• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV: Program Reforma Agraria dari Atas (Above)

4.3. Proses Pelaksanaan

Awal terbentuknya komitmen politik Pemkab Sigi (dalam hal ini Bupati Sigi) konon berasal dari pengalaman yang sangat personal. Jauh sebelum menjadi Bupati, sang Bupati, Mohammad Irwan, sudah menaruh simpati pada kehidupan rakyat. Mohammad Irwan kemudian bertemu dengan aktivis agraria, Eva Bande, dan beberapa pegiat RA lainnya yang membuat dia semakin yakin untuk melaksanakan RA di Kabupaten Sigi. Program RA menjadi bagian dari tiga program unggulan Bupati ketika melakukan kampanye, yaitu mewujudkan Sigi Hijau, Sigi Religi dan Sigi Masagena. Semangat Pemkab melaksanakan RA juga dilatari kondisi aktual penguasaan tanah di Sigi yang didominasi oleh kawasan hutan sehingga mendorong Bupati Sigi untuk menjalankan RA secara serius. Tahapan pelaksanaan RA Sigi melewati proses yang cukup panjang. Bahkan, hingga hari ini ujung dari perjalanan

30

RA, yaitu redistribusi tanah, terutama yang berasal dari RA kawasan hutan, belum terlaksana.

Tahapan proses pelaksanaan RA di Kabupaten Sigi, secara keseluruhan, agak berbeda dengan wilayah-wilayah lain. Hal ini disebabkan Kabupaten Sigi merintis jalan proses pelaksanaan RA sebelum beberapa aturan resmi dikeluarkan terutama yang berkaitan dengan RA Kawasan Hutan. Sehingga, Kabupaten Sigi sudah terlebih dahulu memetakan usulan-usulan TORA yang akan diajukan warga untuk didaftarkan oleh Bupati Sigi selaku ketua GTRA sebelum peraturan resmi dari Pemerintah Pusat dikeluarkan. Hal ini mendahului terbitnya beberapa aturan-aturan yang berlaku umum kemudian dalam memverifikasi kasi objek RA. Tahapan Pelaksanan RA Sigi secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. Tahapan Pelasanaan RA di Kabupaten Sigi

No. Kegiatan Keterangan

1. Diskusi tataran atas/tim perumus program RA untuk RPJMD Tahun 2016

2. Pembahasan di tingkat DPRD terkait program Reforma Agraria di Kab. Sigi- Kantor DPRD Sigi. Tahun 2016

3. Diseminasi publik “Tata Kelola Hutan dan Lahan Partisipatif dalam Kerangka Reforma Agraria di Kabupaten Sigi” dan Lokakarya Persiapan RA di tingkat kabupaten (semua Desa diundang) Tahun 2016

4. Pembentukan Gugus Tugas Reforma Agraria 2016 akhir

5. Memasukkan beberapa unsur baik itu Pemerintahan maupun NGO ke SK GTRA Sigi 2016

6. Rapat-rapat internal yang sudah di-SK-kan/ anggota GTRA penyusunan Peta Jalan RA Sigi, Tahun 2017

7. GTRA melakukan Sosialisasi ke semua kecamatan (sosialisasi untuk menyampaikan RA, terdapat 3 tim ke 3 kecamatan) Tahun 2017

8. Diskusi internal NGO yang masuk dalam GTRA, melakukan kegiatan lanjutan sesuai dengan Peta Jalan RA Sigi, Palu 2017

9.

Simulasi pemetaan partisipatif objek RA Sumber dana dari KPA, Relawan dari mahasiswa

31

10. Simulasi dilakukan di Desa-Desa dalam Kecamatan Palolo, 4 Desa (Desa Sigimpu, Desa Bakubakulu, Desa Bobo dan Desa Bunga). Kegiatan yang dilakukan berupa sosialisasi dengan materi dari JKPP (Pemetaan), bagian adat dari BRWA, sosialisasi agraria dari KPA. Tahun 2017 11. Evaluasi di internal NGO yang masuk dalam

SK GTRA, terkait kegiatan Simulasi PP. 2017

Relawan dari mahasiswa 12. Rapat GTRA, terkait proses yang telah

dilakukan dan akan dilaksanakan pelatihan PP di seluruh Desa untuk melakukan pemetaan partisipatif. Tahun 2017

Bersama camat (camat masuk GTRA) 13. Bupati menyurat ke Kepala Desa untuk

mengikuti kegiatan pelatihan Pemetaan Partisipatif diwakili tiga warga Desa yang ditunjuk. Kegiatan ini difasilitasi oleh Pemkab Sigi. Tahun 2017

14. Pelatihan Pemetaan Partisipatif TAHAP 1 2017

kegiatan dilaksanakan selama 3 hari, hari

pertama pada saat pembukaan Kepala Desa

hadir, peserta menginap selama kegiatan 15. Musrembang Desa (Desa menganggarkan

minimal 20 juta untuk mendukung RA terutama pemetaan partisipatif) melalui perubahan RPJMDES

16. Di Desa dibentuk PPRA Tingkat Desa (Mereka yang telah mengikuti pelatihan Pemetaan Partisipatif menjadi anggota PPRA Desa ditambah beberapa anggota lain yang dipilih di Desa)

17. Pelaksanaan pemetaan partisipatif di tingkat Desa, yang telah mengikuti pelatihan. Proses ini dilaksanakan selama 1 bulan (Se-Kabupaten Sigi). Peserta pelatihan merupakan tiga orang perwakilan dari Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa. Relawan juga mengikuti kegiatan ini.

Penentuan objek dan subjek

18.

Musyawarah-musyawarah masyarakat (pemilik lahan) dan pendamping di tingkat Desa (dalam aturan 2 kali musyawarah tapi

PPRA , Pendamping, pemilik lahan di Desa

mengikuti proses kegiatan ini.

32

dalam prakteknya disesuaikan dengan kebutuhan)

19. Pengumpulan dan penyusunan usulan baik itu data spasial dan data sosial sebagai usulan TORA Sigi. Dilaksanakan Oktober awal 2017 20.

Usulan tahap 1 oleh ketua dan sekretaris GTRA Sigi ke KLHK. Patokannya, SK 180 MEN-LHK Tahun 2017 tentang peta indikatif alokasi kawasan hutan untuk TORA

Pergi ke KLHK di Jakarta untuk mendaftarkan TORA

hasil pemetaan partisipatif Warga Sigi. 21. Rapat hasil pertemuan dari Jakarta oleh

GTRA dan setelah pulang dari Jakarta GTRA dan Pendamping 22. Rapat GTRA untuk persiapan pelaksanaan

pelatihan tahap 2 yang dilakukan oleh pendamping dan PPRA

GTRA dan Pendamping 23. pelaksanaan pemetaan partisipatif tahap

II-2018 awal Pendamping dan PPRA

24. Terdapat beberapa Desa-Desa yang masuk ke dalam kawasan hutan tetapi tidak masuk ke dalam tahap 1, jadi ada tambahan pada tahap II

25. Bupati menyurat ke Kepala Desa untuk mengikuti kegiatan pelatihan PP ke 3 warga Desa yang ditunjuk. Kegiatan ini difasilitasi oleh Pemkab

26. Warga Desa melakukan Musrembang (Desa menganggarkan Rp 20.000.000 untuk pemetaan) lewat perubahan RPJMDES Tahap II

27. PPRA (orang2 yang mengikuti pelatihan menjadi anggota PRA)

28. Pelaksanaan pemetaan partisipatif di tingkat Desa, yang telah mengikuti pelatihan-proses ini dilaksanakan selama 1 bulan.

29. Musyawarah-musyawarah (dalam buku panduan, 2 kali musyawarah. Tapi dalam prakteknya disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah di tingkat Desa)

30. Pengumpulan dan penyusunan usulan baik data spasial maupun data sosial sebagai usulan TORA Sigi. Oktober awal 2017

Pendamping dan PPRA Desa

33

31. Berita acara di Desa tentang fiksasi hasil pemetaan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa

Ditetapkan oleh Kepala Desa

32. Rapat GTRA terkait hasil pemetaan tahap 2 finalisasi dokumen pemetaan partisipatif RA Sigi

33. Pengusulan akumulasi tahap 1 dan tahap 2, ke Jakarta

Pergi ke KLHK di Jakarta 34. Terjadi bencana di Sulawesi Tengah.

Sembari usulan di proses di KLHK 35. Hasilnya, KLHK mengeluarkan SK yang

tidak sesuai dengan pemetaan partisipatif warga. Terlalu sedikit kawasan hutan yang bersedia dikeluarkan dari kawasan hutan. Hal ini memicu demo pada tanggal 10 Agusutus 2020 di BPKH wilayah 16 Palu yang dilakukan oleh mahasiswa, NGO dan petani pengusul RA.

Sumber: Diolah tim peneliti dari wawancara berbagai narasumber di lapangan terutama tim pendamping GTRA Sigi

Dari proses panjang ini, pada akhir tahun 2020, akhirnya BPKH merespon aksi yang dilakukan petani pada tanggal 10 Agustus 2020 dengan melakukan sosialisasi ke Desa-Desa yang turut melakukan aksi, khususnya ke Desa Balumpewa. Namun, sosialisasi tersebut ditolak karena dianggap bukan sebuah keseriusan untuk benar-benar mendudukan perkara perihal mengapa tuntutan mereka terkait Reforma Agraria Kehutanan tidak terpenuhi. Malahan, sosialisasi itu cenderung memenuhi target administratif bahwa sosialisasi telah dijalankan. Beberapa alasan penolakan atas sosialisasi yang dilakukan tersebut karena alasan-alasan sebagai berikut. 1. Surat Kepala Balai sebagaimana yang diterima oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Sigi tertanggal 14 Desember 2020 pukul 19.51 melalui pesan WhatsApp (belum tercatat dalam buku ekspedisi surat masuk);

2. Jadwal pelaksanaan kegiatan sosialisasi terkesan menDesak dengan tidak mempertimbangkan kesiapan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa untuk mengikuti kegiatan pada tanggal 15-17 Desember 2020 di 12 (dua belas) Desa sesuai surat;

3. Rencana sosialisasi pada 12 Desa ini tidak sesuai harapan Pemerintah Daerah karena seharusnya dilaksanakan pada seluruh Desa pengusul Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) melalui skema penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan yang ada di Kabupaten Sigi, dan;

4. Berdasarkan 3 (tiga) poin di atas, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi

34

Alasan penolakan ini termuat dalam Surat bernomor 100.100.68/SETDA sebagai balasan atas Surat BPKH bernomor S.901/BPKH/PKH/PHT/0/12/2020 perihal sosialisasi persetujuan pola penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan di Kabupaten Sigi.

Dokumen terkait