UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA-1 MEDAN
PENGUKURAN CREATIVE INTELLIGENCE PADA STUDENT
ENTREPRENEURSHIP CENTER (SEC) USU
SKRIPSI OLEH
MARA S HARAHAP 050502173 MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
ABSTRAK
Mara S Harahap, 2010. Pengukuran Creative Intelligence Pada Student Entrepreneurship Center (SEC) USU. Dibawah bimbingan Syafrizal Helmi Situmorang SE, Msi, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunhte, SE, MSi (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Yeni Absah SE, Msi (Penguji I), Fadli SE, Msi (Penguji II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Creative Intelligence yang ada pada peserta Student Entrepreneurship Center (SEC) USU. Pengukuran Creative Intelligence ini merupakan penelitian dalam mengukur tingkat kecerdasan kreatif berupa intuitif, inovatif, imajinatif dan inspirasional. Pengukuran Creative Intelligence dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen test profil potensi kreatif.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan empat faktor creative intelligence dalam mengukur faktor mana yang paling dominan dalam mempengaruhi minat berwirausaha para peserta Student Entrepreneur Center (SEC) USU.
Lokasi penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh inovatif merupakan faktor yang paling dominan sebanyak 28 orang (45,90%). Hal ini sangat sesuai dengan hipotesis yang disampaikan oleh peneliti bahwa hasil dari test profil potensi kreatif dapat mengukur tingkat creative intelligence seseorang dan yang paling dominan bagi seseorang.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, lafadz syukur kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua dalam
menjalankan amanah selaku khalifah fil ardh dan bagi penulis yang telah
menyelesaikan kuliah yang di akhiri dengan penulisan skripsi ini, yang berjudul
”Pengukuran Creative Intelligence pada Student Entrepreneur Campus (SEC) USU”. Penulisan skripsi ini dilaksanakan guna memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjan Ekonomi Universitas Sumatera Utara 2010.
Penulis mempersembahkan terima kasih dan rasa hormat yang
sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Drs. Jurman Harahap, dan Ibunda Dra. Hj.
Latifah Hanum Daulay, MSP. Pembimbing sekaligus pendorong semangat saya.
Selalu berdoa, percaya bahwa anaknya akan menjadi tanda zaman dan selalu maju
terus walau karang cadas menghadang. Cintamu yang luhur telah memberikan
inspirasi setiap aktifitas, juga kehidupan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan perhatian yang besar dalam
penyelesaian skripsi ini dan juga selama masa perkuliahan yang
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, selaku Sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi, selaku Dosen
Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, menyumbangkan
pikiran, saran dan kritikan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
5. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, Msi, selaku Dosen Penguji I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi
ini.
6. Bapak Fadli, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah
meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi
ini.
7. Ibu Prof. Dr. Rismayani, MS, selaku Dosen Wali penulis selama ini
dalam mengikuti perkuliahan.
8. Adikku tersayang, Nisa Hanesti Harahap, Ridho Ammar Harahap, dan
Fauzan Akbar Harahap. Thanks for the chance being part of this
greatfull and beatiful family.
9. Uwak H. Nurdin Lubis, SH, MM, yang telah memberikan motivasi
dan menjadi tauladan bagi penulis dalam menjalankan amanah selaku
khalifah fil ardh di muka bumi ini.
10.Abang sepupuku, Ahmad Nasir Siregar, Sekretaris Jendral PB HMI
Periode 2008-2010, yang telah memberikan pelajaran penting bagi
penulis dalam mengejewantahkan makna perjuangan dalam menjalani
11.Sahabat-sahabatku Agung Arif Wibowo Angkat, Hendra Horas
Sinaga, Riza firdaus, Bobby Iskandar, M. Okto Zainuddin Siregar,
Salahuddin dahlian. Selalu menyisakan cerita suka maupun duka.
Persahabatan yang telah kalian berikan, semoga kita tetap menjadi
sahabat selamanya.
12.Keluarga Besar HMI Komisariat FE USU atas dukungan dan
bantuannya kepada penulis selama dalam memimpin HMI Komisariat
FE USU Periode 2008-2009.
13.Rekan Pengurus HMI Cabang Medan Periode 2009-2010 dan
Pengurus Badko HMI Sumut Periode 2008-2010, atas kerinduan besar
yang begitu khusuk setiap malam berdiskusi mengurai benang kusut
bangsa kita. Semoga cita kita tercapai.
14.Teman-teman semasa kuliah, G. Syahputra Wijaya, Sheila Desira
Daulay, Tika Ananda, Ramadhani, Nila Nurfadilla dan rekan 2005
yang lainnya. Terima kasih atas perkawanan yang telah kalian berikan
selama ini.
15.Si Bungsu, Fitri Suciati Lubis, atas warna kehidupan yang begitu
indah.
Billahitaufiq wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
Medan, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR………..… vii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang………..…... 1
B.Perumusan Masalah………..……... 7
C.Kerangka Konseptual………..…... 7
D.Hipotesis………..….... 9
E.Tujuan Dan Manfaat Penelitian………..…... 10
1. Tujuan Penelitian………..…….... 10
2. Manfaat Penelitian………..….. 10
F. Metode Penelitian………... 11
1. Batasan Operasional………... 11
2. Definisi Operasional Variabel…..……….………... 11
3. Skala Pengukuran Variabel.………... 14
BAB II URAIAN TEORITIS A.Penelitian Terdahulu………... 18
B.Pengertian Inteligensi………...……….... 18
C.Konsep Multiple Intelligences..………...………. 21
D.Konsep Creative Intelligence……...……….... 25
E. Profil Potensi Kreatif...………... 31
F. Proses Kreativitas………...………...…………. 32
BAB III GAMBARAN UMUM
STUDENT ENTREPRENEURSHIP CENTER (SEC) USU….. 41
A. Sejarah Student Entrepreneurship Center (SEC) USU…..…………. 41
B. Program Student Entrepreneurship Center (SEC) USU. ... 44
C. Daftar Peserta Student Entrepreneurship Center (SEC) USU yang Lulus... .. 47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Analisis dan Deskriptif ... ... 50
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... 50
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Fakultas ... ... 51
B. Deskriptif Variabel ... ... 52
a. Dimensi intuitif (X1) ... ... 52
b. Dimensi inovatif (X2) ... ... 54
c. Dimensi imajinatif (X3) ... ... 55
d. Dimensi inspirasional(X4) ... ... 56
e. Minat Berwirausaha (Y) ... ... 57
C. Analisis Test Profil Potensi Kreatif………... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... ... 61
B. Saran ... ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Definisi Operasional variabel ... 13
Tabel 1.2 Instrumen Skala Likert ... 14
Tabel 2.1 Proses Pemikiran Otak ... 21
Tabel 3.1 Diagram Potensi Kreatif ... ... 27
Tabel 3.2 Model Ciri Kreativitas ... ... 29
Tabel 3.3 Karakteristik Responden Berdasarakan Jenis Kelamin... .... 46
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Fakultas... . 46
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tahun Masuk ... 47
Tabel 4.3 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Variabel Intuitif ... .. 48
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Asal Fakultas dengan Variabel Intuitif ... .. 49
Tabel 4.5 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Variabel Inovatif ... ... 50
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Asal Fakultas dengan Variabel Inovatif... ... 50
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Variabel Imajinatif... .. 51
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Asal Fakultas dengan Variabel Imajinatif... .. 52
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Variabel Inspirasional... . 52
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Asal Fakultas dengan Variabel Inspirasional... .. 53
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Minat Berwirausaha... .. 54
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Asal Fakultas dengan Minat Berwirausaha…... .. 55
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tipe Creative Intelligence 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 9
Gambar 2.1 Model Multiple Otak ... 23
Gambar 2.2 Siklus Kreativitas dan Inovasi ... 35
ABSTRAK
Mara S Harahap, 2010. Pengukuran Creative Intelligence Pada Student Entrepreneurship Center (SEC) USU. Dibawah bimbingan Syafrizal Helmi Situmorang SE, Msi, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunhte, SE, MSi (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Yeni Absah SE, Msi (Penguji I), Fadli SE, Msi (Penguji II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Creative Intelligence yang ada pada peserta Student Entrepreneurship Center (SEC) USU. Pengukuran Creative Intelligence ini merupakan penelitian dalam mengukur tingkat kecerdasan kreatif berupa intuitif, inovatif, imajinatif dan inspirasional. Pengukuran Creative Intelligence dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen test profil potensi kreatif.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan empat faktor creative intelligence dalam mengukur faktor mana yang paling dominan dalam mempengaruhi minat berwirausaha para peserta Student Entrepreneur Center (SEC) USU.
Lokasi penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh inovatif merupakan faktor yang paling dominan sebanyak 28 orang (45,90%). Hal ini sangat sesuai dengan hipotesis yang disampaikan oleh peneliti bahwa hasil dari test profil potensi kreatif dapat mengukur tingkat creative intelligence seseorang dan yang paling dominan bagi seseorang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang
semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas
tinggi merupakan aset yang sangat berharga bagi setiap bangsa karena
menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan
maupun keterbelakangan suatu bangsa bukan hanya karena faktor kekayaan alam,
luas wilayah atau jumlah penduduk yang dimiliki, melainkan juga terletak pada
mutu dan kualitas manusianya, terutama mutu dan kualitas dari generasi muda
sebagai penerus pembangunan.
Saat ini bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang juga
tengah mengalami perkembangan perekonomian, yaitu dari era pertanian menuju
ke era industri dan jasa. Perubahan ini akhirnya menuntut reorganisasi dunia
kerja. Semula dunia pekerjaan menggunakan tenaga kerja manusia pada berbagai
jenis dan tingkat pekerjaan, namun terdorong dengan adanya alasan ekonomis
maka para penguasa lapangan kerja akhirnya lebih banyak menggunakan tenaga
mesin dan alat modern, sehingga menyebabkan lapangan pekerjaan yang
menggunakan tenaga kerja manusia semakin hari semakin terbatas pada bidang
jasa dan pelayanan sosial. Lapangan pekerjaan pada bidang-bidang produksi
semakin memperkecil kemungkinan penampungan tenaga kerja manusia.
Saat ini pengangguran adalah masalah yang cukup serius terjadi di
dari beberapa industri besar karena terpengaruh oleh krisis global yang melanda
beberapa waktu lalu, sehingga jumlah pengangguran semakin bertambah.
Pengangguran merupakan masalah yang kompleks disamping sebagai akibat
pengangguran juga merupakan sebab dari masalah lainnya seperti tindak kriminal,
kemiskinan, kemerosotan tingkat kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan dan
lain sebagainya, sehingga upaya untuk mengatasi masalah ini juga harus multi
disiplin dan multi pendekatan.
Berdasarkan perkembangan tersebut, tentunya akan membawa
konsekuensi terhadap kebutuhan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Sumber
daya yang dibutuhkan saat ini adalah manusia yang memiliki ketrampilan,
menguasai tekhnologi, mudah dilatih dan memiliki jiwa kewirausahaan. Menurut
Alma (2001) semakin maju suatu negara, semakin banyak orang terdidik dan
banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya
wirausaha, sebab kemampuan pemerintah sangat terbatas dalam hal anggaran
belanja, personalia, dan pengawasan sehingga tidak akan dapat menggarap semua
aspek pembangunan, sehingga wirausaha merupakan potensi pembangunan.
Menghadapi kenyataan yang ada tentang kebutuhan sumber daya manusia
tersebut, maka Perguruan Tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan tinggi
yang ikut berperan dalam mencetak generasi muda pengisi pembangunan saat ini,
sudah seharusnya mampu menyiapkan sumber daya manusia yang dimaksud.
Hal ini sesuai dengan upaya pemerintah untuk menanggulangi angka
pengangguran dapat dikatakan cukup banyak, berbagai upaya telah dilakukan
bahkan hampir setiap departemen memiliki program khusus untuk menanggulangi
Nasional melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal
(PNFI). Saat ini Direktorat Pendidikan Non Formal dan Informal gencar
melaksanakan program pendidikan kesetaraan dasar dan lanjutan yang terintegrasi
dengan pendidikan kecakapan hidup, program tersebut diantaranya adalah
program Kewirausahaan Usaha Mandiri untuk Keaksaraan Fungsional, program
Kewirausahaan Desa dan Kewirausahaan Perkotaan untuk Kejar paket B dan C
dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar warga belajar disamping
mendapatkan ijazah pendidikan yang setara dengan pendidikan formal baik untuk
tingkat SD, SLTP maupun SLTA, namun juga mendapatkan dukungan
keterampilan yang diharapkan dapat dijadikan bekal bagi peserta didik di
masyarakat setelah mereka menyelesaikan program pendidikan tersebut.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menggalakkan pendidikan
kewirausahaan di perguruan tinggi diharapkan perguruan tinggi akan
menghasilkan karya penelitian yang memiliki kecanggihan teknologi serta bernilai
ekonomis, dan lulusan yang mampu berkreasi, berdaya juang serta dapat
membuka lapangan kerja baru. Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi
betul-betul menjadi bagian dari proses pendidikan di setiap perguruan tinggi harus
ada Pusat Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Penyelarasan pendidikan
dan dunia kerja bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja karena
memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri.
Penyelarasan pendidikan mesti juga melatih lulusan untuk mampu mandiri
menjadi wirausaha yang bisa menyediakan lapangan kerja bagi dirinya maupun
Dengan latar belakang untuk mencapai tujuan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi terbentuknya Student Entrepreneur Center (SEC) USU.
Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran dikembangkannya Student
Entrepreneur Center (SEC), bahwa Univeritas Sumatera Utara secara nyata ingin
mewujudkan bahwa lulusan yang dihasilkannya dengan keilmuan yang dimiliki
dapat mampu berwirausaha, sehingga dapat membuat dirinya mandiri dan
membantu membuka lapangan pekerjaan pada masyarakat di sekitarnya. USU
sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki 12 fakultas sudah barang tentu dengan
berbagai disiplin kelimuan dan berbagai kompetensi yang dimilikinya ingin
menghasilkan lulusan dengan jiwa Entrepreneurship, maka dengan adanya wadah
Student Entrepreneur Center (SEC) sudah mulai mengembangkan kerjasama
antara multi disiplin keilmuan tersebut.
Beberapa kelompok mahasiswa di Student Entrepreneur Center (SEC)
USU telah mewujudkan kolaborasi keilmuan tersebut, misalnya dalam merintis
suatu peluang usaha, mahasiswa Tehnik Kimia ingin menjual produk sabun cair
hasil eksperimen keilmuannya, mahasiswa tersebut berkerjasama dengan
mahasiswa tehnik arsitektur untuk membantu men-design kemasan sabun cair
tersebut, juga bekerjasama dengan mahasiswa ekonomi untuk mendiskusikan cara
pemasaran yang efektif. Hal ini semua dapat terlaksana karena ketiga mahasiswa
tersebut merupakan peserta pelatihan wirausaha yang secara periodik diadakan
oleh Student Entrepreneur Center (SEC). Pada akhirnya mahasiswa-mahasiswa
ini membentuk komunitas berdasarkan semangat entrepreneurship.
Adapun tujuan dari Student Entrepreneur Center (SEC) USU
1. Memberikan kontribusi dalam menanggulangi masalah pengangguran di
Indonesia.
2. Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di dunia perguruan tinggi
sebagai pilar ekonomi nasional.
3. Menumbuhkembangkan motivasi mahasiswa dalam menciptakan lapangan
pekerjaan.
4. Membuka peluang wirausaha bagi mahasiswa dan alumni USU.
5. Dapat mengimplementasikan teori ke praktek di masyarakat, dan
berkolaborasinya berbagai disiplin ilmu dalam berwirausaha.
6. Mahasiswa USU mempunyai semangat wirausaha yang tinggi.
7. Dapat dibinanya kelompok mahasiswa yang berwirausaha dengan membantu
mendapatkan tempat praktek dan modal usaha dari mitra USU.
Berdasarkan tujuan tersebut maka dapat diartikan bahwa mahasiswa
dibekali dengan berbagai pengetahuan, tekhnologi dan keterampilan khusus yang
dapat dijadikan modal atau pendorong untuk menjadi seorang wirausaha. Adapun
untuk membentuk manusia yang berjiwa wirausaha dan sekaligus mampu
melakukan wirausaha, khususnya pada mahasiswa, maka yang harus tertanam
dahulu adalah minat untuk berwirausaha itu sendiri. Sedangkan untuk
menumbuhkan minat wirausaha itu sendiri maka pemahaman tentang konsep diri
diperlukan.
Peningkatan potensi diri biasanya akan tercapai jika kreatifitas difasilitasi
untuk berkembang. Kreativitas bergantung pada kemampuan untuk menggunakan
keterampilan yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, mengembangkan
tidak selalu objektif (tidak melihat yang dikatakan tetapi melihat orang yang
mengatakan). Namun, untuk menguji ide-ide yang manual dari orang lain dan
mereka tidak membatasi pandangan terhadap dunia luar. Orang-orang yang kreatif
sering pula mengesampingkan egonya dan senantiasa berkonsultasi dengan
rekannya untuk menguji ide-ide mereka. Selain itu, individu-individu kreatif
memiliki motivasi diri, dorongan dan kebutuhan spiritual yang kuat. Salah satu
kunci untuk memahami kreativitas adalah dengan mengenali dorongan dari dalam
diri dan hasrat untuk mencipta demi penciptaan itu sendirilah yang penting, dan
bukan imbalan dari luar. Upaya-upaya kreatif membangkitkan motivasi diri akan
kenikmatan, kepuasan, dan tantangan.
Kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan
menyukai kegemaran dalam mengembangkan kreativitas secara kreatif. Manusia
kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih
berani mengambil risiko (yang selalu diperhitungkan) dari pada yang lain pada
umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti,
penting, dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari
orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dalam
mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang
lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau
menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat
mereka tidak cepat putus asa dalam melakukan tujuan mereka.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada para
peserta yang lulus menjadi pemenang Student Entrepreneur Center (SEC) USU
Entrepreneur Center (SEC) USU dengan menggunakan instrumen tes profil
potensi kreatif miliknya Rowe (2004) : Membangkitkan Potensi Inovasi dalam
diri dan Organisasi Anda, yang telah validitas dan realibilitas melalui analisis
statistik mendalam untuk menjamin hasil prediksi akurat yang bisa dijalankan,
dengan mengangkat judul skripsi : “PENGUKURAN CREATIVE
INTELLIGENCE PADA STUDENT ENTREPRENEURSHIP CENTER
(SEC) USU”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana creative intelligence yang
terdiri dari intuitif, inovatif, imajinatif dan inspirasional berpengaruh terhadap
minat berwirausaha pada peserta student Entrepreneurship Center (SEC) USU ?”.
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kesimpulan yang bersifat sementara dari
tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti.
Menurut Sugiyono (2004) kerangka konseptual merupakan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Sedangkan menurut Kuncoro (2003) kerangka konseptual adalah
pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dalam hal ini
merupakan jaringan antar variabel yang secara logis dijelaskan, dikembangkan,
dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses
Berdasarkan teori Rowe (2004), kerangka konseptual dapat dibentuk
dengan mengklasifikasikan creative intelligence kedalam empat dimensi
pengalaman :
1. Intuitif
Tipe ini menggambarkan individu-individu yang banyak akal dan
merupakan tipikal manajer, actor serta politikus. Tipe kreatif
intuitif ini menekankadan mengandalkan pengalaman pada
masalah lalu sebagai penuntun pada pencapaian, kerja keras, dan
kemampuan menyelesaikan masalah. Tipe ini berfokus pada hasil,
menggunakan akal sehat dan mengandalkan pengalaman pada
masa lalu dalam penuntun untuk mengambil keputusan.
2. Inovatif
Tipe ini menggambarkan individu-individu yang selalu ingin tahu
dan merupakan tipikal ilmuan, insinyur dan penemu. Tipe inovatif
ini menekankan pada daya cipta, eksperimen dan sistematika
informasi. Tipe ini berkonsentrasi pada masalah dan data serta
mengatasi kompleksitas dengan mudah.
3. Imajinatif
Tipe ini menggambarkan individu-individu yang begitu penuh
pemahaman dan merupakan tipikal seniman, musikus, penulis dan
pemimpin. Tipe imajinatif ini mampu mengidentifikasi peluang
pot ensial. Tipe ini juga bersedia mengambil resiko dengan
melanggar tradisi. Selain itu, tipe imajinatif mempunyai pikiran
menyampaikan gagasannya. Tipe ini juga menggambarkan
orang-orang yang artistic, senang menulis, pemimpin dan bisa
memvisualisasikan peluang.
4. Inspirasional
Tipe ini menggambarkan individu-individu yang pengkhayal dan
merupakan tipikal pendidik, pemimpin dan penulis. Tipe
inspirasional ini mempunyai sudut pandang yang positif dan
berorientasi pada aksi terhadap kebutuhan masyarakat dan bersedia
untuk mengorbankan diri demi tujuannya. Tipe ini juga berfokus
untuk memperkenalkan perubahan demi membantu sesamanya.
Sumber : Rowe (2005) dan Zimmerer (2002) diolah Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya
melalui riset. Dikatakan jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya
merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan Intuitif
Inovatif
Imajinatif
Inspirasional
masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui
analisis data, Sulisyanto (2006). Sedangkan menurut Ginting & Situmorang
(2008) hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka
pikiran, berupa proposisi deduksi. Merumuskan hipotesis berarti membentuk
proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinannya serta tingkat-tingkat
kebenarannya.
Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka konseptual, maka
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
“Creative intelligence yang terdiri dari intuitif, inovatif, imajinatif dan
inspirasional berpengaruh terhadap minat berwirausaha pada peserta student
Entrepreneurship Center (SEC) USU dan salah satu tipe dari Creative intelligence
sangat berpengaruh pada minat mahasiswa berwirausaha”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengukur dan menganalisis faktor-faktor creative intelligence yang
terdiri dari intuitif, inovatif, imajinatif dan inspirasional terhadap minat
berwirausaha peserta student Entrepreneurship Center (SEC) USU dan
mengetahui faktor mana yang paling dominan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Objek Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa saran
kepada pihak terkait untuk mengetahui apakah faktor-faktor creative
inspirasional berpengaruh terhadap minat berwirausaha peserta
student Entrepreneurship Center (SEC) USU.
b. Bagi Penulis
Memperluas wawasan penulis, khususnya pengetahuan di bidang
manajemen sumber daya manusia khususnya Creative intelligence,
dan menguji kemampuan berfikir penulis, melalui karya ilmiah dan
mencoba menerapkan teori-teori yang penulis peroleh di bangku
perkuliahan dengan membandingkannya pada kegiatan ekonomi
yang terjadi di masyarakat.
c. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya, serta dapat menjadi bahan pembanding dalam
melakukan penelitian di masa datang, khususnya penelitian
mengenai analisis Creative intelligence di lokasi yang berbeda.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Independen, Creative intelligence (X) terdiri dari Intuitif (X1),
Inovatif (X2), Imajinatif (X3), dan Inspirasional (X4).
b. Variabel dependen (Y) yakni minat berwirausaha.
c. Responden penelitian ialah peserta student Entrepreneurship Center (SEC)
USU.
2. Defenisi Operasional Variabel
a. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel
lain. Adapun yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalah:
1. Intuitif (X1) yaitu menggambarkan individu-individu yang banyak akal
dan merupakan tipikal manajer, aktor serta politikus. Kreatif intuitif ini
mengandalkan pengalaman pada masalah lalu dalam pencapaian, kerja
keras, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Berfokus pada hasil,
menggunakan akal sehat.
2. Inovatif (X2) yaitu menggambarkan individu-individu selalu ingin tahu,
tipikal ilmuan, insinyur dan penemu. Inovatif menekankan pada daya
cipta, eksperimen dan sistematika informasi. Berkonsentrasi pada masalah
dan data.
3. Imajinatif (X3) yaitu menggambarkan individu-individu yang penuh
pemahaman dan tipikal seniman, musikus, penulis dan pemimpin. Mampu
mengidentifikasi peluang potensial. Bersedia mengambil resiko dengan
melanggar tradisi. Mempunyai pikiran yang terbuka dan sering
mengandalkan humor untuk menyampaikan gagasannya. Orang-orang
yang artistik, senang menulis, pemimpin dan bisa memvisualisasikan
peluang.
4. Inspirasional (X4) yaitu menggambarkan individu-individu pengkhayal
dan tipikal pendidik, pemimpin dan penulis. Mempunyai sudut pandang
yang positif dan berorientasi pada aksi terhadap kebutuhan masyarakat dan
bersedia untuk mengorbankan diri demi tujuannya.
b. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi variabel bebas.
Tabel 1.1.
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
Pengukuran
lalu dalam pencapaian.
- kerja keras, dan
selalu ingin tahu, tipikal ilmuan, insinyur dan
penemu, daya cipta.
- eksperimen dan sistematika informasi. Fokus pada masalah dan
data. Likert
- Mempunyai pikiran yang terbuka dan sering
Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
Pengukuran - memilih resiko moderat - Percaya diri
- Menghendaki umpan balik segera
- Semangat dan Kerja Keras
- Berorientasi masa depan - Memiliki keterampilan
dan mengorganisir sumber daya
- Menilai prestasi dengan uang
Likert
3. Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini menggunakan
skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap pendapatan dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala
likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pertanyaan, Sugiyono (2004). Skala likert
menggunakan empat tingkatan jawaban dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Instrumen skala likert
No Alternatif Jawaban Skor
1 Sangat Sesuai (SS) 4
2 Cukup Sesuai (CS) 3
3 Kurang Sesuai (KS) 2
4 Tidak Sesuai (TS) 1
4. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Sumatera Utara
Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2010.
5. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
(2004). Populasi dalam penelitian ini adalah peserta student
entrepreneurship center (SEC) USU yang telah lulus.
b. Sampel
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus
Slovin (Ginting & Situmorang, 2008).
Rumus Slovin sebagai berikut :
N
n =
1 + N.e²
Dimana : n = jumlah sampel
N = ukuran polulasi
e = taraf kesalahan yaitu 10 % atau 0,1
Penulis menggunakan rumus Slovin dalam mengukur sampel dikarenakan
sampel bersifat homogen. Pada student entrepreneurship center (SEC) USU
terdapat peserta yang lulus sebanyak 156 (seratus lima puluh enam) orang. Penulis
menggunakan taraf kesalahan 10 % atau 0,1 untuk memperkecil jumlah sampel
karena jumlah anggota sampel yang tepat digunakan dalam penelitian adalah
tergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki.
Penetapan jumlah sampel dengan tingkat signifikan 10% dan tingkat
kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 10% adalah sebagai berikut :
156 n =
1 + (156 x 0,1²)
n = 60,9
maka jumlah pengguna yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 61
6. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yakni:
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih pada
lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar
pertanyaan/kuesioner dan wawancara dengan responden.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari
berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, informasi dari tempat
penelitian ataupun internet untuk mendukung penelitian ini.
7. Teknik Pengumpulan Data
a. Daftar pertanyaan / kuesioner
Mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar
pertanyaan pada responden yang dijadikan sampel.
b. Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti.
c. Studi dokumentasi
Mengumpulkan data melalui informasi dari buku-buku, tulisan ilmiah, jurnal
ataupun artikel dan internet yang memiliki relevansi dengan penelitian.
d. Wawancara
8. Metode Analisis Data
Statistik deskriptif yaitu suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan
mula-mula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan
gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti. Jika
tujuan penelitian adalah deskriptif yang terbatas pada upaya memberikan suatu
gambaran tentang variabel-variabel yang diteliti, teknis, analisis yng sering
digunakan adalah statistika dasar yang berkaitan dengan parameter statistik
deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram
lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, perhitungan desil, persentil,
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Alan J. Rowe pada 42 presiden dan dewan perusahaan di
Amerika. Sampel tersebut termasuk perusahaan besar dan perusahaan kecil dari
berbagai industri, seperti tekstil, baja, otomotif, dll. Sebagian adalah
wirausahawan dan sebagian lagi adalah pemilik tunggal. Hasilnya sangat
informatif, menekankan adanya perhatian khusus akan kreativitas. Mereka lebih
menerima bahwa kreativitas bukanlah suatu yang harus dipilih, melainkan bagian
integral untuk menjamin keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan
mereka. Suatu faktor dominan dari keempat tipe kecerdasan kreatif tersebut yang
melebihi kognisi dan nilai adalah kekuatan pendorong dari kepribadian. Hal ini
merupakan faktor kunci yang mendasari kreativitas seseorang dalam mengatasi
kompleksitas, kebutuhan dasar, jika dikombinasikan dengan apa yang kita anggap
bernilai, dibutuhkan atau menyenangkan.
Penelitian di atas menyimpulkan bahwa pengaruh creative intelligence
sangat penting bagi menumbuhkan minat berwirausaha. Penulis tertarik
melakukan penelitian lanjutan tentang pengukuran creative intelligence pada
student entrepreneurship center (SEC) USU yang telah lulus.
B. Pengertian Inteligensi
Intellectualism, yakni doktrin yang mereduksi seluruh proses mental
pada seluruh proses kognitif semata. Dalam kehidupan sehari–hari orang bekerja,
tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan inteligensinya. Dilihat dari
inteligensinya, kita dapat mengatakan seseorang pandai atau bodoh. Kamus besar
Bahasa Indonesia Intelektual berarti cerdas, berakal, dan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan. (Depdikbud, 2000).
Istilah intelek menurut Soeparwoto berasal dari kata intellect (Bahasa
Inggris), yang berarti “ Proses kognitif berfikir, daya menghubungkan serta
kemampuan menilai dan mempertimbangkan, dan kemampuan mental atau
inteligensi.” ( Soeparwoto, 2005).
Menurut Stern (dalam Purwanto, 2003), inteligensi adalah kesanggupan
untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
berpikir yang sesuai dengan tujuan. Wechler (dalam Sunarto dan hartono, 1998)
merumuskan inteligensi sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir
dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengelola dan menguasai
lingkungan secara efektif. Menurut Robbins (2001), kemampuan intelektual
adalah kemampuan mental yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental.
Berkaitan dengan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan Intelektual adalah kapasitas umum dari kesadaran individu untuk
berfikir, menyesuaikan diri, memecahkan masalah yang dihadapi secara
bijaksana, cepat dan tepat baik yang dialami diri sendiri maupun di lingkungan.
Robbins (2001), menyebutkan dimensi yang membentuk kemampuan
intelektual ini terdiri dari tujuh dimensi yaitu:
1). Kemahiran berhitung adalah kemampuan untuk berhitung dengan cepat dan
2). Pemahaman verbal adalah kemampuan memahami apa yang dibaca / didengar
serta hubungan kata satu dengan yang lainnya.
3). Kecepatan konseptual adalah kemampuan mengenali kemiripan dan beda
visual dengan cepat dan tepat.
4). Penalaran induktif adalah kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam
suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah itu.
5). Penalaran deduktif adalah kemampuann menggunakan logika dan menilai
implikasi dari suatu argumen.
6). Visualisasi ruang adalah kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek
akan tampak seandainya posisinya dalam ruang di ubah.
7). Ingatan (memori) adalah kemampuan mendalam dan mengenang kembali
pengalaman masa lalu.
Menurut Munzert (2000), identifikasi kemampuan intelektual yang
tertuang dalam sikap inteligensi (intelligent behavior) antara lain:
1. Mengenal soal pengetahuan dan informasi ke pengertian yang lebih luas.
2. Ingatan.
3. Aplikasi akan tepatnya belajar dari situasi yang berlangsung.
4. Kecepatan memberikan jawaban dan penyelesaian dan kemampuan
memecahkan masalah.
5. Keseluruhan tindakan menempatkan segalanya dengan seimbang dan efisien.
Menurut Suparno (2003), sikap-sikap yang dikembangkan oleh seorang yang
intelektual, yaitu :
1. Terus belajar.
3. Mengembangkan angan-angan (cita-cita)
4. Aktif mencari kreatif dan inisiatif.
5. Berani bertindak dan bertanggungjawab
6. Sikap reflektif.
7. Pembela kebenaran dan keadilan.
C. Konsep Multiple Intelligences
Proses pemikiran untuk menyelesaikan masalah secara efektif melibatkan
otak kiri atau otak kanan. Pemecahan masalah adalah kombinasi dari pemikiran
logis dan kreatif. Secara umum, otak kiri memainkan peranan dalam pemrosesan
logika, kata-kata, matematika, dan urutan – yang disebut pembelajaran akademis.
Otak kanan berurusan dengan irama, rima, musik, gambar, dan imajinasi—yang
disebut dengan aktivitas kreatif.
Tabel 2.1 Proses Pemikiran Otak
Sumber : Hoer (2007)
Otak Kiri Otak Kanan
1. Vertikal
2. Kritis
3. Strategis
4. Analistis
1. Lateral
2. Hasil
3. Kreatif
Keterangan:
Berpikir Vertikal. Suatu proses bergerak selangkah demi selangkah menuju
tujuan Anda, seolah-olah Anda sedang menaiki tangga.
Berpikir Kritis. Berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau
produk.
Berpikir Analitis. Suatu proses memecahkan masalah atau gagasan Anda
menjadi bagian-bagian. Menguji setiap bagian untuk
melihat bagaimana bagian tersebut saling cocok satu sama
lain, dan mengeksplorasi bagaimana bagian-bagian ini dapat
dikombinasikan kembali dengan cara-cara baru.
Berpikir Strategis. Mengembangkan strategi khusus untuk perencanaan dan
arah operasi-operasi skala besar dengan melihat proyek itu
dari semua sudut yang mungkin.
Berpikir Hasil. Meninjau tugas dari perspektif solusi yang dikehendaki.
Berpikir Kreatif. Berpikir kreatif adalah pemecahan masalah dengan menggunakan kombinasi dari semua proses.
Gardner (2002 )dengan “Teori Multi Kecerdasan” mengatakan bahwa,
“IQ tidak boleh dianggap sebagai gambaran mutlak, suatu entitas tunggal yang
tetap yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan kertas. Ungkapan yang
tepat adalah bukan seberapa cerdas Anda, tetapi bagaimana Anda menjadi
cerdas”.
Setiap orang memiliki beberapa tipe kecerdasan. Gardner mendifinisikan
kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan
suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih. Dengan
Frames of Mind Gardner menawarkan delapan jenis kecerdasan manusia, sebagai
Gambar 2.1 Model Multiple Intelligences
Kecerdasan Linguistik (Bahasa). Kemampuan membaca, menulis,dan
berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa. Contoh orang yang
memiliki kecerdasan linguistic adalah penuulis, jurnalis, penyair,
orator, dan pelawak.
Kecerdasan Logis-Matematis. Kemanpuan berpikir (bernalar) dan menghitung,
berpikir logis dan sistematis. Ini adalah jenis keterampilan yang
sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekomon,
akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
Kecerdasan Visual-Spasial. Kemampuan berpikir menggunakan gambar,
memvisualisasikan hasil masa depan. Membayangkan berbagai hal
antara lain para arsitek, seniman, pemahat, pelaut , fotografer, dan
perencara strategis.
Kecerdasan Musikal. Kemampuan menggubah atau mencipta musik, dapat
menyanyi dengan baik, dapat memahami atau memainkan musik,
serta menjaga ritme. Ini adalah bakat yang dimiliki oleh para
musisi, composer, perekayasa rekaman
Kecerdasan Kinestik-Tubuh. Kemampuan menggunakan tubuh Anda secara
terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan produk atau
mengemukakan gagasan dan emosi. Kemampuan ini dimiliki oleh
para atlet, seniman tari atau akting atau dalam bidang banguan atau
konstruksi.
Kecerdasan Interpersonal (social). Kemampuan bekerja secara efektif dengan
orang lain, berhubungan dengan orang lain dan memperlihatkan
empati dan pengertian, memeperhatikan motivasi dan tujuan
mereka. Kecerdasan jenis ini biasanya dimiliki oleh para guru
yang baik, fasilitator, penyembuh, polisi, pemuka agama, dan
waralaba.
Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan menganalis-diri dan merenungkan-diri,
mampu merenung dalam kesunyian dan menilai prestasi seseorang,
meninjau perilaku seseorang dan perasaan-perasaan terdalamnya,
membuat rencana dan menyusun tujuan yang hendak dicapai,
mengenal benar diri sendiri. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh
para filosof, penyuluh, pembimbing, dan banyak penampil puncak
Gardner, pada tahun 1996 memutuskan untuk menambahkan satu jenis
kecerdasan kedelapan (yaitu kecerdasan naturalis), dan kendatipun banyak
pendapat yang menentang, ada godaan untuk menambahkan yang kesembilan,
yaitu kecerdasan spiritual.
Kecerdasan Naturalis. Kemampuan mengenal flora dan fauna, melakukan
pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan
menggunakan kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu,
bertani, atau melakukan penelitian biologi.
D. Konsep Creative Intelligence
Pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu
yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan/
menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif
(Munandar, 1992).
Berdasarkan teori Rowe (2004), dapat diklasifikasikan creative
intelligence kedalam empat dimensi pengalaman :
1. Intuitif
Tipe ini menggambarkan individu-individu yang banyak akal dan
merupakan tipikal manajer, actor serta politikus. Tipe kreatif
intuitif ini menekankadan mengandalkan pengalaman pada
masalah lalu sebagai penuntun pada pencapaian, kerja keras, dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
2. Inovatif
Tipe ini menggambarkan individu-individu yang selalu ingin tahu
ini menekankan pada daya cipta, eksperimen dan sistematika
informasi. Tipe ini berkonsentrasi pada masalah dan data serta
mengatasi kompleksitas dengan mudah.
3. Imajinatif
Tipe ini menggambarkan individu-individu yang begitu penuh
pemahaman dan merupakan tipikal seniman, musikus, penulis dan
pemimpin. Tipe imajinatif ini mampu mengidentifikasi peluang
potensial.
4. Inspirasional
Tipe ini menggambarkan individu-individu yang pengkhayal dan
merupakan tipikal pendidik, pemimpin dan penulis. Tipe
inspirasional ini mempunyai sudut pandang yang positif dan
berorientasi pada aksi terhadap kebutuhan masyarakat dan bersedia
Tabel 3.1
2. Mau bereksperimen
3. Berdasarkan
1. Bersedia menghadapi resiko
2. Memiliki daya imajinasi
3. Pemikir yang independen
Sumber : Rowe (2004)
Tabel diatas menggambarkan bagiamana kita berpikir dan apa yang kita anggap
bernilai. Pikiran bisa meliputi gagasan yang sederhana hingga yang kompleks
berdasarkan kompleksitas kognitif kita. Bagian bawah diagram menunjukkan
nilai-nilai dan kepercayaan pribadi seorang individu. Kedua hal itu menentukan
apa yang kita angap benar dan alah, atau menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Kompleksitas
1. Mencapai tujuan
2. Menggunakan akal sehat
3. Menyelesaikan masalah
Intuitif Mengilhami
(penuh pemahaman)
Pendidik/
Penulis/pemimpin
1. Bersedia menghadapi resiko
2. Memiliki daya imajinasi
3. Pemikir yang independen
Langsung Luas
Perspektif Nilai
Pada ujung kiri atas tabel, seorang individu berfokus pada
peluang-peluang masa depan. Di kiri bawah, penekanan pada pada kebutuhan saat ini.
Kategori-kategori ini sangat luas dan dimaksudkan untuk menggambarkan
bagaimana pikiran kita merespons peluang-peluang kreatif.
Bagian bawah diagram menunjukkan bagaimana kita menafsirkan
gagasan, bagaimana kita menilai atau perasaan kita terhadap
gagasan-gagasan tersebut dan apa yang ktia rasa sangat penting. Ini dideskripsikan sebagai
nilai langsung yang berlawanan dengan nilai-nilai yang lebih luas.
Deskripsi-deksirpsi ini mengelompokkan kretivitas ke dalam kategori-kaetgori yang
digunakan sebagai dasar untuk menentukan tipe kecerdasan kreatif kita.
Suatu faktor dominan yang melebihi kognisi dan nilai adalah kekuatan
pendorong dari kepribadian. Hal ini merupakan faktor kunci yangmendasari
kreativitas. Dorongan, kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, dan kebutuhan
dasar kita, jika dikombinasikan dengan apa yang kita anggap bernilai, dibutuhkan,
tahu menyenangkan, akan menggambarkan keempat tipe kecerdasan kreatif dasar.
Ciri – Ciri Kreativitas
Menurut Cambell (dalam Rowe, 2004) ciri-ciri kreativitas ada tiga kategori:
1. Ciri-ciri pokok: kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan,
cara baru, penemuan.
2. Ciri-ciri yang memungkinkan: yang membuat mampu mempertahankan
ide-ide kreatif, sekali sudah ditemuka tetap hidup.
3. Ciri-ciri sampingan: tidak langsung berhubungan dengan penciptaan atau
menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap
Tabel 3.2
Model Ciri Kreativitas Ciri-ciri Pokok Ciri-ciri yang
Memungkinkan
Ciri-ciri Sampingan
1.Berpikir dari segala arah
( convergent thingking)
2.Berpikir ke segala arah
(divergent thingking)
memberikan ide yang asli
bahkan mengejutkan).
5.Lebih menyukai kompleksitas
daripada simplisitas.
6.Latar belakang hidup yang
merangsang (hidup dalam
lingkungan yang dapat menjadi
contoh).
7.Kecakapan dalam banyak hal
(multiple skills).
5.Lebih tertarik pada konsep
daripada detail (segi-segi
kecil).
6.Keinginan tahu
intelektual.
7.Kaya humor dan fantasi.
8.Tidak segera menolak ide
atau gagasan baru.
9.Arah hidup yang mantap.
1.Tidak mengambil
Reni Akbar Hawadi (dalam Munandar, 2002) menyebutkan ciri-ciri kreativitas
sebagai berikut:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam.
2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.
4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.
5. Mempunyai/ menghargai rasa keindahan.
6. Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi.
7. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi.
8. Mempunyai rasa humor.
9. Mempunyai daya imajinasi (misalnya memikirkan hal-hal yang baru dan
tidak biasa).
10. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda
dengan orang lain (orisinil).
11. Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan.
12. mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandangan.
E. Profil Potensi Kreatif
Kita tidak bisa melihat, mendengar, atau mengamati potensi kreatif.
Hanya setelah terjadi sesuatu, baru kita bisa menilai apakah seseorang itu kreatif
atau tidak. Namun, ada satu cara untuk menentukan potensi kreatif tanpa bukti
pendahuluan, yaitu dengan menggunakan instrumen tes yang disebut profil
potensi kreatif. Tes ini bisa mengungkapkan kecerdasan kreatif seseorang. Nilai
dari tes ini bisa membantu kita untuk dengan mudah mengidentifikasi kecerdasan
kreatif seseorang. Namun, mengetahui potensi saja tidaklah cukup. Situasi atau
lingkungan sering menghambat untuk melatih potensi kita. Misalnya, beberapa
waktu silam, dress code diciptakan oleh beberapa organisasi. Bagaimana kita bisa
menemukan kecerdasan kreatif dan kemudian menggunakan bakat terpendam
Untuk meyakinkan bahwa profil potensi kreatif ini akurat, desainnya
dibuat berdasarkan pendekatan yang sama dengan instrumen tes sebelumnya yang
dikembangkan oleh pengarang. Instrumen tes tersebut, Decision Style Inventory,
digunakan untuk menilai kepribadian seseorang dan memperkirakan jenis
pekerjaan yang paling memuaskan bagi orang tersebut. Tes ini mempunyai
validitas prediksi sebesar 95% menurut Rowe (2004). Pengambilan keputusan
penting, seperti pemilihan presiden sebuah perusahaan besar, tes ini terbukti tak
ternilai harganya. Pemilihan direktur pada sebuah pelabuhan besar dilakukan
berdasarkan hasil tes ini bersama dengan informasi lainnya. Ada banyak contoh
lainnya yang menunjukkan tingkat kemampuan memprediksinya yang tinggi.
Profil potensi kreatif yang dideskripsikan di sini adalah instrumen tes yang
digunakan untuk mengidentifikasi keempat tipe dasar kecerdasan kreatif.
Pendekatan semacam ini yang berkaitan dengan kreativitas jauh lebih realistis
dibandingkan dengan sekadar menilai seseorang sebagai kreatif atau tidak kreatif.
F. Proses Kreativitas
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu :
1. Aspek Pribadi
Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang
unik dengan lingkungannya.
2. Aspek Pendorong
Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya
memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan.
Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (1988) kreativitas adalah proses
merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang
kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis,
kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyaipaikan
hasil-hasilnya.
4. Aspek Produk
Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari
proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna.
Kreativitas tidak timbul serta-merta, tetapi melalui proses. Proses kreatif
menurut De Porter & Hernacki (2001) dalam bukunya Quantum Learning
mengalir melalui lima tahap, tahap-tahap tersebut sebagai berikut :
1. Persiapan Mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
2. Inkubasi Mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran. 3. Iluminasi Mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan.
4. Verifikasi Memastikam apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah. 5. Aplikasi Mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut.
Proses Kreatif menurut Cambell (dalam Rowe, 2004) urutannya sebagai
berikut :
1. Persiapan (preparation) : meletakan dasar, mempelajari latar belakang
masalah, seluk beluk dan problematikanya. Meskipun tidak semua ahli kreatif,
namun kebanyakan pencipta adalah ahli. Terobosan gemilang dalam suatu
bidang hampir selalu dihasilkan oleh orang-orang yang sudah lama
berkecimpung dan lama berpikir dalam bidang itu. Persiapan untuk kreativitas
tercapai dan bertahan, bukan oleh loncatan yang tiba-tiba, tetapi dengan usaha
keras.
2. Konsentrasi (concentration): sepenuhnya memikirkan, masuk luluh, terserap
dalam perkara yang dihadapi. Orang-orang kreatif biasanya serius,
perhatiannya tercurah dan pikirannya terpusat pada hal yang mereka kerjakan.
Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu menimbang-nimbang,
waktu menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal, trial dan
error .
3. Inkubasi (incubation) : mengambil waktu untuk meninggalkan perkara,
istirahat, waktu santai. Sebuah busur tak dapat direntang terus-menerus untuk
jangka panjang tanpa bahaya patah. Maka kita perlu melarika diri dari perkara
yang sedang kita selesaikan, masalah yang hendak kita pecahkan. Inkubasi
merupakan saat di mana sedikit demi sedikit kita bebaskan dari kerutinan
berpikir, kebiasaan bekerja, kelaziman pemakai cara.
4. Iluminasi : mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja,
jawaban baru bagian paling nikmat dalam penciptaan, Ketika segalanya jelas,
hubungan kaitan perkara dipertaruhkan, dan penerangan untuk pemecahan
masalah, jawaban baru tiba-tiba tampak laksana kilat. Reaksi keberhasilan itu
biasanya tidak hanya teras di batin, tetapi juga diungkapkan keluar secara
fisik.
5. Verifikasi/ Produksi : memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan
masalah. Tahap ini merupakan akhir dari suatu awal. Masih ada pekerjaan
berat yang harus dikerjakan. Kalau sudah menemukan ide, gagasan,
mewujudkannya. Kecakapan kerja merupakan bagian penting dalam karya
kreatif. Betapapun banyak ide, gagasan, ilham, impian bagus yang ditemukan,
jika tidak dapat diwujudkan, semuanya akan lenyap bagai embun diterjang
sinar matahari. Maka orang kreatif harus memiliki kecakapan kerja baik
secara pribadi maupun kelompok.
Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah
teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The art of Thought
(dalam Pirto, 1992), yang mengatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap
yaitu:
1. Persiapan
2. Inkubasi
3. Iluminasi
4. Verifikasi
Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan
masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan
sebagainya. Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun data/ informasi
tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi ialah tahap di mana individu seakan-akan
melepaskan diri sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak
memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra
sadar. Tahap iluminasi ialah tahap timbulnya “insght” atau”Erlebnis”, saat
timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang
mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Tahap
verifikasi atau tahap evaluasi ialah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut
Proses divergen (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi
(pemikiran kritis).
Menurut Adhi dan Bawono (2009), jika kita mengimplementasikan
kreativitas dan inovasi pada bisnis, akan terjadi antara lain:
1. Akselerasi atau percepatan pertumbuhan bisnis.
2. Transformasi bisnis dari kecil menjadi besar.
3. Pengembangan dan multiplikasi bisnis.
4. Kontrol terhadap perubahan perilaku konsumen dan pesaing.
5. Kontrol terhadap setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis.
Tujuan akhir kreativitas adalah keuntungan bagi bisnis sehingga akan tercapai
tranformasi dan akselerasi bisnis ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan kreativitas
kita menciptakan ide-ide atau gagasan tentang produk ataupun cara dalam
menjalankan bisnis. Kemudian ide tersebut ktia kembangkan sehingga menjadi
inovasi, yaitu ide yang dapat dijalankan dan memberi nilai tambah (baca :
keuntungan) bagi perusahaan, yang pada gilirannya dapat mengakselerasi
pertumbuhan usaha dan mendorong proses transformasi bisnis menjadi lebih besar
dan berkembang.
Sumber : Adhi dan Bawono (2009) Gambar 2.2 Siklus Kreativitas dan Inovasi
G. Minat Berwirausaha
Inovasi Kreativitas
Ide Tranformasi
Lust of power atau haus akan kekuasaan dapat dikatakan sebagai alasan seseorang
ingin menjadi wirausahawan, mereka yakin apabila mereka punya power atau
kekuasaan, mereka dapat melakukan sesuatu lebih lancar dan lebih efisien
(Abdinagoro, 2004). Dengan pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki
dapatlah merubah cara pengerjaan sesuatu apapun (Pandji, 2002), maka
faktor-faktor yang mendorong wirausahawan memulai usaha kecil adalah sebagai
berikut:
1. Modal
Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai
aktivitas yang dilakukan, karena modal dapat membiayai semua kegiatan
operasional dalam usaha, seperti: untuk pengadaan bahan baku, membayar
upah tenaga kerja, pemasaran, produksi dan lain-lain. Akan tetapi masalah
modal kadangkala tidak menjadi masalah bagi orang yang mempunyai
kelebihan dana, tetapi bagi orang yang yang mempunyai dana relatif kecil itu
memang menjadi masalah. Kedua orang tersebut, ketika akan memulai usaha
jelas mempunyai keinginan yang sama. Apabila seseorang mempunyai jiwa
wirausahawan, maka dia mampu menciptakan nilai tambah dari keterbatasan.
2. Peluang
Banyak orang membayangkan dirinya mengolola bisnis milik mereka sendiri,
membuat keputusan-keputusan kunci, dan menghasilkan keuntungan. Peluang
merupakan suatu kesempatan dalam menjalankan usaha. Seorang
wirausahawan harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang sehingga dapat
memberikan keuntungan bagi usahanya. Peluang atau kesempatan tidak
sangat singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu yang tepat untuk
melihat berbagai peluang agar tidak mengalami kegagalan. Para
wirausahawan harus dapat mengukur dan memperkirakan ukuran
pertumbuhan dan potensi laba dari setiap peluang yang ada, dan berhati-hati
dalam mengevaluasi peluang sebelum memilih pasar dan sasaran yang ingin
dicapai.
Ada tiga fase pendekatan mengindefikasi peluang dalam bisnis, yaitu:
1. Menemukan gagasan.
2. Mengidentifikasi peluang yang ada.
3. Melaksanakan manajemen usaha yang diciptakan.
3. Pendidikan
Pendidikan salah satu faktor yang diperlukan dalam memulai dan
menjalankan usaha, baik usaha kecil maupun usaha menengah. Pendidikan
diperlukan untuk membuat perencanaan bisnis yang meliputi perencanaan
keuangan dan pengelolaan usaha. Pada umumnya hanya sedikit yang
mempumyai laporan keuangan yang sederhana, hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan.
4. Emosional
Suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk
melakukan suatu rencana yang dikehendakinya. Tindakan emosional itu juga
merupakan dorongan pribadi seseorang untuk melakukaan suatu kegiatan.
Dengan dorongan emosi maka orang dapat bertindak sesuai dengan
keinginannya.
Pengalaman merupakan pengetahuan yang didapat dari pekerjaan yang
terakhir maupun pada pekerjaan yang pernah dilakukan pada masa sekarang.
Dengan adanya pengalaman sering kali membuat seseorang untuk melihat
kemungkinan untuk memodifikasi produk yang telah ada, memperbaiki
pelayanan dan menduplikasikan konsep bisnis dalam lokasi yang berbeda.
Pengalaman dapatlah merupakan suatu hal yang sangat berharga karena
dengan adanya pengalaman seseorang dapat lebih memahami terhadap apa
yang sedang dikerjakan (Longenecker, 2000).
Menurut Zimmerer (2010) bahwa terdapat 8 (delapan) karakteristik dari
wirausaha yakni :
1. Desire for responsibility : yaitu memiliki rasa tanggungjawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggungjawab akan
selalu mawas diri
2. Preference for moderate risk : yaitu lebih memilih resiko moderat, artinya ia
selalu menghindari resiko rendah dan resiko yang tinggi
3. Confidence in their ability to success : yaitu percaya akan kemampuan diri
sendiri untuk berhasil
4. Desire for immediate feedback : yaitu selalu menghendaki umpan balik
segera
5. High level of energy : yaitu memiliki semangat dan kerja keras guna
mewujudkan keinginan demi masa depan yang lebih baik
6. Future orientation : yaitu berorientasi terhadap masa depan, perspektif dan
7. Skill at organizing : yaitu memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah
8. Value of achievment over money : selalu menilai prestasi dengan uang
BAB III
GAMBARAN UMUM
STUDENT ENTREPRENEURSHIP CENTER (SEC) USU
A. Sejarah Student Entrepreneurship Center (SEC) USU
a. Latar Belakang
Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran dikembangkannya Student
Entrepreneur Center (SEC), bahwa Univeritas Sumatera Utara secara nyata ingin
mewujudkan bahwa lulusan yang dihasilkannya dengan keilmuan yang dimiliki
dapat mampu berwirausaha, sehingga dapat membuat dirinya mandiri dan
membantu membuka lapangan pekerjaan pada masyarakat di sekitarnya. USU
sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki 12 fakultas sudah barang tentu dengan
berbagai disiplin kelimuan dan berbagai kompetensi yang dimilikinya ingin
menghasilkan lulusan dengan jiwa Entrepreneurship, maka dengan adanya wadah
Student Entrepreneur Center (SEC) sudah mulai mengembangkan kerjasama
antara multi disiplin keilmuan tersebut. Beberapa kelompok mahasiswa di Student
Entrepreneur Center (SEC) telah mewujudkan kolaborasi keilmuan tersebut,
misalnya dalam merintis suata peluang usaha, mahasiswa Tehnik Kimia ingin
menjual produk cabun cair hasil ekspremen keilmuannya, mahasiswa tersebut
kemasan sabun cair tersebut, juga bekerjasama dengan mahasiswa Ekonomi untuk
mendiskusikan cara pemasaran yang efektif. Hal ini semua dapat terlaksana
karena ketiga mahasiswa tersebut merupakan peserta pelatihan wirausaha yang
secara priodik di adakan oleh Student Entrepreneur Center (SEC). Yang pada
akhirnya mahasiswa-mahasiswa ini membentuk komunitas berdasarkan semangat
entrepreneurship.
b. Tujuan
1. Memberikan kontribusi dalam menanggulangi masalah pengangguran di
Indonesia
2. Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di dunia perguruan tinggi
sebagai pilar ekonomi nasional
3. Menumbuhkembangkan motivasi mahasiswa dalam menciptakan lapangan
pekerjaan.
4. Membuka peluang wirausaha bagi mahasiswa dan alumni USU.
5. Dapat mengimplementasikan teori ke praktek di masyarakat, dan
berkolaborasinya berbagai disiplin ilmu da dalam berwirausaha
6. Mahasiswa USU mempunyai semangat wirausaha yang tinggi
7. Dapat dibinanya kelompok mahasiswa yang berwirausaha dengan
membantu mendapatkan tempat praktek dan modal usaha dari mitra USU.
c. Manfaat
Bagi Mahasiswa :
1. Memperoleh pencerahan mengenai alternatif profesi sebagai
2. Mendapatkan pengetahuan dasar dalam bentuk teori maupun praktek
dalam mengelola suatu bisnis dalam upaya pengembangan bisnis
3. Memiliki keahlian dalam menyusun business plan
4. Mendapatkan sarana promosi peluang pasar atas hasil produk dan
jasanya pada setiap kegiatan kemahasiswaan, sehingga mahasiswa
yang berwirausaha semakin termotivasi.
Bagi USU :
1. Merupakan implementasi dari Tridharma Perguruan Tinggi, baik
dari sisi pendidikan, penelitian maupun pengabdian masyarakat.
2. Merupakan tanggung jawab sosial sebagai lembaga pendidikan
dalam menanggulangi masalah pengangguran.
3. Merupakan strategi dalam meningkatkan mutu lulusan Perguruan
Tinggi, melalui peningkatan daya saing dan kualitas diantara
Fakultas/ jurusan/departemen.
4. Merupakan wahana interaksi sesama komunitas USU yang terdiri
dari mahasiswa, alumni, dosen dengan masyarakat umum.
Bagi Mitra Bisnis :
1. Memberikan kesempatan bagi para mitra bisnis yaitu Pemerintah,
BUMN dan perusahaan - perusahaan lain untuk berpartisipasi
dalam usaha yang akan atau telah dikembangkan
oleh mahasiswa baik sebagai investor, sponsor atau mitra binaan.
2. Merupakan alternative kegiatan CSR (corporate social
responsibility) bagi BUMN.
1. Workshop Kewirausahaan
i. Workshop Kewirausahaan Dasar
a. Etika Enterpreneur
b. Membuka mind map
c. Membuat bisnis plan
d. Membuka usaha
a. Workshop Kewirausahaan Lanjutan
a. Etika Enterpreneur
b. Strategi pemasaran produk/jasa
c. Peningkatan kualitas produk/jasa
d. Penyusunan laporan keuangan
e. Startegi bersaing
2. Program Pendampingan Wirausaha (Mentoring)
a. Monitoring dan supervise ke lokasi usaha
b. Layanan konsultasi dan informasi bisnis
c. Memberikan akses pengembangan bisnis, seperti akses
pemasaran, teknologi, desain, permodalan,dll.
3. Klinik bisnis
a. Kegiatan ksonsultasi kepada setiap wirausawan dengan
b. Berusaha memberikan solusi bisnis yang akurat, komprehensif,
dan berkesinambungan,
d. Memberikan kosultasi dalam bidang Jasa manajemen dan
keuangan; jasa bantuan hukum;jasa fotografi; jasa konsultas
bahasa; jasa desain; dll
4. Pasar Mahasiswa
Merupakan suatu tempat berupa gerai-gerai untuk melakukan
kegiatan bisnis yang ditujukan bagi mahasiswa yang menjadi
wirausahawan. Mahasiswa menyewa lokasi tersebut dengan biaya
yang relatif murah, namun dengan melakukan seleksi dan juga
monitoring & evaluasi. Event yang telah dilakukan :
a. Setiap akhir bulan melalui Parade Musik dan Kewirausahaan
b. Bulan Ramadhan melalui Pasar Ramadhan
5. Bussiness Gathering
Merupakan pertemuan dengan para pelaku bisnis untuk pertukaran
informasi dalam rangka memperkecil link & match antara teori dan
dunia praktek. Pertemuan ini difasilitasi oleh UBK-USU. Pertemuan
dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
6. Entrepreneurship Expo
Merupakan pameran (bazar) produk dan jasa, serta pameran produk
hasil temuan (riset). Expo ini dilakukan 2 (dua) kali dalam