• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS YURIDIS KEKUATAN EKSEKUTORIAL JAMINAN

B. Proses Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Jaminan Fidusia Bukti

Fidusia merupakan salah satu jenis jaminan hutang yang memiliki unsur-unsur yang cepat, murah dan pasti. Dalam praktiknya hal tersebut banyak dikeluhkan karena selama belum keluarnya Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia, tidak ada kejelasan mengenai bagaimana caranya mengeksekusi jaminan fidusia tersebut. Sehingga banyak yang menafsirkan eksekusinya memakai prosedur gugatan biasa, yaitu melalui pengadilan dengan prosedur biasa yang panjang, mahal dan sangat melelahkan.50

Salah satu ciri dari jaminan hutang kebendaan yang baik adalah manakala hak agunan tersebut dapat dieksekusi secara cepat dengan proses yang sederhana, efisien dan mengandung kepastian hukum.51 Misalnya, ketentuan eksekusi jaminan fidusia di Amerika Serikat yang memperbolehkan pihak kreditor mengambil sendiri barang objek jaminan fidusia asalkan dapat menghindarkan pertengkaran atau perkelahian. Barang tersebut dapat dijual di depan umum, atau dijual di bawah tangan, asalkan dilakukan dengan itikad yang baik.52

Dalam praktiknya, proses pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia di bawah tangan sangatlah jarang digunakan.53 Salah satu terobosan yang dilakukan oleh Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia ini adalah dengan mengambil pola eksekusi hak tanggungan yang dikembangkan oleh Undang-Undang No. 4 Tahun

50 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op. cit, hlm. 57. 51 Munir Fuady, op. cit, hlm. 57.

1996 tentang Hak Tanggungan, yaitu dengan mengatur eksekusi jaminan fidusia secara bervariasi, sehingga para pihak dapat memilih model eksekusi yang diinginkan.

Model-model eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia adalah sebagai berikut:54

1. Eksekusi Jaminan Fidusia Dengan Titel Eksekutorial.

Ada beberapa akta yang mempunyai titel eksekutorial yang disebut dengan istilah grosse akta, yaitu :

a. Akta Hipotek.

b. Akta Pengakuan Hutang.

c. Akta Hak Tanggungan (berdasarkan pada Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan).

d. Akta Fidusia (berdasarkan pada Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia).

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata, setiap akta yang mempunyai titel eksekutorial dapat dilakukan langsung proses eksekusi. Akta ini dibuat dihadapan notaris di Indonesia yang kepalanya berbunyi, ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Akta yang memiliki irah-irah tersebut berkekuatan sama dengan suatu keputusan hakim dari pengadilan. Jadi berdasarkan titel eksekutorial ini, penerima jaminan fidusia dapat langsung melaksanakan proses eksekusi

melalui pelelangan umum atas objek jaminan fidusia tanpa melalui proses pengadilan.

Jika tidak ada jalan damai, maka surat yang demikian di eksekusi dengan perintah dan di bawah pimpinan ketua Pengadilan Negeri yang dalam daerah hukumnya tempat tinggal debitor itu atau tempat kedudukan yang dipilihnya, yaitu menurut cara yang dinyatakan dalam pasal-pasal sebelumnya. Tetapi dengan pengertian bahwa paksaan badan hanya boleh dilakukan jika sudah diizinkan oleh keputusan hakim.

Dengan demikian, akta tersebut tinggal di eksekusi tanpa perlu lagi adanya suatu putusan pengadilan. Yang dimaksud dengan fiat eksekusi adalah eksekusi atas sebuah akta seperti mengeksekusi suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, yakni dengan cara menerima fiat dari Ketua Pengadilan, yaitu memohon penetapan untuk melaksanakan eksekusi. Maka Ketua Pengadilan akan memimpin eksekusi tersebut.

2. Eksekusi Jaminan Fidusia Secara Parate Eksekusi Lewat Pelelangan Umum.

Eksekusi jaminan fidusia dapat juga dilakukan dengan jalan melalui lembaga parate eksekusi yaitu melalui lembaga pelelangan umum yaitu kantor lelang. Dimana hasil dari pelelangan tersebut diambil untuk melunasi pembayaran piutang-piutangnya.

Pasal 1155 angka 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa ”apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain,

maka si berpiutang adalah berhak jika si berutang atau si pemberi gadai cidera janji untuk membayar dan menyuruh menjual barangnya dimuka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut.”55

Pada prinsipnya bahwa penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia haruslah melalui pelelangan umum, karena dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi.

3. Eksekusi Jaminan Fidusia Secara Parate Eksekusi (Penjualan Dibawah Tangan).

Jaminan fidusia dapat juga dieksekusi secara parate eksekusi (mengeksekusi tanpa melalui pengadilan) dengan cara menjual benda objek jaminan fidusia tersebut secara di bawah tangan, apabila penjualan melalui pelelangan umum diperkirakan tidak akan menghasilkan harga tertinggi yang menguntungkan kedua belah pihak baik pemberi jaminan fidusia maupun penerima jaminan fidusia.

Penjualan di bawah tangan dapat dilakukan asalkan memenuhi syarat-syarat yang terdapat di dalam Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia, yaitu:

a. Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pembeli dengan penerima jaminan fidusia.

b. Jika dengan cara penjualan di bawah tangan tersebut dicapai harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.

c. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau penerima jaminan fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

d. Diumumkan dalam sedikit-dikitnya dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.

e. Pelaksanaan penjualan dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis.

Pemberi fidusia diwajibkan untuk menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia. Dalam hal pemberi jaminan fidusia tidak menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut pada waktu proses eksekusi dilaksanakan, penerima jaminan fidusia berhak untuk mengambil benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan apabila perlu dapat meminta bantuan dari pihak yang berwenang.

4. Eksekusi jaminan fidusia secara mendaku.

Istilah mendaku disini maksudnya adalah membuat menjadi aku punya, sehingga yang dimaksud dengan eksekusi jaminan fidusia secara mendaku adalah eksekusi jaminan fidusia dengan cara mengambil barang fidusia untuk menjadi milik kreditor secara langsung tanpa melalui suatu transaksi apa pun.56

Eksekusi jaminan fidusia secara mendaku ini dalam Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia dengan tegas dilarang. Hal ini tertera di dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwa ”setiap janji yang memberikan kewenangan kepada penerima jaminan fidusia untuk memiliki benda yang menjadi jaminan fidusia apabila debitor cidera janji akan batal demi hukum.”57

Dalam proses pelaksanaan eksekusi terhadap jaminan fidusia bukti pemilikan kendaraan bermotor yang telah didaftarkan, kreditor mendapatkan hak preferen atas objek jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor yang diterimanya. Di dalam Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia, dikatakan bahwa hak preferen adalah hak dari penerima jaminan fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Hak preferen tersebut lahir pada saat pendaftaran jaminan fidusia dilakukan. Jadi selama jaminan fidusia tidak didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia, kreditor penerima jaminan fidusia tidak memiliki hak preferen.

Kreditor dapat mengambil pelunasan piutangnya dengan cara melaksanakan eksekusi yang dilakukan secara lelang atau penjualan di muka umum yang harus dilakukan melalui prosedur yang telah ditentukan oleh Undang-Undang, dan setiap prosedur yang dijalani membutuhkan waktu baik yang telah ditentukan oleh

ketentuan perundang-undangan ataupun tidak ditentukan di dalam ketentuan perundang-undangan.

Selain dari proses pelaksanaan eksekusi yang dilakukan secara lelang atau penjualan di muka umum, proses pelaksanaan eksekusi terhadap jaminan fidusia bukti pemilikan kendaraan bermotor yang telah didaftarkan juga dapat dilakukan dengan cara menjual kendaraan bermotor tersebut secara di bawah tangan. Hal ini dilakukan apabila penjualan melalui lelang atau penjualan umum diperkirakan tidak akan menghasilkan harga tinggi yang menguntungkan kedua belah pihak baik pemberi jaminan fidusia maupun penerima jaminan fidusia.

C. Hambatan Dan Upaya Penyelesaian Dalam Proses Pelaksanaan Eksekusi

Dokumen terkait