• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: KONTRUKSI MAHASISWA UNIT PENGEMBANGAN TAHFIDZUL QUR’AN TENTANG NILAI-NILAI AL- QUR’AN DALAM KEHIDUPAN

KEHIDUPAN SOSIAL DI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM TINJAUAN PETER L BERGER

C. Analisis Data

2. Proses Objektivasi

Pada momen ini juga ada proses pembedaan antara dua realitas sosial, yaitu realitas diri individu dan realitas sosial lain yang berada diluarnya, sehingga realitas sosial itu menjadi sesuatu yang objektif. Dalam proses konstruksi sosial, proses ini disebut sebagai interaksi sosial melalui pelembagaan dan legitimasi. Dalam pelembagaan dan legitimasi tersebut, agen bertugas menarik dunia subyektifitasnya menjadi dunia obyektif melalui interaksi sosial yang dibangun secara bersama. Pelembagaan akan terjadi manakala terjadi kesepahaman intersubjektif atau hubungan subjek-subjek.

Pada tahapan ini merupakan proses dimana mahasiswa penghafal Qur’an mengaplikasikan nilai-nilai al-qur’an melalui suatu lembaga atau kegiatan. Dalam kegiataan pelembagaan tersebut akan terbentuknya suatu interaksi antara mahasiswa penghafal Qur’an dengan masyarakat di sekitarnya sehingga baik secara langsung maupun tak langsung nilai-nilai al-Qur’an akan teraplikasikan kepada masyarakat.

Lembaga atau kegiatan yang menjadai sarana bagi mahasiswa penghafal Qur’an di antaranya ialah:

a. Organisasi

Dengan mengikuti organisasi tidak hanya dapat mengisi waktu dengan hal-hala yang bermanfaat tetapi mahasiswa penghafal Qur’an juga bisa dengan mudah memperluas jaringan, menyampaikan nasehat, berbagi ilmu pengetahuan dan menambah wawasan sesama anggota organisasi. Di dalam organisasi sudah banyak kegiatan yang bisa menjadi sarana untuk mengaplikasikan nilai-nilai al-qur’an seperti tadarus, khataman al-Qur’an, tadabbur alam, dan bakti sosial. b. Mengajar di berbagai lembaga pendidikan

Ketika seseorang mengajarkan ilmu kepada orang lain sudah pasti dalam kegiatan tersebut sesorang menanamkan suatu nilai pada orang lain. Sama halnya dengan seorang penghafal Qur’an yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain, baik melalui lembaga resmi maupun tidak resmi. Para penghafal Qur’an pun mengajarkan ilmunya kepada semua orang, mulai dari anak kecil, teman sebaya, dan orang tua. Mengajarkan kepada anak-anak kecil dengan tujuan agar nilai-nilai al-Qur’an dapat tertanam pada diri anak-anak sejak dini, sehingga bisa menjadi pembentuk karakter yang baik dan menjadi generasi yang bisa bermanfaat dalam segala kebaikan. Mengajarkan nialai-nilai al-Qur’an kepada teman-teman sebaya bertujuan untuk memberi peringatan agar tidak terjerumus pada perkembangan zaman yang semakin tidak terkontrol. Dengan tetap menanamkan nilai-nilai

al-Qur’an sebagai sarana untuk mengkontrol diri dari segala kesenangan dunia yang hanya sesaat.

3. Proses Internalisasi

Pada momen ini,individu akan menyerap segala hal yang bersifat obyektif dan kemudian akan direalisasikan secara subyektif. Internalisasi ini berlangsung seumur hidup seorang individu dengan melakukan sosialisasi. Pada proses internalisasi, setiap mahasiswapenghafal al-Qur’an berbeda-beda dalam dimensi penyerapan. Ada yang lebih menyerap aspek ekstern, ada juga juga yang lebih menyerap bagian intern. Penyerapan dari aspek estren biasanya melalui suatu interaksi dengan orang lain. Dan untuk penyerapan melalui aspek intren biasanya para penghafal Qur’an mencari apa yang belum di pahami kemudian membaca kembali al-qur’an danmencari makna di dalamnya untuk menjawab segala kekurangan yang belum di mengerti. Karena bagi seorang penghafal Qur’an tidak semua penghafal Qur’an sudah bersih dari suatu kesalahan, daan memahami semua apa yang telah di hafalkan di dalam al-Qur’an, seringkali para penghafal Qur’an sudah memahami makna yang terkandung dalam al -Qur’an namun masih kesulitan untuk mengaplikasikanya di dalam kehidupan sosial. Sehingga sebelum mengaplikasikan nilai-nilai al-Qur’an dalam masyarakat, para peghafal Qur’an melakukan proses internalisasi, baik dari aspek eskternal maupun internal, yang diantaranya dalah sebagai berikut:

a. Aspek Internal

Membaca al-Qur’an terjemahan untuk memahami makna yang terkaandung di dalamnya sehingga bisa di aplikasikan dalam kehidupan sosial.

b. Aspek Esternal

Sesorang penghafal Qur’an telah memiliki banyak pengetahuan mengenai semua isi kandungan dari dalam al-Qur’an, namun untuk menyampaikan ke dalam masyarakat luas bukan perkara yaang mudah, dan masih membutuhkan wawasan yang lebih luas. Sehingga mahasiswa penghafal Qur’an melakukan proses internalisasi di antaranya dengan cara melakukan suatu perkumpulan dengan orang-orang yaang di anggap lebih berpengalaman dan memiliki wawasan yang lebih luas sehingga bisa mengambil manfaat dari pengalaman untuk di terapkan di dalam kehidupanya.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Setiap mahasiswa penghafal Qur’an yang tergabung dalam UPTQ memiliki cara yang berbeda dalam mengaplikasikan nilai-nilai al-Qur’an tentang kehidupan sosial. Upaya yang di lakukan oleh para penghafal al-Qur’an di antaranya ialah:

1. Melalui interaksi secara langsung

Interaksi ini biasanya di lakukan kepada orang terdekat yang sekiranya melakukan kesalahan agar menyadari apa yang di perbuatnya merupan suatu hal yang kurang benar, namun cara menyadarkanya tidak langsung pada pokok permasalahan, langsung menilai salah sehingga membuat orang lain merasa tidak nyaman dan tersinggung. Namun melalui pendekatan terlebih dahulu, mengikuti alur yang harus dijalani, menjadikan orang lain nyaman dan merasa diperdulikan, menarik dari keramaian dan membicarakanya secara pribadi, kemudian mulai membicarkan dengan cara yang baik dan dengan kat-kata yang halus dan mudah dipahami, sehingga tujuan untuk menyadarkanya dapat di terima dengan baik.

2. Melalui media sosial

Mengaplikasikan nilai-nilai al-Qur’an lebih mudah dilakukan kepada orang-oarang yang berada dalam satu lingkungan. Namun bukan berarti

tidak ada cara untuk mengaplikasikan nilai-niali al-Qur’an dengan orang -orang yang tidak berada dalam satu lingkungan. Para penghafal Qur’an memiliki cara tersendiri untuk tetap mengaplikasikan nilai-nilai al-Qur’an meski tidak berada dalam satu lingkungan, yakni dengan memanfaatkan media sosial, seperti Whats App, instagram, facebook dan lain sebagainya. Media sosial tersebut di manfaatkan oleh para penghafal Qur’an untuk memposting suatu berita, artikel, yang mengandung nilai-nilai al-Qur’an dengan tujuan agar pembaca bisa mengambil manfaat dari postingan tersebut.

3. Melalui kegiatan sosial

Kegiatan yang selama ini sudah dilakukan oleh para penghafal al-Qur’an sebagai sarana untuk mengaplikasikan nilai-nilai al-Qur’an diantara adalah, melakukan bakti sosial. Selain mengajarkan sifat berbagi, dengan bakti sosial bisa membantu meringankan beban orang lain.

4. Melalui organisasi

Dalam berorganisasi banyak sekali manfaat yang bisa di peroleh, diantaranya adalah bisa memperluas jaringan, mengisi waktu luang, memberikan pengalaman dan menambah wawasan. Banyak dari mahasiswa pengahafal Qur’an yang memanfaatkan kegiatan organisasi untuk mengaplikasikan nilai-nilai al-Qur’an, yakni dengan mengadakan kajian atau diskusi bersama, mengadakan khataman, tadarus al-Qur’an, tadabbur alam dan mengadakan seminar.

5. Menjadi pengajar

Banyak mahasiswa penghafal Qur’an yang mengajarkan ilmunya melalui lembaga pendidikan, seperti mengajar TPQ untuk anak-anak kecil, yang merupakan suatu penanaman nilai-nilai al-Qur’an pada anak usia agar menjadi generasi Qur’ani. Mengajar tidak harus dalam lembaga resmi saja, namun bisa di mana saja, kapan saja dan mengajar pada siapa saja. Mahasiswa penghafal Qur’an tidak hanya mengajar di TPQ namun juga mengajak teman-teman sebaya untuk mengaji dirumah, dan mengajarkan para pekerja seks komersial tentang nilai-nilai dalam kehidupan.

B. SARAN

Bagi seorang peghafal al-Qur’an diharapakan bisa memberikan peran untuk masyarakat secara luas. Karena di zaman ini sudah banyak masayarat yang di jauh dengan al-Qur’an. jika berdekatan dengan al-Qur’an sudah merupakan hal yang asing bagaimana bisa memahami makna yang terkandung di dalamnya dan bagaimana bis mengaplikasikanya di dalam kehidupan bermasyarakat. Maka dari itu bagi seorang penghafal al-Qur’an yang selalu berteman baik dengan al-Qur’an, yang banyak mengetahui makna al-Qur’an di harapkan untuk selalu berupaya dalam menanamkan kecintaan masyrakat kepada al-Qur’an mulai dari yang kecil hingga yang tua, agar menjadikan masyarakat yang selalu menjaga kebaikan, dan menghindarkan dari segala keburukan demi kesejahteraan bersama.

Dokumen terkait