris terhadap kolom.

2.11 Analisis Kelayakan Finansial

Kelayakan adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non finansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kelayakan juga diartikan akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankan usaha, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek finansial, aspek teknis/operasional, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial serta aspek dampak lingkungan. Dalam penelitian ini kriteria kelayakan secara khusus ditekankan pada aspek finansial.

Analisis kelayakan finansial didasarkan pada analisis keuangan yang dihitung berdasarkan harga riil dari apa yang sebenarnya terjadi. Dalam tahap ini akan dianalisis biaya dan manfaat kegiatan agroindustri perikanan laut. Analisis keuangan merupakan suatu penilaian terhadap kinerja perusahaan pada waktu yang lalu dan prospeknya pada masa yang akan datang. Melalui analisis keuangan diharapkan dapat ditemukan kekuatan dan kelemahan perusahaan dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan (financial statement). Analisis keuangan ini diperlukan berbagai pihak seperti para pemegang saham atau investor, kreditur dan para manajer karena melalui hasil analisis keuangan ini mereka akan mengetahui posisi perusahaan yang bersangkutan dibandingkan dengan perusahaan lainnya dalam satu kelompok

industri. Evaluasi aspek keuangan rencana investasi mencakup hal – hal sebagai berikut:

1) Penyusunan anggaran investasi yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan (proyek)

2) Struktur dan sumber pembiayaan proyek yang akan dibangun 3) Kemampuan proyek menghasilkan keuntungan

4) Analisis break even point

Menurut Awat (1999) dari aspek keuangan, suatu usul investasi akan dinilai menguntungkan atau tidak tergantung pada berbagai metode kriteria investasi seperti Payback Period (PP), Accounting Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI). Menurut Sutojo (2000) jika metode evaluasi profitabilitas proyek dikaitkan dengan nilai uang (the time value of money) maka diperoleh dua macam metode yakni metode konvensional dan metode discount cashflow. Metode konvensional mempergunakan dua macam tolak ukur yaitu Payback Period (PP) dan Accounting Rate of Return (ARR). Sedangkan metode discount cashflow dipergunakan tiga macam tolok ukur yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI). Penjelasan secara rinci mengenai beberapa metode investasi dapat dilihat sebagai berikut:

(1) Net present value (NPV)

Menurut Sutojo (2000), NPV adalah selisih antara nilai saat ini (present value) dari seluruh cash flow tahunan yang diterima investor selama umur ekonomis proyek dengan nilai (anggaran) investasi proyek. Nilai bersih sekarang (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang dari benefit (keuntungan) dengan nilai sekarang biaya. Apabila NPV bertanda positif menunjukkan bahwa investasi menguntungkan sehingga layak, karena (1) investasi awal telah kembali (2) biaya modal telah diperoleh dan (3) menerima penghasilan dari kelebihan (1) dan (2). Sebaliknya apabila NPV negatif maka investasi harus ditolak. Sementara apabila NPV sama dengan nol, maka keputusan dapat menerima atau menolak investasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.

(2) Internal Rate of Return (IRR)

IRR dari suatu investasi adalah suatu nilai tingkat bunga yang menunjukan bahwa nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek. Dengan perkataan lain, IRR adalah nilai discount rate sosial yang membuat NPV proyek sama dengan nol (Djamin, 1993). Menurut Husnan (1998), analisis investasi dengan NPV lebih baik karena pada metode IRR terdapat beberapa kelemahan, yaitu:

1) Tidak memungkinkan untuk menghitung IRR yang tingkat bunganya berbeda setiap tahun

2) Terdapat kemungkinan diperoleh hasil lebih dari satu, apabila arus kas berubah-ubah tandanya

3) Metode IRR akan mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan apabila proyek bersifat mutually exclusive.

(3) Payback Period (PP)

Menurut Awat (1999) metode PP ini menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang digunakan pada investasi awal (initial invesment). Banyak orang menggunakan PP sebagai tolok ukur dalam penentuan risiko suatu proyek. Hal ini disebabkan karena selama masih berada dalam PP berarti perusahaan belum mampu mengembalikan investasi yang ditanamkan dalam proyek. Semakin lama PP maka semakin tinggi risiko usaha yang ditanggung.

(4) Profitability Index (PI)

Profitability index (PI) merupakan perbandingan antara nilai akumulasi Present Value (PV) dengan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan suatu usaha. PI juga merupakan perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan bersih di masa akan datang dengan nilai investasi. Hal ini ditujukan untuk menilai risiko yang dihadapi dalam menjalankan suatu usaha.

(5) Nisbah Bersih Manfaat dan Biaya (Net B/C)

Net B/C adalah angka perbandingan antara present value total bersih dari hasil keuntungan bersih terhadap present value dari biaya bersih.

Selain analisis investasi, perlu dilakukan analisis perhitungan Break Even Point (BEP) yakni keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba (Mulyadi 1993). Di samping itu, terdapat dua cara untuk menentukan titik impas yaitu dengan pendekatan teknik persamaan dan pendekatan grafis.

2.12 Konsep Strategi

Menurut Allison dan Kaye (2005), strategi didefinisikan sebagai prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi. Strategi merupakan pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi atau mencapai kondisi masa depan yang dinginkan (Tripomo dan Udan 2005). Rumusan strategi yang baik akan memberikan gambaran pola tindakan utama dan pola keputusan yang dipilih untuk mewujudkan tujuan organisasi. Apabila strategi telah ditetapkan, selanjutnya disusun rencana (plan), seperangkat kebijakan (policies), tahapan-tahapan pencapaian, organisasi dan personalia yang mengisinya, anggaran dan program aksi. Wheelen dan Hunger (2006) menyatakan bahwa manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan manajerial yang akan menentukan kinerja jangka panjang dalam suatu organisasi. Manajemen strategi yang berkembang saat ini merupakan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi dalam bentuk keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh suatu organisasi.

Selain definisi strategi yang bersifat umum, terdapat definisi secara khusus seperti yang dikemukakan oleh Hamel dan Prahaland (1995) yang mendefinisikan strategi yang terjemahannya adalah bahwa strategi merupakan tindakan yang

bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Oleh karena itu, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti.

Tahapan perumusan strategi tidak lepas dari pengertian tentang manajemen strategik. David (2001) menyatakan bahwa manajemen strategik adalah seni dan ilmu untuk “formulasi-implementasi dan evaluasi” keputusan-keputusan yang bersifat lintas fungsional agar organisasi dapat mencapai tujuannya. Kerangka manajemen strategik menyeluruh digambarkan dalam tiga tahapan seperti pada Gambar 12, yang meliputi identifikasi lingkungan (internal-eksternal), perumusan/formulasi strategi (visi, misi dan tujuan), implementasi strategi (program, budget dan proyek), serta monitoring dan evaluasi.

Gambar 12 Kerangka manajemen strategik.

Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, mengembangkan strategi-strategi alternatif dan memilih strategi untuk pelaksanaan. Implementasi

Melaksanakan Audit eksternal

Mengembangkan visi & misi Audit eksternal Menetapkan tujuan jangka panjang Membuat kebijakan dan tujuan tahunan Pengalokasian sumber daya Mengukur dan mengevaluasi kinerja Melaksanakan Audit internal Umpan Balik Membuat, mengevaluasi dan memilih strategi Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi strategi

strategi memerlukan suatu perangkat untuk menetapkan tujuan tahunan, merencanakan kebijakan memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi strategi yang diformulasikan dapat dilaksanakan; implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya pendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengarahkan kembali usaha-usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi. Evaluasi strategi adalah tahap akhir pada manajemen strategi. Tiga aktivitas penting untuk mengevaluasi strategi adalah me-review faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar penerapan strategi, mengukur kinerja dan mengambil tindakan perbaikan. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan jaminan untuk kesuksesan hari esok.

Allison dan Kaye (2005) menyatakan perencanaan strategik setiap organisasi berbeda tergantung pada besar dan kompleksitas organisasi lingkup maupun peubah-peubah yang digunakan. Namun demikian perencanaan strategik memiliki kesamaan sebagai upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan menyadari terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Proses perencanaan strategik yang berhasil selalu memiliki pertanyaan dan jawaban sebagai berikut : (1) Dimana kita sekarang ? (2) Dimana kita ingin berada di masa mendatang ? (3) Bagaimana kita mengukur kemajuan? (4) Bagaimana kita mencapai sasaran dan tujuan ? dan (5) Bagaimana kita menelusuri kemajuan (Gazpers 2004).

Dalam dokumen 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Surimi (Halaman 34-43)

Dokumen terkait