• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

F. Proses Kreativitas

Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu :

1. Aspek Pribadi

Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya.

2. Aspek Pendorong

Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan.

Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (1988) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya.

4. Aspek Produk

Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna. Kreativitas tidak timbul serta-merta, tetapi melalui proses. Proses kreatif menurut De Porter & Hernacki (2001) dalam bukunya Quantum Learning mengalir melalui lima tahap, tahap-tahap tersebut sebagai berikut :

1. Persiapan Mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.

2. Inkubasi Mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran. 3. Iluminasi Mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan.

4. Verifikasi Memastikam apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah. 5. Aplikasi Mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut.

Proses Kreatif menurut Cambell (dalam Rowe, 2004) urutannya sebagai berikut :

1. Persiapan (preparation) : meletakan dasar, mempelajari latar belakang

masalah, seluk beluk dan problematikanya. Meskipun tidak semua ahli kreatif, namun kebanyakan pencipta adalah ahli. Terobosan gemilang dalam suatu bidang hampir selalu dihasilkan oleh orang-orang yang sudah lama berkecimpung dan lama berpikir dalam bidang itu. Persiapan untuk kreativitas itu kebanyakan dilakukan atas dasar “minat”. Kesuksesan orang-orang besar

tercapai dan bertahan, bukan oleh loncatan yang tiba-tiba, tetapi dengan usaha keras.

2. Konsentrasi (concentration): sepenuhnya memikirkan, masuk luluh, terserap

dalam perkara yang dihadapi. Orang-orang kreatif biasanya serius, perhatiannya tercurah dan pikirannya terpusat pada hal yang mereka kerjakan. Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal, trial dan error .

3. Inkubasi (incubation) : mengambil waktu untuk meninggalkan perkara,

istirahat, waktu santai. Sebuah busur tak dapat direntang terus-menerus untuk jangka panjang tanpa bahaya patah. Maka kita perlu melarika diri dari perkara yang sedang kita selesaikan, masalah yang hendak kita pecahkan. Inkubasi merupakan saat di mana sedikit demi sedikit kita bebaskan dari kerutinan berpikir, kebiasaan bekerja, kelaziman pemakai cara.

4. Iluminasi : mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja,

jawaban baru bagian paling nikmat dalam penciptaan, Ketika segalanya jelas, hubungan kaitan perkara dipertaruhkan, dan penerangan untuk pemecahan masalah, jawaban baru tiba-tiba tampak laksana kilat. Reaksi keberhasilan itu biasanya tidak hanya teras di batin, tetapi juga diungkapkan keluar secara fisik.

5. Verifikasi/ Produksi : memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan

masalah. Tahap ini merupakan akhir dari suatu awal. Masih ada pekerjaan berat yang harus dikerjakan. Kalau sudah menemukan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja baru, kita harus turun tangan

mewujudkannya. Kecakapan kerja merupakan bagian penting dalam karya kreatif. Betapapun banyak ide, gagasan, ilham, impian bagus yang ditemukan, jika tidak dapat diwujudkan, semuanya akan lenyap bagai embun diterjang sinar matahari. Maka orang kreatif harus memiliki kecakapan kerja baik secara pribadi maupun kelompok.

Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The art of Thought (dalam Pirto, 1992), yang mengatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu:

1. Persiapan 2. Inkubasi 3. Iluminasi 4. Verifikasi

Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan sebagainya. Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun data/ informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi ialah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra sadar. Tahap iluminasi ialah tahap timbulnya “insght” atau”Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Tahap verifikasi atau tahap evaluasi ialah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen.

Proses divergen (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).

Menurut Adhi dan Bawono (2009), jika kita mengimplementasikan kreativitas dan inovasi pada bisnis, akan terjadi antara lain:

1. Akselerasi atau percepatan pertumbuhan bisnis. 2. Transformasi bisnis dari kecil menjadi besar. 3. Pengembangan dan multiplikasi bisnis.

4. Kontrol terhadap perubahan perilaku konsumen dan pesaing.

5. Kontrol terhadap setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis. Tujuan akhir kreativitas adalah keuntungan bagi bisnis sehingga akan tercapai tranformasi dan akselerasi bisnis ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan kreativitas kita menciptakan ide-ide atau gagasan tentang produk ataupun cara dalam menjalankan bisnis. Kemudian ide tersebut ktia kembangkan sehingga menjadi inovasi, yaitu ide yang dapat dijalankan dan memberi nilai tambah (baca : keuntungan) bagi perusahaan, yang pada gilirannya dapat mengakselerasi pertumbuhan usaha dan mendorong proses transformasi bisnis menjadi lebih besar dan berkembang.

Sumber : Adhi dan Bawono (2009) Gambar 2.2 Siklus Kreativitas dan Inovasi

G. Minat Berwirausaha Inovasi Kreativitas Ide Tranformasi dan Akselerasi

Lust of power atau haus akan kekuasaan dapat dikatakan sebagai alasan seseorang ingin menjadi wirausahawan, mereka yakin apabila mereka punya power atau kekuasaan, mereka dapat melakukan sesuatu lebih lancar dan lebih efisien (Abdinagoro, 2004). Dengan pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki dapatlah merubah cara pengerjaan sesuatu apapun (Pandji, 2002), maka faktor- faktor yang mendorong wirausahawan memulai usaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Modal

Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai aktivitas yang dilakukan, karena modal dapat membiayai semua kegiatan operasional dalam usaha, seperti: untuk pengadaan bahan baku, membayar upah tenaga kerja, pemasaran, produksi dan lain-lain. Akan tetapi masalah modal kadangkala tidak menjadi masalah bagi orang yang mempunyai kelebihan dana, tetapi bagi orang yang yang mempunyai dana relatif kecil itu memang menjadi masalah. Kedua orang tersebut, ketika akan memulai usaha jelas mempunyai keinginan yang sama. Apabila seseorang mempunyai jiwa wirausahawan, maka dia mampu menciptakan nilai tambah dari keterbatasan.

2. Peluang

Banyak orang membayangkan dirinya mengolola bisnis milik mereka sendiri, membuat keputusan-keputusan kunci, dan menghasilkan keuntungan. Peluang merupakan suatu kesempatan dalam menjalankan usaha. Seorang wirausahawan harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang sehingga dapat memberikan keuntungan bagi usahanya. Peluang atau kesempatan tidak datang berulang-ulang, tetapi mungkin hanya sekali saja dalam waktu yang

sangat singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu yang tepat untuk melihat berbagai peluang agar tidak mengalami kegagalan. Para wirausahawan harus dapat mengukur dan memperkirakan ukuran pertumbuhan dan potensi laba dari setiap peluang yang ada, dan berhati-hati dalam mengevaluasi peluang sebelum memilih pasar dan sasaran yang ingin dicapai.

Ada tiga fase pendekatan mengindefikasi peluang dalam bisnis, yaitu:

1. Menemukan gagasan.

2. Mengidentifikasi peluang yang ada.

3. Melaksanakan manajemen usaha yang diciptakan. 3. Pendidikan

Pendidikan salah satu faktor yang diperlukan dalam memulai dan menjalankan usaha, baik usaha kecil maupun usaha menengah. Pendidikan diperlukan untuk membuat perencanaan bisnis yang meliputi perencanaan keuangan dan pengelolaan usaha. Pada umumnya hanya sedikit yang mempumyai laporan keuangan yang sederhana, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan.

4. Emosional

Suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan suatu rencana yang dikehendakinya. Tindakan emosional itu juga merupakan dorongan pribadi seseorang untuk melakukaan suatu kegiatan. Dengan dorongan emosi maka orang dapat bertindak sesuai dengan keinginannya.

Pengalaman merupakan pengetahuan yang didapat dari pekerjaan yang terakhir maupun pada pekerjaan yang pernah dilakukan pada masa sekarang. Dengan adanya pengalaman sering kali membuat seseorang untuk melihat kemungkinan untuk memodifikasi produk yang telah ada, memperbaiki pelayanan dan menduplikasikan konsep bisnis dalam lokasi yang berbeda. Pengalaman dapatlah merupakan suatu hal yang sangat berharga karena dengan adanya pengalaman seseorang dapat lebih memahami terhadap apa yang sedang dikerjakan (Longenecker, 2000).

Menurut Zimmerer (2010) bahwa terdapat 8 (delapan) karakteristik dari wirausaha yakni :

1. Desire for responsibility : yaitu memiliki rasa tanggungjawab atas usaha- usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggungjawab akan selalu mawas diri

2. Preference for moderate risk : yaitu lebih memilih resiko moderat, artinya ia selalu menghindari resiko rendah dan resiko yang tinggi

3. Confidence in their ability to success : yaitu percaya akan kemampuan diri sendiri untuk berhasil

4. Desire for immediate feedback : yaitu selalu menghendaki umpan balik segera

5. High level of energy : yaitu memiliki semangat dan kerja keras guna mewujudkan keinginan demi masa depan yang lebih baik

6. Future orientation : yaitu berorientasi terhadap masa depan, perspektif dan berwawasan lebih jauh

7. Skill at organizing : yaitu memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah

8. Value of achievment over money : selalu menilai prestasi dengan uang

BAB III

GAMBARAN UMUM

STUDENT ENTREPRENEURSHIP CENTER (SEC) USU

Dokumen terkait