No Dx
Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. I Resiko tinggi hipoter mi tidak
1) Ukur suhu tubuh bayi baru lahir.
2) Observasi tanda-tanda hipotermi ( stress, dingin ) seperti pucat, tremor, kulit dingin,
1) Mendeteksi penyimpangan suhu tubuh dari
terjadi dalam 3 hari perawat an. Kriteria evaluasi: 1) Suhu tubuh bayi dalam batas normal ( 36,5 ‘C – 37,5 ‘C ) 2) Tidak terdapat tanda-tanda hipoter mi (stress, dingin) seperti pucat, tremor, kulit dingin, letargi dll letargi dll.
3) Berikan cairan oral dini pada bayi ASI on demand dan susu.
4) Pertahankan suhu tubuh bayi dari pernafasan lingkungan.
♦ Mandikan bayi setelah 6 jam pertama dengan air hangat dan tidak terlalu lama, keringkan segera.
♦ Olesi badan bayi dengan minyak telon.
♦ Beri pakaian hangat ( bahu –popok ).
♦ Selimuti (bedong) bayi dengan selimut hangat dan pasang kelambu pada ranjang.
♦ Letakkan keranjang bayi dilingkungan yang hangat tidak ber AC.
5) Menjaga lingkungan sekitar dan tubuh bayi agar tetap kering.
♦ Mengganti kain popok yang basah oleh urin dan mekonium sesegera mungkin.
Membersihkan pantat, genetalia, lipatan paha dan mengeringkan nya kemudian ditaburi b No Dx Implementasi Evaluasi 1. I Kamis, 05 februari 2004. (Pukul 11.00 WITA) 1) Mengukur TTV: R: 45 x/m. N: 154 x/m. S: 36,8 ‘C. 2) Mengukur S : ♦ -O : ♦ Pasien tampak merah pada wajah dan rentang normal dan suhu tubuh bayi baru lahir biasanya berfluktuasi dengan cepat sesuai perubahan suhu lingkungan. 2) Hipotermi mengakibatkan peningkatan laju penggunaan O2 dan distres pernafasan. Pendinginan juga mengakibatkan vasokonstriksi perifer ini terlihat kulit menjadi pucat. 3) Setiap peningkatan 1 ‘C suhu tubuh metabolisme dan kebutuhan cairan meningkat kira-kira 10 %, kegagalan menggantikan kehilangan cairan selanjutnya memperberat status hidrasi. 4) Membantu
2. II Resiko tinggi infeksi tidak terjadi dalam 3 hari perawat an Kriteria evaluasi: 1) Suhu tubuh bayi dalam batas normal ( 36,5 ‘C – 37,5 ‘C ). 2) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat ( eksudat, bau, 2. II Antropometri. BB: 4100 gram. OB: 41 cm. PB: 52 cm. O S: 37 cm. LD: 35 cm. O K: 31 cm. 3) Membedong bayi. Kamis, 05 februari 2004. (Pukul 11.00 WITA) 1) Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan dan memegang bayi. 2) Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi.
tubuhnya . A : ♦ Masalah resiko hipoterm i teratasi sebagian. P : ♦ Intervensi diteruska n: 1) Observasi TTV terutama suhu tubuh. 2) Beri pakaian hangat / tebal (dibedon g). 3) Ganti pakaian jika pakaian basah. S : ♦ -O : ♦ Tidak tampak mengurangi kehilangan panas melalui evaporasi dan konveksi serta membatasi stress, akibat perpindahan lingkungan dari intrauterus ke ekstruterus. 5) Mencegah kehilangan panas melalui konduksi, dimana panas tubuh dipindahkan dari kulit bayi baru lahir keobjek/ benda/permukaan yang lebih dingin dari pada kulit bayi
1) Mencuci tangan yang benar adalah faktor tunggal yang paling penting dalam melindungi bayi dari infeksi dan meminimalkan introduksi bakteri dan penyebaran infeksi.
pendara han, basah, pus dll ) tanda-tanda infeksi (pus, bau, basah, pendarah an dan panas). ♦ Tali pusat tampak terbungk us kasa steril. A : ♦ Masalah resiko infeksi teratasi sebagian. P : ♦ Intervensi diteruska n: 1) Ganti balutan tali pusat 2 x/hr sesudah mandi. 2) Jaga kebersiha n. 3) Lakukan tehnik mempertahankan kebersihan area luka serta mencegah terjadinya infeksi. 3) Mempertahankan
balutan baru yang bersih guna menyerap cairan yang dikeluarkan oleh tali pusat dan mencegah
masuknya
mikroorganisme kedalam tali pusat. 4) Mengetahui
secara dini adanya kemungkinan terjadinya infeksi pada tali pusat. 5) Membuat
suasana/lingkunga n tidak cocok dengan daur hidup bakteri.
6) Kolostrom dan ASI mengandung sekretorius IgA dalam jumlah tinggi yang memberikan imunitas bentuk pasif serta makrofag dan
septik dan anti septik.
♦ edak
1) Cuci tangan sebelum memasuki ruang perawatan bayi dan ingin memegang bayi. 2) Rawat tali pusat dengan bahan anti septik. 3) Ganti balutan tali pusat 2 x/hr.
4) Observasi tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
5) Jaga kebersihan lingkungan sekitar bayi. 6) Pertahankan pemasukan ASI on demand. 7) Pelihara peralatan individual dari
bahan-bahan persediaan untuk bayi.
8) Anjurkan menghindari kontak dengan anggota keluarga atau pengunjung yang mengalami infeksi atau pain terpajan dari proses infeksi limfosit yang membantu mengembangkan respons inflamasi lokal. 7) Membantu mencegah kontaminasi silang terhadap bayi melalui kontak langsung atau infeksi. 8) Karena neonatus lebih rentan bila dipajankan pada beberapa infeksi
BAB 1
Pendahuluan A. Latar Belakang
Perdarahan Postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan Postpartum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Haemoragic Post Partum ( HPP ) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan trombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua. Perdarahan Postpartum dibagi atas dua bagian yaitu perdarahan
Postpartum dini dan lanjut. Perdarahan Postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai, sedangkan perdarahan Postpartum lanjut adalah perdarahan yang berlebihan selama masa nifas, termasuk periode 24 jam
pertama setelah kala tiga persalinan selesai. B. Perumusan Masalah
1. Masalah Umuma
2. Sub Masalah
Berdasarkan masalah umum diatas, maka dengan ini penulis dapat membuat Sub Masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana gejala Postpartum
b. Bagaimana tindakan perawatan pada pasien Postpartum? c. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Postpartum?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk memenuhi tugas bersruktur mata kuliah Maternitas dari Dosen Pembimbing. 2. Memberikan pemahaman tentang pengertian, gejala, cara menanggulangi pada pasien dengan Postpartum sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan secara tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
3. Memaparkan berbagai diagnosa untuk menanggulangi Postpartum D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini bermanfaat bagi mahasiswa, lembaga penelitian atau dosen.
1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui Askep yang baik dilakukan pada pasien Postpartum serta membantu mahasiswa berperan aktif dalam menanggulangi pasien Postpartum
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Untuk mempermudah lembaga pendidikan mengetahui lebih dalam tentang Askep pada pasien dengan Postpartum
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode literature dan sumber internet yang di ambil dari beberapa media yaitu Text Book dan Studi Kepustakaan : membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan Postpartum.
F. Sistematika Penulisan
Untuk dapat mempermudah pembaca dalam mengerti dan memahami isi Makalah ini, Penulis mencantumkan Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari II Bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan, yang meliputi Latar belakang, Perumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
Bab II : Konsep penyakit dan Asuhan Keperawatan. Dibagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka
BAB II
KONSEP DASAR POST PARTUM A. Pengertian
- Post partum adalah masa setelah partus dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Arif Mansyur,1999).
- Post partum adalah masa pulih kembali seperti pra hamil,berlangsung selama 6 minggu (Abdul Bari Saefudin, 2002).
- Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal. (Barbara F. weller 2005).
Periode post partum dibagi 3 yaitu:
1. Immediatelly post partum : 24 jam pertama 2. Early post partum : minggu pertama
Tujuan perawatan post partum (srtraight 2001)
- Meningkatkan involusi uterus normal dan mengembalikan pada keadaan sebelum hamil. - Mencegah atau meminimalkan komplikasi post partum
- Meningkatkan kenyamanan dan pennyembuhan pelvis perineal dan jaringan perineal. - Membantu perbaikan fungsi tubuh yang normal
- Meningkatkan pemahaman perubahan psiologis dan psikologis - Mefasilitasi perawatan bayi kedalam unit keluarga
- Mensuport keterampilan orang tua dan attechman ibu dan bayi - Memberikan perencanaan pulang yang efektif
Faktor yang memperngaruhi pengalaman post partum - Persalinan normal dan bayi yang dilahirkan
- Persiapan persalinan dan menjadi orang tua - Masa transisi menjadi orang tua
- Peran keluarga yang diharapkan
- Pengalaman keluarga pada kelahiran anak
- Sensitifikasi dan efektifitas perawat dan tenaga profesional lainnya
Faktor resiko untuk terjadinya komplikasi post partum : - Pre ekslamsi dan ekslamsi
- Diabetes
- Masalah jantung
- Overdistensi uterus akibat bayi kembar atau hydramnion - Abruptio placenta atau placenta previa
- Persalinan lama dan sulit
B. Tanda dan gejala yang menjadi perhatian untuk dilaporkan : - Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan - Keluar darah segar terus menerus setelah ppersalinan
- Nyeri yang hebat - Peningkatan suhu
- Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan mengosongkan - Perluasan hematoma
- Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk. C. Perubahan fisiologis
1. Tanda-tanda vital
- Suhu : 24 Jam pertama dapat terjadi peningkatan suhu 38 c sebagai akibat oleh nidasi selama persalinan
- Nadi : dalam waktu 6-8 hari setelah melahirkan ditemukan adanya nadi normal kembali dalam waktu 2 bulan n: 50x – 70x /menit
- Pernafasan : akan kembali normal sama sebelum melahirkan
- Tekanan darah : mengalami sedikit perubahan pada 48 jam pertam dapat terjadi hipotensi orthostatik .
2. Sistem kardiovaskuler
Cardiac output beberapa saat setelah melahirkan , cardiac output setelah melahirkan menurun 50% dari sebelum melahirkan . Pada persainan normal darah yang dikeluarkan kurang lebih 400-500 cc masih dapat ditoleransi
3. Sistem endokrin
Blorman placenta pada periode post partum terjadi perubahan roduksi homon,kadarestrogen dan progesteron menurun secara mencolok .
4. Sistem perkemihan
Vesika urinaria mengalami trauma akibat tekanan > edema>menimbulkan overdistensi dan pemenuhan antong kemih tidak sempurna > kurang sensitif dan kapasitas bertambah
>sesudah berkemih masih ada residu. 5. Sistem gastrointestinal
Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar kembali normal, akibat adanya
penurunan mobilitas usus dan tonus otot abdomen dan kehilangan cairan,rasa tidak nyaman pada perinium.
6. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil bisa menghilang,sedangkan hiperpigmentasi diaerola dan nigra tidak menghilang seluruhnya atau tidak menetap kulit yang menegang pada
payudara ,abdomen ,paha dan panggur mungkin memudar ,tetapi tidak menghilang.
D. Perubahan sistem reproduksi - Uterus
Ukuran akan tetap sama sampai 2 hari, kemudian berkurang (involusi)dan turun kurang lebih 1 ruas jari perhari
- Lochea
Keluaran dan uterus selama 3 minggu pertama setelah melahirkan dibagi 3 tipe:
Lochea mbra : bewarna merah gelap terjadi 2-3 hari pertama, mengandung sel-sel efitel, oritrosit,leukosit desidua dan bau karakteristik manusia
Lochea serosa : bewarna merah muda sampai kecoklatan ,terjadi 3-10 hari setelah kehamilan
Lochea alba : hampir tidak bewarna samapi krim kekuningan,terjadi 10-3 minggu setelah melahirkan.
- Serviks
Menjadi lebih tebal dan lebih keras pada akhir minggu pertama kelahiran anak bisa
mengakibatkan perubahan permanen pada osteum serviks dari bulat menjadi memanjang. - Vagina
Halis dan membengkak dengan tonus otot yang buruk mgae tampak kembali 3-4 minggu pasca partum.
- Perinium
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, peri neum sudah mendapat kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
- Payudara
Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula – mula lebih nyeri tekan sebagai
reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi
E. Adaptasi psikologis
Periode pasca partum, menggambarkan suatu stress emossional bagi ibu baru menjadi lebih sulit dengan perubahan psikologis besar yang terjadi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan peran menjadi orang tua selama pasca partum:
- Repon oleh dukungan keluarga dan teman
- Hubungan pengalaman kelahiran dengan harapan dan aspirasi - Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak
- Pengaruh budaya
1. Menurut Rubin fase adaptasi dibagi menjadi 3 fase :
a. Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan ketergantungan, menyatakan ingin
makan dan tidur, sulit membuat keputusan.
b. Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi, mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
c. Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai ayah dan berinteraksi dengan bayi.
F. Perubahan yang dapat terjadi selama periode Postpartum
- Kardiovaskuler : penurunan volume darah karena diuresis, kehilangan darah. Dapat menyebabkan orthostatik hypontention, tingginya waktu pembekuan.
- Gastrointestinal: konstipasi haemoroid
- Urinary : retensi uriene catheterisasi dapat menyebabkan UTI - Sexsuallity: turunnya libido karena pengaruh hormon
G. Komplikasi post partum - Infeksi pada sel reproduksi - Infeksi pada sel kemih - Mastitis
- Penyakit thromoembolic Postpartum - Gangguan psychiatric pada Postpartum H. Asuhan keperawatan
Menurut Marlynn E. Doengous, 2001 : 1. Pengkajian
- Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati. - Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari. - Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (“Postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
- Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima - Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga
- Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5 pascapartum. - Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke2 – 3 , berlanjut menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis, rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas ( mis,
menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih didini, tergantung kapan menyusui dimulai.
I. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Postpartum menurut Marilyn doengoes, 2001 yaitu :
- Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/ pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
- Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh.
- Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
- Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (misal
hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas rubella,inkompabilitas Rh).
- Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
J. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang
diidentifikasi pada diagnose keperawatan.
1. Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, e dema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan. Intervensi :
Mandiri :
- Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran.
- Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.
- Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam pertama s etelah kelahiran. - Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi) diantara 100o dan 105o F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari, setelah 24 jam
- Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit setiap 4 jam, penggunaan kompres witch hazel, dan menaikan pelvis pada bantal.
- Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain.
- Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan melakukan tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.
- Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau pitung pecah – pecah.
- Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
- Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan kompres panas sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan tepat, dan mengeluarkan susu secara berurutan , bila hanya satu putting yang sakit atau luka.
- Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan menyusui. - Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
- Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesi a subaraknoid. Hindari member obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala ditentukan.
Kolaborasi :
- Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2 – 3 minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama ambulasi pertama.
- Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak menyusui, berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama pembesaran payudara dan afterpain.
- Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk perineum bila dibutuhkan.
- Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “ pada sisi pungsi dural. Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.
2. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan tingkat pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui, mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
Intervensi : Mandiri :
- Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan/keluarga. - Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kenutuhan diet khusus, dan factor – factor yang
memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
- Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui. Perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui.
- Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
- Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara sel ama 20 – 30 menit setelah menyusui.
- Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali secara khusus diindikasi. - Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan putting masuk atau datar.
Kolaborasi :
- Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu
- Identifikasi sumber – sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan :
Pemenuhan ADL terpenuhi. Kriteria hasil :
Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan minum). Rencana tindakan
- Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya. - Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
- Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
- Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya. Rasionalisasi
- Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya. - Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
- Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.
- Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien terpenuhi
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator ( misal
hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas rubella, inkompabilitas Rh).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera teratasi. - Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor – factor risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
Intervensi : Mandiri :
- Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan. Catat tanda – tanda anemia.
- njurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan anesthesia
subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring selama 6 – 8 jam, tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala. Bantu klien dengan ambulasi awal.
- Berikan supervise yang adekuat pada mandi shower atau rendam duduk. Berikan bel pemanggil dalam jangkauan klien.
- Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KKaA , sakit kepala, atau gangguan penglihatan.
- Catat efek – efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji respon patella dan pantau status pernapasan.
- Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda – tanda tromboflebitis, perhatikan ada atau tidaknya tanda human.6) Berikan kompres panas local; tingkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai yang sakit.
- Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji klien tehadap alergi pada telur atau bulu. Kolaborasi :
- Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.
- Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila risiko – risiko atau gejala – gejala flebitis terjadi.
- Berikan antikoagulasi; evaluasi factor – factor koagulasi, dan perhatikan tanda – tanda kegagalan pembekuan.
- Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam pascapartum, sesuai indikasi. 5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik – tehnik untuk menurunkan risiko/meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen dan bebas dari infeksi,
tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal. Intervensi :
Mandiri :
- Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta.
anoreksia atau malaise.
- Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah dan bau rabas lokhial atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa.
- Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri tekan. - Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan tehnik pemberian makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).
- Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan,