• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institut Pertanian Bogor

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baitul Maal Waat Tamwil (BMT)

2.3.3 Proses Mitigasi Risiko

Djohanputro (2008) menyatakan bahwa ada empat teknik pengelola risiko secara klasik. Keempat teknik tersebut adalah

1. Penghindaran risiko (risk avoidance) adalah tindakan perusahaan untuk tidak melakukan bisnis atau kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan. Risiko-risiko yang harus dihindari adalah risiko yang tidak sesuai dengan visi perusahaan, memiliki dampak sosial yang terlalu besar, dan peraturan yang tidak kondusif. Penghindaran risiko dapat dilakukan dengan mengelompokkan calon debitur ke dalam kolektabilitas sebelum pembiayaan dicairkan. Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan mendiskriminankan calon debitur berdasarkan informasi dari calon debitur.

2. Pengurangan Risiko adalah metode yang dilakukan saat perusahaan sudah sadar memasuki dan menanggung risiko. Pengurangan risiko dapat dilakukan terhadap paling tidak salah satu dari kedua faktor: pengurangan kemungkinan terjadinya risiko dan menekan besarnya dampak bila risiko terjadi. Pengurangan risiko dapat dilakukan dengan melakukan pencadangan.

3. Pemindahan Risiko adalah memindahkan risiko dari perusahaan kepada pihak lain yang bersedia atau ke perusahaan yang membisniskan risiko.

4. Penanganan Risiko adalah tindakan yang dilakukan karena perusahaan dengan sadar ingin mempertahankan risiko dan mengelolanya sendiri. Pertimbangan dilakukan berdasarkan atas efektivitas biaya. Adapun tindakan penyelamatan yang dapat dilakukan oleh bank menurut Suyatno et al (2007) adalah sebagai berikut :

Rescheduling

Kebijaksanaan ini berkaitan dengan jangka waktu pembiayaan sehingga keringanan yang dapat diberikan yaitu memperpanjang jangka waktu kredit, memperpanjang jarak waktu angsuran, penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka waktu pembiayaan

Reconditioning

Bantuan yang dapat diberikan adalah berupa keringanan atau perubahan persyaratan pembiayaan.

Restructuring

Jika kesulitan nasabah adalah faktor modal, maka penyelamatannya adalah dengan meninjau kembali situasi dan kondisi permodalan, baik modal dalam arti dana untuk keperluan modal kerja maupun modal berupa barang-barang modal.

2.4 Penelitian Terdahulu

Oktavi (2009) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan pembiayaan dan efektivitas pembiayaan usaha kecil pada lembaga keuangan mikro syariah (Studi Kasus KJKS BMT BUS). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan dan menilai keefektifan pembiayaan usaha kecil pada KJKS BMT BUS. Penelitian menggunakan alat analisis regresi linear berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi. Hasil dari penelitian tersebut adalah faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan pembiayaan adalah biaya peminjaman, jangka waktu angsuran, dan adanya agunan. Penilaian efektivitas pembiayaan dinilai dengan melihat tanggapan responden mengenai prosedur pembiayaan dan dengan melihat dampak pembiayaan terhadap pendapatan usaha dan keuntungan usaha. Keterbatasan penelitain ini adalah sedikitnya faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan. Selain itu, penilaian efektivitas pembiayaan hanya dinilai dengan melihat tanggapan responden mengenai prosedur pembiayaan dan dengan melihat dampak pembiayaan terhadap pendapatan usaha dan keuntungan usaha dengan menggunakan analisis deskriptif. Peniliti tidak melakukan penilaian efektivitas dari sudut pandang kemampuan debitur dalam pengembalian pembiayaan.

Saadah (2009) telah melakukan penelitian dengan judul Penyaluran dan Pengembalian Kredit Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Kasus KBMT dan BPRS Di Bogor ). Tujuan dari penelitian ini adalah Mengidentifikasi pola penyaluran dan pengembalian kredit di KBMT Wasilah, KBMT Tadbiirul Ummah dan BPRS

Bina Rahmah dan BPRS Rif’atul Ummah yang ada di kota Bogor atau dalam

bahasa syariahnya disebut pembiayaan antara KBMT Wasilah, KBMT

Tadbiirul Ummah, BPRS Bina Rahmah dan BPRS Rif’atul Ummah, dan

mengidentifikasi hubungan kinerja keuangan di KBMT Wasilah dan KBMT Tadbiirul Ummah di kota Bogor. Pada penelitian tersebut dibahas mengenai penyaluran dan pengembalian pembiayaan terhadap UMKM perempuan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah proses penyaluran antara KBMT

dan BPRS tidak jauh berbeda, penyaluran pembiayaan menurut sektor yang paling banyak adalah dalam bidang perdagangan dibandingkan sektor yang lain baik itu di KBMT maupun di BPRS, kinerja keuangan kedua KBMT masih dalam batas aman. Pada penelitan Penyaluran dan Pengembalian Kredit Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Kasus KBMT dan BPRS Di Bogor ) hanya menjelaskan mengenai penyaluran dan pengembalian pembiayaan serta pengaruhnya terhadap Non Performing Financing (NPF) dan Kinerja Keuangan Lembaga Keuangan. Selain itu penulis tidak menjelaskan bagaimana Lembaga Keuangan tersebut mengatasi risiko gagal bayar.

Mulyanti (2011) melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin murabahah pada BMT Khairu Ummah Leuwiliang Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kebijakan pembiayaan jual beli murabahah di BMT Kahiru Ummah, mengetauhi faktor- faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembiayaan di BMT Kahiru Ummah. Hasil dari penilitian ini Mulyanti (2011) adalah kebijakan pembiayaan murabahah yang dilakukan BMT Khairu Ummah sudah sesuai dengan aturan syariah. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin

adalah biaya operasional, biaya bagi hasil, pendapatan pembiayaan, dan pengembalian murabahah. Penelitian ini hanya membahas bagaimana BMT Khairu Ummah menetapkan margin Murabahah tanpa mempertimbangkan kondisi debitur dan risiko terjadinya gagal bayar.

Bhakti (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Diskriminan dalam Klasifikasi Pola Pengembalian Kredit Sektor Pertanian (Studi Kasus PT. Bank XYZ). Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui sistem kelayakan kredit yang dilakukan Bank XYZ untuk mengantisipasi risiko pada sektor budidaya pertanian, mengetahui fungsi pembeda (discriminant function) dari setiap kelas kolektibilitas pada sektor budidaya pertanian, menganalisis fungsi diskriminan digunakan untuk memprediksi kategori kolektibilitas dari nilai variabel kelayakan kredit pada sektor budidaya pertanian. Pada penelitian tersebut dibahas mengenai penggunaan Sistem ICRR (Internal Credit Risk Return) pada PT. Bank XYZ. Pada sistem ini

terdapat beberapa variable yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi debitur ke dalam lima kolektabilitas dengan menggunakan analisis diskriminan. Setiap kolektabilitas memiliki fungsi diskriminan masing-masing sehingga dapat membedakan setiap debitur. Setelah mengetahui jumlah debitur berdasarkan kolektabilitasnya dengan alat analisis diskriminan, PT. Bank XYZ dapat mengetahui indeks NPL dari penyaluran kredit tersebut. Selanjutnya, PT. Bank XYZ dapat mengambil tindakan untuk mengendalikan indeks NPL. Pada penelitian Analisis Diskriminan dalam Klasifikasi Pola Pengembalian Kredit Sektor Pertanian (Studi Kasus PT. Bank XYZ), penulis hanya membahas variabel-variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi kolektabilitas debitur dan tidak membahas potensi kerugian secara kuantitatif yang akan dihadapi oleh Bank XYZ akibat adanya kredit macet. Selain itu, pada Bank XYZ sudah memiliki sistem Manajemen Risiko sendiri yaitu ICRR yang sudah dapat memeringkatkan debitur berdasarkan variabel-variabel tertentu.

Iqbal (2006) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Risiko Pembiayaan Syariah, Pendekatan Metode Creditrisk+ Portofolio (Studi Kasus BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah). Tujuan dari penelitian ini adalah Menentukan potensi kerugian dan menentukan strategi mitigasi risiko. Penulis menggunakan metode

Creditrisk+ portofolio untuk menentukan potensi kerugian. Penulis sendiri mengemukakan bahwa kekurangan dari metode creditrisk+ portofolio adalah tidak dapat menjelaskan penyebab terjadinya gagal bayar. Oleh sebab itu, penulis tidak dapat menjelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kolektabilitas debitur.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

BMT Al-Fath IKMI melakukan fungsi menyalurkan dana dengan melakukan pembiayaan kepada UMKM. Produk pembiayaan yang dimiliki BMT Al-Fath IKMI adalah Murabahah dan Ijarah. Sebelum menyalurkan pembiayaan kepada para debitur, BMT Al-Fah IKMI melakukan analisis 5C kepada calon debitur dan usahanya. Debitur yang diberikan pembiayaan dikelompokkan berdasarkan kolektabilitasnya.

Informasi 5C debitur yang telah diketahui tingkat kolektabilitasnya dapat digunakan sebagai input analisis diskriminan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kolektabilitas calon debitur. Hasil dari analisis diskriminan dapat digunakan untuk bahan pertimbangan BMT Al-Fath IKMI dalam mengambil keputusan tindakan mitigasi risiko yang cocok..

Proses pengukuran risiko dilakukan dengan mengukur seberapa besar kerugian yang dialami BMT Al-Fath IKMI akibat risiko pembiayaan. Pengukuran risiko pembiayaan menggunakan Creditrisk+. Hasil dari metode

Creditrisk+ adalah potensi kerugian akibat gagal bayar debitur.

Tindakan mitigasi risiko yang bisa diambil meliputi penghindaran risiko, pengurangan risiko, pemindahan risiko, dan penahanan risiko. Tindakan mitigasi berdasarkan hasil analisis digunakan untuk memperbaiki kolektabilitas debitur. Tindakan mitigasi risiko dapat berbeda untuk setiap debitur disesuaikan dengan karakterisitik debitur dan usahanya. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di BMT AL-FATH IKMI yang berlokasi di Jalan Aria Putra No. 7 Ciputat Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan sejak Maret hingga April 2012.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada Penelitian ini meliputi data primer dan sekunder.

BMT Al-Fath IKMI Analisis 5C

Nasabah & Usaha Pembiayaan :  Murabahah  Ijarah Kolektabilitas Analisis Diskriminan Creditrisk+ Faktor-faktor untuk memprediksi tingkat kolektabilitas Potensi Kerugian Mitigasi Risiko

a. Data primer

Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan, pengumpulan data dan wawancara langsung dengan Kepala Bagian Pembiayaan dan

Account Officer yang terkait dengan bidang penelitian. b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari data historis BMT AL-FATH, laporan penelitan dan publikasi elektronik. Jenis data sekunder adalah data yang telah melalui pengolahan lebih lanjut dan telah dipublikasikan serta dari berbagai literatur.

3.4 Metode Penarikan Sample

Penulis menggunakan teknik pengambilan sample Non Probability Sampling yaitu Purposive Sampling. Purposive Sampling merupakan metode penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu dan kriteria yang digunakan adalah debitur murabahah dan Ijarah baik bulanan maupun pekanan yang bekerja di sektor UMKM saja yang dapat dijadikan responden. Total debitur yang menerima pembiayaan murabahah dan Ijarah

sebanyak 1053 debitur dengan proporsi 756 orang pengguna murbahah dan 297 orang pengguna Ijarah. Pengguna murabahah dan Ijarah terbagi menjadi pengusaha UMKM sebanyak 950 dan karyawan 103 orang. Jumlah sample

yang digunakan ditetapkan berdasarkan rumus Slovin dengan Populasi 950

orang dan tingkat kepercayaan 90% (α = 10%), maka didapat 91 responden yang akan dijadikan responden.

2 ) ( 1 NN n   (2) n = sample N = populasi α = tingkat kesalahan (10%)

Jumlah sample masing-masing produk ditentukan berdasarkan quota sampling. Persentase populasi debitur murabahah sebesar 74% sehingga jumlah sample debitur murabahah adalah 67 debitur. Persentase populasi debitur Ijarah sebesar 26% sehingga jumlah sample debitur Ijarah adalah 24 debitur.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1 Analisis Diskriminan

Variabel prediktor pada penelitian ini meliputi faktor-faktor analisis pembiayaan yang tercantum pada Formulir Permohonan Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI. Formulir tersebut diisi oleh pemohon pembiayaan sehingga formulir tersebut memuat informasi mengenai debitur. Informasi yang diberikan debitur tersebut dijadikan variabel prediktor yang secara garis besar menggambarkan Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition dari debitur.

3.5.2 Creditrisk+

Data yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan potensi kerugian dengan metode creditrisk+ adalah data debitur yang melakukan pembiayaan dengan skim murabahah dan Ijarah yang terangkum dalam bulan Januari 2012. Langkah pengukuran risiko dengan metode

creditrisk+ menurut Crouhy et al (2000) adalah

1. Data yang dibutuhkan adalah exposure, probability default, default rate volatilities, recovery rate.

2. Membagi exposure atau loss given default (LGD) ke dalam beberapa kelas dan beberapa band. Pembagian kelas dapat disesuaikan berdasarkan exposure terendah dan tertinggi. Pembagian exposure

ke dalam band dilakukan dengan cara membagi exposure dengan nilai kelas. Pembulatan band dilekukan berdasarkan ketentuan umum, jika lebih dari sama dengan 0.5 maka dibulatkan ke atas, sedangkan kurang dari 0.5 dibulatkan ke bawah. Data dibagi ke dalam empat kelas dan sepuluh band.

3. Menghitung Expected Loss dilakukan dengan cara mengkalikan LGD setiap debitur di setiap band dengan Probability Default. Proses ini dapat dinotasikan sebagai berikut ELALGDAPDA

4. Menghitung expected number of default dilakukan dengan cara mencari nilai nj. Nilai nj dicari dengan membagi expected loss total setiap band dengan band. Proses tersebut dinotasikan sebagai berikut

j j j

L EL

n  . Expected Loss total (ELj) didapatkan dari

  j A L L A A j EL EL : .

5. Menentukan jumlah debitur default dengan menggunakan sebaran Poisson. Rumus sebaran Poisson adalah Prob(n default)=

! n e n n nj j  ket:

Prob(n default): tingkat kepercayaan lebih dari sama dengan 95%

j

n : expected number of default

e : angka natural (2.718281828) n : jumlah debitur default

Sebaran Poisson juga dapat dicari dengan menggunakan Minitab14 sehingga dapat langsung ditemukan jumlah debitur default pada tingkat kepercayaan lebih dari sama dengan 95%.

6. Menghitung potensi kerugian dapat dicari dengan menggunakan rumus Potential Loss=

  

    4 1 10 1 %) 5 ( ( k k j j j j n

LReal lossj  nilai kelask)

3.5.3 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang berfungsi untuk menjelaskan secara rinci atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sebagaimana adanya, tanpa melakukan pengolahan data secara kuantitatif dan membuat kesimpulan yang sesuai yang berlaku umum.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 BMT Al-Fath IKMI

4.1.1 Profil BMT Al-Fath IKMI

BMT Al-Fath IKMI adalah lembaga keuangan mikro syariah yang notabenenya adalah lembaga keuangan aset umat dengan prinsip operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip syari'at Islam. BMT Al- Fath IKMI dibentuk dalam upaya memberdayakan umat secara kebersamaan melalui kegiatan simpanan dan pembiayaan serta kegiatan- kegiatan lain yang berdampak pada peningkatan ekonomi anggota dan mitra binaan ke arah yang lebih baik, lebih aman, serta lebih adil.

BMT (Baitul Maal wat Tamwiil) Al-Fath IKMI dirintis oleh 25 orang pendiri pada tanggal 13 Oktober 1996, dan kini jumlah pendirinya menjadi 31 orang. Sebagai lembaga yang mengemban misi sosial, maka dibentuklah divisi Baitul Maal yang dikelola secara terpisah agar dapat berjalan secara optimal melayani umat. Sebagai lembaga bisnis maka dibentuklah Baitut Tamwil dengan dikelola oleh tenaga muslim yang profesional dibidang keuangan. Struktur organisasi BMT Al-Fath IKMI dapat dilihat pada lampiran 1.

Visi BMT Al-Fath IKMI adalah Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allaah SWT. Misi BMT Al-Fath IKMI adalah Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa

(orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan.

4.1.2 Produk BMT Al-Fath IKMI

BMT Al-Fath IKMI memiliki produk dan layanan di bidang jasa keuangan. Produk yang dimiliki oleh BMT Al-Fath IKMI adalah

Simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah /titipan. Dalam tabungan ini BMT Al-Fath tidak wajib memberikan bagi hasil kepada penabung. BMT Al-Fath boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakanBMT Al-Fath.

Tabah (Tabungan berjangka Al-Fath)

Tabungan / investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).

Sidik (Simpanan Pendidikan)

Bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Simpanan Idul Fitri

Simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri. Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Simpanan Qurban

Simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Simpanan Nikah

Simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Simpanan Haji

Simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Pembiayaan Mudharabah

Akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak.

Pembiayaan Musyarakah

Akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masing-masing.

Piutang Murabahah

Akad jual beli barang antara mitra dengan BMT Al-Fath IKMI dengan menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

Piutang Ijarah

Akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT Al-Fath IKMI dan mitra. BMT Al-Fath IKMI menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

4.1.3 Analisis Pembiayaan BMT Al-Fath IKMI

Proses penyaluran dana yang dilakukan BMT Al-Fath IKMI diawali dengan adanya permohonan pembiayaan yang diajukan oleh mitra BMT dengan menyertakan fotocopy KTP, Kartu Keluarga, surat nikah, slip gaji, kepemilikan agunan, dan pas foto . Selanjutnya Customer Service

dan Account Officer BMT Al-Fath IKMI melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas. Jika berkas yang disertakan lengkap dan sesuai persyaratan maka tim BMT Al-Fath IKMI melakukan survey kepada mitra, namun jika berkas belum lengkap maka BMT Al-Fath IKMI mempersilakan mitra untuk melengkapinya terlebih dahulu. Pada survey

yang dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI dilakukan juga analisis kelayakan usaha mitra. Jika hasil analisis dinyatakan tidak layak maka permohonan pembiayaan ditolak. Sedangkan jika analisis kelayakan usaha dinyatakan layak maka mitra dipanggil untuk menghadap kepada komite pembiayaan untuk dilakukan pengikatan dan penyelesaian administrasi. Selama usaha mitra dibiayai, maka tim BMT Al-Fath IKMI akan melakukan monitoring kepada mitra tersebut. Diagram alir penyaluran pembiayaan dapat dilihat pada lampiran 2.

BMT Al-Fath IKMI melakukan analisis pembiayaan sebelum melakukan penyaluran dana. Analisis tersebut dilakukan berdasarkan faktor-faktor penilaian pembiayaan yang berpedoman pada prinsip 5-P:

People (orang/karakter)

Orang atau mitra pemohon pembiayaan merupakan titik sentral yang harus diperhatikan dalam setiap pemberian pembiayaan. Oleh karena itu, BMT Al-Fath IKMI harus mendapatkan keyakinan terhadap mitra pembiayaan melalui penilaian karakter dari mitra pembiayaan tersebut.

Purpose (tujuan penggunaan)

BMT Al-Fath IKMI menganalisis apakah tujuan penggunaan dana oleh mitra pembiayaan apakah dapat menunjang kegiatan usaha mitra dan sesuai dengan tujuan pemberian pembiayaan BMT Al-Fath IKMI.

Prospect (peluang pasar)

BMT Al-Fath IKMI menilai apakah usaha yang dijalankan oleh mitra memiliki peluang pasar yang baik untuk dijalankan atau tidak dengan disesuaikan kepada kondisi makro lingkungan usaha. BMT Al-Fath IKMI juga harus mampu melakukan penilaian terhadap risiko bisnis dari usaha mitra pembiayaan.

Payment (kemampuan bayar)

Penilaian mengenai sumber pembayaran pembiayaan dari calon mitra apakah tersedia dan aman serta apakah setelah pemberian pembiayaan, mitra memiliki sumber pendapatan yang cukup untuk pembayaran pembiayaan.

Protection (agunan)

Penilaian mengenai jaminan mitra pembiayaan untuk mengantisipasi sekiranya terjadi hal yang di luar perkiraan. Agunan atau jaminan merupakan second way out jika mitra tidak mapu melunasi pembiayaan. Semakin besar nilai agunan maka semakin kecil risiko kerugian akibat gagal bayar.

Saat melakukan analisis pembiayaan BMT Al-Fath IKMI menggunakan Formulir Permohonan Pembiayaan, Rancangan Anggaran Belanja Mitra, dan berkas-berkas kelengkapan. Selain itu, Account Officer melakukan tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk memperoleh informasi lebih lengkap dan melihat langsung aset yang akan dijadikan jaminan oleh mita pembiayaan.

Selama melakukan analisis pembiayaan Tim BMT Al-Fath IKMI harus mematuhi petunjuk kerja. Petunjuk ini digunakan untuk membantu Tim pembiayaan dalam menganalisis agar tidak salah dalam menganalisis sehingga hasil analisis dapat mengurangi potensi gagal

bayar dari mitra pembiayaan. Petunjuk kerja yang telah disusun BMT Al-Fath IKMI adalah

1. Kualitas pembiayaan lebih penting daripada ekspansi pembiayaan 2. kejujuran anggota adalah skala prioritas utama dalam penilaian 3. jika tidak memahami usaha anggota, jangan berikan pembiayaan 4. putusan pembiayaan tanpa tekanan hati

5. terlalu naif berfokus pada agunan

6. bila muncul keraguan, sebaiknya ditolak atau ditangguhkan putusan 7. bila anggota meminta jawaban putusan secepatnya, jawaban yang

paling tepat adalah “tolak”

8. telusuri dengan seksama kemana arah penggunaan dana BMT 4.1.4 Identifikasi Risiko Gagal Bayar BMT Al-Fath IKMI

Informasi-informasi dari mitra pembiayaan yang diperoleh dari analisis pembiayaan digunakan untuk mengidentifikasi penyebab risiko gagal bayar. BMT Al-Fath IKMI sendiri sudah mendefinisikan pembiayaan bermasalah. Menurut BMT Al-Fath IKMI pembiayaan

Dokumen terkait