• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Koneksi Matematis Siswa Madrasah Ibtidaiyah dalam Pemecahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Proses Koneksi Matematis Siswa Madrasah Ibtidaiyah dalam Pemecahan

Kemampuan Koneksi matematis mampu mempermudah siswa dalam pemecahan masalah matematika. Membuat koneksi dalam matematika mengacu pada proses dalam belajar dimana siswa membangun pemahaman tentang ide-ide matematika melalui tumbuhnya kesadaran hubungan antara pengalaman nyata, bahasa, gambar dan simbol matematika. Memahami dan penguasaan materi matematika berkembang melalui organisasi pelajar dari hubungan-hubungan ini menjadi jaringan koneksi.47

Dalam hal ini, kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum dari pembelajaran matematika. Mengingat dengan belajar matematika, siswa dapat memecahkan persoalan dengan mudah, baik dalam pelajaran matematika itu sendiri, dengan disiplin ilmu lainnya atau masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya tingkat proses koneksi matematis siswa harus diketahui. Kemudian di teliti seberapa jauh tingkatan koneksi matematis yang ada pada diri siswa tersebut, terutama pada diri siswa sekolah dasar (SD/MI). Pentingnya pemilikan kemampuan koneksi matematis terkandung dalam tujuan pemebelajaran matematika yaitu: memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.48

47 Derek Haylock & Fiona Thangata, 118.

48 Sriwahyuni Latif and Irwan Akib, ‘Mathematical Connection Ability in Solving Mathematics Problem Based on Initial Abilities of Students At SMPN 10 Bulukumba’, Jurnal Daya

27

Hal tersebut semakin menguatkan bahwa koneksi matematis dibutuhkan oleh siswa MI untuk membantu siswa dalam penguasaan pemecahan konsep bermakna dan membantu menyelesaikan tugas pemecahan masalah. Kemampuan koneksi matematis siswa juga dibutuhkan dalam memecahkan masalah atau mengerjakan soal yang tidak bersifat rutin dan memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Pemecahan masalah membantu siswa mendapatkan pengalaman langsung, sehingga siswa menyadari bahwa matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari yang ada disekitar mereka.

Branca (1980) menegaskan tentang pentingnya kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam matematika, yang menyatakan bahwa: (1) Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika. (2) Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika. (3) Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.49 Diana, dkk dalam jurnalnya menyatakan bahwa salah satu penyebab kesalahan siswa menyelesaikan masalah adalah kesulitan dalam mengoneksikan antar konsep, konsep aljabar dengan topik lain di matematika, dan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Kebanyakan siswa hanya benar dalam mengoneksikan matematika dengan kehidupan sehari-hari, tetapi salah dalam mengoneksikan hasil translasi tersebut dengan konsep aljabar, dengan materi selain aljabar di matematika, serta dengan

49 Alan Mackworth, ‘Decision Theory : Single & Sequential Decisions . VE for Decision Networks’, 2 (2013), 53–61.

disiplin ilmu lain, sehingga tidak dapat menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan dengan benar.50

Susanti melakukan penelitian disertasinya, yang menyatakan bahwa proses berpikir siswa dalam membangun koneksi ide-ide matematis pada pemecahan masalah matematika, dapat meggunakan skema kognitif. Dalam menyelesaikan masalah matematika, struktur berpikir yang terbentuk bisa sesuai dengan struktur masalah yang diberikan atau tidak sesuai dengan masalah yang diberikan.51 Sedangkan Jaijan melakukan penelitian terhadap mahasiswa pendidikan matematika di Khon Kaen University selama 3 tahun dengan tujuan mengembangkan model berpikir mahasiswa dalam membuat koneksi matematika melalui lesson study dan open approach. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi etnografi. Penelitian ini merealisasikan masalah belajar melalui penerapan pendekatan geometri dimana dosen membimbing mahasiswa dalam membuat koneksi antarkonsep, koneksi matematika dengan ilmu lain dan koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Pernyataan di atas menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematis marupakan hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran matematika. Oleh karenanya peneliti ingin mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa, akan tetapi kali ini peneliti akan meneliti bagaimana terjadinya proses koneksi matematis siswa dalam pemecahan masalah, terutama pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah.

50 Risma Firda Diana, Edy Bambang & Irawan, Susiswo, Proses Koneksi Matematis Siswa Bergaya Kognitif Reflektif dalam Menyelesaikan Masalah Aljabar Berdasarkan Taksonomi Solo,

Jurnal Kajian Pembelajaran Matematika, 1.1, 2017.

51 Elly Susanti. Proses Berpikir Siswa Dalam Membangun Koneksi Ide-Ide Matematis Pada Pemecahan Masalah Matematika. Disertasi tidak diterbitkan. Malang Pascasarjana Universitas Negeri Malang. 2015.

29

Odaka Toshio memilik empat tahapan untuk mengetahui proses koneksi matematis siswa dalam pembentukan skema koneksi matematis, yaitu:

a. Tahapan kognisi; pastikan untuk menandai realitas situasi masalah dengan secera dan dapat memecahkan masalah.

b. Tahapan inferensi; untuk menemukan informasi yang cocok dan mendasar unutk mengetahui suatu masalah secara logis.

c. Tahapan formulasi; untuk memverifikasi masalah ketika memperoleh pengetahuan dan skema dari matematika.

d. Tahapan rekontruksi; mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah. Dengan menjalankan keempat tahapan tersebut, maka proses koneksi matematis siswa akan diketahuai. Melalui proses koneksi tersebut, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang teks yang tertulis, memperoleh informasi, memverifikasi jawaban yang telah dikerjakan dan mengevaluasi jawabannya sendiri, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.

Proses koneksi tidak harus berbicara tentang matematika saja, akan tetapi berkaitan dengan disiplin ilmu lain dan juga dalam kehidupan sehari-hari siswa. Apabila guru mampu membentuk proses koneksi dalam diri siswa, maka akan terbentuk jaring-jaring laba-laba dalam proses berpikirnya. Dampaknya siswa akan dengan mudah memahami pelajaran dan mampu memecahkan masalah pada soal yang diberikan oleh guru. Siswa akan merasa kesulitan apabila tidak terjadi proses koneksi yang baik pada saat pembelajaran atau pada saat menyelesaiakn soal yang diberikan guru.

Hal ini akan menjadi sebuah masalah bagi siswa, jika siswa tidak dapat mengkoneksikan konsep-konsep pembelajaran Itu sendiri. Oleh karenanya, peneliti bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis proses koneksi matematis siswa MI dalam pemecahan masalah matematika untuk memudahkan guru membut koneksi matematis siswa. Untuk melihat proses koneksi matematis siswa MI melalui representasi matematis. Bambang menyatakan bahwa kemampuan representasi dapat mendukung siswa dalam memahami konsep-konsep matematika yang dipelajari dan kaitannya untuk mengomunikasikan ide-ide matematika, siswa lebih mengenal keterkaitan (koneksi) di antara konsep-konsep matematika ataupun menerapkan matematika pada permasalahan matematika.52

Dokumen terkait