BAB IV : HASIL PENELITIAN
2.1.3 Proses Komunikasi
A. Proses Komunikasi Primer
Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses
yang memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara
efektif. Proses komunikasi inilah yang membuat komunikasi
berjalan dengan baik dengan berbagai tujuan. Dengan adanya
proses komunikasi, berarti ada suatu alat yang digunakan dalam
prakteknya sebagai cara dalam pengungkapan komunikasi tersebut.
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “Ilmu
Komunikasi, Teori dan Praktek”, Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan
secara sekunder, yakni:
“Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.” (Effendy, 2003: 11).
Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Bahasa
digambarkan paling banyak dipergunakan dalam proses
menerjemahkan pikiran seseorang untuk dapat dimengerti dan
dipahami oleh orang lain secara terbuka.” (Effendy, 2003: 11).
Apakah penyampaian bahasa tersebut dalam bentuk ide, informasi
atau opini mengenai hal yang jelas (kongkret) maupun untuk hal
yang masih samar (abstrak), bukan hanya mengenai peristiwa atau
berbagai hal yang sedang terjadi melainkan pada waktu dulu dan
masa yang akan datang.
Kial (gesture) merupakan terjemahan dari pikiran seseorang sehingga dapat terekspresikan secara nyata dalam bentuk fisik,
tetapi kial ini hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu
secara terbatas.
Isyarat juga merupakan cara pengkomunikasian yang
menggunakan alat “kedua” selain bahasa yang biasa digunakan
seperti misalnya kentongan, semaphore (bahasa isyarat menggunakan bendera), sirine, dan lain-lain. Pengkomunikasian ini
juga sangat terbatas dalam menyampaikan pikiran seseorang.
Warna sama seperi halnya isyarat yang dapat
mengkomunikasikan dalam bentuk warna-warna tertentu sebagai
pengganti bahasa dengan kemampuannya sendiri. dalam hal
kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, warna tetap tidak
“berbicara” banyak untuk menerjemahkan pikiran seseorang
karena kemampuannya yang sangat terbatas dalam
Gambar sebagai lambang yang lebih banyak porsinya
digunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan
warna dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang,
tetapi tetap tidak dapat melebihi kemampuan bahasa dalam
pengkomunikasian yang terbuka dan transparan. Penggunaan
bahasa sebagai “penerjemah” pikiran dapat didukung dengan
menggunakan gambar sebagai alat bantu pemahaman, tetapi
posisinya hanya sebagai pelengkap bahasa untuk lebih
mempertegas maksud dan tujuannya.
Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan
dalam komunikasi adalah bahasa, tetapi tidak semua orang dapat
mengutarakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya melalui
kata-kata yang tepat dan lengkap. Hal ini juga diperumit dengan
adanya makna ganda yang terdapat dalam kata-kata yang
digunakan, dan memungkinkan kesalahan makna yang diterima.
Oleh karena itu bahasa isyarat, kial, sandi, simbol, gambar, dan
lain-lain dapat memperkuat kejelasan makna.
B. Proses Komunikasi Sekunder
Setelah proses komunikasi primer, maka proses komunikasi
kedua adalah proses komunikasi sekunder. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa :
“Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama.” (Effendy, 2003: 16).
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya
berada ditempat yang relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak.
Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film,
internet, dan lain-lain adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi. Media kedua ini memudahkan proses
komunikasi yang disampaikan dengan meminimalisir berbagai
keterbatasan manusia mengenai jarak, ruang, dan waktu.
Menurut Onong Uchjana Effendy, “Pentingnya peran media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan
oleh efisiensi dalam mencapai komunikan.” (Effendy, 2003: 17).
Surat kabar, radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang
efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat
banyak. Keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya
dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Menurut
para ahli komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan
persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangkan acuan
(frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya umpan balik berlangsung
seketika, dalam artian komunikator mengetahui tanggapan atau
Ini berlainan dengan komunikasi bermedia, apalagi
menggunakan media massa yang tidak memungkinkan komunikator
mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran
komunikasinya dan dalam proses komunikasinya, umpan balik tidak
berlangsung saat itu tetapi memerlukan waktu untuk menanggapinya.
Komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari
komuniksi primer untuk menembus ruang dan waktu. Dalam menata
lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi,
komunikator harus mempertimbangkan sifat media yang akan
digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil
pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari atas pertimbangan
mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media
surat, poster atau papan pengumuman akan berbeda dengan
komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap media
memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk
dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu. Onong
Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Proses komunikasi sekunder
itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media
massa (massmedia) dan media nirmassa atau nonmassa (non-mass media).” (Effendy, 2003: 18).
Media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan
lain-lain memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain massif (massive) atau
banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa seperti,
telepon, surat, telegram, spanduk, papan pengumuman, dan lain-lain
tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit.