• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori 1.Motivasi

2.1.3. Proses Pembelajaran

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil dari belajar bukan dari suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku (Catharina, 2004: 2). Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Belajar juga dapat diartikan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Belajar merupakan perubahan relative permanen yang terjadi karena hasil praktik atau pengalaman. Belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Proses adalah runtutan perubahan (peristiwa) perkembangan sesuatu (KBBI, 1993: 206).

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan external instruction (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal datang dari seorang guru yang disebut teaching atau pengajaran. Pembelajaran yang berorientasi begaimana si belajar berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil belajar itu memberikan kemampuan kepada si belajar untuk melakukan berbagai penampilan.

Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa, sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.

Pembelajaran menurut aliran Behavioristik adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan lingkungan dengan tingkah laku si belajar.

Menurut Oemar Hamalik (1999: 65) ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu :

1. Rencana adalah penataan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.

2. Saling ketergantungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.

Adapun Prinsip-prinsip dari pembelajaran menurut Achmad Sugandi (2004: 10) antara lain :

1. Prinsip pembelajaran bersumber dari teori behavioristik. 2. Prinsip pembelajaran bersumber dari teori kognitif. 3. Prinsip pembelajaran dari teori humanisme.

4. Prinsip pembelajaran dalam rangka pencapaian ranah tujuan. 5. Prinsip pembelajaran konstruktivisme.

6. Prinsip pembelajaran bersumber dari asas mengajar.

Proses Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

a) Modifikasi Pembelajaran ABK

Dalam merancang pembelajaran atau Pendidikan Luar Biasa maka kita harus menemukan dan memenuhi kebutuhan yang unik pada setiap jenis kelainan yang ada pada siswa. Karena itu Pendidikan Luar Biasa harus bisa melakukan modifikasi sehingga kebutuhan pendidikan siswa terpenuhi, keterampilan yang diberikan secara penuh dapat berfungsi dan dikuasai serta seluruh angota dari kegiatan dapat secara penuh berpartisipasi. Modifikasi secara umum dilakukan pada :

1. Kurikulumnya (total atau sebagian).

2. Strategi belajarnya ( diganti atau disesuaikan). 3. Materi dan alatnya (medianya).

5. Lingkungan (arsitekturnya dan sarana fisiknya).

Secara mendasar yang perlu dirancang dalam pembelajaran adaptif yang dapat memenuhi kebutuhan pendidikan ABK dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Kelas, program, dan layanannya.

Untuk itu maka dalam pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus bisa dilakukan pada:

1. Kelas atau Lokasi Pengajaran ABK berlangsung

a. Kelas dan lokasi pengajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga ABK dapat dengan leluasa menggunakan kelas itu.

b. Modifikasi kelas harus mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. c. Modifikasi kelas harus memenuhi faktor keselamatan.

d. Modifikasi kelas harus memenuhi kebutuhan pendidikan setiap ABK, sehingga ia efisien menggunakan saluran informasinya yang masih tersisa. 2. Guru

Guru PLB yang dapat memberikan pelayanan Pendidikan Luar Biasa pada siswa Anak Berkebutuhan Khusus bisa guru biasa dengan berkonsultasi pada guru khusus atau Guru pembimbing khusus yang memang telah dipersiapkan dengan kompetensinya. Guru PLB untuk ABK ada beberapa macam tergantung peran dan kebutuhan layanan, yaitu :

a. Guru Biasa. b. Guru konsultan. c. Guru kunjung.

d. Guru Pembimbing khusus. e. Guru kelas Khusus.

2.1.4. Penjasorkes

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pengertian Pendidikan Jasmani pada umumnya dapat dibedakan dari dua sudut pandang, yaitu :

a. Pandangan Tradisional

Pandangan tradisional menganggap bahwa pendidikan jasmani semata-mata hanya mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rokhani manusia. Dengan kata lain pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap saja.

b. Pandangan Modern

Pandangan modern atau sering juga disebut pandangan holistic, menganggap bahwa manusia bukan sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpilah-pilah. Manusia adalah kesatuan dari berbagai bagian yang terpadu. Oleh karena itu Pendidikan Jasmani tidak dapat hanya berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja.

Pendidikan Jasmani pada dasarnya adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani (Adang Suherman, 2000: 23).

2. Tujuan Pendidikan Jasmani

Secara umum tujuan Pendidikan Jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:

a. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).

b. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efesien, halus, indah, sempurna (skillful).

c. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkunganya sehingga memungkinkanya tumbuh dan berkembangnya pengetahuan,sikap, dan tanggung jawab siswa.

d. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

3. Bahan Ajar Pendidikan Jasmani

Selain aktivitas jasmani, para penyelenggara Pendidikan Jasmani dituntut harus memahami secara mendalam beberapa disiplin lainnya yang berada di bawah payung Pendidikan Jasmani. Beberapa diantaranya adalah, sport medicine,

training theory, sport biomekanik, sport psikologi, sport pedagogi, sport sosiologi, sport history, dan sport philosophy.

4. Komponen-komponen Kesegaran Jasmani

Komponen-komponen kesegaran jasmani merupakan satu kesatuan dan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain dan masing-masing komponen memiliki ciri-ciri tersendiri serta memiliki fungsi pokok atau berpengaruh pada kesegaran jasmani orang. Agar seseorang dapat dikatakan tingkat kondisi fisiknya

baik atau tingkat kesegaran jasmaninya baik, maka status setiap komponen kesegaran jasmani harus dalam kategori baik.

Secara umum komponen atau unsur-unsur dari kesegaran jasmani itu adalah :

1) Daya tahan kardiovaskuler (cardiovascular endurance)

Daya tahan kardiovaskuler adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan dalam proses metabolisme tubuh. Daya tahan otot (muscle endurance).

Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya untuk berkontaksi terus menerus dalam waktu relatif cukup lama dengan beban tertentu.

2) Kekuatan Otot (muscle strength)

Kekuatan otot adalah tenaga / gaya atau tegangan yang dapat dihasilkan otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi maksimal.

3) Kelentukan (flexibility)

Kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk melaksanakan segala aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen di sekitar persendian.

4) Komposisi tubuh (body composition)

Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas massa otot (40-50 %), tulang

(16-18 %) dan organ-organ tubuh (29-39 %). Berat lemak dinyatakan dalam presentasenya terhadap berat badan total. Secara umum dapat dikatakan makin kecil presentasi lemak, makin baik kinerja seseorang.

5) Kecepatan gerak (speed of movement)

Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk melaksanakan gerak-gerak yang sama atau tidak sama secepat mungkin.

6) Kelincahan (agility)

Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam posisi-posisi di arena tertentu. Kelincahan sesorang dipengaruhi oleh usia, tipe tubuh, jenis kelamin, berat badan dan kelelahan.

7) Keseimbangan (balance)

Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun dalam gerak dinamis.

8) Kecepatan reaksi (reaction time)

Kecepatan reaksi adalah waktu yang dibutuhkan untuk memberi jawaban gerak setelah menerima suatu rangsangan.

9) Koordinasi (coordination)

Koordinasi adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif.

Dokumen terkait